Anda di halaman 1dari 39

PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH

2012

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................. i DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................ii DAFTAR TABEL ................................................................................................... iii
I.1.1 I.2.1 I.3.1 I.4.1 I.5.1 Identifikasi Tutupan Lahan ............................................................................................................5 Kawasan Mangrove ..........................................................................................................................7 Konsep Neraca Sumberdaya Mangrove ............................................................................... 14 Konsep Valuasi Ekonomi Sumberdaya .................................................................................. 16 Data Inderaja Sistem Pasif .......................................................................................................... 20

II PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI .................................... 22


II.1 II.2 PENDEKATAN ....................................................................................................................................... 22 METODE.................................................................................................................................................. 23 Sumber Data dan Peta Kerja ..................................................................................................... 24

II.1.2

II.2.2 Peralatan yang Digunakan ......................................................................................................... 25 II.3.2 Pra-pengolahan Dijital ................................................................................................................. 25 II.4.2 Pengolahan Citra............................................................................................................................ 29 II.5.2 Survei Lapangan ............................................................................................................................. 33 II.6.2 Pasca Survei ..................................................................................................................................... 36 II.7.2 Penyusunan Peta Neraca Ekosistem Mangrove ................................................................ 37

PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH

2012

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Struktur Organisasi PT. KACINDO DANATYA ............ Error! Bookmark not defined. Zonasi Mangrove di Indonesia (Bengen, 1999) ................................................................... 10 Tipologi Nilai Ekonomi Total Sumberdaya Alam (Barton, 1994)................................... 17 Bagan Alir Inventarisasi Pemetaan Ekosistem Mangrove ................................................ 24 Indeks Peta RBI dan LPI Kabupaten Bulungan ..................................................................... 25 Proses Rektifikasi untuk Koreksi Geometri Citra ................................................................. 28 Overlay Antara Peta Aktiva dan Peta Pasiva ......................................................................... 39

ii

PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH

2012

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Pengalaman Kerja 7 (Tujuh) Tahun Terakhir ..... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. Uraian Pengalaman Kerja Sejenis 7 (Tujuh) Tahun Terakhir ........ Error! Bookmark not defined. Tabel 3. Uraian Pengalaman Kerja Sejenis 7 (Tujuh) Tahun Terakhir ........ Error! Bookmark not defined. Tabel 4. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Mangrove .................................................................................. 18 Tabel 5. Teknik Valuasi Ekonomi Total .......................................................................................................... 19 Tabel 6. Jadwal pelaksanaan pekerjaan Pemetaan Neraca mangrove Wilayah ..................... Error! Bookmark not defined. Tabel 7. Komposisi Tim dan Penugasan ............................................ Error! Bookmark not defined. Tabel 8. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli ............................................ Error! Bookmark not defined.

iii

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

I.1.1

Identifikasi Tutupan Lahan Banyakkonsepyangdigunakanuntukmenamakanpenutuplahan.Pakaryangsatu dengan lainnya memberi nama berlainan, antara lain : (a) penutup lahan, (b) penggunaan lahan, (c) penutup lahan, (d) bentuk penggunaan lahan, dan sebagainya. Berbagai sebutan tersebut pada intinya bertujuan untuk mengklasifikasikan kenampakan yang menutup permukaan bumi di suatu wilayah, secara spasial/keruangan. Namun demikian, yang perlu pahami adalah istilah penutuplahanseringdiartikansamadenganpenutuplahan,dandibedakandengan penggunaan lahan. Campbell (1983) dan Van Gils et al (1990) menjelaskan perbedaan keduanya dalam dikotomi konkretabstrak, dimana penutup lahan bersifat konkret, sedangkan penggunaan lahan lebih bersifat abstrak (Projo Danoedoro.2003). Dari definisi di atas, jelaslah bahwa dalam konteks regional hingga nasional visualisasipenutuppermukaanbumilebihdiarahkankeaspekpenutuplahanatau penutup lahan, sedangkan pada tingkat lokal lebih berorientasi pada penggunaan lahan (Suroso.2000). Penutup lahan atau penutup lahan, merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan suatu wilayah. Hal ini disebabkan karena informasipenutuplahandapatdigunakansebagaidasaranalisissistempenggunaan lahandalamkonteksmanajemenlahanberkelanjutan.Karenapentingnyainformasi penutup lahan tersebut, maka banyak ahli dan atau instansi yang mengklasifikasikanpenutuplahansesuaidengantujuanmasingmasing. Bervariasinya sistem klasifikasi penutup lahan, sangat terasa di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tingkat heterogenitas jenis penutup lahan di Indonesia cukup tinggi, dan diperkuat lagi dengan banyaknya jenis penutup lahan yang bercampur antarajenissatudenganlainnyapadasatuwilayahmembuatbatasklasifikasiyang kabur(vague).Sikluspenutuplahanyangbergantungdarimusimmenambahandil sulitnyamenentukanklasifikasipenutuplahandiIndonesia. Peringatanharusmenjangkausemuaorangyangterancambahaya.Pesanyangjelas dan berisi informasi yang sederhana namun berguna sangatlah penting untuk melakukan tanggapan yang tepat, yang akan membantu menyelamatkan jiwa dan
5

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

kehidupan. Sistem komunikasi tingkat regional, nasional, dan masyarakat harus diidentifikasi dahulu, dan pemegang kewenangan yang sesuai harus terbentuk. Penggunaan berbagai saluran komunikasi sangat perlu untuk memastikan agar sebanyak mungkin orang yang diberi peringatan, guna menghindari terjadinya kegagalandisuatusaluran,dansekaligusuntukmemperkuatpesanperingatan. Klasifikasidalampembuatanpetapenutuplahaninimenggunakanklasifikasitingkat provinsi, yaitu pada skala 1:250.000 (BAKOSURTANAL, 2004). Klasifikasi penutup lahanbesertapengertiannyasebagaiberikut: 1. Pemukiman: areal lahan yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal ataulingkunganhuniandantempatkegiatanyangmendukungperikehidupan dan penghidupan, serta merupakan bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang merupakan pemukiman perkotaan maupun pedesaan. Sawah: areal/bidang lahan yang diusahakan untuk kegiatan pertanian lahan basah atau lahan kering, digenangi air secara periodik atau terus menerus dengan vegetasi yang diusahakan antara lain berupa padi, tebu, tembakau, rosella,sayursauran. PertanianLahanKering:arealyangtidakpernahdiairi,yangditanamidengan jenis tanaman umur pendek dan tanaman keras yang mungkin ada pada pematangpematang. Kebun: areal/bidang lahan yang diusahakan untuk budidaya berbagai jenis tanaman keras atau kombinasi dengan tanaman semusim, dominasi dari setiapjenistanamanyangdiusahakankurangjelasterlihat. Perkebunan: areal/bidang lahan yang ditanami jenis tanaman keras dengan tanamansejenis,dancarapengambilanhasilbukandenganmenebangpohon. Pertambangan: areal lahan untuk usaha pertambangan (eksploitasi bahan galian atau mineral) yang dilakukan secara terbuka atau dapat diidentifikasi daripermukaanbumi. IndustridanPariwisata. Industri:areallahanyangdigunakanuntukkegiatanekonomiberupaproses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi dan/atau barangsetengahjadimenjadibarangjadi. Paraiwisata: areal lahan yang digunakan untuk memberikan jasa pelayanan yangsifatnyarekreatif,baikindoormaupunoutdoor.

2.

3.

4.

5. 6.

7. 8.

9.

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Dalam rangka menanggulangi permasalahan interpretasi tutupan lahan yang beragam, pada tahun 2010 telah terbit Standar Nasional Indonesia tentang klasifikasitutupanlahan(SNI7645:2010)yangdikeluarkanolehBadanStandarisasi NasionalIndonesia(BSNI).SNI7654:2010merupakanhasilkolaborasiBakosurtanal bekerjasamadengankementerianterkait. SNI 7654:2010 berisi kumpulan klasifikasi dan deskripsi penutupan lahan di Indonesia pada peta tematik penutup lahan skala 1:1.000.000, 1:250.000 dan 1:50.000 atau 1:25.000. Penetapan klasifikasi penutup lahan dalam standar ini dimaksudkan untuk mengakomodir keberagaman kelas penutup lahan yang pendetailankelasnyabervariasiantarshareholders.Kelaskelaspenutuplahanyang dimuat dalam standar ini merupakan kelaskelas umum yang melibatkan berbagai sektor. Dalam hubungannya dengan pemetaan neraca kawasan mangrove sesuai dengan yang diamanatkan dalam Kerangka Acuan kerja (KAK), maka standar peta yangakandigunakandenganskala150.000. Kelas penutup lahan untuk hutan mangrove/hutan bakau (1.2.2.1.1) diatur dalam kelas hutan lahan basah (1.2.2) tepatnya pada hutan lahan basah primer (1.2.2.1) dengan pembagian berdasarkan kerapatannya, yakni: hutan bakau rapat (1) jika kerapatannya >70%; hutan bakau sedang (2) jika kerapatannya 41% 70%; dan hutanbakaujarang(3)jikakerapatannya10%40%. I.2.1 Kawasan Mangrove Ekosistem mangrove adalah salah satu obyek yang bisa diidentifikasi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Letak geografi ekosistem mangrove yang berada pada daerah peralihan darat dan laut memberikan efek perekaman yangkhasjikadibandingkanobyekvegetasidaratlainnya.Efekperekamantersebut sangat erat kaitannya dengan karakteritik spektral ekosistem mangrove, hingga dalamidentifikasimemerlukansuatutransformasitersendiri.Padaumumnyauntuk deteksivegetasidigunakantransformasiindeksvegetasi(Danoedoro,1996). Hutanmangroveadalahhutanyangtumbuhdimuarasungai,daerahpasangsurut atautepilaut.Tumbuhanmangrovebersifatunikkarenamerupakangabungandari

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

ciriciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Hutan mangrove merupakan bagian yang penting dari hutan pasang surut, luasnya sekitar 4,25 juta ha. Hutan bakau terutama terdapat di Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya dan kepulauan Aru, dan sedikit di Sulawesi bagian Selatan serta Jawa bagian Utara. Rhizophora, Avicenia, Sonneratia dan Ceriops adalah genera utamanya. Pada umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya terancam punah, seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus),wilwo(Mycteriacinerea),bubuthitam(Centropusnigrorufus),danbangau tongtong (Leptoptilus javanicus), dan tempat persinggahan bagi burungburung migran. Saat ini, di seluruh dunia terjadi peningkatan berkurangnya luas hutan mangrove yang disebabkan oleh pemanfaatan yang tidak berkelanjutan serta pengalihan peruntukan. Tidak terkecuali di Indonesia. Luas asal hutan mangrove di Indonesia 4,13 juta ha. Pada 5 9 tahun yang lalu, luas yang tersisa tinggal 2,49 juta ha (60%).Darisisaini,58%diantaranyaterdapatdiIrianJaya(Papua)danhanya11% diJawa.Lajumengurangnyahutanmangrovesangatberagamantarpropinsi.Dari 10% di Papua sampai hampir 100% di Jawa Timur. Luas hutan mangrove di Indonesia sekarang, nampaknya belum ada data yang tepat yang dapat dicatat. Angka yang menunjukkan luas hutan mangrove kita sebesar 4,25 juta ha masih dipakaidiberbagaiforum.Menurutcatatandarisisahutanmangroveyang4,25juta ha tinggal sekitar 3,24 juta ha karena adanya konversi hutan ini untuk berbagai kepentingan,terutamauntuktambak.(Romimohtarto,2000). Berdasarkan laporan deforestasi hutan Indonesia tahun 2008 dari Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan, Badan Planologi Kehutanan menyebutkan bahwaangkadeforestasihutanmangrovedipulaukalimantan(didalamdandiluar kawasan hutan) selama periode 20032006 tercatat 4,9 ribu hektar untuk hutan mangroveprimerdan23,9ribuhektaruntukhutanmangrovesekunder.

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

DitjenRehabilitasiLahandanPerhutananSosial(1999)mencatatkerusakanhutan mangrovedipicubeberapahalmendasarantaralain: 1. 2. 3. Pengelolaan hutan mangrove yang kurang terencana dengan baik sehingga menimbulkankonflikkepentingandidalamnya. Tekanan kebutuhan ekonomi yang melebihi carrying capacity kawasan mangrove. Pembukaan areal pemukiman penduduk di kawasan pesisir yang mengkonversihutanmangrovesecaraberlebihan.

Rehabilitasi dan pengembangan kawasan hutan mangrove sangat penting dilaksanakanmengingatfungsiyangdimilikisangatpentingantaralain: 1. Fungsi Fisik yang mengendalikan abrasi pantai, mengurangi tiupan angin kencang dan terjangan ombak laut, menyerap dan mengurangi polutan dari badan air,mempercepat laju sedimentasi dan mengendalikan intrusi air laut kedaratan. Fungsibiologissebagaitempathabitatberbagaijenisfloradanfauna,tempat asuhan, tempat memijah dan tempat mencari makan berbagai jenis biota akuatik. Hutan mangrove merupakan daerah Perikanan yang subur dibandingkan dataran lumpur sehingga merupakan daerah subur bagi penyediaanbahanmakananbagibiotaperairansepertiudang,ikan,kepiting danlainnya. Fungsi ekonomis sebagai penghasil kayu, industri rumah tangga dan jasa rekreasi.

2.

3.

Kegiatan rehabilitasi akan dapat memulihkan dan meningkatkan daya dukung, produktifitas dan peranan kedua formasi hutan tersebut dalam mendukung sistempenyanggakehidupan.Selainitu,rehabilitasihutanmangrovedanhutanpantai sangat diperlukan dalam upaya pengendalian bencana tsunami yang sewaktu waktu mungkin terjadi lagi. Berdasarkan hasil penelitian Mazda dan Wolanski (1997) serta Mazda dan Magi (1997) terbukti bahwa vegetasi mangrove, terutama perakarannya, dapat meredam energi gelombang dengan cara menurunkantinggigelombangsaatmelaluinya.

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Dalam upaya untuk mendukung kegiatan rehabilitasi hutan tersebut, maka diperlukandatapotensidanpersebaranhutanmangrove,sehinggadapatdiketahui tingkatkerusakan/kekritisanhutanmangrove. Secara sederhana zonasi ekosistem mangrove dapat dibagi ke dalam daerah daerahsebagaiberikut(Bengen,1999): 1. Daerahyangpalingdekatdenganlaut,dengansubstratagakberpasir,sering ditumbuhi oleh apiapi (Avicennia sp). Pada zona ini biasa berasosiasi bogem/perepat (Sonneratia sp) yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yangkayaakanbahanorganik. Lebih ke darat, ekosistem mangrove umumnya didominasi oleh bakau (Rhizophora sp). Dijumpai juga tancang (Bruguiera sp) dan nyirih/siri (Xylocarpussp). Zonaberikutnyadidominasiolehtancang(Bruguierasp). Zonatransisiantaraekosistemmangrovedenganhutandataranrendah,biasa ditumbuhiolehnipah(Nypafruticans),danbeberapaspesiespalemlainnya.

2.

3. 4.

Gambar 1. Zonasi Mangrove di Indonesia (Bengen, 1999)

Jenisjenis pohon mangrove cenderung tumbuh dalam zonazona atau jalurjalur. Berdasarkanhaltersebut,ekosistemmangrovedapatdibagikedalambeberapa mintakat(zona),yaituSonneratia,Avicennia(yangmenjorokkelaut),Rhizophora, Bruguiera, Ceriops dan asosiasi Nypa. Pembagian zona tersebut mulai dari bagian yang paling kuat mengalami pengaruh angin dan ombak, yakni zone terdepan yang digenangi air berkadar garam tinggi dan ditumbuhi pohon pioner (misalnyaSonneratiaSp.)danditanahlebihpadattumbuhAvicennia.Makindekat ke darat makin tinggi letak tanah dan dengan melalui beberapa zone peralihan akhirnyasampailahpadabentukklimaks.

10

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Ekosistem mangrove telah menarik perhatian berbagai ahli biologi sejak abad 19 (misalnya Funghung 1853; Goebe, 1886, Haberlandt 1895, Karsten 1891; Scbtwer 1898; Went 1892), terutama karena kekhasannya, yaitu kehadiran berbagaimacambentukakar,seperti akar papas, akar tunjang dan akar lutut. Schiwer (1898) menganggap ekosistem mangrove ini sebagai vegetasi xerofil yang secara fisiologi habitatnya kering karena kadar garam yang tinggi dalam air rawa. Steenis (1958) mengemukakan bahwa faktor utama yang mengakibatkan adanya "ecologicalpreference"berbagaijenismangroveadalahkombinasifaktorberikut: 1. 2. 3. 4. Tipe tanah : keras atau lembek, kandungan pasir dan list dalam berbagai perbandingan. Salinitas : variasi harian dan nilai ratarata pertahun secara kasar sebanding denganfrekuensi,kedalamandanjangkawaktugenangan. Ketahananjenisterhadaparusdanombak. Kombinasi perkecambahan dan pertumbuhan semai dalam hubungannya denganamplitudoekologijenisjenismangroveterhadaptigafaktordiatas.

Steenis (1958 sependapat dengan Gunning 1944), dan ditegaskan pula oleh Soerianegara (1971) serta Kartawinata &Waluyo (1977), bahwa faktor utama yang menyebabkan adanya zonasi ekosistem mangrove adalah sifatsifat tanah (ke dalam mineralogidanfisik)danbukanhanyafaktorsalinitas.Pengaruh faktorinijelaspadapenyebaranRhizophora, R. mucronatatumbuh pada lumpur yang dalam dan lembek, R. stylosa pada pantai pasir atau terumbu karang, R. apiculatapadakeadaantransisiatau"indiferent. Mengenai pengaruh salinitas, Steenis (1958) mengatakan bahwa faktor ini bukan faktorutamadanberhubunganeratdenganfaktorpasangsurut.Meskipundemikian pengaruh nyata dapat terlihat pula, misalnya bila salinitas berkurang karena estuaria dan goba yang tertutup, hutan Rhizophora mati dan diganti oleh jenis yang tumbuh di tempat yang kurang asin seperti Lumnitzera (Luytjes 1923). Hal yang samatentangBruguieracylindricadilaporkanolehWatson(1928)diMalaya.

11

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Pengaruh kecepatan arus dapat terlihat sepanjang sungai yang mengalami pasang surut setiap hari. Pada tepian yang dipengaruhi oleh aliran yang deras, misalnya pada belokan, biasanya tumbuh jenisjenis yang mempunyai sistem perakaran yang tahan terhadap keadaan demikian, seperti Nypa fruticans yang berakarserabut. Manfaat dan nilai penting dapat lebih mudah dipahami dengan melakukan penggolonganekosistemmangrovekedalamtigafungsiutama(Japaret.al.,1998). Tiga fungsi utama tersebut adalah fungsi fisikkimiawi, fungsi biologis dan fungsi ekonomis: 1. Ekosistemmangrovesecarafisikmenjagadanmenstabilkangarispantaiserta tepian sungai, pelindung terhadap hempasan gelombang dan arus, serta mempercepat pembentukan lahan baru. Ekosistem mangrove juga merupakansumberzathara,unsurunsurharayangterkandungdidalamnya adalahnitrogen,magnesium,natrium,kalsium,posfordansulfur. Fungsi biologis dari ekosistem mangrove adalah tempat asuhan, tempat mencari makan, tempat berkembang biak beberapa udang, ikan, burung, biawak, ular, serta sebagai tempat tumpangan tumbuhan epifit dan parasit sepertianggrek,pakupakis,danberbagaihidupanlainnya. Fungsiekonomisdariekosistemmangroveadalahekosistemmangrovedapat dijadikan tempat rekreasi, tambak udang dan ikan, kolam garam dan dimanfaatkanproduksikayunya(Japaret.al.,1998).

2.

3.

Dalamrangkapengelolaandanpelestarianekosistemmangroveagartetaplestari, terdapatduakonseputamayaitu: 1. 2. Perlindunganekosistemmangrovedan Rehabilitasiekosistemmangrove.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam rangka upaya perlindungan terhadap keberadaan ekosistem mangrove adalah dengan menunjuk suatu kawasan mangrove menjadi hutan konservasi, dan sebagai sabuk hijau di sepanjang pantai dantepisungai. Kegiatan penghijauan yang dilakukan terhadap ekosistem mangrove yang telah gundul,merupakansalahsatukegiatanrehabilitasiyangbertujuanbukansajauntuk
12

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

mengembalikan nilai estetika, namun yang paling utama untuk mengembalikan fungsiekologiskawasanekosistemmangrovetersebut. Pengelolaan ekosistem mangrove secara lestari adalah merupakan upaya bagaimana menggabungkan antara kepentingan ekologis (konservasi ekosistem mangrove) dengan kepentingan sosial ekonomi masyarakat di sekitar ekosistem mangrove. Dengan demikian strategi yang diterapkan harus mampu mengatasi masalahsosialekonomimasyarakat,selaintujuankonservasiekosistemmangrove tercapai. Salah satu strategi pengelolaan sumber daya alam yang menjadi andalan saat ini adalah pengelolaan sumber daya alam (termasuk ekosistem mangrove) berbasis masyarakat (community based management). Raharjo, 1996 dalam Bengen, 2000 menyatakan pengelolaan berbasis masyarakat mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat dalam mengelola sumber daya alam di suatu kawasan. Pengelolaanberbasismasyakatjugamengandungartisuatupendekatandaribawah (bottomup approach). Dengan demikian diharapkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat di sekitar hutan terakomodir dalam program pengelolaan SDA secara lestari. Berdasarkan hasil studi pemanfaatan dan pengembangan hutan mangrove di Kabupaten Bulungan, bahwa secara umum kondisi hutan mangrove di kawasan Kabupaten Bulungan cukup memprihatinkan. Kondisi ini merupakan pengelolaan pemanfaatan kawasan hutan mangrove yang tidak ramah lingkungan dan apabila tidakcepatdiatasiakanberdampakpadadaerahhulusungai. Kerusakan hutan mangrove yang terjadi pada umumnya akibat pembekuan lahan besarbesaranyangdijadikansebagailahanpertambakan.Berdasarkaninterprestasi Citra Landsat dari PUSPICS UGM tahun 2003, bahwa luas total kawasan pesisir 385.097,86hadengangarispantai381.756Km.Dariluasantersebutyangtermasuk hutan mangrove sebesar 198.544,52 ha serta kawasan pertambakan sebesar 126.331,2hadanpemukiman500ha,sedangkanluastambakyangmasihproduktif sebesar 49.826,21 ha. Kerusakan hutan mangrove di Kabupaten Bulungan seluas 192.421,5 ha, dimana kerusakan hutan mangrove yang tertinggi di kecamatan

13

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Sesayap Hilir seluas 59.900,6 ha atau 31,13% dan yang paling terendah di Kecamatan Tanjung Palas sebesar 8.905,3 ha atau 4,63%, sedangkan Kecamatan Bunyu sebesar 13.414,5 ha atau 6,97%; Kecamatan Sekatak sebesar 30.120,1 ha atau 15,65%; Kecamatan Tanjung Palas Tengah sebesar 5.726,80 ha atau 17,51%; KecamatanTanjungPalasTimursebesar8.095,3haatau4,21%;KecamatanTanjung Palas Utara sebesar 12.457,3 ha atau 6,47% dan Kec. Tanjung Selor sebesar 29.004,9 ha atau 15,07%. Adapun faktor penyebab kerusakan hutan mangrove sebagian besar diakibatkan oleh alih fungsi lahan menjadi tambak secara besar besaran. Akibat dari kerusakan hutan mangrove yang bersifat ganda sangat mempengaruhi pada eksistensi kondisi sosial ekonomi nelayan tradisional (RPJM Kab.Bulungan20052010). I.3.1 Konsep Neraca Sumberdaya Mangrove Neraca ekosistem mangrove spasial merupakan suatu informasi yang dapat menggambarkan sebaran cadangan ekosistem mangrove, pengurangan dan penggunaan ekosistem mangrove, sehingga pada waktu tertentu dapat diketahui kecenderungannya, apakah surplus atau defisit, jika dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Hal ini berguna sebagai salah satu alat monitoring kondisi ekosistem mangrove, sehingga dalam upaya memanfaatkannya kita imbangi pula dengan usaha perlindungan dan konservasi sehingga kelestarian lingkungan akan tetap terjamin. Sedangkan dalam perencanaan tata ruang, neraca ekosistem mangrove dapat dipakai sebagai salah satu masukan atas struktur tata ruang di kawasan pesisiryangakanditetapkan. Mengingatpentingnyafungsiekologisdanekonomidariekosistemmangrove,maka tantangan yang dihadapi oleh penentu kebijakan adalah bagaimana memberikan nilai yang komprehensif terhadap ekosistem mangrove itu sendiri. Dalam hal ini ekosistem mangrove dibedakan produknya menjadi produk atau manfaat yang dapat diambil langsung (extractive) dan yang pemanfaatannya tidak perlu mengambil barang sumberdaya secara langsung (nonextractive), manfaat yang bersifat pelayanan lingkungan (services) serta manfaat yang bersifat keanekaragamanhayati(biodiversity).

14

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Konsep neraca sumberdaya alam pesisir dan laut hampir sama dengan neraca keuangan secara umum. Dalam penyusunan neraca sumberdaya alam pesisirdan lautyangdihitungadalahpotensisumberdayaalamyangadapadasuatuwilayah, untuk satu periode tertentu. Potensi sumberdaya alam yang ada harus diketahui jumlahnya, posisi serta sebarannya. Dengan demikian penghitungan besarnya potensi didasarkan atas sumber peta (cetak atau digital), demikian juga dengan neraca sumberdaya alam yang disusun disajikan dalam bentuk peta (cetak atau digital).Jikadisajikandalambentukcetak(printout),petaharusdilengkapidengan simboldanlegendayangjelassedangkanjikadisajikandalambentukdigital,atribut petadisimpandalamtabel(Suryadi,etal.,2003). Dengan demikian, penyusunan neraca sumberdaya alam pesisir dan laut spasial dilakukan dengan memanfaatkan data hasil kegiatan inventarisasi yang telah dilakukan dalam satu periode, minimal pada dua waktu yang berbeda. Data hasil inventarisasi yang bisa dimanfaatkan atau dianalisis untuk kegiatan penyusun neraca sumberdaya alam adalah data inventarisasi dengan klasifikasi yang sama. Data hasil inventarisasi yang dilakukan pada waktu yang lebih lama (yang menggambarkan kondisi potensi cadangan awal sumberdaya alam) dianggap sebagaiaktiva.Sedangkandatahasilinventarisasiyangdilakukanpadawaktuyang lebihbaru(yangmenggambarkankondisiakhirsumberdayaalam)dianggapsebagai pasiva.Neracasumberdayaalammenggambarkanperubahankondisidariaktivake pasiva. Neraca sumberdaya alam merupakan informasi yang dapat menggambarkan cadangan sumberdaya alam, kehilangan dan penggunaan sumberdaya alam, sehingga pada waktu tertentu dapat diketahui kecenderungannya, apakah surplus ataudefisit,jikadibandingkandenganwaktusebelumnya.Dengandemikianneraca sumberdayaalamdapatberfungsisebagaisalahsatualatevaluasipotensialamdan suatu sistem monitoring degradasi. Data atribut peta neraca sumberdaya alam ini jugadisajikandalambentuktabelscontro.Tabelneracainimerupakanrekapitulasi daridatayangdisajikandalambentuktabelinventarisasi,yangmencatumkandata cadangan (stok awal), pemanfaatan dan pengurangan sumberdaya alam, penambahansumberdayaalamsertaperubahanperubahanyangterjadi.

15

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

I.4.1

Konsep Valuasi Ekonomi Sumberdaya Valuasi(penilaian)ekonomiadalahupayauntukmemberinilaikuantitatifterhadap barang (good) dan jasa (service) yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan,baikatasdasarnilaipasar(marketvalue)maupunnilainonpasar(non market value). Adapun nilai ekonomi (economic value) secara umum didefinisikan sebagaipengukuranjumlahmaksimumseseoranginginmengorbankanbarangdan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya (Anna, 2005). Penilaian ekonomi sumberdaya alam merupakan alat ekonomi dengan menggunakan teknik atau metodetertentuuntukmengestimasinilaiuangdaribarangdanjasayangdiberikan olehsumberdayaalam. Secara umum nilai ekonomi sumberdaya alam dibagi ke dalam nilai kegunaan/pemanfaatan(usevalue)dannilainonkegunaan(nonusevalue/passive value).Usevalueadalahnilaiyangdihasilkandaripemanfaatanaktualdaribarang dan jasa (misalnya menangkap ikan, menebang kayu, dsb.). Barton (1994; dalam Fauzi,1999)membagiusevaluekedalamnilaikegunaanlangsung(directusevalue), nilai kegunaan tidak langsung (indirect use value), dan nilai pilihan (option value). Pengertian direct use value adalah output (barang dan jasa) terkandung dalam suatu sumb erdaya yang secara langsung dapat dimanfaatkan. Indirect use value adalahbarangdanjasayangadakarenakeberadaansuatusumberdayayangtidak secaralangsungdapatdiambildarisumberdayaalamtersebut.Adapunoptionvalue adalahpotensimanfaatlangsungatautidaklangsungdarisuatusumberdayaalam yangdapatdimanfaatkandiwaktumendatangdenganasumsisumberdayatersebut tidakmengalamikemusnahanataukerusakanyangpermanen. Adapun nonuse value merupakan nilai yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan aktual dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam. Nonuse value bersifat sulit diukur (less tangible) karena lebih didasarkan pada preferensi terhadap lingkungan ketimbang pemanfaatan langsung. Secara detail kategori non use value dibagi lagi kedalam dua sub klas yakni nilai pewarisan (bequest value) dan nilai keberadaan (existence value). Pengertian bequest value adalah nilaiyang berkaitan dengan perlindungan atau pengawetan (preservation) suatu sumberdayaagar dapat diwariskan kepada generasi mendatang sehingga
16

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

merekadapatmengambilmanfaatdaripadanyasebagaimanfaatyangtelahdiambil oleh generasi sebelumnya. Existence value adalah nilai keberadaan suatu sumberdayaalamyangterlepasdarimanfaatyangdapatdiambildaripadanya. Tipologi nilai ekonomi total sumberdaya alam dari Barton (1994) disajikan pada Gambar2.

Gambar 2. Tipologi Nilai Ekonomi Total Sumberdaya Alam (Barton, 1994)

Mengacupadatipologinilaiekonomitotalsumberdayaalam,ekosistemmangrove mempunyai nilai manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat dinilai dari keberadaan eksosistem mangrove antara lain adalah produksi kayu. Sedangkan manfaat tidak langsung diantaranya sebagai jasa ekologis (ecologicalservice)sepertikemampuanmenyerapkarbondanpenahangelombang. NilaiekonomiekosistemmangrovesecaratotaldisajikanpadaTabel1.

17

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Tabel 1. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Mangrove


NilaiEkonomiTotal NilaiGuna(UseValue) Langsung Produk dikonsumsi secara langsung Makanan, biomas, rekreasi Tidak langsung Manfaat fungsional NilaiPilihan Nilai guna langsung dan tidak langsung dimasa akan datang Sumberdaya gen, perlindungan, biodiversitas, proses evolusi, keragaman ekosistem NilainonGuna(NonuseValue) NilaiQuasi Pilihan Informasi baru hilang/ tersedianya sumberdaya Biodiversita, sumberdaya gen perlindungan spesies, proses evolusi, keragaman ekosistem Nilai Warisan Nilai guna lagsung dan tak langsung sumberdaya Konservasi habitat, upaya preventif pada perubahan yang tidak dapat diperbaharui Nilai Keberadaan Keberlanjutan keberadaan sumberdaya tertentu Konservasi habitat dan spesies, integrasi nilai sosial dan kultural

Pengendali banjir, pelindung badai, perikanan, penelitian, siklus karbon, siklus nutrisi, pendidikan, studiarkeologi

Sumber:SiscaDewi,2006

Metodeatauteknikvaluasisumberdayaalamsecaraumumdapatdilakukandengan dua cara, yaitu cara langsung (direct method) dan cara tidak langsung (indirect method). Setiap metode tersebut memiliki beberapa cara pendekatan, dimana masingmasing cara memiliki kelebihan dan terdapat kekurangan. Dalam teknik penilaian secara langsung biasa digunakan Contingent Valuation Method (CVM), sedangkan untuk teknik tidak langsung pendekatan yang biasa digunakan adalah hedonic pricing method dan travel cost method (Fauzi, 1999). Selain itu, untuk menilaisumberdayaalamsecaraekonomidapatdibagipulakedalamduakategori yaitu valuasi yang menggunakan fungsi permintaan dan yang tidak menggunakan fungsipermintaan. Teknik pengukuran nilai ekonomi seringkali juga dibedakan menjadi tiga, yaitu: pengukurannilaiekonomiterhadapbarangdanjasayangdiperdagangkan(traded), yang tidak diperdagangkan (non market value), dan berdasarkan bukti (imputed wilingnesstopay).

18

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Tabel 2. Teknik Valuasi Ekonomi Total Actualmarket basedinformation o o o o o Changeinproduction Effectonhumanhealth Preventivecost Replacementcost Shadowproject Indirectmarket basedinformation o o o o o Travelcost Wagedifferences Propertyvalues Surrogategoods Opportunitycost Hypothetical based information o Created or simulated market Contingent valuation

Actual behavior Potential behavior

Perubahan yang terjadi pada sumberdaya alam dan lingkungan akan memberikan dampak pada kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya berakibat pada pendapatandanbiayasecarafinansial.Perubahanpadapendapatantersebutdapat digunakan sebagai dasar untuk valuasi sumberdaya alam dan lingkungan. Teknik yang digunakan pada pendekatan ini adalah melihat pendapatan yang dihasilkan dari sumberdaya alam dan lingkungan, maupun peningkatan atau penurunan pendapatan yang diperoleh. Kegiatan tersebut yang secara langsung akan berdampakpadakegiatanperekonomianyangdihitungdengansatuannilaiuang. Pendekatan produktivitas (productivity approach) atau sering juga disebut net factor income approach adalah pendekatan yang mengukur nilai ekonomi ekosistemberdasarkankontribusiproduktifitasekosistemtersebutterhadapbarang danjasayangdiperdagangkan(goodandservicetraded).Misalnyarusaknyasuatu ekosistem mangrove akan mempengaruhi terhadap produksi kayu. Dengan demikianpenurunannilaimanfaatekosistemmangrovebisadiukurdaripenurunan pendapatan(revenue)daripemamfaatanbatangnya. Untuk menggunakan teknik produktifitas dibutuhkan analisis mengenai hubungan fungsional produktifitas antara ekosistem mangrove dengan produksi kayu. Dalam hal ini perlu diidentifikasi faktorfaktor input untuk produksi kayu yang menjadi output bagi ekosistem mangrove. Demikian pula faktorfaktor biofisik yang mempengarui produktivitas ekosistem mangrove perlu diukur dan diidentifikasi kaitannyadenganproduksikayu.

19

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

I.5.1

Data Inderaja Sistem Pasif Berdasarkan jenis data penginderaan jauh (inderaja) yang tertuang dalam KAK terlihat bahwa terdapat 2 (dua) jenis data inderaja atau citra satelit yang akan digunakan, yaitu: citra SPOT dan citra ALOS. Keduanya merupakan data inderaja dengan sensor perekaman jenis pasif. Detektor yang digunakan dalam sensor inderaja adalah detektor elektronik dengan menggunakan tenaga elektromagnetik yangluas,yaituspektrumtampak,ultraviolet,inframerahdekat,inframerahtermal, dangelombangmikro. Komponendasarpengambilandatainderajasistempasifmeliputi:sumbertenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan obyek di permukaan bumi, sensor, sistem pengolahandata,danberbagaipenggunaandata.Sumbertenagautamadarisistem pasifadalahmatahari. Citra satelit SPOT merupakan program satelit Perancis yang telah berkembang di seluruhduniayangmerupakansatelitinderajapertamayangmenggunakan2(dua) sensor bentuk sapu (pushbroom) dengan teknik penyiaman (scanning), dan dilengkapitelemetriuntukmengirimkandatakestasiunpenerimadatadibumi. TeknologisatelitSPOTtelahberkembangmulaidariSPOT1sampaidenganSPOT5 saatiniyangtelahdilengkapidengansensormultispektral.CitraSPOTmultispektral direkamdenganresolusitinggiHighResolutionVisible(HRV)yangmenggunakan3 (tiga) julat atau range panjang gelombang, yaitu: HRV1 atau panjang gelombang biru(0,430,47)m,HRV2ataupanjanggelombanghijau(0,500,59)m,dan HRV3 atau panjang gelombang merah (0,61 0,73) m. Selain itu, pada generasi SPOT 4 dan SPOT 5 telah dilengkapi dengan HRV4 atau panjang gelombang inframerahdekat(0,790,89)mdanHRV5ataupanjanggelombanginframerah pendek(1,581,75)m. Dibandingkan dengan pendahulunya, SPOT5 menawarkan kemampuan sangat ditingkatkan, yang memberikan solusi pencitraan tambahan biaya yang efektif. Berkat meter ditingkatkan SPOT5's 5dan resolusi 2,5 meter dan petak imaging luas, yang meliputi 60 x 60 km atau 60 km x 120 km dalam mode kembar

20

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

instrumen, satelit SPOT5 menyediakan keseimbangan yang ideal antara resolusi tinggi dan widearea cakupan. Cakupan yang ditawarkan oleh SPOT5 adalah aset utamauntukaplikasisepertipemetaanskalamenengah(di1:25000dan1:10000 lokal), perencanaan perkotaan dan pedesaan, minyak dan gas bumi, dan bencana alam.FiturpentinglainnyaSPOT5adalahkemampuanakuisisibelumpernahterjadi sebelumnyadariHRSonboardinstrumenmelihatstereo,yangdapatmeliputiarea yangluasdalamsatululus.sepasangcitrastereosangatpentinguntukaplikasiyang panggilanuntukpemodelan3Dmedandanlingkungankomputer,sepertidatabase simulatorpenerbangan,koridorpipa,danperencanaanjaringanteleponmobile. Sementara,citraALOS(AdvancedLandObservationSatellite)yangdiluncurkanoleh Japan Aerospace Exploration Agency pada24 Januari2006. Peluncuran ALOS menggunakanroketHIIAdiTanegashimaSpaceCenter,Jepang.Jangkawaktumisi satelit ini adalah 35 tahun. ALOS memiliki 3 (tiga) instrumen, yaitu: pankromatik untukStereo Mapping, PRISM untuk digital elevation mapping (DEM) dengan resolusi2,5meter(0,520,77)m,danAdvancedVisibleNearInfraredRadiometer type 2 (AVNIR2) digunakan untuk observasi tutupan lahan (land coverage observation) serta Phased Array type Lband Synthetic Aperture Radar (PALSAR) untukobservasilahandanpembuatanpetahinggaskala1:25.000.AVNIR2dengan resolusispasial10metermemiliki4kanal,yaitu:Kanal1ataupanjanggelombang biru(0,420,50)m,Kanal2ataupanjanggelombanghijau(0,520,60)m,Kanal 3 atau panjang gelombang merah (0,61 0,69) m, dan Kanal 4 atau panjang gelombanginframerahdekat(0,760,89)m.Penggunaancitrainibiasanyauntuk pembuatanpeta,surveysumberdayaalammaupunpengamatankebencanaan.

21

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

II
II.1

PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI


PENDEKATAN
Pendekatan yang digunakan dalam pembuatan peta penutup lahan nasional ini adalah dengan interpretasi citra satelit. Dalam teori penginderaan jauh, terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk proses interpretasi citra satelit yaitu interpretasi otomatis atau yang juga disebut dengan klasifikasi multispektral dan interpretasi visual/manual. Interpretasi otomatis (klasifikasi multispektral) hanya bisa dilakukan pada citra satelit format digital dengan bantuan sistem komputer. Interpretasi otomatis ini sematamata hanya mengandalkan nilai kecerahan untuk membedakanobyekobyekyangterekampadacitra.Garisbesarprosesinterpretasi otomatis ini adalah, interpreter harus memilih sekelompok nilai kecerahan yang homogen sebagai daerah contoh (sampel area) dan dianggap mewakili obyek tertentu. Diambil beberapa sampel untuk mewakili setiap kelas penutup lahan. Berdasarkansampelsampelinikomputerakanmencocokannilaikecerahansampel (denganaturanmatematistertentu)dengannilainilaikecerahanpadakeseluruhan citra dan menggolongkannya ke dalam kelas penutup lahan tertentu. Dalam mengkelaskan nilainilai spektral citra menggunakan banyak feature tersebut, dikenal istilah klasifikasi terbimbing (supervised classification) dan klasifikasi tak terbimbing (unsupervised classification). Istilah 'klasifikasi terbimbing' digunakan, karenametodeinimengelompokannilaipixelberdasarkaninformasipenutuplahan aktual di pemukan bumi, sedangkan istilah 'klasifikasi tak terbimbing' digunakan, karena proses pengkelasannya hanya mendasarkan pada infomasi gugusgugus spektral yang tidak bertumpang susun, pada ambang jarak (threshold distance) tertentu,dansaluransaluranyangdigunakan. Kelebihan dari teknik interpretasi otomatis ini adalah cepat, karena dilakukan dengan bantuan komputer. Namun dalam pelaksanaannya teknik ini akan optimal jikadaerahkajianmemilikiobyekobyekyangrelatifhomogendengancakupanyang luas.Disampingitukarenateknikinimengandalkannilaikecerahan,makagangguan atmosfirsepertihamburandanawanjugaharussekecilmungkin.Sayangnyakondisi ini sulit ditemui di daerah tropis seperti Indonesia. Penutup lahan di Indonesia
22

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

sebagian besar adalah heterogen dan gangguan atmosfir seperti hamburan dan awanjugacukuptinggi. Disisilainterdapatteknikinterpretasivisual(manual)citrasatelityangmerupakan adaptasi dari teknik interpretasi foto udara. Citra satelit yang dimaksudkan disini adalahcitrasatelitpadasalurantampakdanperluasannya.Adaptasiteknikinibisa dilakukankarenabaikcitrasatelitdanfotoudara,samasamamerupakanrekaman nilai pantulan dari obyek. Namun karena perbedaan karakteristik spasial dan spektralnya, maka tidak keseluruhan kunci interpretasi dalam teknik interpretasi visualinibisadigunakan.Kelebihandariteknikinterpretasivisualinidibandingkan dengan interpretasi otomatis adalah dasar interpretasi tidak sematamata kepada nilai kecerahan, tetapi konteks keruangan pada daerah yang dikaji juga ikut dipertimbangkan. Interpretasi manual ini peranan interpreter dalam mengontrol hasil klasifikasi menjadi sangat dominan, sehingga hasil klasifikasi yang diperoleh relatiflebihmasukakal. Umumnyacitrasatelityangdigunakanuntukmendukungkegiatanpembuatanpeta neraca mangrove skala 1:50.000 adalah citra satelit SPOT/ ALOS. Pemilihan citra SPOTsebagaiaktivadancitraALOSsebagaipasivadikarenakanresolusispasialcitra kurang dari 20 meter sesuai untuk pemetaan pada skala 1:50.000 serta dapat diperoleh langsung dari pemberi pekerjaan. Sedangkan peta tematik pendukung sebagai data sekunder yaitu peta kawasan mangrove dari instansi terkait (Kementerian Kehutanan, BPS, Dinas Kehutanan Kabupaten Bulungan) yang digunakan sebagai batasan (boundary) untuk membedakan secara jelas dengan jenis penutup lahan lainnya. Selain peta tematik, peta dasar yakni peta Rupabumi Indonesia (RBI) dan peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dari Bakourtanal juga tetapdibutuhkansebagaibasemap.

II.2

METODE
Prosesinventarisasidanpemetaanmangrovedenganteknikinderajasecaraumum sama dengan pemetaan liputan lahan, penekanannya terdapat dalam ektraksi informasidansurveilapangan.Prosesinventarisasidanpemetaanmangrovedapat digambarkansebagaiberikut:

23

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Gambar 3. Bagan Alir Inventarisasi Pemetaan Ekosistem Mangrove

II.1.2

Sumber Data dan Peta Kerja Secara umum bahanbahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. PetaRBIdanLPIskala1:50.000sebanyak17NLP(NomorLembarPeta),baik dalam bentuk digital (soft copy) maupun cetak (hard copy). Peta digital sebagai sumber peta kerja, digunakan untuk menuangkan dan menyajikan tematema yang diperlukan, serta berfungsi untuk membantu dalam analisis secara komputerisasi. Sedangkan peta cetak terutama dipakai sebagai petunjuk(guidance)padawaktukegiatansurveilapangan.Nomorindekspeta tersebut adalah: 191824, 191851, 191852, 191853, 191854, 191844, 191911, 191912, 191913, 191914, 191921, 191923, 191924, 191941, 191942,191951,191952,sepertidisajikanpadaGambar4. Citra satelit SPOT sebagai data awal (aktiva) dan ALOS digunakan sebagai sumberdataakhir(pasiva). Datasosialekonomiyangdiperolehdarirespondenlangsung.

2. 3.

24

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Gambar 4. Indeks Peta RBI dan LPI Kabupaten Bulungan

II.2.2

Peralatan yang Digunakan Peralatandalampenelitianmeliputiperalatanyangdigunakandilaboratoriumdan peralatanyangdigunakanuntuksurveilapangan,adalahsebagaiberikut: 1. 2. Perangkat keras (hardware), terdiri dari: alat pengolah data (satu unit komputer),alatpencetaklaporandanpeta(printerdanploter). Perangkat lunak (software), meliputi: program pengolah citra satelit dalam format raster (seperti: ERMapper ver. 7.0), program untuk konversi dari format raster ke format vektor (seperti: ENVI ver. 4,3), programprogram Sistem Informasi Geografis untuk analisis spasial (seperti: ArcGIS 9.3), programpengolahdatadanpenulisanlaporan(Excel2003,MSWord2003). Peralatanlapangan,terdiridari:alatpemandudanpenentulokasi(GPS),video dancamera,voicerecorder,daftarquestionaire,danalattulislainnya.

3.

II.3.2

Pra-pengolahan Dijital Prapengolahan atau preprocessing data inderaja secara dijital merupakan tahap pengolahan awal data inderaja yang berisikan koreksi atau restorasi terhadap gangguangangguan yang terjadi pada saat perekaman. Tahapan prapengolahan

25

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

mencakup rektifikasi (pembetulan) dan restorasi (pemulihan) citra agar data inderajasesuaidenganbentukaslinya. Citra hasil rekaman sensor inderaja mengalami berbagai distrosi (gangguan) yang disebabkanolehgerakansensor,faktormediaantara,danfaktorobyeknyasendiri, sehinggaperludibetulkanataudipulihkankembali.Proseduroperasionalpemulihan meliputiberbagaikoreksiyaitu:koreksiradiometrik,koreksigeometrik,dankoreksi atmosferik. 1. KoreksiRadiometrik Koreksiradiometrikmerupakanperbaikankesalahanradiometrikyangberupa pergesera nilai atau derajat keabuan elemen gambar atau picture element (pixel)padacitra,agarmendekatinilaiyangseharusnya.Penyebabkesalahan radiometrikdapatdibedakandalam3(tiga)kelompok,yaitu: a. Kesalahanpadasistemoptik. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh: (a) bagian optik pembentuk citra buram,dan(b)perubahankekuatansinyal. Adapunkoreksibisingperiodikdapatdihilangkandenganmenggunakan bndpass filter atau notch filter. Sementara koreksi bising sisir dapat dilakukan dengan membuang elemen gambar dan menggantikannya dengannilairataratatetangganya,melaluiTurkeyMedianflter. b. Kesalahan karena gangguan energi radiasi elektromagnetik pada atmosfer Disebabkan oleh: (a) pengaruh hamburan dan serapan, (b) tanggapan (response) amplitudo yang tidak linier, dan (c) terjadinya bising (noise) padawaktutransmisidata. Koreksi gangguan ini dapat dilakukan dengan model linier dan model kalibrasibayanganawan. c. Kesalahankarenapengaruhsudutelevasimatahari Menyebabkan (a) perubahan pencahayaan pada permukaan bumi, karenasifatobyekdankepekaanobyekmenerimatenagadariluartidak sama, (b) perubahan radiasi dari permukaan obyek karena perubahan sudutpengamatansensor.

26

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Koreksigangguaninibergantungpadadatapantulan(reflektansi) masingmasingobyek.Pembentukancitrasangatbagusdengansudut elevasimatahari30. 2. KoreksiGeometrik Koreksi geometrik dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak sepertiERMapperatauERDASImagineatausoftwaresejenislainnyadengan referensi mengacu pada informasi geografis dari Peta RBI atau LPI skala 1 : 50.000. Hasil akurasi titik koreksi atau Root Means Square (RMS) yang diperoleh dari koreksi geometrik berkisar antara 0,6 0,9, artinya kisaran akurasi geometrik kurang dari 1 (satu) piksel (> 30 meter). Koreksi geometri dimana path dan row data citra satelit mempunyai sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) yang belum tentu sama dengan basemap atausistemproyeksiyangdigunakan.Sehinggasebelumdilakukanpendugaan makaterlebihdahuludilakukankoreksisecarageometrisberdasarkanGround Control Point (GCP) sebagai titik kontrol atau referensi. Setelah dilakukan koreksi secara geometrik, maka perlu melakukan koreksi secara atmosferik (radiometrik), untuk melihat sejauh mana citra tersebut layak untuk digunakandalamprosesinterpretasicitrasatelit.Sehinggacitrasateltidapat dikatakan layak (clear) jika kondisi tutupan awan <20 % yang digunakan sebagaiacuanuntukpenentuanhistogram. Halinipentinguntukmempertajamluascakupanpenutupanlahanyangdapat diidentifikasi termasuk waktu, jam dan tanggal pengambilan citra tersebut untuk mengetahui polapola penutupan lahan saat melakukan klasifikasi dimanapanduannyadapatdiestimasidarirekamankejadianyangterjadipada saat citra diprogram. Pada saat pengambilan image kondisi masih dalam sistemUTM,agarkondisinyasesuaidengankoordinatdatum,makauntukitu dilakukanregistrasimelaluikoreksigeometri/radiometri.

27

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

sudah terkoreksi

belum terkoreksi

Gambar 5. Proses Rektifikasi untuk Koreksi Geometri Citra

Pada kenyataanya, untuk melakukan perbaikan dari 2 (dua) buah data inderajayangberbedaresolusispasial(ukuranpixel)dapatdilakukandengan teknik Resampling. Teknik ini merupakan sutu proses transformasi citra dengan memberikan nilai pixel citra terkoreksi. Proses resampling dimulai denganmelakukantransformasisistemkoordinat,kemudiandilakukanproses rekonstruksi yang mengubah (konvolusi) sunyal bentuk diskrit (titiktiitk) menjadi diskrit kontinyu (titiktitik yang saling berhubugan) yang beraturan. Tahapan selanjutnya dilakukan penyesuaian nilai pixel pada transformasi spasialdenganprosespembesarandanpengecilanresolusicitra. 3. CitraKompositWarna Sehubungan dengan tema yang dikerjakan dalam survei dan pemetaan ini, maka terlebih dahulu diketahui karekteristik band atau saluran dalam citra yang digunakan untuk survei dan pemetaan tersebut. Secara umum, band yang digunakan untuk indentifikasi ekosistem mangrove adalah band yang bekerja pada panjang gelombang/spektrum infra merah dekat, merah, dan hijau, yang tersusun dalam komposit warna RGB warna semu (false colour composite). Karena ketiga band tersebut baik untuk membedakan vegetasi dengankenampakanairdantanah. 4. PenajamanCitra Penajamancitrabertujuanuntukpeningkatanmutucitra,yaitu:menguatkan kontras penampakan yang tergambar dalam citra dijital. Penajaman citra dilakukan sebelum penampilan citra atau sebelum interpretasi dilakukan,
28

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

denganmaksudmenambahjumlahinformasiyangdapatdiinterpretasisecara dijital.Beberapaterapanpenajaman,sepertipenajamantitik,penajamanlokal (area), penajaman tepi serta penajaman tambahan dapat dilakukan dengan carafiltering.Teknikpenajamankontrasdatainderajadapatdilakukandengan greylevelthresholding,levelslicing,dancontraststreching(Purwadhi,2001). Secara umum teknik penajaman di dalam aplikasi inderaja dapat dikategorikan kedalam3(tiga)cara,yaitu: 1. Manipulasi kontras (contrast manipulation), merupakan proses pengolahan citra yang menggunakan teknik pemetaan tingkat keabuan, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu citra melalui perbaikan kotras citra (modifikasi histogram). Manipulasi kenampakan spasial (spatial features manipulation), mencakup penggunaan filter pasial (spatial fitering), penajaman tepi (edge enhancement),danpenggunaananalisisFourier(fourieranalysis). Manipulasi multicitra (multiimage manipulation), mencakup multispketral band rasioing, komponen utama (principal component), komponen baku ataukanonik(canonicalcomponent),komponenvegetasi,transformasiwarna berdasarkan kontras intensitas saturasi (intensity hue saturation color space transformation),danperentangandekorelasi(decorelationstreching).

2.

3.

II.4.2

Pengolahan Citra 1. InterpretasiMangrove Interpretasi dilakukan secara digital dengan citra komposit RGB. interpretasi hanya untuk melihat kenampakan mangrove dan membedakannya dengan kenampakan yang lain. Interpretasi mangrove menggunakan standar SNI 7654:2010. Acuan lain yang digunakan dalam menghitung luas da pemanfaatan kawasan mangrove menggunakan peta kawasan ekosistem mangrove yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan atau Dinas KehutananKabupatenBulungan. Pada tahap awal, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber tentang sebaranmangrovedidaerahpenelitiandijadikandasarpenetapanlokasidan dimatchkan dengan lokasi pada citra satelite.Berikutnya,kenampakan dari kawasan mangrove pada citra satellite diamati dan dianalisis secara visual melalui analisis RGB dengan berbagai kombinasi band. Lokasi yang

29

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

mempunyai kenampakan serupa dengan kawasan mangrove tersebut diindikasikan potensial untuk ditemukan tegakan mangrove. Kepastian mengenailokasiiniselanjutkandiverifikasimelaluisurveilapangan. Selain analisis secara visual, beberapa metode klasifikasi baik unsupervised maupun supervised klasifikasi juga dilakukan untuk memperoleh lokasi yang potensial untuk mangrove. Daerah yang diketahui sebagai pusat mangrove dijadikan training area untuk klasifikasi terbimbing (supervised classificatin) maksimum likelihood. Akurasi dari klasifikasi ini diverifikasi dengan membandingkan hasil klasifikasi pada daerah pusat mangrove. Pengecekan lapangan juga dilakukan untuk verifikasi untuk daerah yang tidak diketahui secara pasti menjadi pusat mangrove tetapi menunjukkan klas yang sama dengan pusat mangrove. Dalam hal ini, hasil klasifikasi merupakan petunjuk awaluntukmendugakeberadaanhutanmangrove,danpengecekanlapangan merupakanupayauntukmemastikankebenarandarikeberadaanmangrove. Klasifikasitakterbimbingdilakukanuntukdijadikanacuanpengkelasandalam proses pengklasifikasian selanjutnya. Klasifikasi tak terbimbing ini dilakukan langsung menggunakan software dan dengan pendeteksian langsung berdasarkan gradasi warna yang terdapat pada kombinasi band yang digunakan.Tujuanutamadilakukannyaklasifikasiiniyaituuntukmengetahui jumlah kelas maksimum yang dapat dideteksi oleh software sehingga dalam proses pengklasifikasian selanjutnya hasil tersebut dapat dijadikan acuan dalampenentuanjumlahkelas. Setelah hasil klasifikasi tak terbimbing didapatkan, maka jumlah kelas untuk pengklasifikasian terawasi dapat ditentukan. Klasifikasi terawasi dilakukan denganterlebihdahulumenentukansampeluntuksetiapkelasataumembuat trainingsiteberupapoligontertutupdalambentukvektoryangdioverlaykan kedalam citra yang ada. Setelah training sample (AOI) dibuat, maka proses klasifikasiterbimbingdapatdilakukan. 2. Pemotongan Langkahinimerupakancarauntukmemotongcitradenganhasilinterpretasi kenampakan mangrove sehingga kenampakan citra yang tersisa hanya kenampakanmangrove.Pemotogancitrahasilinterpretasiinimemanfaatkan petaRBIdanLPIskala1:50.000sertapetakawasanmangrove.

30

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

3.

IndeksVegetasi Identifikasi obyek dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dilaksanakandenganbeberapapendekatanantaralain;karakteristikspektral citra, visualisasi, floristik, geografi dan phsygonomik (Hartono, 1998), . Khususnya pada sistem satelit (citra satelit) lebih banyak didasarkan atas karakteristik spektral. Obyek yang berbeda akan memberikan pantulan spektral yang berbeda pula, bahkan obyek yang sama dengan kondisi dan kerapatan yang berbeda akan memberikan nilai spektral yang berbeda. (swain,1978). Indeks vegetasi merupakan suatu algoritma yang diterapkan terhadap citra satelit,untukmenonjolkanaspekkerapatanvegetasiataupunaspeklainyang berkaitan dengan kerapatan, misalnya biomassa, Leaf Area Index (LAI), konsentrasi klorofil. Atau lebih praktis, indeks vegetasi adalah merupakan suatu transformasi matematis yang melibatkan beberapa saluran sekaligus untuk menghasilkan citra baru yang lebih representatif dalam menyajikan aspekaspekyangberkaitandenganvegetasi(Danoedoro,1996).Selanjutnya dikatakanJensen(1998)bahwametodeanalisaindeksvegetasiadabeberapa macamantaralain;NDVI(NormalizedDifferenceVegetationIndex),GI(Green Indeks)danWI(WetnessIndex). Berdasarkan hasil beberapa penelitian, diantaranya dari Ahmad Faizal dan Muhammad Anshar Amran (disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan MAIN XIV) mengenai model transformasi index vegetasi yang efektif untuk prediksi kerapatan mangrove Rhizophora mucronata. Pada kajian tersebut melakukan pengkajian terhadap identifikasi jenis dan kerapatan ekosistem mangrove dengan menggunakan transformasi indeks vegetasi serta menguji beberapa indeks vegetasi (NDVI, GI dan WI) dalam hal efektifitas dalam identifikasi jenis dan kerapatan mengrove jenis Rhizophora mucronata. Adapun hasil klasifikasi citra Landsat komposit 453 daerah penelitian didapatkanstratifikasikelasyangterdiridari5(lima)kelasmangrovemasing masingRhizoporanucronota,Nypafruticans,Avicenisalba,Ceriopdecandra, dan Acanthus ilicifolius, satu kelas tambak, dan satu kelas daratan untuk vegetasi lain berupa kebun campuran atau sawah, dan satu kelas lahan terbuka(NonVegetasiMangrove). Hasil transformasi indeks vegetasi didapatkan nilai digital citra yang sangat bervariasi. Transformasi NDVI menghasilkan citra dengan nilai digital 0,6 0,42,nilaitersebutberdasarkankriteriakerapatanmangrovejenisRhizophora
31

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

mucronata menyebar untuk semua kerapatan. Sedangkan hasil trasnformasi indeks GI dan WI masingmasing didapatkan nilai indeks vegetasi dengan kisaran 0 104 dan 96 79. Nilai negatif yang didapatkan indeks vegetasi transformasi WI adalah nilai lahan yang tidak tertutupi oleh vegetasi yang kemungkinan besar adalah perairan disekitar mangrove atau lahan kosong yang tidak ditumbuhi oleh vegetasi. Khususnya untuk jenis Rhizophora mucronata, hasil cross cek dengan hasil klasifikasi multispektral, maka didapatkan nilai indeks masingmasing untuk tiap transformasi. Nilai digital jenis Rhizophora mucronata pada Indeks NDVI didapatkan range nilai 1,5 0,42; GI dengan nilai 0 104; dan indeks WI 0 79. Nilainilai tersebut dikelaskanberdasarkankategorikerapatan;jarang,sedangdanlebat. Hasil transformasi NDVI untuk Rhizophora mucronata diperoleh nilai digital kelas kerapatan jarang dengan kisaran 0,04 0,18, kerapatan sedang dengan kisaran 0,15 0,2 dan kerapatan rapat dengan kisaran 0.27 0,33. Nilai digital tersebut ditentukan berdasarkan kriteria kerapatan mangrove. Berdasarkan data yang ada dapat diasumsikan kondisi mangrove di lokasi penelitian cukup baik dengan nilai rasio maksimum 0,33, karena rasio nilai NDVI 1 sampai dengan 1, semakin tinggi nilai maksimal maka kondisi mangrovesemakinbaik(Dewanti,1999). Greeness Index (GI) nilai Maksimun kelas mangrove jarang adalah 24,71 sedangkan nilai minimunnya adalah 8,12. Kelas mangrove sedang niali maksimunnyaadalah33,57dannialiminimunnyaadalah24.Kelasrapatnilai maksimunnya42,88dannilaiminimunnyaadalah17,68. Wetness Index (WI) nilai Maksimun kelas mangrove jarang adalah 34.42 sedangkan nilai minimunnya adalah 27,91. Kelas mangrove sedang nilai maksimunnya adalah 33,24 dan niali minimunnya adalah 24,63 Kelas rapat nilaimaksimunnya20,88dannilaiminimunnyaadalah11,12. ProsesNDVIiniberfungsiuntukmenentukankelaskerapatanhutanmangrove menjadi 3 kelas yaitu kelas kerapatan rendah, kelas kerapatan sedang dan kelaskeraptantinggi.ProsesNDVImemanfaatkanbeberapasalurandaricitra satelit antara lain ; band 3 (TM 3) yang lebih dikenal dengan saluran merah dan band 4 yang lebih dikenal dengan saluran inframerah dekat. Kelebihan keduasaluraniniuntukidentifikasivegetasiadalahobyekakanmemberikan tanggapan spektral yang tinggi (Swain, 1978). Transformasi NDVI mengikuti persamaanberikut(Jensen,1998)

32

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

(1) 4. KerapatanJenis Jumlah tegakan jenis i dalam suatuunit area,yang perhitungannya menurut olehBengen(2000): (2)

Dimana,Diadalahkerapatanjenisi,niadalahjumlahtotaltegakandarijenisi danAadalahluastotalareapengambilansampel(kelas). 5. EvaluasiKekritisanMangrove Evaluasikekritisanmangrovedilakukandenganmenggabungkanhasilanalisis jenis penggunaan lahan (Jpl) , kerapatan tajuk (Kt) dan tingkat abrasi (Kta) denganmenghitungTotalNilaiSkor(TNS)sebagaiberikut: TNS=(Jplx45)+(Ktx35)+(Ktax20) Kriteriakekeritisanyangdigunakanadalah: a. b. c. II.5.2 TNS100166:rusakberat TNS167233:rusak TNS234300:tidakrusak

Survei Lapangan Beberapa persiapan sebelum kerja lapang adalah penentuan titik sampel, pembuatanruteperjalanan,penyiapankendaraanyangakandipakaidanpenyiapan peralatan survei serta pendukung untuk dokumentasi. Untuk kelengkapan survei lapangantigabahanyangpalingpentingadalah: 1. 2. 3. Petatentativeyangakandiceklapangan Petarupabumiuntukmemanduperjalananlapangan Citrainderajayangdigunakanuntukinterpretasi(hardcopy)

33

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Kegiatansurveilapanganmeliputi: 1. PembuatanTitikSampelLapangan Titik sampel ditentukan pada setiap lokasi pemetaan dengan prinsip persebaran yang merata, keterwakilan dan dapat dijangkau. Tiap lokasi ditentukan beberapa titik sampel tergantung dari luas lokasi, keseragaman penutup lahan, keraguan atau belum tuntasnya pengenalan penutup lahan dalamprosesinterpretasi. Kegiatansurveilapanganinimeliputiberbagaikegiatan,baikpenentuanposisi lapangan di dalam peta. Titik lokasi tersebut digunakan sebagai titik kontrol atau Ground Control Point (GCP). Pengecekan hasil analisis data satelit maupun pengumpulan data lapangan seperti kerapatan, Diameter at Breast Height(DBH),tinggidanfamilihutanmangrove.Secaragarisbesarkegiatan kegiatandilapangantersebut,antaralain: a. PengukurankoordinattitikkontroldenganmenggunakanalatGPSguna membuatcitraterkoreksimaupunmengetahuiposisilokasipembuatan trainingareadilapangan. Pengecekan kebenaran klasifikasi dan analisis indeks vegetasi dari beberapakelassampeldanhasilanalisisyangmeragukan. Pengamatanjenisvegetasiyangdominanataupunkomposisijenispada tiaptiapkelaspenggunaan/penutupanlahan. Penentuan rute perjalanan dibuat untuk kelancaran kerja di lapangan, yaitu untuk penentuan base camp terdekat dari masingmasing titik sampelsertapenentuanjeniskendaraanyangakandigunakanmencapai lokasisampel. Untukmangrovediperhatikanukuran,jumlahdanbentukpetakcontoh beserta cara meletakkan petak contoh tersebut, kriteria stadium pertumbuhan dan ukuran petak contohnya serta parameter yang diukur. Kriteriastadiumpertumbuhanpancangdanpohonsebagaiberikut: Pancang : Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai denganDBHkurangdari10cm. Pohon : PohondewasaDBH10cmdanlebih.

b. c. d.

e.

f.

34

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Ukuranpetakpengamatanuntukmasingmasingtingkatpertumbuhanadalah : Pancang :5mx5m Pohon 2. :10mx10m

ParameteryangDiukur Dalamanalisisvegetasiadabeberapaparametervegetasiyangdiukursecara langsungdilapangan,yaitu: a. b. Namaspecies(lokaldanilmiah) Penutupan tajuk (covering) untuk mengetahui prosentase penutupan vegetasiterhadaplahan c. Diameter batang, untuk mengetahui luas bidang dasar untuk menduga volumepohondantegakan d. e. Tinggipohon,baiktinggipohonbebascabangmaupuntinggitotal Pemetaanlokasiindividupohon.

3.

PeralatanSurvei Alat dan bahan yang diperlukan dalam survei lapangan untuk pemetaan ekosistemmangroveadalah: a. b. c. d. e. f. g. GPSHandhelduntukmentukankoordinatpengambilansampel Kompasuntukmenentukanarahtransekgaris. Meterandaribahanplastikataufiberglass50m. Taliuntukmembuattransekgarisdanpetakcontoh(plot). Alathitungataubandtallycounter. Guntingataupisaupemotongrantingdancabangtumbuhtumbuhan. Kantongplastikyangporousdankertaskoranuntukpembuatankoleksi vegetasibagikeperluananalisislaboratorium. h. i. Labeldanalatalattulis(pensil,spidol)yangtahanairuntukpencatatan data. Data sheets seperti yang seperti disajikan pada tabel isian ekosistem mangrove.

35

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

j. k. II.6.2

Bukubukufloristikuntukdeterminasijenismangrove. Kamerauntukdokumentasi

Pasca Survei 1. PengolahanDataLapangandanReinterpretasiCitra Tahap pasca lapangan dalam pemetaan mangrove meliputi kegiatan pengolahandananalisisdatasetelahmendapatkanhasilsampeldilapangan. Dilakukan pula interpretasi ulang untuk membenahi hasil interpretasi awal sesuaidenganhasilceklapangan. 2. ProsedurAnalisisData Datadata mengenai jenis, jumlah tegakan dan diameter pohon yang telah dicatat pada tabel isian mangrove, diolah lebih lanjut untuk memperoleh kerapatanjenis,frekuensijenis,luasareapenutupan,dannilaipentingjenis. Kerapatan jenis (D) adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit area, dihitungdenganpersamaanberikut: Di=ni/A(3) Dimana, Di:adalahkerapatanjenisi, ni:adalahjumlahtotaltegakandarijenisidan A:adalahluastotalareapengambilancontoh(luastotalpetakcontoh/ plot) Penutupan jenis (Ci) adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit area, dihitungdenganpersamaanberikut: Ci=BA/A(4) Dimana, BA = dbh2/4(cm2), suatukonstantadan =3,1416 dbh A

= diameterpohondarijenisi, = luastotalareapengambilancontoh(luastotalpetak

contoh/plot)

36

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

II.7.2

Penyusunan Peta Neraca Ekosistem Mangrove Studi tentang neraca sumberdaya alam secara umum ditujukan untuk melakukan monitoring dan evaluasi dari suatu sumberdaya alam tersebut. Oleh karena itu, pendekatan studi yang dilakukan adalah integrasi (integrated study) yang dimulai dari penyiapan data (inventarisasi data), penyusunan neraca untuk mengetahui perimbangannya, serta dilengkapi dengan kebutuhan informasi mengenai basisdata.Selainituuntukkeperluanmonitoringdanevaluasiperludilakukankajian yang lebih mendalam yaitu menyangkut analisis degradasi dan perhitungan nilai ekonomi (economic valuation/economic accounting) dari kondisi terakhir sumberdayaalamtersebut. Datayangdiperlukanuntukmenyusunneracaterdiridaridatastatistik(dataangka) dan data spasial (data peta). Data statistik merupakan data kondisi dari berbagai waktu(minimalduaperiodewaktu).Sedangkandataspasialmerupakanpetadalam kondisiyangdianggapterkini. Untukkeperluaninikeduajenisdatatersebutdiperolehberdasarkankompilasidari berbagai sumber, terutama dari instansi sektoral terkait yang berwenang dengan masalah data tersebut. Penyusunan neraca sumberdaya alam, sedapat mungkin menggunakandatadanpetayangsudahdihasilkan. Kajian lapangan dilakukan pada lokasilokasi yang diperlukan untuk mewakili klasifikasi masingmasing sumberdaya. Untuk mendapatkan peta neraca dilakukan dengancaraoverlayantarapetaaktivadanpetapasiva. 1. 2. Penyajian neraca secara spasial (peta) menggunakan peta sesuai skala yang diinginkan. Penyajianneracasecaranumerik(angka)menggunakantabeldiscontro,yang mencerminkan kolomkolom sebagai kondisi awal (aktiva), kondisi akhir (pasiva), dan perubahannya. Neraca numerik diperoleh dari database data spasial.

Petaneracasumberdayahutanmenyajikan: 1. Data persebaran (luas) ekosistem mangrove yang tidak mengalami perubahan.
37

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

2.

Data persebaran (luas) ekosistem mangrove, yang terjadi perubahan penutupanvegetasinya.

Peta aktiva diperoleh melalui interpretasi citra secara digital. Hasil interpretasi dalam bentuk raster. Proses vektorisasi dilakukan secara digital. Peta Neraca Ekosistemmangrovedihasilkandarihasiltumpangsusun(overlay)petaaktivadan petapasiva.Luasmasingmasingpoligonberdasarkanfungsihutandanpenutupan vegetasidiperolehdarihasilperhitunganpetadigital. Hasil interpretasi citra berupa peta aktiva dan pasiva kemudian diubah kedalam bentuk vektor dengan menggunakan perangkat lunak SIG. Selanjutnya peta aktiva danpetapasivadioverlayuntukmenghasilkanpetaneracasumberdayahutan.Peta neracaadalahpetahasiltumpangsusun(overlay)petaaktivadanpasiva,sehingga memberikan gambaran keadaan awal, perubahan yang terjadi dan keadaan akhir. ProsedurkerjainimengacupadaSpesifikasiTeknisNeracaSumberdayaAlamPesisir danLaut(Nilwan,etal.,2003).. Penyajianpetaneracaekosistemmangroveterdiridariduahalyaitu: 1. 2. Penyajianneracasecaraspasial(peta)menggunakanpetaskala1:50.000 Penyajian neraca secara numerik menggunakan tabel, sehingga akan mencerminkan kondisi awal ekosistem mangrove (aktiva), kondisi akhir ekosistemmangrove(pasiva)danperubahannya.

Beberapa informasi yang harus ada dalam penyajian peta neraca ekosistem mangroveinimeliputi:a)periodewaktupenyusunanneraca,yaituperiodewaktu antara pendataan awal dengan pendataan akhir, b) nama dan lokasi wilayah, c) batasbataswilayah,yaitubatasbatasyangdigambarkandalampeta,d)informasi data aktiva, misalnya: kawasan hutan/non kawasan hutan, areal berhutan/non berhutan,berdasarkansurveilangsungdilapanganataupundaridatasekunder,dan d)informasiperubahannya,yaituantaraaktivadanpasiva.

38

2012 PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH PT.KACINDODANATYA

Gambar 6. Overlay Antara Peta Aktiva dan Peta Pasiva

Penyajian peta dilakukan dengan menggunakan software ArcView yang dibuat sesuaistandarpetayangtelahada.Petayangdihasilkanadalahneracaekosistem mangrovespasialskala1:50.000.Informasitersebutdisajikandalambentukcetak (hardcopy)dandidalamsoftcopy(denganmediaCDROM)sertadeskripsidanhasil analisisyangdikemasdalambentukbukulaporan.

39

Anda mungkin juga menyukai