Anda di halaman 1dari 3

Salam Lestari, Sebenarnya saya tidak pernah menyangka untuk main main ke salah satu surge dunia ini,,,

ya memang benar Air Terjun Pangajaran lah yang membuat saya tertarik untuk berbagi kepada pembaca sekalian, jujur inilah air terjun pertama kali yang membuat saya langsung kesem sem melihat idah panoramanya. Air terjun ini berada di ketinggian 1700 meter dari permukaan laut, dikawasan Gunung Anjasmoro, Galengdowo, Wonosalam, Jombang. Dapat dijangkau dengan jalan kaki dari perumahan warga sekitar. Tetapi jika ini saja yang harus saya bagi rasanya kok biasaaa aja,,, yuk simak ke bawah . Perjalanan ini bermula ketika sahabat sahabat waktu SMA mengajak saya untuk survey tempat kegiatan organisasinya, sebenarnya saya bingung, kenapa harus saya sih Transaksi Itu pun terjadi pada hari H , kaget juga sih,, tapi yang namanya jiwa petualang nih ya lanjut aja,lagian juga ada cewek yang saya taksir,sekalian bisa moduuss,, hahaha.. Udah ah ini udah masuk urusan pribadi. Kami berangkat sore usai pelajaran di sekolah , kami melakukan perjalanan dari sekolah menuju ke rumah salah satu teman di Pare guna briefing , menitipkan motor,dan persiapan saya kira langsung njujug aja nih ke air terjun, jadi inget tujuan awal kami apa, ini kan survey lapangan, jadi ya simulasi peserta juga kan. Tepat pukul 4 sore kami memulai perjalanan,sebelumnya berdoa mulaiii dan berdoa selesai langsung aja lets go dude Start perjalanan kami adalah dari pasar Kandangan,Pare, lanjut terus sampai ke perbatasan kabupaten Malang Kediri, di situ tedapat gang dan kami belok masuk ke sana,,, ternyata rutenya panjang juga,padahal tempatnya di Jombang, udah terlanjur basah ya ngikut aja. Hari makin sore,kami menyempatkan diri untuk ibadah di mushola terdekat, setelah selesai kami memperlajari peta lagi, ternyata rutenya masih sangat jauh, berhubung waktu sudah menjelang malam dan terlalu bahaya untuk tinggal di alam bebas, kami memutuskan untuk mencari balai desa setempat guna berteduh, saya masih ingat betul gimana kejadian di balai desa tersebut. Gini nih,, jadi rencana awal kami cuma mau numpang, cari space buat berteduh, eh ternyata sama kepala desa dan warga kami dianggap tamu, jadi ya dikasih makan, jajan, minum, dan tempat tidur, mulia banget ya orang orang sana. Balai desa tersebut adalah balai desa Mlancu, terus terang saya dan rekan rekan cukup sungkan, kenapa sih harus senyaman ini,, ya sudah jalani aja hee. Tak disangka malam itu pun terjadi fenomena Super Moon , kami menyempatkan diri untuk menikmatinya sejenak sambil membicarakan rencana untuk besuk, rapatnya sih biasa, tapi kumpul kumpulnya ini loh,, wow banget. Inilah saat saat saya merasa mendapatkan keluarga baru yang benar benar cocok sama karakter saya. Waktu kian malam kami memutuskan untuk beristirahat, personil kami terdiri dari 4 laki laki dan 2 perempuan, tempat tidurnya terpisah dong pastinya, sayang yang cowok ngga dapet kasur, cewek nih dapet kasur lengkap dengan bantal dan gulingnya, cemburu dikit lah, tapi yang namanya pecinta alam mah gituan ngga butuh.

Day two, pagi pagi benar kami bangun dan membereskan tempat seperti semula,rapi, bersih, dan tertata. Sebelum berangkat kami sempatkan pamitan kepada Pak Kades dan warga sekitar, ternyata mereka bangunnya lebih pagi lagi loh daripada kami, namanya juga warga desa, etos kerjanya jempol banget deh. Kira kira pukul 5 pagi kami sudah meninggalkan balai desa, berat sih,tapi yang namanya tanggung jawab tujuan itu harus dicapai tepat pada waktunya. Sekitar setengah jam perjalanan kami sudah mulai masuk ke hutan belantara, gila nih kiri kanan ga ada siapa siapa,,, sesuai dengan prosedur kami menandai setiap jalan yang kami lewati, melewati jalan setapak yang tak pernah membosankan sekalipun pemandangan di sekitarnya. Ketika di tengah perjalanan kami bingung, jalan yang kami lewati adalah jalan buntu, mau lanjut tetapi terlalu beresiko, sebab selain menanjak juga rawan binatang berbisa, seperti ular dan laba laba. Beruntung kami bertemu dengan seseorang yang sedang melewati jalan dekat kami, ternyata daerah tersebut sudah dekat dengan pemukiman warga, kami bertanya dan di beri arahan yang tepat. Akhirnya kami menemukan jalan raya, semua crew udah capek banget, akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil makan mie kremes. Bukan masalah ngere atau mbambung, tetapi inilah yang namanya berbagi. Seperempat jam berlalu, perjalanan kami lanjutkan kembali. Ternyata setelah beberapa meter perjalanan HP rekan kami hilang, sudah bingung tidak karuan akhirnya kami minta bantuan kepada warga yang punya motor untuk mengantar ke rute sebelumnya, ternyata terjatuh,, untung banget kan bisa ketemu, kalo nggak mah bakal tambah berat nih perjalanan. Hampir satu jam kami membuang waktu,tapi taka pa lah, pengertian saat kondisi ini sangat diperlukan. Permasalahan sudah selesai, kami melakukan cek kelengkapan kembali dan melanjutkan perjalanan. Tak disangka ternyata air terjun sudah sangat dekat,, lanjut ke bawah lagi ceritanya.. Jalan yang kami tempuh semakin menantang nih, banyak jalan yang terjal dan licin, saran buat rekan rekan yang mau main ke sana hati hati aja, saling mengawasi dan memperhatikan. Sampai di pos perhentian kami istirahat sejenak untuk makan snack dan minum. Sekitar 1 jam lagi kami sampai, capek capek berat banget rasanya kaki sudah nggak bisa diajak jalan,. Tapi yang namanya penyemangat tetep datang aja, kami melihat anak kecil yang baru saja turun dari air terjun, wah cemburu social muncul nih,, ngga mau kalah akhirnya kami bangkit lagi. Sekitar 1,5 jam kami melanjutkan perjalanan hingga pada akhirnya WAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.. ngga ambil pusing barang langsung ditaruh nyebur aja,,brrrrr dingin banget,,, inilah momen yang cukup membahagiakan bagi kami,, tugas sudah hampir selesai. Kami sempatkan untuk memasak air dan mie, kami melihat rombongan lain yang mau turun, mereka mengambil sisa sisa kotoran dan bungkus. Wah memang anak pecinta alam, tidak mau mengotori surge dunia ini, mereka membawa sampah tersebut dan mungkin saja dibuang ketika mereka sudah sampai di bawah, tentunya di tempat sampah layauuuu.. Tergerak hati kami, hari makin sore dan mau hujan, kami putuskan untuk bergerak kembali, beresin sisa sisa kotoran,dan NARSIS RIA deh,,, jpret jpret selesai.

Kami turun dengan sejuta sensasi di air terjun, mulai dari dinginnya air, indahnya panorama, dan keasriannya yang tidak sering dijamah membuat semakin indah suasana, ternyata tidaklah sia sia kami dating ke sini. Sebelum sampai di daratan kami disambut oleh teman teman lainnya yang memang ditugaskan untuk menjemput kami, tetapi ketika turun hujan lebat dating, langsung aja keluarin poncho, kami pakai satu poncho berdua,,,, sungguh benar benar seru, dari hati langsung muncul rasa gembira yang cukup alay, memang sebelumnya saya belum pernah seperti ini, ya wajarlah. Sesampai kami di bawah istirahat sejenak dan beribadah sambil menunggu hujan reda. Satu lagi yang kami syukuri, dingiinya suasana terpecah oleh Bakul Pentol ,,, hangat nya makanan satu ini memecah keheningan kami karena kedinginan. Satu jam berlalu , hujan pun sudah reda, team memutuskan untuk kembali ke Kediri tepatnya di pare,,,, Sampai di pare sedikit kecewa sih, mengapa secepat ini harus selesai. Tapi apa daya, inilah manusia yang tidak pernah puas, semenjak kegiatan itu saya menjadi sangat tertarik dengan alam, beberapa kegiatan coba saya ikuti, salah satunya adalah Napak Tilas Jendral Sudirman dengan rute Kediri Nganjuk yang ditempuh dengan jalan kaki, pentualangan ini juga tidak kalah seru loh, lain waktu akan saya ceritakan juga deh. Ada beberapa hal yang menjadi catatan kecil saya, bahwa alam sudah menyediakan segala yang kita butuhkan, hanya saja kita butuh waktu untuk membuka mata, segala kekayaan yang dimiliki tidak dapat dibandingkan dengan apapun, untuk orang di luar sana yang masih memuja harta, ingatlah tidak ada apa apanya kalian di sini, akan merasakan bagaimana sangat kecilnya kalian. Jadi jangan sekali kali merusak alam hanya untuk keuntungan pribadi, kelak alam akan menghabiskannya dalam sekejap. Satu hal yang saya pegang teguh, bahwasanya kebanggaan seorang pencita alam bukanlah ketika ia berhasil melihat matahari terbit, air terjun, ataupun bisa sampai di puncak, tetapi saat ia sampai di rumah dan ia bisa menceritakan pengalamannya kepada orang lain. Salam Lestari.

Aristo Yonghy Robertus / RINJANI

Anda mungkin juga menyukai