Pengertian
Pengawasan Pengendalian: Dikatakan pengawasan adalah pengendalian tanpa tindakan koreksi atau Pengendalian adalah pengawasan plus tindakan koreksi. Dimaksud dengan controling adalah pengawasan pengendalian atau wasdal. Pengertian Pengawasan Pengendalian (controling) Beberapa pengertian Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.275/Men.Kes./Sk/VII/79, Sistem Kesehatan Nasional(SKN), Rencana Pokok Program Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RP3JPK), Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan sebagainya adalah sebagai berikut: Pengendalian Pengendalian adalah kegiatan untuk mengikuti kemajuan pelaksanaan usaha agar sesuai dengan rencana dan atau ketentuan undang-undang yang berlaku. Menurut G.R Terry, Pengendalian dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang harus dilakukan yaitu pelaksanan, dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana,yaitu sesuai dengan standar. Pengendalian dimaksud sebagai tindakan pengaturan dan pengarahan pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai berhasil guna dan berdaya guna. Pengawasan Dilakukan dengan mengamati peelaksanaan seluruh aspek uapaya kesehatan untuk menjamin agar semua kegiatan ynag sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana dan peratran perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan pada hakekatnya akan membawa peningakatan dan penyempurnaan administrasi secara keseluruhan, baik peningakatan kemampuaan perencanaan, pelaksanaan, maupun peningkatan pengendalian serta penilaian.
Pengawassan Pengendalian Menurut Lembaga Administarsi Negara, dalam bukunya Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia istilah Pengawasan dan Pengendalian keduanya merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris Controlling yang berarti: Suatu proses kegiatan seseorang pimpinan untuk menjamin, agar pelaksnaan kegiatan organisasi sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetepkan. Selanjutnya diungakapkan bahwa hakekat pengawasan adalah mencegah sedini mungkin penyimpangan-penyimpangan,pemborosan,kegagalan dalam mencapai tujuan dan mencegah turulangnya hal-hal tersebut dimasa yang akan datang. Sasaran pengawasan ditujukan untuk mewujudkan efisiensi, efektivitas, kehebatan dan ketertiban sejak dari proses perencanaan,pelaksanaan dan penilaian. Pengawasan baru bermakna apabila apabila diikuti tindakan koreksi. Kegiatan pengawasan dan pengendalian mempunyai sasaran dan tujuan yang sama. Perbedaaan terletak pada kewenangan melakuakn tindakan koreksi, yang sama dimiliki oleh para pengendali, sedangkan para pengawas pada umumnya hanya memberikan saran tindakan koreksi yang perlu dilakukan. Namun para pengawas fungsional tetap memonitor tindakan koreksi yang disarankan oleh para pengendali untuk dilaporkan kepada para pengendali yang lebih tinggi. Dengan demikian antara kegiatana pengawasan dan pengendalian terdapat kaitan yang sangat erat. Pengendalian dan Penertiban Pengendalian dan Penertiban kegiatan pengawasan yang melekat untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kebijaksanaan umum,mencegah dan meluruskan penyimpangan dari ketentuan peratuaran perundangan yang berlaku, untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan atau penyempurnaan sebagaimana mestinya. Asas-asas Pengawasan dan Penertiban Pengawasan dan Penertiban adalah kegiatan pengawasan melekat untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kebijaksanaan umum, mencegah dan meluruskan penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan atau penyempurnaan sebagaimana mestinya. Asas-asas Pengawasan Pengendalian (Pengawasan efekif) Agar pengawasan pengendalian dapat efektif perlu memperhatikan asas-asas atau prinsipprinsip pengawasan pengendalian. Harold koontz dan Cyril ODonnell mengemukakan bahwa asas-asas atau prinsip-prinsip pengawasan pengendalian, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Menjamin tercapainya tujuan. Pengawasan pengendalian dimaksudkan agar tujuan dapat tercapai dengan mencegah penyimpangan terhadap perencanaan dan melakukan tindakan koreksi yang diperlukan untuk itu. 2. Effisien Pengawasan pengendalian dikatakan efisien apabila dapat menghindari penyimpangan dari perencanaan yang telah ditetapkan dan ekonomis. 3. Tanggung jawab Pengawasan pengendalian dilaksanakan secara objektif dengan rasa tanggung jawab terhadap kesesuaian pelaksanaan dengan perencanaan untuk keberhasilan mencapai tujuan. 4. Mengarah ke masa datang Pengawasan pengendalian mengarah pada kepentingan tujuan masa depan. 5. Pengawasan pengendalian langsung Pengawasan pengendalian sebaiknya adalah secara langsung dari atasn pada bawahan. 6. Merupakan pencerminan perencanaan Pengawasan pengendalian merupakan cermin daripada perencanaan.
7. Kesesuaian dengan organisasi Pengawasan pengendalian menyesuaikan dengan struktur organisasi dan uraian tugas organisasi. 8. Pengawasan pengendalian individual Pengawasan pengendalian bersifat individu sesuai kebutuhan tergantung pada tingkat dan tugas manajer. 9. Asas standar Untuk melaksanakan pengawasan pengendalian diperlukan standar-standar (tolak ukur) yang direncanakan. 10. Memperlakukan hal-hal yang bersifat strategi Pengawasan pengendalian dipertajam pada hal-hal yang bersifat strategis. 11. Asas kekecualian atau control by exception Pengawasan pengendalian lebih memperdulikan pada hal-hal yang sifatnya
menyimpang,kelainan, yang menonjol atau menarik perhatian. 12. Fleksibel Pengawasan pengendalian hendaknya bersifat luwes tidak kaku. 13. Asas peninjauan kembali Pengawasan pengendalian hendaknya selalu dapat ditinjau ulang. 14. Asas kegiatan Pengawasan pengendalian merupakan suatu kegiatan yang terencana berdasarkan tolak ukur.
Tujuan Pengawasan Pengendalian 1) Untuk mengetahui apakah hasil kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai rencana yang telah dibuat 2) Apakah pelaksanaan telah sesuai dengan kebijaksanaan, pengarahan, prosedur dan pedoman-pedoman yang telah ditetapkan 3) Untuk mengetahui apakah ada kesulitan, hambatan , tantangan, peluang dan potensi yang penting diketahui untuk keberhasilan pecapaian tujuan dan bila perlu melaksanakan tindakan koreksi 4) Apakah pelaksanaan kegiatan tersebutdapat berjalan secara efisien dan efektif dilihat dari tenaga, biaya dan sarana prasarana yang ada 5) Dengan adanya pengawasan dan pengendalian dapat dicegah adanya penyimpangan, pemborosan dan kegagalan yang tidak perlu.
Secara strategis dalam pemerintahan, tujuan pengawasan adalah menggunakan semua program pemerintah dan secara taktis atau teknis menjamin dipatuhinya perturan-peraturan, perundang-undangan dan dilaksanakannya kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Pada umumnya pengawasan pengendalian dilakukan terhadap seluruh fungsi-fungsi dan unsur-unsur manajemen. Proses dan langkah-langkah Pengawasan dan Pengendalian Dalam melaksanakan pengawasan pengendalian untuk pencapaian tujuan, melalui beberapa langakah (fase pengawasan) yang secara garis besar langkah tersebut adalah: 1. Pertama kali perlu ditetapkan alat ukur atau standar kriteria maupun indikator-indikator (tolak ukur) yang telah ditetapkan atau diketahui sejak awal pada tahap perencanaan. 2. Langkah berikutnya adalah mengadakan penilaian (Evaluation).
Dalam penilaian ini dibandingkan antara hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan (actul result) dengan standar yang telah ditetapkan. Standar adalah alat pengukur atau atau alat penilai suatu pekerjaan. Seharusnya diperoleh hasil yang sama, antara actual result dan standar. Apabila terdapat ketidaksamaan, maka perlu diambil tindakan koreksi. 3. Tindakan perbaikan (correcting action) Tindakan korektif ini di maksudkan agar apa yang telah direncanakan akn menjadi kenyataan (sesuai dengan yang direncanakan) Standar Pada umumnya standar atau alat pengukur bawahan dapat digolongkan menjadi: 1. Standar dalam bentuk fisik: a. Kuantitas atau jumlah hasil pekerjaan. b. Kualitas hasil pekerjaan. c. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan hasil pekerjaan. 2. Standar dalam bentuk uang (budget) a. Standar biaya: Biaya rata-rata semestinya yang diperlukan. b. Standar penghasilan: Kesesuaian besarnya gaji. c. Standar investasi: Modal yang diperlukan secara rasional untuk suatu pekerjaan atau usaha. 3. Standar Intangible Standar yang dipergunakan untuk mengukur sesuatu hal yang tidak bisa diukur secara fisik atau uang. Bersifat relatif. Misalnya adanya keluhan atau kepuasan seseorang, pengembangan pegawai, motivasi dan sebagainya. atau alat penilai bagi suatu pekerjaan
4. Standar program dan sasaran Untuk kegiatan tertentu telah ditetapkan sasaran dan target program. Indikator Seperti kita ketahui agar suatu kegiatan yang direncanakan dapat berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan (dituju) perlu dilakukan pengawasan pengendalian dan penilaian (monitoring, controlling dan evaluation). Untuk itu perlu ditetapkan indikator (tolak ukur) yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan tersebut dan siapa serta bagaimana cara pelaksanaan upaya pengawasan pengendalian dan penilaian. Pengawasan pengendalian dan penilaian perlu dilakukan secara teratur dan terus
menerus terhadap seluruh aspek pengelolaan program, untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Kegiatan penilaian ini dimaksudkan antara lain, untuk membandingkan keadaan yang ada dengan keadaan yang seharusnya dicapai. Untuk keperluan pengawasan pengendalian itu diperlukan indikator-indikator penilaian yang sesuai dan dapat digunakan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional dan RP3JPK, untuk indikator kesehatan dan dikelompokkan sebagai berikut: 1. Indikator untuk keadaan umum dan lingkungan. 2. Indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan. 3. Indikator yang berhubungan dengan upaya kesehatan.
Metode atau cara Pengawasan Pengendalian Cara-cara pelaksanaan pengawasan pengedalian sesuai dengan fase atau langkah-langkah pengawasan pengendalian adalah sebagai berikut:
1. Pengawasan tidak langsung dengan mempelajari laporan-laporan yang diperoleh secara aktif maupun pasif, tertulis maupun lisan. 2. Melakukan observasi langsung di tempat (on the spot observation) atau inspeksi mendadak (sidak). 3. Melalui wawancara. 4. Dengan daftar pertanyaan (kuisioner). 5. Mempelajari data-data statistik. Teknik dan Objek Pengawasan Pengendalian Adalah tidak mungkin seseorang pemimpin mengawasi satu persatu kegiatan yang dilakukan. Oleh karenanya diperlukan teknik-teknik khusus atau objek-objek tertentu untuk memudahkan pengawasan pengendalian tanpa mengurangi maknanya. Teknik tersebut antara lain: 1. Control by exception Pengawasan pengendalian lebih ditujukan pada hal-hal yang menojol atau kelainan dan yang menarik perhatian lainnya. 2. Control through cost Kontrol terhadap hal-hal yang memerlukan pembiayaan besar (urutan prioritas). 3. Control through process and procedurs Perhatian terhadap proses dan prosedur yang ditempuh. 4. Control through time Kontrol terhadap waktu yang dipergunakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. 5. Control through out put Kontrol berkaitan dengan hasil kegiatan, efisien dan efektifitas.
6. Control through audit Pengawasan pengendalian dengan melakukan audit manajemen, verifikasi dan pemeriksaan. 7. Control through key personel Mengawasi dan mengendalikan pegawai tertentu yang menjadi perhatian yang dapat membawa keberhasialan atau kegagalan. Macam-macam pengawasan pengendalian 1) Internal control: oleh pihak dalam organisasi sendiri 2) External control: oleh pihak di luar organisasi 3) Audit control 4) Formal control 5) Informal control 6) Preventive control 7) Represive control
PENGAWASAN MELEKAT (WASKAT) Pengertian Pengawasan Melekat Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1989, yang dimaksud dengan Pengawasan Melekat, adalah serangkaian kegiatan yang bersifat pengendalian yang terus menerus, dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahanya, secara preventif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencara kegiatan dan peraturan perundang-perundangan yang berlaku.
Beberapa pengertian lain yang perlu diketahui bekaitan dengan pengawasan melekat adalah sebagai berikut: Atasan langsung adalah pejabat atasan yang karena struktur organisasinya atau kewenangan khusus termasuk proyek, membawahi dan wajib mengawasi pegawai bawhannya. Bawahan adalah mereka yang bertanggung jawab serta wajb melapor kepada atasan tentang pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Penagawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan secara fungsional baik inten pemerintah maupun ekstern pemerintah, yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintan dan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh warga masyarakat yang disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Aparatur Pemerintah yang berkepentingan, berupa sumbangan pikiran, saran, gagasan atau keluhan/pengaduan yang bersifat membangun yang disampaikan baik secara langung maupun melalui media. Pengawasan legislatif adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga perwakilan rakyat terhadap kebijaksanaan dan pelaksanaan, tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi Departemen Pemerintah, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Pemerintah lainnya dan proyek baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Tujuan Pengawasan Melekat adalah terciptanya kondisi yang mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, kebijaksanaan, rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dilakukan oleh atasan langsung. Sasaran Pengawasan Melekat, adalah: 1. Meningkatan disiplin serta prestasi kerja dan pencapaian sasaran pelaksanaan tugas. 2. Menekan hingga sekecil mungkin penyalahgunaan wewenang.
3. Menekan sekecil mungkin kebocoran serta pemborosan keuangan Negara dan segala bentuk pungutan liar. 4. Mempercepat penyelesaian perijinan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. 5. Mempercepat pengurusan kepegawaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ruang Lingkup 1. Pengawasan melekat dilaksanakan berdasarkan kebijakan yang telah digariskan, meliputi semua kegiatan pemerintahan dan pembangunan, baik di Pusat maupun di Daerah yang mencakup : a. b. c. d. e. Kegiatan umum pemerintahan antara lain: pemberian bimbingan dan pembinaan, pemberian perijinan, pelayanan dan kemudahan kepada masyarakat. Pelaksanaan rencana dan program serta proyek-proyek pembangunan. Penyelenggaraan pengurusan dan pengelolaan keuangan dan kekayaan negara. Kegiatan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, Lembaga Keuangan serta Bank-Bank milik Negara. Kegiatan aparatur pemerintah di bidang yang mencakup kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan.
2. Pengawasan melekat yang meliputi ruang lingkup tersebut di atas dilakukan oleh setiap atasan secara struktural, fungsional dan pimpinan proyek, baik yang menyangkut aspek teknis maupun administratif sesuai dengan sasaran kerja dan waktu, kewenangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan Pengawasan Melekat Pengawasan pelaksanaan melekat dilakukan dengan : 1. Menciptakan sarana atau system kerja berdasarkan kewenangan yang dimiliki sehingga pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku. 2. Memantau, mengamati dan memeriksa pelaksanaan tugas agar berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku secara berdaya guna dan berhasil guna.
3. Mengidentifikasi dan menganalisis gejala-gejala dan penyimpangan serta kesalahan yang
4. Merumuskan tidak lanjut dan langkah-langkah yang tepat sesuai dengan kewenangannya dengan memperhatikan kewengan pejabat/instansi yang terkait. 5. Menjalin kerjasama dengan aparat fungsional dan pengawasan-pengawasan lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pengwasan melekat. 6. Meminta laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas bawahan. 7. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan. 8. Membina bawahan agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Saranan dan sistem kerja Pengawasan Melekat Saranan dan sistem kerja pengawasan melekat yang harus diciptakan atau disempurnakan adalah antara lain: 1. Struktur organisasi yang jelas dengan pembagian tugas dan fungsi beserta uraiannya yang jelas pula.
2. Kebijakan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangan
dalam pelaksanaannya oleh bawahan yang menerima pelimpahan wewenang dari atasan. 3. Rencana kerja dan rencana biaya yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar kegiatan tersebut dan hubungan antara berbagai kegiatan beserta sasaran yang harus dicapainya. 4. Prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari atasan kepada bawahan. 5. Pencatatan hasil kerja serta pelaporannya yang merupakan alat bagi atasan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan serta penyusunan pertanggungjawaban, baik mengenai pelaksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan keuangan. 6. Pembinaan personil yang terus menerus agar pelaksana menjadi unsur yang mampu melaksanakan dengan baik tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan maksud serta kepentingan tugasnya. Tindak Lanjut Tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang diidentifikasikan dalam rangka pelaksanaan pengawasan melekat, sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku, yaitu:
1. Tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian, termasuk penerapan hukuman disiplin. 2. Tindakan tuntutan/gugatan perdata, antara lain tuntutan ganti rugi/penyetoran kembali, tuntutan perbendaharaan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi dan lain-lain. 3. Tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya kepada instansi yang berwenang sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan. 5. Tindakan peningkatan dayaguna dan hasilguna terhadap fungsi pengendalian maupun pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada agar dapat terselenggara dengan sebaikbaiknya dan tercapai hasil kerja yang optimal. 6. Tindakan pemberian penghargaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan. Pelaksanaan tindak lanjut
1. Tindak lanjut hasil pengawasan melekat harus secepat mungkin dilaksanakan setelah
diyakini adanya penyimpangan dan diperoleh dengan cara mengatasinya, atau prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan. 2. Pelaksanaan tindak lanjut merupakan kewenangan atasan bersangkutan kecuali apabila tindak lanjut tersebut di luar batas kewenangannya. 3. Dalam hal tindak lanjut hasil pengawasan melekat bukan menjadi wewenang atasanyang bersangkutan, maka atasan tersebut wajib melaporkan kepada atasannya atau kepada pejabat yang berwenang melaksanakan tindak lanjut. 4. Laporan tersebut (butir 3) di atas disertai saran/rekomendasi pelaksanaan tindak lanjut.
5. Tindak lanjut harus dipantau dan dievaluasi pelaksanaannya guna memperoleh keyakinan
bahwa tindakan-tindakan dalam rangka tindak lanjut tersebut mencapai sasaran yang tepat.
Prinsip-Prinsip Pokok Pengawasan Melekat Pengawasan melekat dengan tujuan, sasaran dan ruang lingkup sebagaimana disebutkan dalam instruksi presiden Nomor 1 tahun 1989 dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip pokok, menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 93/MENPAN/1989, meliputi prinsip-prinsip pokok:
1. Bahwa pada dasarnya WASKAT dilakukan secara berjenjang. Namun demikian setiap
pimpinan pada saat-saat tertentu dapat melakukan WASKAT pada setiap jenjang yang ada di bawahnya. 2. Pengawasan Melekat harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan secara sadar dan wajar sebagai salah satu fungsi menajeman yang penting dan tak terpisahkan dari perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan. 3. Pengawasan Melakat lebih di sarankan pada usaha pencegahan terhadap penyimpangan, karena itu perlu ada system yang jelas yang dapat mencegah terjadinya penyimpangan. Dalam pelaksanaan fungsi manajeman perlu dilakukan WASKAT untuk menjamin agar tujuan dapat dicapai secara efisien dan efektif. Berbagai kegiatan pelaksanaan memerlukan pula pengawasan dalam rangka penyem[urnaan perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan itu sendiri. Lebih dari itu hasil pengawasan itu juga dipergunakan untuk meyempurnakan system pengawasan. 4. Pengawasan Melekat harus bersifat membina, karena itu penentuan adanya, suatu penyimpangan harus di dasarkan pada criteria yang jelas dan penyimpangan tersebut harus di deteksi secara dini. Tindak lanjut terhadap temuan-temuan dalam pengawasan melekat harus dilakukan secara tepat dan tertib, di dasarkan pada penilaian yang obyektif melalui analisis yang cermat sesuai dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk tindak lanjut yang berupa penghargaan bagi bawahan yang berprestasi baik. 5. Pengawasan Melekat harus merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai kegiatan rutin sehari-hari dalam rangka pelaksanaan tugastugas umum pemerintahan dan pembangunan. 6. Pengawasan Melekat harus dilaksanakan dengan menggunakan sistem tertentu. 7. Pengawasan Melekat merupakan pengawasan yang pokok,sedangkan pengawasanpengawsan yang lainnya menunjang keberhasilan pengawasan melekat.
Sistem Pelaksanaan Pengawasan Melekat Program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat (P3-Waskat)
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pengawasan melekat dengan ruang lingkup sebagaimana tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1989, perlu disusun program Peningkatan Pengawasan Melekat yang meliputi: - Sarana Pengawasan Melekat (Sarwaskat) - Manusia dan Budaya - Tugas Instansi/Unit Kerja - Langkah-langkah Pelaksanaan Pengawasan Melekat
1. Sarana Pengawasan Melekat (Sarwaskat) a. Struktur organisasi Struktur organisasi dibuat untuk memberikan kejelasan tentang pembagian tugas, fungsi, wewenang, tanggung jawab serta hubungannya antara satu dengan yang lain. Untuk memperoleh kejelasan perlu dibuat:
1) Bagan organisasi sesuai ketetapan yang berlaku, yang menggambarkan antara lain:
a) b) c)
Kedudukan setiap unit dan petugas dalam susunan suatu satuan organisasi. Tugas pokok dan fungsi Hubungan antara setiap unit dan petugas
2) Rumusan tugas dan fungsi setiap unit. 3) Uraian jabatan yang menggambarkan antara lain: a) b) c) Nama Jabatan Tugas-tugas yang harus dilakukan Persyaratan jabatan yang harus dipenuhi Uraian ini diperoleh dari analisis jabatan. b. Kebijakan pelaksanaan Setiap pimpinan Instansi/Unit Kerja dalam rangka pelaksanaan tugasnya wajib menyusun kebijaksanaan pelaksanaan sebagai pegangan bagi setiap pelaksana dalam Instansi/Unit Kerjanya.
Kebijaksanaan pelaksanaan yang dibuat oleh setiap pimpinan hendaknya: 1) Berdasarkan kebijaksanaan yang lebih tinggi 2) Tidak boleh bertentangan dengan kebijaksanaan yang lebih tinggi dan kebijaksanaan yang setingkat dalam masalah yang sama. 3) Merupakan penjabaran kebijaksanaan yang lebih tinggi. 4) Tertulis 5) Terinci 6) Sistematis dan konsisten 7) Diorientasikan pada penyelesaian tugas secara efisien dan efektif. c. Rencana kerja Rencana kerja disusun untuk memberikan kejelasan tentang tujuan, sasaran, cara pelaksanaan, waktu, sumber-sumber yang diperlukan. Untuk memperoleh kejelasan, maka rencana kerja perlu: 1) Diikuti dengan program kerja 2) Disusun dengan memperhatikan kemungkinan pelaksanaan,tersedianya anggaran, tenaga,fasilitas dan waktu yang tersedia. 3) Luwes, dalam arti dapat dilakukan ubah0ubahan sesuai dengan perkembangan keadaaan. 4) Dalam penyusunannya sejauh mungkin mengikutsertakan pihak-pihak yang terlibat. d. Prosedur kerja Prosedur kerja disusun untuk memberikan petunjuk yang jelas tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menyelesaikan kegiatan. Untuk memperoleh kejelasan maka prosedur kerja perlu: 1) Tertulis dan perlu disusun bersadarkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ada. 2) Khusus prosedur yang berkaitan dengan perijinan dan pelayanan kepada masyarakat harus diinformasikan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan petunjuk Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 1984. Perijinan yang ada
hanya benar-benar diperlukan bagi kegiatan masyarakat di bidang usaha yng perlu dikendalikan. 3) Sederhana dan mudah dimengerti oleh pihak pengguna. 4) Skematis dengan menggunakan symbol-simbol tertentu. 5) Menjamin kelancaran, ketepatan dan kecepatan, jika perlu dilakukan pelimpahan wewenang satu pintu (one top service) atau pelayanan satu atap (one roof service). 6) Dapat mencegah terjadinya: a) b) Biaya tinggi Penyimpangan/penyalahgunaan e. Pencatatan hasil kerja dan pelaporan Pencatatan hasil kerja dan pelaporan disusun untuk memberikan kejelasan tentang semua informasitentang pelaksanaan tugas, baik yang menyangkut kemajuan maupun hambatanhambatan untuk dapat mengendalikan elaksanaan kegiatan. Untuk memperoleh kejelasan, maka pencatatan hasil kerja dan pelaporan perlu: 1) Berdasarkan fakta 2) Melalui prosedur kerja yang telah ditentukan 3) Tepat waktu dan teratur 4) Mencakup semua aspek pelaksanaan yang diperlukan 5) Meliputi tahapan dan waktu yang ditetapkan. f. Pembinaan Personil Pembinaan personil dilakukan untuk meningkatkan kemampuan, semangat dan gairah kerja, disiplin dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawan dan tidak mempunyai sikap dan tindakan yang bertentangan dengan maksud dan kepentingan tugas. Untuk memperoleh kejelasan, maka pembinaan personil perlu: 1) Didasarkan pada perencanaan sumber daya manusia yang matang.
2) Berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980.
memperhatikan kemungkinan penerapan sanksi dan pemberian penghargaan. 5) Dilaksanakan secara manusiawi. g. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan pelaksanaan pengawasan melekat, hendaknya digunakan formulir dan alat standar kerja tertentu. Untuk memperoleh kejelasan formulir-formulir dan lain-lain alat standarisasi kerja perlu: 1) Sederhana dan mudah dimengerti 2) Mencakup unsure-unsur yang diperlukan. 3) Adanya keseragaman pola.
2. Manusia dan budaya Dalam P3 WASKAT yang menyangkut aspek manusia dan budaya meliputi usaha-usaha untuk meningkatkan : a. Kemampuan kepemimpinan, keteladanan, disiplin, dedikasi dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980. b. Prestasi pegawai dengan melalui kegiatan pemberian bimbingan, koreksi, pendelegasian wewenang, pemberian tanggung jawab dan melalui program-program pendidikan dan pelatihan.
c. Partisipasi
pegawai dengan memberikan kesempatan dalam proses perumusan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan
d. Kejujuran dan disiplin diri untuk dapat bertindak dengan tegas dan lugas e. Kemampuan untuk selalu meningkatkkan kegiatan dalam mencapai hasil yang selalu lebih efisien lebih efektif dan optimal, ditanamkan dalam proses pembudayaan.
3. Tugas Instansi/Unit Kerja Dalam P3 WASKAT yang berkaitan dengan tugas-tugas Instansi/Unit Kerja termasuk proyek, yang berkaitan dengan tugas pokok maupun penunjang meliputi usaha-usaha: a. Pengidentifikasian dan penjabaran tugas dan fungsi
b. c. d. e. f.
Perencanaan dan penganggaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Penentuan indikator keberhasilan pelaksanaan tugas Petunjuk pelaksanaan tugas dan fungsi serta penerapannya Penatausahaan/pencatatan Pelaporan pencapaian sasaran pelaksanaan tugas (SASLAKGAS) Pengawasan masyarakat dan pengawasan legislatif.
4. Langkah-langkah pelaksanaan Waskat Dalam rangka peningkatan dan penyempurnaan pelaksanaan pengwasan melekat, sesuai dengan tugas pokok, fungsi, rencana dan program kerja dari masing-masing Instansi/ Unit kerja, setiap Instansi wajib menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat tahunan dari masing-masing Instansi/ Unit kerja. Secara keseluruhan system pelaksanaan waskat dimulai dari kegiatan penyusunan rencana yang meliputi sarana waskat, manusia dan budaya serta tugas instansi. Selanjutnya dilakukan kegiatan pemantauan terhadap kegiatan pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. Hasil pemantauan tersebut apabila terdapat penyimpangan atau prestasi yang patut mendapat penghargaan perlu diambil tindakan selanjutnya. Adapun dalam rangka pemantauan dan evaluasi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Aspek yang dipantau Pemantauan dalam kegiatan waskat meliputi baik terhadap sarana dan system kerjanya maupun terhadap kegiatan substantive dalam rangka pelaksanaan tugas pokok Instansi/Unit kerja. b. Cara Pemantauan Pemantauan dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Pemantauan formal dapat dilakukan secara berkala dengan interfal waktu, disesuaikan dengan sifat dan jenis pekerjaan dengan menggunakan formulir. Sedangkan pemantauan informal dilakukan secara terus menerus melalui komunikasi terbuka antara atasan dan bawahan.
Pelaksanaan kegiatan waskat hendaknya bukan ditekankan pada aspek ketidakpercayaan pada bawahan, tetapi hendaknya lebih diarahkan pada usaha membimbing dan member motovasi pada bawahan. c. Aspek yang dievaluasi Kegiatan evaluasi waskat meliputi: 1) Ketepatan sarana dan system kerja yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan Instansi/ Unit Kerja. 2) Ketepatan pelaksanaan dengan rencana dan kebijaksanaan 3) Ketepatan hasil sesuai dengan yang direncanakan. d. Langkah-langkah evaluasi 1) Mengumpulkan data baik yang berkaitan dengan system dan sarana kerja yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok instansi/Unit kerja. 2) Menganalisa apakah sarana dan system kerja yang digunakan sudah cukup baik, dalam arti dapat menjamin kelancaran tugas pokok.
3) Membandingkan apakah pelaksanaan kegiatan yang harapkan sesuai dengan rencana.
Untuk itu perlu ada suatu tolok ukur yang konkrit. 4) Kalau ada kemungkinan penyimpangan atau telah terjadi penyimpangan, menganalisis sebab terjadinya penyimpangan untuk selanjutnya melakukan langkahlangkah tindak lanjut baik yang menyangkut aspek dan sarana kerja, manusia maupun aspek pelaksanaan tugas pokok. 5) Pelaksanaan tindak lanjut. e. Tidak lanjut Tindak lanjut pelaksanaan waskat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang tertuang dalam butir III lampiran Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1989 yang dapat berupa: 1) Penghargaan 2) Bimbingan dan pengarahan dalam pelaksanaan 3) Penyempurnaan kebijaksanaan, rencana, biaya dan atau pelaksanaan tugas. 4) Tindakan administrative
5) Tindakan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi/gugatan perdata 6) Tindakan pengaduan tindak pidana 7) Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah dibidang kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan 8) Saran penyempurnaan kebijaksanaan yang lebih tinggi atau krbijaksanaan yang terkait.
Indikator Keberhasilan Waskat Salah satu indikator keberhasilan organisasi dalam rangka mencapai tujuan banyak ditentukan oleh keberhasilan program WASKAT. Keberhasilan program WASKAT dapat dilihat dari berbagai indicator 1. a. b. Indikator meningkatnya disiplin, prestasi dan pencapaian Saslakgas antara lain: Tingkat kehadiran meningkat Berkurangnya tunggakan kerja c. Rencana yang disusun menggambarkan adanya suatu sasaran yang jelas dan dapat diukur, terlihat kaitan antara rencana dengan program dan anggaran. d. Tugas selesai sesuai dengan rencana baik dilihat dari aspek fisik maupun biaya e. Tercapainya sasaran-sasaran tugas seperti 8 sukses pembangunan di daerah. f. Berkurangnya kerja lembur. 2. a. Indicator berkurangnya penyalah gunaan wewenang antara lain : Berkurangnya tuntutan masyarakat kepada pemerintah b. Terpenuhinya hak-hak pegawai negeri dan sesuai apa yang menjadi haknya, misalnya gaji pegawai diterima yang bersangkutan tepat waktu dan tepat jumlah.
3. Indicator berkurangnya kebocoran, pemborosan dan pungutan liar antara lain:
a. Kualitas dan kauntitas kasus-kasus penyimpangan, penyelewengan,kebocoran dan keborosan sudah berkurang sebagaimana tercermindalam laporan pemeriksaan pengawasan fungsional dan laporan pengawasan-pengawasan lain. b. Berkurangnya tingkat kesalahan dalam pelaksanaan tugas
4. a. b. c. 5. a. b.
Indicator cepatnya penyelesaian perijinan dan peningkatan pelayanan masyarakat antara lain: Tidak adanya lagi berdesakan antrian di loket pelayanan Ketepatan waktu dalam pemberian perijinan dan pelayanan Berkurangnya tunggakan kerja. Indicator cepatnya pengurusan kepegawaian antara lain: Berkurangnya keluhan pagawai dalam soal kenaikan pangkat dan pension Berkurangnya keterlambatan pengangkatan calon pegawai menjadi pegawai
I.
PENILAIAN (EVALUASI)
Pengertian Penilaian (evaluasi) adalah kegitan untuk membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan rencana yang telah ditentukan. Penilaian merupakan alat penting untuk membantu pengambilan keputusan sejak tingkat perumusan kebijakan maupun pada tingkat pelaksanaan program. Menurut WHO pengertian penilaian (evaluasi) adalah suatu cara yang sistematis untuk mempelajari berdasarkan pengalaman dan mempergunakan pelajaran yang dipelajari untuk memperbaiki kegiatan0kegiatan yang sedang berjalan serta meningkatkan perencanaan yang lebih baik denganseleksi yang seksama untuk kegiatan masa dating. Ini menyangkut analisa yang kritis mengenai berbagai aspek daripada pengembangan dan pelaksanaan suatu program dan kegiatan-kegiatan yang membentuk program tersebut, relevansinya,formulasinya, efisiensi dan aktivitasnya, biayanya dan penerimaannya oleh semua puhak yang terlibat. Tujuan penilaian untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna perencanaan dan pelaksanaan program serta memberikan petunjuk dalam pengelolaan tenaga, dana dan fasilitas untuk program yang ada sekarang dan yang akan dating. Komponen utama penilaian yang dipakai sebagai pendekatan untuk menilaai pelaksanaan program kesehatan yaitu:
1. 2. 3. 4.
Kesesuaian yang berkaitan dengan alasan-alasan atau maksud mengadakanprogram, rencana kegiatan, pelayanan atau unit-unit Tinjauan terhadap kemajuan program Daya guna dan hasil guna program Dampak pelksanaan program
Tujuan dari evaluasi program kesehatan adalah untuk memperbaiki program-program kesehatan dan pelayanannya untuk mengantarkan dan mengarahkan alokasi tenaga dan dana untuk program dan pelayanan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Evaluasi harus digunakan secara konstruktif dan bukan untuk membenarkan tindakan yang telah lalu atau sekedar mencari kekurangan-kekurangan saja.
Jenis evaluasi program Ada dua jenis evaluasi program yaitu formative evaluation dan summative evaluation. 1. formative evaluation evaluasi yang dilaksanakan selama program sedang berjalan (sedang dilaksanakan), denga tujuan untuk dapat memberikan umpan balik kepada manajer program tentang hasil-hasil yang dicapai serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program. Sehingga dapat diambil tindakan tertentu denga segera supaya tujuan dapat dicapai. a. Evaluasi proses Evaluasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang factor-faktor yang menghambat, mendorong, memberikan peluang dan tantangan yang ada. (strengths, weakness, opportunities dan treath a SWOT)
b.
Dengan metode evaluasi review technique (PERT) atau CPM (Critical Path Methode) summative evaluation evaluasi yang dilaksanakan pada akhir kegiatan program, untuk dapat melihat keadaan keseluruhan hasil pelaksanaan program secara keseluruhan, hambatan yang ada, peluanmg dan potensi yang ada. Sasaran evaluasi summative:
2.
a.
titik berat evaluasi ini adalah terhadap masuka program (input) yang dapat berupa kegiatan-kegiatan dan sarana prasarana tanpa melihat output program. Evaluasi program beranggapan bahwa dengan kegitan yang sesuai akan mendukung tercapaian tujuan. Pada dasarnya mempertanyakan dua hal: 1) kegiatan-kegiatan apa saja yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan program? 2) Sudah sesuaikah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan? 3) Seberapa jauh kegiatan tersebut dilaksanakan? Pernyataan-pernyataan evaluasi usaha bersifat kualitatif b. Evaluasi hail usaha (performance evaluation) Evaluasi hasil usaha bersifat kuantitatif, misalnya: c.
Frekuansi kegiatan dilaksanakan Jumlah anak yang diimunisasi Jumlah vitasmin A yang dibagikan
Evaluasi kelayakan hasil usaha(hasil guna) atau efektifitas. Suatu hail yang diperoleh (tercapai) dibandingkan dengan hasil yang diharapkan (target) dalam suatu kegiatan tertentu.
EFEKTIFITAS = Hasil pencapaian HASIL YANG DIHARAPKAN(TARGET)
d.
Evaluasi daya guna atau efisiensi Evaluasi efisiensi dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah sebanding antara hasil kegiatan atau keluaran (output) yang ada dengan asupan (input) modal yang disediakan. EFISIENSI = out put input
Seringkali terdapat kesulitan menyesuaikan ukuran satuan input dan output e. Evaluasi proses Evaliasi yang memberikan gambaran tentang factor kekuaatan yang mendukung, factor yang memperlemah, adanya peluang-peluang dan factor yang menghambat pencapaian tujuan yang diketahui setelah kegiatan selesai