Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi piranti elektronika baik analog maupun digital sangat pesat belakangan ini. Hal ini dibuktikan dengan dihasilkannya inovasi dibidang optik. Teknologi optik pada zaman modern sekarang ini berkembang dalam bentuk digital. Kemudahan - kemudahan yang ditawarkan bentuk digital menstimulasi para rekayasawan untuk terus berinovasi sehingga terciptanya penerapan komputer untuk mengolah data dua dimensi (citra), seperti peningkatan mutu citra, kompresi citra, pencarian citra dan berbagai pengolahan citra digital lainnya. Pengenalan citra wajah merupakan salah satu penerapan pengolahan data dua dimensi. Pengenalan citra wajah adalah suatu proses pencocokan antara ciri-ciri (informasi) citra wajah dengan ciri-ciri citra yang ingin di kenali (citra query) mengunakan teknik tertentu. Pengenalan citra wajah menjadi sangat rumit karena tekstur citra memiliki kemiripan yang sangat tinggi, memiliki warna yang beragam, warna rambut yang beragam dan sebagainya. Pengenalan secara manual memerlukan waktu yang relatif lama dan membosankan. Ciri wajah di pengaruhi banyak faktor, misalnya saja etnis dan iklim tempat tinggal. Di Indonesia banyak terdapat suku dan etnis budaya. Kesemuanya ini memiliki ciri wajah, ciri rambut dan warna kulit yang berbeda. Jika kita amati ciri penduduk Indonesia begitu bervariasi, mulai dari warna kulit, jenis rambut, warna mata, bentuk mata, bentuk hidung hingga betuk bibir. Hal ini sangat mempengaruhi dan menentukan ciriciri suatu citra, kemiripan seperti ini menyebabkan pengenalan menjadi sulit.

1.2 Rumusan masalah Lembaga yang berhubungan dengan identifikasi wajah seperti kepolisian, departemen dalam negeri membutuhkan program pengolah yang efektif dalam pengenalan dan pencarian citra. Proses yang baik dalam pendataan pelaku kejahatan oleh pihak kepolisian melibatkan pemotretan (image shoot), sehingga setiap pelaku dapat dikenali dengan baik dari ciri wajahnya. Untuk keperluan penyelidikan atau pencarian pelaku kejahatan untuk kasus berikutnya, citra tersebut dapat menjadi referensi pada proses pencocokan/ pengenalan. Begitu juga dengan pihak

Departemen Dalam Negeri dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk Nasional, jika citra wajah penduduk ditangani dengan baik, seandainya terdapat Kartu Tanda Penduduk yang hilang dengan program pencarian citra wajah, maka data asli penduduk yang mengalami kehilangan dapat dengan mudah ditemukan. Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu dibangun suatu sistem pengenalan/pencarian citra dengan metode Fast DCT dan metrika Lq. Untuk pengenalan citra tadi diperlukan suatu data yang berkualitas tinggi (distorsi minimal), sebagai data primer (citra pustaka). Sumber data primer dapat berupa digital image (citra digital) yang berasal dari kamera digital ataupun video bergerak yang berasal dari video shooter seperti handycam, namun pada permasalahan ini penulis lebih memfokuskan pada pengolahan citra digital, mengingat pencocokan dapat dilakukan dengan menggunakan sumber tidak bergerak. Mengapa Fast DCT? Dari jumlah komputasinya Nlog2N dapat diketahui bahwa jumlah waktu yang diperlukan untuk proses adalah singkat. Pertanyaannya adalah setelah file citra tadi didapatkan, apakah proses pengenalannya dapat berlangsung efektif jika dilakukan pencarian citra dengan citra query wajah yang berbeda posisi dengan menggunakan metode Fast DCT. Dengan waktu yang sangat singkat ini

berarti program ini dapat digunakan pada ukuran database yang besar meskipun menggunakan perangkat-keras dengan spesifikasi rendah. Jika pihak-pihak seperti Kepolisian dan Departemen Dalam Negeri mengaplikasikan perangkat-lunak ini pada lembaga, selain terbantukan dengan kemudahan pencarian citra yang didapatkan dari perangkat lunak ini, lembaga tersebut secara tidak langsung mendapatkan keuntungan lain yaitu ekonomis, karena tidak harus menyediakan perangkat keras dengan

spesifikasi tinggi yang begitu mahal dalam pemanfaatan perangkat-lunak ini. 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian digunakan beberapa asumsi dengan tujuan agar penelitian dan pembahasan menjadi lebih terarah. Adapun asumsi-asumsi tersebut, antara lain: 1. Citra pustaka yang digunakan berukuran 128 x 128 pixel. Sumber data didapatkan dari digital camera berukuran 320 x 240 pixel. Ukuran citra yang bersumber dari digital camera tadi diubah menggunakan editor photo (Photoshop). 2. Format citra yang digunakan adalah format jpeg yang dihasilkan oleh digital camera. 3. Perangkat lunak yang digunakan adalah Sistem Operasi Microsoft Windows XP dan Compiler Borland Delphi 7. 4. Pengujian dilakukan dengan mengubah posisi wajah dengan 8 posisi, antara lain posisi asli, menoleh ke kanan 30o, menoleh ke kiri 30o, mendongak, merunduk, miring, berkacamata dan posisi tersenyum. 1.4 Tujuan Dengan penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan kerumitan pengenalan citra wajah menggunakan metode Fast DCT sebagai preprocessing dan Metrika Lq sebagai metode pencocokan, dengan harapan tingkat kesuksesan pengenalan lebih akurat dan waktu pengenalan lebih pendek.

1.5 Manfaat Setelah berhasilnya software ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan pengenalan wajah milik pihak-pihak tertentu seperti pihak Kepolisian, Badan Intelegensi Negara (BIN), Departemen Dalam Negeri guna pembuatan KTP Nasional dan dapat menjadi acuan untuk menciptakan sistem pengenalan yang lebih kompleks.

Anda mungkin juga menyukai