Anda di halaman 1dari 31

Kelompok 8

Di susun oleh :

1. Isnani Arifin 2. M. Febry In Ami 3. Galang Sanitya P 4. M. Rizqon Radityo

(100521402183) (100521402181) (100521402242) (100521402239)

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2010

Pengertian Paradigma
Paradigma Suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis umum yang dijadikan sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan. (Thomas S. Khun. 1970: 49 )

Pancasila
sebagai

Paradigma Pembangunan Paradigma Pembangunan Iptek Paradigma Pembangunan HANKAM Paradigma Pengembangan Bidang Politik

Paradigma Reformasi

Paradigma Pengembangan Kehidupan beragama Paradigma Pengembangan Sosial Budaya Paradigma Pembangunan Ekonomi

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan


Mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala

aspek pembangunan nasional harus berdasar pada hakikat


nilai sila-sila Pancasila berdasarkan ontologis manusia sebagai subjek pendukung pokok negara.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek

Hakekat Iptek adalah terikat oleh Pancasila. Sila-sila di dalamnya merupakan sumber nilai, kerangka pikir serta basis moralitas bagi pengembangan iptek.

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan HANKAM


Basis moralitas pertahanan dan keamanan negara

berdasarkan terjaminnya harkat dan martabat manusia


(HAM) yang dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik


Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, karena sistem politik negara harus berdasarkan hak dasar kemanusiaan, atau yang lebih dikenal dengan hak asasi manusia. Sehingga sistem politik negara pancasila mampu memberikan dasar-dasar moral, diharapkan supaya para elit politik dan penyelenggaranya memiliki budi pekerti yang luhur, dan berpegang pada cita-cita moral rakyat yang luhur.

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi


Sesuai dengan Paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, maka sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus mandasarkan pada moralitas ketuhanan dan kemanusiaan. Hal ini untuk menghindari adanya pengembangan ekonomi yang cenderung mengarah pada persaingan bebas, yaitu yang terkuat dialah yang akan menang

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya


Pancasila berdasar pada hakikat dan kedudukan kodrat

manusia itu sendiri (humanistik). Sebagaimana tertuang


dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, yang diharapkan menghasilkan manusia yang berbudaya dan beradab.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama


Pancasila sebagai bentuk paradigma untuk mengatasi

semakin

melemahnya

toleransi

dalam

kehidupan

beragama sehingga menyimpang dari asas kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi


Gerakan reformasi diletakkan dalam kerangka Perspektif sebagai landasan dan cita-cita. Sebab tanpa suatu dasar

dan tujuan yang jelas, reformasi akan mengarah pada


kehancuran bangsa.

Gerakan Reformasi
Pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II Pelita ke tujuh ini, bangsa Indonesia mengalami bencana hebat yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia Tenggara sehingga menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Terlebih dari merajalelanya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme pada hampir seluruh instansi pemerintahan. Para wakil rakyat yang seharusnya membawa amanat rakyat dalam kenyataannya tidak dapat berfungsi secara demokratis.

Gerakan reformasi dan ideologi pancasila


Reformasi banyak disalah gunakan sehingga gerakan masyarakat yang melkukan gerakan reformasi menjadi tidak sesuai dengan pengertian reformasi yang sebenarnya. Makna reformasi adalah suatu gerakan untuk memformat ulang kembali hal-hal yang menyimpang dan dikembalikan pada bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang ada.

Pancasila sebagai dasar cita-cita reformasi


Sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia nampaknya tidak diletakkan dalam kedudukan dan fungsi yang sebenarnya. Oleh karena itu maka gerakan reformasi harus diletakkan dalam kerangka perspektif pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideologi.

Pancasila sebagai Reformasi Hukum


Dalam era reformasi akhir-akhir ini banyak tuntutan rakyat terhadap pembaharuan hukum sudah merupakan suatu keharusan, untuk melakukan penataan kembali tidak mungkin dilakukan tanpa dasar-dasar perundang-undangan.

Pancasila sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum


Dalam Negara Indonesia Staatsfundamentalnorm tersebut intinya adalah pancasila, maka pancasila merupakan cita-cita hukum, sumber nilai serata sumber penyusunan dan perubahan hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu agar hukum berfungsi sebgai pelayanan kebutuhan masyarakat, maka hukum harus senantiasa diperbaharui. Sebagai paradigma dalam pembaharuan tatanan hukum pancasila itu harus dipandang sebagai citacita hukum yang barkedudukan sebagai Staatsfundamentalnorm dalam Negara Indonesia.

Dasar Yuridis Reformasi Hukum


Dalam wacana reformasi hukum dewasa ini bermunculan berbagai pendapat yang pada taraf tertentu nampak hanya luapan emosional dan meninggalkan aspek konsepsional. Hal ini berdasarkan pada suatu suatu kenyataan bahwa UUD 1945 beberapa pasalnya dalam praktek penyelenggaraan Negara bersifat multi interpretable dan memberikan porsi kekuasaan yang sangat besar kepada Presiden.

Pancasil sebagai Reformasi Pelaksanaan Hukum


Dalam suatu negara betapapun baiknya suatu peraturan perundang-undangan namun idak disertai jaminan pelaksanaan hukum yang baik, niscaya pelakasanaan hukum akan menjadi sia-sia belaka. Dalam era reformasi pelaksanaan hukum harus dilaksanakan pada suatu nilai sebagai landasan operasional.

Reformasi atas Sistem Politik


a. UU tentang susunan kedudukan MPR dan DPRD

(UU NO. 6/Tahun 1969 jis UU No. 5/Tahun 1975 dan UU No. 2/tahun 1985) b. UU tentang partai politik dan golongan karya (UU No. 3/Tahun 1975, jo UU No. 3/Tahun 1985) c. UU tentang pemilihan umum (UU No. 15/Tahun 1969 jis UU No. 4/Tahun 1975. UU No. 2/Tahun 1980 dan UU No. 1/Tahun 1985)

Susunan Keanggotan MPR


Target yang sangat vital dalam proses reformasi dewasa ini adalah menyangkut penjabaran sistem kekuasaan rakyat dalam sistem politik Indonesia. Undang-undang tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD pada masa orde baru bermuatan dalam UU No. 2 Tahun 1985.

Susunan keanggotaan DPR


Perubahan atas keanggotaan DPR tertuang dalam Nomor 4 Pasal 11 sebagai berikut :

Pasal 4 ayat 2 menyatakan keanggotaan DPR terdiri atas :


Anggota partai politik hasil pemilu Anggota ABRI yang diangkat Anggota partai politik hasil pemilu sebanyak 462 orang. Anggota ABRI yang diangkat sebanyak 38 orang.

Pasal 11 ayat 3 menjelaskan :


Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat I


Reformasi atas undang-undang politik yang mengatur

susunan keanggotaan DPRD Tingat I dalam UU Politik tahun 1999 sebagai berikut :

Pasal 18 ayat 1
Bahwa pengisian anggota DPRD melalui pemilu dan pengangkatan. Tingkat I dilakukan

Pasal 18 ayat 2
Menyatakan bahwa DPRD Tingkat I terdiri atas :

Anggota partai politik hasil pemilihan umum. Anggota ABRI diangkat.

Pasal 18 ayat 3
Menyatakan bahwa jumlah anggota DPRD Tingkat I ditetapkan sekurang-kurangnya 45 orang dan sebanyakbanyaknya 100 orang termasuk 10% anggota ABRI yang diangkat.

Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat II


Reformasi atas susunan keanggotaan DPRD II tertuang dalam UU politik No.4 Tahun 1999.
Pasal 25 ayat 1 menyatakan pengisian anggota

DPRD II dilakukan berdasarkan hasil pemilu Pasal 25 ayat 2 menyatakan DPRD II terdiri atas

Anggota parpol hasil pemilu Anggota ABRI yg dingkat

Berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, atas dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab, hal ini berarti bahwa kehidupan dalam negara berdasar pada nilainilai ketuhanan, dengan memberikan kebebasan atas

kehidupan beragama atau dengan menjamin atas


demokrasi dibidang agama.

Aktualisai Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta ideologi bangsa dan negara, bukanlah hanya sekedar rangkaian kata-kata yang indah namun harus diwujudkan dan diaktualisasikan dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Tridharma Perguruan Tinggi


Pendidikan

tinggi adalah sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas sebagai dharma yang pertama yaitu melaksanakan pendidikan untuk menyiapkan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Penelitian adalah inovasi yang bersifat fital di perguruan tinggi yang merupakan misi kegiatan telaah yang taat kaidah, bersifat objektif dalam upaya untuk menentukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Pengabdian kepada masyarakat adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat.

Budaya akademik
Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memiliki cirri khas tersendiri. Suatu perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah.
Terdapat sejumlah ciri masyarakat akademik sebagai berikut :

Kritis yang berarti mengembangkan sikap ingin tahu Kreatif yang berarti senantiasa mengembangkan sikap inovatif Objektif yang berarti berdasarkan kebenaran ilmiah

Analisis yang berarti kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah Kontruktif yang berarti budaya akademik harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru bagi masyarakat Dinamis yang berarti cirri ilmiah sebagai budaya akademik Dialogis yang berarti proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat akademik Menerima kritik adalah sebagai suatu konsekuensi suasan dialogis yaitu setiap insane akademik harus senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik

Menghargai presatasi akademik yaitu prestasi dari suatu

kegiatan ilmiah Bebas dari prasangka yang berarti budaya akademik harus mengembangkan moralitas ilmiah Menghargai waktu yang berarti masyarakat intelektual senantiasa memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah yang berarti masyarakat akademik memilik karakter ilmiah Berorientasi ke masa depan yaitu suatu masyarakat akademik mampu mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan dengan perhitungan yang cermat realistis dan rasional Kemitraan artinya suatu masyarakat ilmiah memiliki rasa persaudaraan yang kuat

Kampus Sebagai moral Force


Pengembangan hukum dan HAM

Masyarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar mengamalkan budaya akademik, terutama untuk tidak terjebak pada politik praktis dalam arti terjebak pada legitimasi kepentingan penguasa
Kampus sebagai sumber pengembangan hukum

Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu agenda yang sangat mendesak untuk diwujudkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundang undangan. Sesuai dengan tertib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum harus sesuai dengan tertib hukum Indonesia.

Kampus sebagai kekuatan moral pengembangan HAM


Sebagaimana dibahas di atas dalam reformasi dewasa ini bangsa Indonesia telah mewujudkan undang undang HAM yaitu UU republik Indonesia nomor 39/1999. Dalam menegakkan HAM tersebut mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat objektif dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat manusia. Dewasa ini dalam menegakkan HAM tersebut, pelanggaran HAM dapat dilakukan oleh seseorang, kelompok orang termasuk aparat negara, penguasa negara baik sengaja maupun tidak sengaja.

Anda mungkin juga menyukai