Anda di halaman 1dari 3

Hasil Fermentasi Heterofermentatif Pati di Media MRS Sebelum memulai dengan modifikasi media yang berdasarkan pada persyaratan

gizi khusus Lact. Fermentum, karakterisasi fermentasi heterofermentatik pati pertama kali dilakukan pada media MRS dengan pH baik dipertahankan pada pH 6,0 atau pada pH yang tidak terkontrol. Kinetika fermentasi zat pati Lact.fermentum dengan dan tanpa pH terkontrol, sangat mirip (Gambar 1). Pola konsumsi dari kadar gula total hanya memberikan indikasi konsumsi karbohidrat secara menyeluruh ( pati dan hidrolisis hasil), dan memungkinkan estimasi produk dan hasil biomasa. Pada akhir fermentasi (12 jam), efisiensi konversi gula total adalah 78 dan 79%( seperti persentase gula yang dikonsumsi) masing- masing pada pH yang terkontrol dan tidak terkontrol. Pati menghilang dengan cepat pada fermentasi saat 5 jam pertama, dan akumulasi sementara gula-gula pereduksi diamati ( gambar 1). Fermentasi karbohidrat tidak lengkap karena dekstrin pembatas yang tersisa tidak dapat diakses dengan tindakan -amilase. Untuk mendapatkan informasi tambahan , beberapa sampel yang sesuai dengan fase sementara dianalisis untuk glukosa dan maltosa. Konsentrasi maltosa yang rendah ( kurang dari 2 g 1-1) dan hanya sisa glukosa (kurang dari 0,07 g 1-1) yang terdeteksi (selain itu, aktivitas glukoamilase diperiksa dalam kultur kaldu dan dalam sel, namun tidak terdeteksi). Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran terhadap penurunan gula berhubungan terutama ke dekstrin yang dihasilkan dari aktivitas -amilase. Dengan demikian akumulasi sementara penurunan gula menunjukkan bahwa langkah untuk membatasi fermentasi adalah terutama hidrolisis dekstrin. Sehubungan dengan pembentukan produk, asam laktat, etanol dan produksi amilase mengikuti pola sama yang sama baik pada pH yang terkontrol ataupun tidak (Gambar 1). Efisiensi konversi gula total ke laktat, biomassa etanol dan amilase, mempertimbangkan konsentrasi awal gula total (TSi), adalah masing-masing adalah, 31%, 15% , 9,1% (% sebagai g 100 g-1 TSi) dan 45% ( sebagai U 100 g-1 TSi) pada pH yang tidak terkontrol, dan 24%, 16%, 8% dan 45% pada pH 6,0 menunjukkan bahwa pada pH yang terkontrol tidak memberikan peningkatan yang besar pada level ini. Sebaliknya, efisiensi konversi gula ke laktat yang lebih baik diamati pada pH yang tidak terkontrol dan juga pertumbuhan yang sedikit lebih tinggi. Rasio D (-)/ L (+) pada isomer laktat 60:40 pada pH 6,0 dan 56,5: 43,5 pada pH yang tidak terkontrol. Amilase dan produksi asam laktat mengikuti pola tumbuh dari awal fermentasi. Selama satu jam pertama pada fermentasi, sejumlah asetat diproduksi,

sementara sitrat dikonsumsi dan tidak produksi etanol yang teramati. Produksi etanol dimulai selama fase pelambatan produksi asetat, segera setelah sitrat hilang. Kemudian, dua fase yang dinilai fase berenergi. Yang pertama kali (0,5 jam) berhubungan dengan produksi laktat dan asetat, dengan satu ATP yang berhubungan dengan produksi masing-masing molekul, yang kedua berhubungan dengan produksi laktat ( Gambar 1). Hasil dan kuota metabolik telah diuji sehubungan dengan kedua tahap ( Tabel 1). Ini adalah perkiraan awal bahwa pembentukan satu mol asam laktat dikaitkan sengan pembentukan satu mol asetat (bukan etanol) karena akseptor elektron eksternal (misalnya sisa oksigen terlarut atau sumber lain yang berhubungan dengan nutrisi organik kompleks yang disediakan dengan budidaya media). Namun menurut hasil molar (Tabel 1), lebih banyak asetat yang diproduksi daripada jumlah laktat yang diharapkan. Dalam kedua kondisi fermentasi, peningkatan hasil laktat yang berhubungan dengan substrat dan biomassa (masing masing YLac/TS dan YLac/x) dan YATP diamati dalam perbandingan antara fase pertama dan fase kedua(Tabel 1). Pengujian plot dalam (O.D.600) s waktu ( data tidak ditampilkan) kedua fermentasi menunjukkan pola bifase pada fase pertumbuhan eksponensial pertama dari 0 hingga 5 jam dengan max 0,38 dan 0,35 h-1 pada pH terkontrol dan tidak terkontrol, dan fase eksponensial kedua dimulai pada 5,5 hingga 8 jam dengan max 0,10 dan 0,17 h-1 pada pH terkontrol dan tidak terkontrol. Karena korelasi koefisien yag signifikan (r = 0, 990) tentang regrasi linier dalam ( O.D.) s waktu diperoleh selama fase kedua, pengamatannya relatif serupa (Stolz et al. 1993), fase ini tidak diartikan sebagai perlambatan fase pertumbuhan. Kompleksitas komposisi media MRS dapat mempengaruhi analisa fermentasi dalam kaitannya dengan konsumsi substrat, produksi asetat dan pola pertumbuhan bifase dapat dikaitkan dengan sumber karbon selain substrat. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengembagan media fermentasi yang disederhanakan secara rasional dan untuk mengidentifikasi kebutuhan nutrisi dasar, sumber nitrogen yang berbeda, sumber karbon dan budidaya atmosfer diteliti lebih lanjut. Syarat Sumber Nitrogen Berbagai sumber nitrogen dari bahan yang non-sayuran (ekstrak kasein pankreas sapi dan ekstrak ragi masing-masing 10 g 1-1), Sumber nitrogen dari sereal ( zat perekat mentah dari gandum, hidrosilat enzimatik dari jagung, masing-masing 10 g 1-1) dan amonium sulfat (1,27 g 1-1) diuji untuk pertumbuhan. -GAMBAR GRAFIK-

-TABELHasil dinyatakan sebagai hasil akhir O.D.600 dibandingkan dengan pertumbuhan yang diperoleh di media MRS. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2, diperoleh pertumbuhan yang buruk baik dengan ekstrak daging sapi dan casitone (<30%). Zat perekat mentah dari gandum dan amonium sulfat tidak memungkinkan untuk pertumbuhan yang signifikan, bahkan ketika dilengkapi dengan vitamin dan asam amino. Ketika larutan asam amino dan vitamin ditambahkan pada media basal tanpa sumber nitrogen yang kompleks, dapat diamati pahwa pertumbuhannya buruk (<20%). Sebaliknya,dengan ekstrak ragi pertumbuhan yang teramati adalah (79%) dan hidrolisat enzimatik dari jagung (48,5%). Penggantian ekstrak ragi dengan berbagai variasi jumlah dari ekstrak daging sapi, casitone atau gluten tidak dapat meningkatkan pertumbuhan jika dibandingkan dengan menggunakan ragi saja. Selain itu, komplementasi dari masing-masing sumber nitrogen organik dengan vitamin atau larutan asam amino tidak memberikan efek positif. Sebagaimana hasil yang terbaik diperoleh pada pemakaian ekstrak ragi,pembatasan pertumbuhan dengan produk ini diuji dengan meningkatkan konsentrasi dari 10 sampai 30 g 1-1, seperti ditunjukkan pada Gambar. 3.Pada 20 g 1-1 keatas, tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan yang signifikan. (P>0,01) dari yang diperoleh dengan media MRS. Sebagai kontrol, disiapkan media dengan 20 g 1-1 ekstrak ragi tanpa didukung adanya substrat perumbuhannya sangat terbatas ( akhir O.D.600=0,2). Selain itu, seperti yang telah diamati bahwa sumber nitrogen dari sereal tidak mendukung pertumbuhan yang baik, memakai alat tes yang dilengkapi dengan pepton dari soymeal papain pada 20 g 1 -1, pertumbuhan 78,7% dibandingan dengan yang menggunakan ekstrak ragi. Sumber Karbon dan persyaratan fase gas untuk pertumbuhan dan produksi amilase Pengaruh di-amonium hidrogen sitrat dan asetat terhadap pertumbuhan dan produksi amilase.Ketika KH2PO4/Na2HPO4 penyangga pH 6,5 diganti untuk di-amonium hidrogen sitrat dalam media budidaya dengan 20 g 1-1 ekstrak ragi dan mineral, tidak berpengaruh pada pertumbuhan akhir yang diamati.Sebaliknya penambahan asetat (5 g 1-1, seperti pada media MRS) diinduksi kecil, memiliki reproduksibilitas dan berefek positif.

Anda mungkin juga menyukai