Diagnosis laboratorium dapat dibuat dengan pemeriksaan mikroskopis atau menemukan parasit dalam biakan tinja sering dijumpai Entamoeba histolytica bersama-sama dengan kristal Charcot-Leyden. Diagnosis tidak selalu mudah, maka perlu dilakukan pemeriksaan berulang teristimewa pada kasus menahun. Kegagalan dapat terjadi dengan teknik yang salah, mencari parasit tidak cukup teliti atau sering dikacaukan dengan protozoa lain dan sel-sel artefak. Pemeriksaan tinja dengan sediaan langsung dengan memakai air garam faal, atau lugol, dengan pengecatan trichrom, hematoksilin (sediaan permanen) atau dengan metode konsentrasi. Pada umumnya pada tinja encer akan di jumpai bentuk tropozoit disertai gejala klinik nyata, sedangkan pada tinja padat pada penderita tanpa gejala terutama pada penderita menahun "carrier" akan dijumpai terutama bentuk kista. Bentuk trophozoit dapat dikenal karena gerakannya aktif, ektoplasma yang berbatas jelas, nukleus dan adanya sel darah merah, crystal CharcotLeyden, yang dicernakan dan kista-kista dapat dikenali dari bentuknya yang bulat dimana jumlah inti 1 - 4 dan benda chromatoidnya. Pemeriksaan serologis, test haemaglutinasi, test presipitin, pemeriksaan radiologis atau scalhing berperan pada penderita ekstra intestinal amoebiasis. Aspirasi abses dapat dilakukan dengan menemukan cairan warna coklat dan pada akhir aspirasi akan ditemukan bentuk tropozoit. 1. Amebiasis kolon akut, diagnosis ditegakkan bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut atau mules. Diare lebih dari 10 kali dalam sehari. Dan diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan species ini dalam bentuk histolitika di dalam tinja. 2. Amebiasis kolon menahun, terdapat gejala ringan diselingi dengan obstipasi. Jika dalam tinja tidak ditemukan spesies ini, himbauan agar pemeriksaan tinja dilakukan secara berturut-turut selama tiga hari dapat juga dengan melihat kelainan di sigmoid
3. Amebiasis hati, secara klinis dapat dibuat jika terdapat gejala berat badan menurun, badan lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati. Pada pemeriksaan radiologi biasanya didapatkan peninggian diafragma dan pemeriksaan darah ada leukositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolytica dalam biopsi dinding abses atau dalam aspirasi nanah abses. Bila amoeba tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan serologik, antara lain tes hemaglutinasi tidak langsung atau tes imunodifusi. Teknik Teknik Pemeriksaan Laboratorium. 1) Dari specimen yang diambil dari jaringan, akan didapatkan adanya tropozoit ( biasanya pada amoeba straint virulent yang jarang mempunyai kista ). 2) Dari specimen yang diambil dari feses, akan didapatkan adanya tropozoit atau kista. 3) Didapatkan adanya kharkot leyden Kristal, tapi sifatnya non spesifik (didapatkan jaga pada penderita asma prankitis pda sputumnya) dan pH feses biasanya asam. 4) Pada pemeriksaan feses didapatkan adanya darah dan sel sel nekrotis (pada disentri baksiller biasanya banyak didapatkan leukosit dalam feses). 5) Pemeriksaan laboratorium ini perlu berulang kali ( minimal 3 kali ) pada pemeriksaan yang pertama, kemungkinan didapat kista 20%, sedangkan pada pemeriksaan ketiga, kemungkinan didapat kista 50 60 %, kecuali jika dilakukan metode konsentrasi, maka kemungkinannya adalah 80 %. Macam macam serta langkah kerja pemeriksaan laboratorium 1. Sediaan langsung tanpa pewarnaan. Sample feses yang diterima sebelum diteliti secara mikrokoskopis dahulu harus diperiksa makroskopis mengenai: warna, bau, konsistensi, terikut tidaknya lender, darah, larva, cacing dewasa atau proglottis. Teknik pemeriksaan:
- Disediakan obyek glass yang bersih dan kering. - Teteskan pada bagian kiri dan kanan obyek masing masing tetes air garam faal (jarak + 4 cm ). - Dengan batang pengaduk dari kayu yang bersih dan kering, diambil sedikit feses atau bagian yang berlendir lalu diusap usapkan atau digosokkan pada tetesan tetesan air garam tersebut. - Tutup, masing masing sediaan dengan cover glass. - Periksa dibawah mikroskop, mula mula dengan lensa lemah selanjutnya dipertegas dengan lensa kuat. 2. Sediaan langsung dengan pewarnaan Iodium (lugol). Teknik pemeriksaan: - Disediakan obyek glass yang bersih dan kering - Teteskan pada bagian kiri dan kanan obyek masing-masing tetes air garam faal ( jarak +4cm) - Dengan batang pengaduk yang bersih dan kering, diambil sedikit feses atau bagian yang berlendir, lalu diusap-usapkan atau digosokkan pada tetesan-tetesan air garam tersebut. - Pada sediaan sebelah kiri ditambahkan 1 tetes eosin 2% dan pada yang sebelah kanan ditetskan 1 tetes jodium/lugol lalu masing-masing dicampur (jangan sampai sediaan 1 tercampur dengan sediaan 2). - Tutup masing-masing sediaan dengan cover glass. - Periksa dibawah mikroskop, mula-mula dengan lensa lembek selanjutnya dipertegas dengan lensa kuat. 3. Sediaan langsung dengan pewarnaan Iron Haematoxyline Sediaan permanen dari feses dengan pewarnaan Iron Haematoxyline ini sebagai proses dibawah: - Dibuat beberapa sediaan tipis dari feses menggunakan spatula - Celupkan kedalam larutan Schaudine selama 10 menit (gunakan gelas kopi). - Angkat dan celupkan kedalam 70% alcohol selama 10 menit
- Angkat dan celupkan kedalam 70% alcohol jodium (warna merah anggur) selama 10 menit. - Angkat dan celupkan kedalam 50% alcohol selama 10 menit. - (no.7) Angkat dan masukkan kedalam larutan zat warna alumbesi (iron alum) 2% selama 2 jam (gunakan Kristal violet). - Angkat dan celupkan kedalam 30% alcohol selama 10 menit. - Cuci dengan air kran yang mengalir selama 15 menit. - Selanjutnya sediaan dimasukkan larutan hematoxyline 0,5% - Cuci dengan air kran yang mengalir. - Ulangi pewarnaan no 7. - Cuci dengan air kran yang mengalir selama 20 menit. - Kemudian sediaan-sediaan dimasukkan secara berturut-turut kedalam: 30%, 50%, 70%, 80%, 95% alcohol masing-masing selama 10 menit. - Celupkan kedalam xylol. - Mounting dengan clarite dan tutup dengan cover glass. 4. Cara Konsentrasi menggunakan ZnSO4. - Dibuat suspense feses 1:10, yaitu 1 bagian feses + 10 bagian air panas - Sarringlah suspense tersebut dengan kain kasa dan filtrate ditampung dalam tabung centrifuge - Putar dengan kecepatan 2500 rpm selama 1 menit - Supernatant dibuang, sedimentnya ditambah dengan 2-3 cc air dan diaduk sampai homogeny - Putar lagi, supernatant jernih dituang (kalau perlu diulang) - Kepada sedimentnya ditambahkan 3-4 cc zink sulfate jenuh (33% larutan ZnSO4 mempunyai BJ 1,18), diaduk dengan batang pengaduk, ssehingga homogeny dan tambahkan ZnSO4 sampai batas 1,5 cm dari permukaan tabung - Putar dengan kecepatan tinggi selama 1 menit - Pindahkan lapisan atas dari supernatant dengan oese dan taruh diatas obyek glass yang bersih, seterusnya tambahkan 1liter lugol - Tutup dengan cover glass, periksa dibawah mikroskop
5. Dibiakkan (culture). Dalam pemeriksaan dengan culture ini menggunakan media Bock dan Darbalin-Arsenic, dengan inkubsi 24-48 jam akan didapatkan hasil kista yang positif atau tropozoit yang positif. 6. Serologis: Complement Fixation Test (C.F.Test). - Dengan pemeriksaan hemaglotination test, 90% hasilnya positif - Dengan pemeriksaan precipitin test Kedua cara pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk amoebiasis ekstra intestinal.