NPM: 220110110051
di rumah sakit yaitu di suatu RSUD di Jateng dimana RS dengan 175 bed hanya ada 1 dokter spec. dalam belum lagi pasien rawat jalan sekitar 80-100 per hari. Hal itu menyebabkan kurang maksimalnya penanganan pasien karena terlalu banyak pasien yang harus ditangani dokter dalam 1 waktu.
kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah. Contoh :
Masalah komunikasi. Penyebab yang paling umum terjadi medical errors. Kegagalan komunikasi: verbal/tertulis, miskomunikasi antar staf, antar shif, informasi tidak didokumentasikan dengan baik/hilang, masalah-masalah
komunikasi: tim layanan kesehatan di 1 lokasi, antar berbagai lokasi, antar tim layanan dengan pekerja non klinis, dan antar staf dengan pasien. Arus informasi yang tidak adekuat. Ketersediaan informasi yang kritis saat akan merumuskan keputusan penting, komunikasi tepat waktu dan dapat diandalkan saat pemberian hasil pemeriksaan yang kritis, koordinasi instruksi obat saat transfer antara unit, informasi penting tidak disertakan saat pasien ditransfer ke unit lain/dirujuk ke RS lain. Masalah SDM. Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses, dokumentasi suboptimal dan labelling spesimen yang buruk, kesalahan berbasis pengetahuan, staf tidak punya pengetahuan yang adekuat, untuk setiap pasien pada saat diperlukan Hal-hal yang berhubungan dengan pasien. Idenifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak lengkap, kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak adekuat transfer pengetahuan di rumah sakit. Kekurangan pada orientasi atau training, tingkat pengetahuan staf untuk jalankan tugasnya, transfer pengetahuan di RS pendidikan. Pola SDM/alur kerja. Para dokter, perawat , dan staf lain sibuk karena SDM tidak memadai, pengawasan/supervisi yang tidak adekuat. Kegagalan-kegagalan teknis. Kegagalan alat/perlengkapan: pompa infus, monitor.
Komplikasi/kegagalan implants atau grafts. Instruksi tidak adekuat, peralatan dirancang secara buruk bisa sebabkan pasien cedera. Kegagalan alat tidak teridentifikasi secara tepat sebagai dasar cederanya pasien, dan diasumsikan staf yang buat salah. RCA yang lengkap, sering tampilkan kegagalan teknis, yang mula-mula tidak tampak, terjadi pada suatu KTD. Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat.
Pedoman cara pelayanan dapat merupakan faktor penentu terjadinya banyak medical errors. Kegagalan dalam proses layanan dapat ditelusuri sebabnya pada buruknya dokumentasi, bahkan tidak ada pencatatan, atau SOP klinis yang adekuat.
: salah injeksi obat, advise dokter ranitidin, yang dimasukkan lidokain. Pasien di UGD dengan penurunan kesadaran, jatuh dari tempat tidur karena perawat tidak memasang pengaman/restren di saat menyiapkan alat-alat untuk melakukan tindakan.
salah obat yang diberikan kepada pasien dengan nama yang sama dan alamat yang sama tetapi belum jadi diminum karena ketahuan oleh keluarga pasien, karena keluarga pasien cukup kritis menanyakan tentang obat.
Seorang pasien mendapatkan obat Antalgin , yang sebenarnya pasien mengetahui riwayatnya tersebut namun saat pasien memberitahu
perawat bahwa ia alergi terhadap Antalgin , perawat seperti menganggap sepele dengan berkata : Ya Pak, nanti dengan dokternya.... Hasilnya adalah pasien pulang mendapat obat patent Antalgin karena dokter tidak mengetahui informasi tersebut dan pasien juga tidak tahu bahwa obat paten tersebut terkandung antalgin . Hanya karena keberuntungan obat tersebut tidak sampai terminum karena keluarga pasien ada yang mengetahuinya.
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission). Contoh : seorang dokter memberikan resep antibiotik yang menimbulkan efek samping pada pasien, padahal sang pasien sebetulnya tak perlu diberi antibiotik. Dalam kasus seperti ini, tindakan pemberian resep tersebut bukan akibat kelalaian, melainkan medical errors. Seorang petugas kesehatan yang menyuntik pasien lalu timbul pembengkakan, atau petugas kesehatan yang menancapkan jarum pada botol infus supaya botol infusnya tidak kempes, tanpa sadar bahwa cara seperti ini justru menimbulkan risiko infeksi yang diperoleh di rumah sakit. Keduanya termasuk medical errors.
ada seorang akseptor KB IUD mengeluh sakit perut bagian bawah kemudian di periksa oleh dokter SpOG dan di lakukan Aff IUD. Dalam perjalanan pulang kurang lebih 10 menit, pasien tersebut pingsan kemudian kembali ke RB tersebut tetapi tidak bertemu dengan dokter SpOG tersebut dan dilakukan pertolongan oleh dokter jaga dengan diberikan infus dan obat analgetik. Diobservasi selama 2 jam pasien tambah kesakitan kemudian diputuskan oleh dokter jaga dirujuk ke rumah sakit lain. Di rumah sakit tsb dilakukan laparatomi ternyata ada sobekan di usus. Kasus tersebut menggambarkan seorang dokter melakukan tindakan tanpa dilakukan pemeriksaan yang lebih detail sehingga merugikan pasien.
mengakibatkan cedera pada pasien. Sistem ini juga mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan operasional rutin rumah sakit atau asuhan pasien. Contoh :
Insiden : salah pemberian obat pada pasien anak Jenis insiden : KNC (tidak terjadi cedera) Tempat/lokasi : farmasi Spesialisasi: kasus anak Unit penyebab: farmasi.
Kecelakaan saat kegiatan survey di perusahaan tambang batubara. Karena terpeleset saat melalukan pengambilan data di kedalaman kurang dari 1 meter, 2 karyawan meninggal dunia.
kawasan Surabaya Barat terdiri dari 3 tower (Tower A, B, C) dan fasilitas lengkap. Pembangunan Apartemen Puncak Permai
merupakan bangunan tingkat tinggi yang sangat berisiko dalam hal kecelakaan kerja. Penggunaan teknologi tinggi dan metode
pelaksanaan yang tidak akurat serta kurang teliti dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Terbukti dari data yang didapatkan selama Januari 2009- Maret 2010 pelaksanaan terdapat 8 kejadian kecelakan (Safety Health Environment, WIKA)
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku. Contoh : salah posisi operasi yang akhirnya terbuka setelah perawat lakukan sosialisasi tentang keselamatan pasien rumah sakit kepada seluruh jajaran karyawan dan setelah kami pastikan pada mereka dan direktur bahwa tidak akan ada blowming bagi mereka yg melapor. Sungguh merupakan contoh yg sangat berharga bagi kami karena tidak melaksanakan prosedur transfer informasi dan hand over sebagaimana mestinya, sehingga chess barrier tidak bisa terlaksana dengan maksimal mulai sejak pasien masuk di pendaftaran dan di UGD sampai dilaksanakannya operasi. Dokter spesialis yg sangat
menganggap enteng masalah keselamatan pasien rumah sakit tidak melaksanakan prosedur time out sebelum melakukan tindakan yang pada akhirnya juga akan merugikan pasien maupun perawat sendiri, seandainya ada tuntutan.
Untuk itulah, betapa pentingnya kita semua mulai dari jajaran direksi sampai pada tenaga cleaning service sekalipun agar bisa mengerti dan melaksanakan semua prosedur tentang keselamatan pasien, tidak terkecuali para dokter spesialis yang notabene sangatlah sulit untuk mereka melaksanakan hal tersebut, baik itu prosedur time out maupun DPJP di ruangan, sehingga peran komite medis sendiri juga sangat diperlukan agar semua pihak bisa mengerti dan melaksanakan semua prosedur keselamatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA