Anda di halaman 1dari 11

MODUL 4 RANGKA BATANG ATAP BAJA: GAYA-GAYA BATANG Bentuk struktur rangka batang (truss) dipilih karena mampu

menerima beban struktur relatif besar dan dapat melayani kebutuhan bentang struktur yang panjang. Bentuk struktur ini dimaksudkan menghindari lenturan pada batang struktur seperti terjadi pada balok. Pada struktur rangka batang ini batang struktur dimaksudkan hanya menerima beban normal baik tarikan maupun beban tekan. Bentuk paling sederhana dari struktur ini adalah rangkaian batang yang dirangkai membentuk bangun segitiga (Gambar 1.). Struktur ini dapat dijumpai pada rangka atap maupun jembatan.

Gambar 1. Tipikal Struktur Rangka Batang Titik rangkai disebut sebagai simpul/buhul atau titik sambung. Struktur rangka statis umumnya memiliki dua dudukan yang prinsipnya sama dengan dudukan pada struktur balok, yakni dudukan sendi dan dudukan gelinding atau gelincir/rol. Gambar 1. menunjukkan struktur rangka batang yang tersusun dari rangkaian bangun segitiga yang merupakan bentuk dasar yang memiliki sifat stabil. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk kestabilan rangka batang dapat dituliskan sebagai berikut: (1) dimana: Jumlah batang Jumlah simpul Jumlah komponen reaksi dan

11

Struktur Baja II Dr. Ir. Djamal Muhammad Abdat, MT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

5 9 6

7 1

2 2m 2m

2m

Gambar 2. Tipikal Bentuk Struktur Rangka Batang Sederhana Rangka batang tersebut terdiri dari 9 batang struktur (member) dan 6 titik sambung atau simpul (A-F). Sebagaimana dikemukakan pada bagian balok, bahwa dudukan sendi A dapat menerima 2 arah komponen reaksi, RV dan RH. Sedangkan dudukan gelinding B dapat menerima komponen reaksi RV. Sehingga terdapat 3 komponen reaksi dudukan. Berdasarkan persyaratan tersebut kestabilan rangka batang dapat ditulis: n = 2 J R 9 = 2 x 6 3 9 = 12 3 (ok) Untuk dapat menentukan gaya dengan prinsip perhitungan gaya sesuai hukum Newton, persyaratan kestabilan tersebut harus dipenuhi lebih dahulu. Jika suatu struktur rangka tidak memenuhi persyaratan kestabilan tersebut, struktur rangka tersebut disebut sebagai struktur rangka statis tak tentu. Struktur statis tak tentu ini memerlukan persamaan dan asumsi cukup

11

Struktur Baja II Dr. Ir. Djamal Muhammad Abdat, MT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

rumit dan merupakan materi untuk pendidikan tinggi. Metode yang banyak digunakan dalam perhitungan rangka sederhana adalah metode kesetimbangan titik simpul dan metode potongan (Ritter). 1. Metode Kesetimbangan Titik Simpul (Buhul) Metode ini menggunakan prinsip bahwa jika stabilitas dalam titik simpul terpenuhi, berlaku hukum bahwa jumlah komponen reaksi ; ; harus sama dengan nol, maka:

Dengan begitu gaya batang pada titik simpul tersebut dapat ditentukan besarnya. Metode ini meliputi dua cara yakni secara analitis dan grafis. Tahapan yang perlu dilakukan untuk menentukan gaya batang pada struktur rangka batang adalah sebagai berikut. (1) Memeriksa syarat kestabilan struktur rangka batang (2) Menentukan besar gaya reaksi dudukan (3) Menentukan gaya batang di tiap simpul dimulai dari simpul pada salah satu dudukan. (4) Membuat daftar gaya batang Secara grafis, skala lukisan gaya harus ditentukan lebih dahulu baru kemudian melukis gaya yang bersesuaian secara berurutan. Urutan melukis dimaksud dapat searah dengan jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. CONTOH SOAL MENENTUKAN GAYA BATANG Tentukanlah besar seluruh gaya batang dari struktur rangka pada Gambar 3. dengan data sebagai berikut: ; ; ; Bentang AB= 8 meter.

11

Struktur Baja II Dr. Ir. Djamal Muhammad Abdat, MT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

5 9 6

7 1

2 2m 2m

2m

Gambar 3. Sketsa Contoh Soal Struktur Rangka Batang Penyelesaian: (1). Memeriksa kestabilan struktur n = 2 J R 9 = 2*6 3 9 = 12 3 (ok) (2). Menentukan komponen reaksi

11

Struktur Baja II Dr. Ir. Djamal Muhammad Abdat, MT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

2000=2000 ok!

(3). Menentukan besarnya gaya batang Simpul A Cara Analitis: 6

Skema (tarik)

Cara Grafis

11

Struktur Baja II Dr. Ir. Djamal Muhammad Abdat, MT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Simpul A Cara Grafis: Misalkan ditetapkan skala 2cm=1000kg Gambarkan secara berurutan searah jarum jam gaya yang berada pada simpul A -- RA P1 -- S6 -- S1. Untuk menentukan gaya tekan atau tarik tentukan melalui searah atau kebalikan arah gaya pada grafis dengan asumsi seperti skema batang. Simpul E Cara Analitis:

S5 S6

S6 S7 S5

S7

Skema Dari substitusi persamaan, diperoleh:

Cara Grafis

(tekan) dan

(tekan)

Cara Grafis: Gambarlah secara berurutan searah jarum jam gaya yang berada pada simpul E, S6-P2-S5-S7 Simpul F Cara Analitis: Sepanjang struktur tersebut simetris, gaya batang S4=S5=-877 kg.

11

Struktur Baja II Dr. Ir. Djamal Muhammad Abdat, MT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Dengan begitu gaya batang S9 dapat kita tentukan sebagai berikut:

(Tarik)

Cara Grafis: Gambarlah secara berurutan searah jarum jam gaya yang berada pada simpul F, S5-P3-S4-S9

S5 S9 S5 S9 S4 S4

Skema Membuat daftar gaya batang

Cara Grafis

Contoh persoalan struktur di atas merupakan bentuk rangka batang simetris dengan yang simetris pula. Gaya batang yang bersesuaian akan memiliki besaran yang sama. Daftar gaya batang dapat ditunjukkan seperti pada tabel berikut. Batang S1 S2 S3 S4 S5 Gaya Batang 1078 1078 -1315 -877 -877 Tarik/Tekan Tarik Tarik Tekan Tekan Tekan Batang S6 S7 S8 S9 Gaya Batang -1315 -439 -439 500 Tarik/Tekan Tekan Tekan Tekan Tarik

2. Metode Ritter Metode ini sering disebut metode potongan. Metode ini tidak memerlukan penentuan gaya batang secara berurutan seperti pada metode titik simpul. Prinsipnya adalah bahwa di titik manapun yang ditinjau, berlaku kestabilan terhadap potongan struktur yang kita tinjau.

Dengan persamaan kestabilan tersebut gaya batang terpotong dapat kita cari besarnya. Dengan mengambil contoh soal terdahulu, penentuan besar gaya batang melalui metode pemotongan adalah sebagai berikut (Gambar 4.).

11

Struktur Baja II Dr. Ir. Djamal Muhammad Abdat, MT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

5 9 6

1.4 m

7 1

1.4 m 2 2m 2m

2m

Gambar 4. Potongan untuk menentukan S1 dan S6 Menentukan Gaya Batang S1 Untuk menentukan gaya batang S1, tinjau titik simpul E. Perhatikan struktur di sebelah kiri potongan. Terdapat RA dan P1. P2 diabaikan karena berada di titik tinjau E.

Menentukan Gaya Batang S1

11

Struktur Baja II Dr. Ir. Djamal Muhammad Abdat, MT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

(Tekan)

Perhitungan dengan metode Ritter menunjukkan bahwa tanpa lebih dahulu menemukan besar gaya batang S6, gaya batang S5, S1 dan S7 dapat ditentukan. Untuk menentukan besar gaya batang S6 dapat dilakukan dengan pemotongan seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Menentukan Gaya Batang S5 Untuk menentukan besar gaya batang S5, tinjau titik simpul C. Seperti halnya mencari gaya S1, perhatikan potongan sebelah kiri pada Gambar 5. (Tekan)

11

Struktur Baja II Dr. Ir. Djamal Muhammad Abdat, MT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

5 9 6

1,4 m

7 1

1,4 m 2 2m 2m

2m

Gambar 5. Potongan untuk menentukan S5 S6 dan S7 Menentukan Gaya Batang S7 Tinjaulah di titik simpul F

Menentukan Gaya Batang S9 Dengan diperolehnya gaya batang S5 = S4 = -874 kg, gaya batang S9 dapat ditentukan dengan melakukan pemotongan sebagaimana Gambar 6.:

11

10

Struktur Baja II Dr. Ir. Djamal Muhammad Abdat, MT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

5 9

1,4 m

7 1

1,4 m 2 2m 2m

2m

Gambar 6. Potongan Untuk Menentukan Gaya Batang S9

11

11

Struktur Baja II Dr. Ir. Djamal Muhammad Abdat, MT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai