Anda di halaman 1dari 21

IMUNISASI Pengertian, Jenis dan Ruang Lingkup

IMUNISASI Definisi : Cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu Ag, sehingga bila ia terpapar pada Ag yang serupa, tidak terjadi penyakit.Sistem Imun Spesifik : Hanya dapat menghancurkan benda asing yang dikenal sebelumnya HUMORAL : Peranan dari Limfosit B atau Sel B (Bursa Fabricius) dimana jika Sel B dirangsang sel plasma zat anti atau anti bodi didalam Serum Fungsi : Pertahanan terhadap infeksi virus, bakteri dan menetapkan toksin. Antibodi : 1. IgG : Komponen utama Ig serum (75%) Dapat menembus Placenta Terbentuk pada respons sekunder Anti bakteri, anti virus, anti jamur

2. IgM : Imunoglobulin terbesar Respons imun primer Mencegah gerakan mikroorganisme sekunder Mengaktifkan komplemen

3. IgA : Terbentuknya pd rangsangan selaput lendir Kekebalan infeksi saluran nafas, pencernaan, urogenitalis Fiksasi komplemen, antitoxin, reaksi aglutinasi, anti virus

4. IgD : 5. IgE : Sangat sedikit jumlahnya Tinggi pada alergi, fiksasi komplemen, infeksi cacing, infeksi parasit Sangat rendah dalam sirkulasi Fungsi belum jelas

SELULER Peranan dari limfosit T atau sel T dimana Sel T dibentuk di sumsum tulang Proliferasi dan diferensiasi terjadi di kelenjar Timus. Fungsi : Pertahanan terhadap bakteri (intraselular), virus, jamur, parasit,keganasan. Terdiri dari: 1. Helper T-cell membantu sel B 2. Suppressor T-cell : Menghambat sel B Menghambat sel T

3. Cytotoxic T-cell : Menyerang antigen secara langsung Imunisasi Pasif Didapat Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh bukan oleh individu itu sendiri, misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibu setelah pemberian Ig serum Daya lindung pendek ( 2 3 minggu).Contoh : a. Gama globulin murni penderita campak b. ATS, ADS, Anti rabies, Anti Snake venom c. Profilaksi & terapeutik ( pengobatan ) Reaksi aktopik Terjadi beberapa menit dimana tubuh mengalami Shock berat, gatal seluruh tubuh, urticaria tempat suntik meluas, gelisah, pucat, cyanosis, dyspnoe, kejang mati Therapi : Adrenalin, Corticosteroid Serum sickness Masa tunas : 6 24 hari Panas, urticaria, exanthema, muntah, berak, bahaya urticaria (oedem) glottis tercekik. Therapi : Adrenalin, Corticosteroid, Anti Histamin Pemberian ke II (ulangan) 1. Ana phylactic reaction : Masa tunas : Beberapa menit 24 jam Gejala : Sama reaksi atopik < ringan 2. Accelerated Reaction :

Masa tunas : 1 5 hari Gejala : Sama serum sickness " Pemberian serum test lebih dahulu Test pemberian serum 1. Skin test : 0,1 ml seru 1/10 intra kutan tunggu 15 menit : " infiltrat > 10 mm 2. Eye test : 1 tetes serum kemudian tunggu 15 menit : + mata bengkak merah Bila skin dan atau eye test positif pemberian Serum : Cara Bersedka - 0,1 ml serum dlm 1 ml air garam fisiologis Subkutan tunggu jam reaksi - 0,5 ml serum dlm 1 ml air garam fisiologis Subkutan tunggu jam reaksi - Sisa serum Intra Muskular Tujuan Imunisasi Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi Keberhasilan Imunisasi tergantung faktor: 1. Status Imun Penjamu: Adanya Ab spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, mis: campak pada bayi kolustrum ASI IgA polio Maturasi imunologik: neonatus fungsi makrofag,kadar komplemen, aktifasi optonin.

Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil vaksinasi ditunda sampai umur 2 bulan. Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi diimunisasi Frekuensi penyakit , dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat diberikan pada neonatus. Status imunologik (spt defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang. 2. genetik secara genetik respon imun manusia terhadap Ag tertentu baik, cukup, rendah keberhasilan vaksinasi tidak 100% 4. kualitas vaksin a. cara pemberian, misal polio oral imunitas lokal dan sistemik b. Dosis vaksin tinggi menghambat respon, menimbulkan efek samping rendah tidak merangsang sel imunokompeten c. Frekuensi Pemberian Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi . Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi Ag dinetralkan oleh Ab spesifik tidak merangsang sel imunokompeten. d. Ajuvan : Zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag mempertahankan Ag tidak cepat hilang

Mengaktifkan sel imunokompeten e. Jenis Vaksin Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik. Kandungan vaksin 1. Antigen virus, bakteri vaksin yang dilemahkan: polio, campak, BCG vaksin mati : pertusis eksotoksin : Toksoid, dipteri, tetanus 1. Ajuvan : persenyawaan aluminium 2. Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur jaringan, telur. Hal hal yang merusak vaksin: Panas semua vaksin Sinar matahari BCG Pembekuan toxoid Desinfeksi/antiseptik : sabun Jadwal Imunisasi Untuk keseragaman Mendapatkan respon imun yang baik Berdasarkan keadaan epidemiologi, prioritas penyebab kematian, kesakitan IMUNISASI BCG

Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M. tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh Calmette dan Guerin Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m. deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan Imunisasi ulang tidak perlu, keberhasilan diragukan Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada suhu < 5C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light). Cara penyuntikan BCG Bersihkan lengan dengan kapas air Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang berlubang menghadap keatas. Suntikan 0,05 ml intra kutan merasakan tahan benjolan kulit yang pucat dengan pori- pori yang khas diameter 4-6 mm Kenapa suntikan intra kutan? Vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai depo berkembang biak reaksi indurasi, eritema, pustula Setelah cukup berkembang sub kutan kapiler, kelenjar limfe, peredaran darah Bayi kulitnya tipisintra kutan sulit sering suntikan terlalu dalam (sub kutan) Reaksi sesudah imunisasi BCG

1. Reaksi normal lokal 2 minggu indurasi, eritema, kemudian menjadi pustula 3-4 minggu pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan) 8-12 minggu ulkus menjadi scar diameter 3-7 mm. 2. Reaksi regional pada kelenjar Merupakan respon seluler pertahanan tubuh Kadang terjadi di kelj axila dan servikal (normal BCG-it is) Timbul 2-6 bulan sesudah imunisasi Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-) Akan mengecil 1-3 bulan kemudian tanpa pengobatan. Komplikasi 1. Abses di tempat suntikan Abses bersifat tenang (cold abses) tidak perlu terapi Oleh karena suntikan sub kutan Abses matang aspirasi 2. Limfadenitis supurativa Oleh karena suntikan sub kutan atau dosis tinggi Terjadi 2-6 bulan sesudah imunisasi Terapi tuberkulostatik mempercepat pengecilan.

Reaksi pada yang pernah tertular TBC: Koch Phenomenon reaksi lokal berjalan cepat (2-3 hari sesudah imunisasi) 4-6 minggu timbul scar. Imunisasi bayi > 2 bulan tes tuberkulin (Mantoux) Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intra kutan Pembacaan dilakukan setelah 48 72 jam penyuntikan Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan. < 5 mm : negatif 6-9 mm : meragukan 10 mm : positif Tes Mantoux (-)imunisasi(+) Kontraindikasi Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, def imun kongenital, leukemia, keganasan Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi Hamil IMUNISASI HEPATITIS B Vaksin berisi HBsAg murni Diberikan sedini mungkin setelah lahir

Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml. Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8C Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B Dosis kedua 1 bulan berikutnya Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan) Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun 1997 Efek samping Demam ringan Perasaan tidak enak pada pencernaan Rekasi nyeri pada tempat suntikan Tidak ada kontraindikasi IMUNISASI POLIO Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol merah Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml) Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu

Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI Anak diare gangguan penyerapan vaksin. Ada 2 jenis vaksin IPV salk OPV sabin IgA lokal Penyimpanan pada suhu 2-8C Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima vaksin Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang neurovirulen Paralisis terjadi 1 per 4,4 juta penerima vaksin dan 1 per 15,5 juta kontak dengan penerima vaksin Kontra indikasi : defisiensi imunologik atau kontak dengannya IMUNISASI DPT Terdiri dari toxoid difteri racun yang dilemahkan Bordittela pertusis bakteri yang dilemahkan toxoid tetanus racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil. Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.

Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu. Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat. Reaksi pasca imunisasi: Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari diberikan anafilatik + antipiretik Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi demam > 40C, kejang, syok imunisasi selanjutnya diganti dengan DT atau DPaT Kontraindikasi Kelainan neurologis n terlambat tumbuh kembang Ada riwayat kejang Penyakit degeneratif Pernah sebelumnya divaksinasi DPT menunjukkan: anafilaksis, ensefalopati, kejang, renjatan, hiperpireksia, tangisan/teriakan hebat. IMUNISASI CAMPAK Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades. Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri. Disimpan pada suhu 2-8C, bisa sampai 20 derajat celsius

Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8C Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian Efek samping: demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang Kontraindikasi: * infeksi akut dengan demam, defisiensi imunologik, tx imunosupresif, alergi protein telur, hipersensitifitas dng kanamisin dan eritromisin, wanita hamil. * Anak yang telah diberi transfusi darah atau imunoglobulin ditangguhkan minimal 3 bulan. * Tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak IMUNISASI HIB Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza tipe B Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1 kali Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit. Dosis 0,5 ml diberikan IM Disimpan pada suhu 2-8C Di Asia belum diberikan secara rutin Imunisasi rutin diberikan di negara Eropa, Amerika, Australia. IMUNISASI MMR Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari: Measles strain moraten (campak)

Mumps strain Jeryl lynn (parotitis) Rubela strain RA (campak jerman) Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 12 tahun Dosis 0,5 ml secara sub kutan, diberikan minimal 1 bulan setelah suntikan imunisasi lain. Kontra indikasi: wanita hamil, imuno kompromise, kurang 2-3 bulan sebelumnya mendapat transfusi darah atau tx imunoglobulin, reaksi anafilaksis terhadap telur IMUNISASI TYPHUS Tersedia 2 jenis vaksin: suntikan (typhim) >2 tahun oral (vivotif) > 6 tahun, 3 dosis Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml secara IM. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun. Disimpan pada suhu 2-8C Tidak mencegah Salmonella paratyphi A atau B Imunitas terjadi dalam waktu 15 hari sampai 3 minggu setelah imunisasi Reaksi pasca imunisasi: demam, nyeri ringan, kadang ruam kulit dan eritema, indurasi tempat suntikan, daire, muntah. IMUNISASI VARICELLA

Vaksin varicella (vaRiLrix) berisi virus hidup strain OKA yang dilemahkan. Bisa diberikan pada umur 1 tahun, ulangan umur 12 tahun. Vaksin diberikan secara sub kutan Penyimpanan pada suhu 2-8C Kontraindikasi: demam atau infeksi akut, hipersensitifitas terhadap neomisin, kehamilan, tx imunosupresan, keganasan, HIV, TBC belum tx, kelainan darah. Reaksi imunisasi sangat minimal, kadang terdapat demam dan erupsi papulo-vesikuler. IMUNISASI HEPATITIS A Imunisasi diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur > 2 tahun. Imunisasi dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan kemudian. Dosis vaksin (Harvix-inactivated virus strain HM 175) 0,5 ml secara IM di daerah deltoid. Reaksi yag terjadi minimal kadang demam, lesu, lelah, mual-muntah dan hialng nafsu makan VAKSIN COMBO Gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda, misal DPT + hepatitis B +HiB atau Gabungan beberapa antigen dari galur multipel yg berasal dari organisme penyakit yang sama, misal: OPV Tujuan pemberian Jumlah suntikan kurang Jumlah kunjungan kurang Lebih praktis, compliance dan cakupan naik Penambahan program imunisasi baru mudah Imunisasi terlambat mudah dikejar Biaya lebih murah

Daya proteksi Titer antibodi salah satu antigen lebih rendah namun masih diatas ambang protektif. Efektivitasnya sama di berbagai jadwal imunisasi. Bisa terjadi kemampuan membuat antibodi utk mengikat antigen berkurang. Dapat terjadi respon imun antigen kedua berubah. Reaktogenitas yang ditentukan terutama oleh ajuvan tidak berbeda jauh. Nyeri berat lebih sering terjadi pada vaksin kombo (Bogaerts, Belgia). Cakupan imunisasi menjadi lebih tinggi. KIPI pada dosis vaksin ekstra tidak bertambah COLD CHAIN (RANTAI DINGIN) Vaksin harus disimpan dalam keadaan dingin mulai dari pabrik sampai ke sasaran. Simpan vaksin di lemari es pada suhu yang tepat Pintu lemari es harus selalu tertutup dan terkkunsi Simpan termometer untuk memonitor lemari es. Taruh vaksin Polio, Campak, pada rak I dekat freezer. Untuk membawa vaksin ke Posyandu harus menggunakan vaccine carrier/ termos yang berisi es.

DONOR DARAH DAN TRANFUSI DARAH Pengertian Donor darah adalah seseorang yang menyumbangkan darahnya untuk orang lain yang membutuhkan darah. Penyaringan donor Seorang donor harus dalam keadaan sehat dan harus bebas dari factor-faktor berikut ini. Riwayat hepatitis virus sekarang atau terdahulu atau riwayat kontak dengan klien hepatitis. Riwayat memperoleh tranfisi darah Riwayat sifilis atau malaria yang tidak di obati Riwayat penyalahgunaan obat melalui suntikan Riwayat kemungkinan pajanan dengan virus AIDS Infeksi kulit

Riwayat asma yang baru,urtikaria,atau alergi obat Kehamilan dalam 6 bulan terakhir. Riwayat pencabutan gigi atau pembedahan mulut dalam 72 jam Riwayat tato yang baru Riwayat terpajan penyakit menular dalam 3 minggu Imunisasi yang baru Adanya kangker Persyaratan donor Setiap donor harus memenuhi persyaratan sbb: 1.tercatat identitas (nama,alamat,pekerjaan.) 2.berat badan lebih dari 50 kg,untuk donor standar 450 ml,donor yang berat badanya kurang dari 50 kg hanya boleh mendonorkan darahnya sesui berat badanya. 3.suhu oral tidak melebihi 37,5 derajat celcius. 4.denyut nadi harus teratur antara 50-100 kali/menit. 5.tekanan sistolik arterial harus diantara 90-180 mmHg serta tekanan diastoliknya diantara 50-100mmHg. 6.kadar Hb pada wanita paling tidak 12,5g/dl dan pada pria 13.5g/dl 7.interval donasi 3 bulan. Komplikasi donor darah Pendarahan hebat pada tempat tusukan vena donor akibat kelainan pendarahan pada donor,atau akibat kesalahan teknis seoerti tekanan turnikuet yang terlalu tinggi dan laserasi vena. Pingsan : relative sering terjadi dan biasanya berhubungan factor emosi serta akibat hilangnya volume darah,maka dpat terjadi hipotensi dan pingsan (donor yang tampak pucat atau mengeluh akan pingsan harus segera di baringkan atau duduk dengan kepala lebih rendah dari lutut).perawat harus mengawasi donor ini selama 30 menit kemudian. Nyeri dada: dapat terjadi pada klien yang tidak di duga menderita penyakit arteri koroner Kejang :dapat terjadi pada klien dengan epilepsy Tranfusi darah Tranfusi darah adalah memasukan sel darah merah (darah segar) ke dalam tubuh melalui vena.

Tujuan; memberikan kebutuhan sel darah merah sesuai indikasinya. Indikasi Sesui dengan komponen darah yang di tranfusikan; 1.Darah lengkap (whole blood )250-300cc:meningkatkan volume darah merah dan volume plasma pada perdarahan akut dan pada kehilangan darah >25% volume darah total. 2.darh merah pekat 150-250cc/unit :meningkatkan massa sel darah merah dan kapasitas oksigen pada anemi norvolemik simptomatik ,termasuk anemia kronis pada kelainan ginjal kronis dan kanker. 3.darah merah di cuci 180cc/unit:meningkatkan sel darah merah,mengurangi resiko reaksi alergi terhadap protein plasma. 4.plasma beku 220cc:pengobatan beberapa gangguan koagulasi. 5.trombosit konsentrat 50cc/unit ;perdarahan karena trombositopenia. Kontraindikasi Sesui dengan komponen darah: 1.darah lengkap:anemia kronis normovolemik yang hanya memerlukan peningkatan massa sel darah merah. 2.darah merah di cuci;bila sudah dari 24 jam karena teknik pencucian system terbuka menyebabkan penggunaanya terbatas 24 jam. 3.darah merah pekat:hati-hati reaksi tranfusi hemolitik.reaksi alergi,dan demam. 4.trombosit konsentrat:tidak afektif untuk klien dengan destruksi trombosit yang cepat,termasuk ITP dan KID yang tidak di obati. 5.plasma beku: jangan di berikan bila tujuanya untuk menambah volume darah. Penyimpanan darah Tujuan penyimpanan darah adalah: 1.untuk mencegah pembekuan darah 2.mempertahankan fungsi darh sel darh in vitro (pretranfusi). 3.tetap berfungsi baik in vivo (pascatranfusi). 4.aman,tidak berpenyakit (untuk recipient) Penyimpanan darah ada 2 jenis yaitu: 1.simpan cair (sering di lakukan )

dengan menggunakan preservative antikoagulan (antikoagulan yang mengandung nutrisi untuk kehidupan sel darah)pada suhu 4 derajat celcius.jenis antikoagulan yang di gunakan meliputi:ACD 63ml ACD+450ml darh (3minggu). CPD 63 ml CPD+450 ml (3 minggu) CPDA-1 : 63 ml CPDA-1+ 450 ml(5 minggu) 2.Simpan beku(jarang dilakukan). Jenis Tranfusi Darah: Darah utuh Darah endap Trombosit kosentrat Plasma segar beku Cryo precipitate

Intervensi Keperawatan pada Reaksi Tranfusi: Transfusi set di lepaskan tetapi jalur intravena harus tetap di pertahankan dengan larutan normal saline (0,9%) agar bila di perlukan pengobatan untravena dapat di lakukan segera. Kantong darah dan selang di simpan jangan di buang,kemudian di krim kembali ke bank darah untuk di lakukan uji golongan darah ulang dan cultur.Label dan nomor harus di periksa kembali. Gejala di tangani sesuai resep dokter dan tanda-tanda vital di pantau Ambil darah klien untuk pemeriksaan kadar hemoglobin,kultur dan penentuan ulang golongan darah. Sempel urine harus segera di kirim ke Lab. Untuk menguji adanya hemoglobin di dalam urine selanjutnya harus di amati.

Bank darah di berikan bahwa telah terjadi kecurigaan reaksi transfusi. Reaksi harus di catat sesuai kebijakan institusi

DAFTAR PUSTAKA Wiwik Handayani & Andi Sulistyo Haribowo(2008),Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi,Penerbit Salemba Medika.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai