Anda di halaman 1dari 15

SISTEM MANAJEMEN MUTU

PADA
UNIT PELAYANAN KESEHATAN

BAHAN
ILMU MANAJEMEN KESEHATAN

OLEH:
necel

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2007

Copyright © necel.wordpress.com
Arus informasi yang membanjiri masyarakat menyebabkan meningkatnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang mutu pelayanan kesehatan. Hal tersebut
menyebabkan semakin tinggi pula tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan.
Masyarakat mulai membandingkan pelayanan yang diberikan oleh puskesmas dengan balai
pengobatan swasta, bagi yang mampu akan datang pada sarana pelayanan yang lebih
representative seperti rumah sakit, bahkan akan lari ke luar negeri. Lebih tragis, bagi yang
tidak mampu akan datang berobat pada dukun, atau pengobatan alternative lainnya yang tidak
jelas dasarnya.
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang diatur dalam Kepmenkes
128/MENKES/SK/II/2004 tentang “Kebijakan Dasar Puskesmas” menyebutkan upaya-upaya
puskesmas dikelompokkan menjadi dua yakni Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan
Pengembangan, sedangkan upaya penunjang seperti laboratorium dan pencatatan pelaporan
melekat pada semua upaya. Menilik banyaknya program yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dapat kita lihat. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap mutu pelayanan
puskesmas? Pengguna Arus informasi yang membanjiri masyarakat menyebabkan
meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang mutu pelayanan kesehatan.
Hal tersebut menyebabkan semakin tinggi pula tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan
kesehatan. Masyarakat mulai membandingkan pelayanan yang diberikan oleh puskesmas
dengan balai pengobatan swasta, bagi yang mampu akan datang pada sarana pelayanan yang
lebih representative seperti rumah sakit, bahkan akan lari ke luar negeri. Lebih tragis, bagi
yang tidak mampu akan datang berobat pada dukun, atau pengobatan alternative lainnya yang
tidak jelas dasarnya.
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang diatur dalam Kepmenkes
128/MENKES/SK/II/2004 tentang “Kebijakan Dasar Puskesmas” menyebutkan upaya-upaya
puskesmas dikelompokkan menjadi dua yakni Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan
Pengembangan, sedangkan upaya penunjang seperti laboratorium dan pencatatan pelaporan
melekat pada semua upaya. Menilik banyaknya program yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dapat kita lihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap mutu pelayanan
puskesmas. Pengguna puskesmas selalu mempunyai rasa sangsi terhadap mutu pelayanan.
Beberapa masalah yang sering diutarakan oleh petugas puskesmas antara lain
ketidaksesuaian antara tuntutan kualitas pelayanan oleh masyarakat dengan keinginan
masyarakat yang ingin biaya pelayanan yang murah, biaya operasional yang minim
sedangkan puskesmas memiliki banyak program yang harus diselesaikan, insentif bagi
petugas yang kurang memadai, sistem manajemen puskesmas yang tidak teratur.
Definisi puskesmas mandiri adalah: puskesmas tetap sebagai pelayanan publik non
profit, fokus utama tetap pelayanan dasar, tetap diperlukan subsidi baik untuk operasional
maupun investasi, diberikan otonomi dan tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
Kalau dilihat dari keempat point di atas yang merupakan kewenangan pengelolaan
puskesmas adalah pada meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Sehingga tepat bagi
puskesmas untuk fokus pada pengembangan sistem manajemen mutu apapun bentuknya,
seperti mikro planning, gugus kendali mutu, quality assurance, stratifikasi puskesmas dan
masih banyak lagi. Sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000 diharapkan dapat mewujudkan
hal yang diiginkan baik oleh pengguna maupun stake holdernya.
Penjaminan keberlangsungan proses system manajemen mutu pada dasarnya terdiri
dari 3 fase:
1) input: customer merupakan bagian utama yang harus kita perhatikan mulai dari kebutuhan,
keinginan, keperluan sebagai permintaan maupun tuntutannya .
2) proses: didalam proses ini ada 4 komponen yang harus diperhatikan yaitu:a) managemen
responsibility, b) resources management, c) product realization, d) measuremant analysis
and improvement.
3) out put: adalah kepuasan customer sebagai harapan dari kedua pihak yaitu pihak
manajemen sebagai input dalam upaya perbaikan dan apabila kepuasan itu terpenuhi maka
customer akan kembali menggunakan produk yang dihasilkan.
Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 di PUSKESMAS melalui 4
tahapan yaitu: tahap persiapan, tahap perancangan, tahap pelaksanaan dan audit internal,
tahap pendampingan sertifikasi.
Pelaksanaan kegiatan di atas perlu melibatkan komitmen seluruh stake holder
puskesmas mulai dari dinkes kab/kota, pemda kab/kota, DPRD kab/kota, dinkes propinsi,
pemda propinsi untk mencapai kesepakatan merubah citra puskesmas. Sebelum ditetapkan
sebagai puskesmas yang akan di intervensi ISO 9001:2000 terlebih dahulu dilakukan
penilaian terhadap puskesmas yang mewakili masing-masing kabupaten/kota tentang
kesiapan pelaksanaan ISO,meliputi 6 aspek yaitu: Leadership, Structure, Process, Workforce,
Change, lain-lain.
Prinsip-Prinsip Jaminan Mutu
Mutu tidak akan pernah dicapai dalam jangka waktu yang singkat. Hal tersebut
memerlukan waktu yang sangat bervariasi tergantung dari pada standar mutu yang dinginkan.
Pengertian tentang program jaminan mutu mungkin sudah sering kita ketahui dari berbagai
sumber yang sangat bervariasi.
Secara singkat disebutkan bahwa program jaminan mutu melibatkan setiap orang yang
berada dalam organisasi untuk peningkatan pelayanan yang terus menerus dimana mereka
akan memenuhi kebutuhan standar dan harapan dari pada pelanggan baik pelanggan intern
ataupun pelanggan ekstern. Hal ini adalah suatu metode yang mengkombinasikan teknik
manajemen, keterampilan teknik, dan pemanfaatan penuh potensi sumber daya manusia
dalam organisasi Puskesmas dan Rumah Sakit.
Program Jaminan Mutu dapat dibedakan dengan bentuk manajemen yang lain, dimana
jaminan mutu didasarkan pada prinsip prinsip sebagai berikut :
a. Setiap orang didalam organisasi harus dilibatkan dalam penentuan , pengertian dan
peningkatan proses yang berkelanjutan dengan masing masing kontrol dan bertanggung
jawab dalam setiap mutu yang dihasilkan oleh masing masing orang.
b. Setiap orang harus sepakat untuk memuaskan masing masing pelanggan, baik
pelanggan eksternal maupun pelanggan internal.
c. Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah yaitu dengan
menggunakan data untuk pengambilan keputusan, penggunaan alat alat statistik dan
keterlibatan setiap orang yang terkait.
d. Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yang alami.
e. Pembentukan teamwork. Baik itu dalam part time teamwork, fulltime teamwork
ataupun cross functional team .
f. Adanya komitmen tentang pengembangan karyawan (development of employees )
melalui keterlibatan didalam pengambilan keputusan.
g. Partisipasi dari pada setiap orang dalam kegitatan merupakan dorongan yang positif dan
harus dilaksanakan.
h. Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investment/modal dalam
rangka pengembangan kemampuan dan pengetahuan pegawai untuk mencapai potensi
mereka harapkan.
i. Supliers dan Customer diintegrasikan dalam proses peningkatan mutu.
1). Orientasi pada pelanggan
( Customer Focus ).
Dalam pandangan tradisional, pelanggan berarti orang yang membeli dan
menggunakan produk suatu perusahaan/organisasi. Dalam hal ini pelanggan tersebut
berinteraksi dengan perusahaan setelah proses menghasilkan produk. Sedangkan pihak
pihak yang berhu-bungan dengan organisasi/perusahaan sebe-lum tahap proses disebut
sebagai pemasok.
Dalam konsep quality manajemen pelanggan dan pemasok ada didalam dan diluar
organi-sasi. Pelanggan dikenal sebagai pelanggan eksternal dn pelanggan internal.
Pelanggan eksternal adalah orang yang menggunakan produk atau jasa perusahaan.
Pemasok eksternal adalah orang diluar organisasi yang menjual bahan mentah/bahan
baku, informasi atau jasa lain kepada organisasi. Sedangkan didalam organisasi juga ada
pelanggan internal dan pemasok internal. Misalnya dalam pelayan-an pasien di
Puskesmas. Dalam pemeriksaan laboratorium misalnya, dokter dan tenaga paramedis
merupakan pelanggan internal dari pada petugas laboratorium, sedangkan bagian logistik
yang menyediakan bahan bahan pemeriksaan dan peralatan lainnya merupakan pemasok
internal. Oleh karena itu kualitas pekerjaan dari bagian logistik akan mempe-ngaruhi
kualitas pekerjaan petugas laboratorium dan sekaligus akan mempengaruhi kualitas
pekerjaan dari pada tenaga medis.
Pada hakikatnya tujuan dari pada bisnis adalah untuk menciptakan dan
mempertahankan para pelanggan. Demikian pula dalam kegiatan pelayanan kesehatan
target utamanya adalah untuk kepuasan pelanggan dalam hal ini kesembuhan dari
penyakit. Oleh karena itu hanya dengan memahami proses dan pelang-gan maka
organisasi dapat memahami dan menghargai makna dari pada kualitas. Semua usaha
manajemen dalam jaminan mutu diarahkan pada satu tujuan utama yaitu terciptanya
kepuasan pelanggan. Apapun yang dilakukan manajemen tidak akan ada gunanya bila
akhirnya tidak menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Adanya kepuasan
pelanggan dapat memberikan manfaat diantaranya :
a. Hubungan antara Puskesmas dengan para pasien menjadi harmonis.
b. Memberikan dasar yang baik bagi kunjung-an ulang.
c. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of nouth) yang
menguntung-kan bagi Puskesmas.
d. Reputasi Puskesmas menjadi baik dimata pelanggan/pasien dan keluarga.
e. Penghasilan Puskesmas meningkat.
2). Perbaikan Berkesinambungan
(Continuous Improvement).
Persaingan global dan perubahan yang terjadi pada setiap pelanggan merupakan
alasan perlunya dilakukan berbaikan yang berkesinam-bungan. Untuk mencapai
perbaikan yang berkesinambungan para manajer Puskesmas tidak cukup hanya
menerima ide perbaikan, akan tetapi juga secara aktif mendorong setiap orang untuk
mengidentifikasi dan menggunakan kesempatan perbaikan. Pelaksanaan proses
berkesinambungan meliputi penentuan masalah dan pemecahan yang memungkinkan,
pemilih-an dan implementasi pemecahan yang paling efektif dn efisien, serta evaluasi
ulang, standari-sasi dan pengulangan proses.
Proses pembelajaran merupakan elemen yang penting dalam perbaikan.
Pembelajaran mem-berikan dasar rasional untuk bertindak yang merupakan elemen
penting yang kedua dalam perbaikan. Tingkat dan luasnya perbaikan dapat ditingkatkan
dengan membuat perbaikan proses dan sistem sebagai bagian dari strategi organi-sasi
serta menciptakan suatu sistem untuk perbaikan. Sistem tersebut haruslah mendu-kung
pengembangan keterampilan dan penge-tahuan anggota organisasi untuk melaksa-nakan
perbaikan. Hal hal yang harus diper-hatikan dalam merancang sistem perbaikan antara
lain, Pendidikan, Teladan manajer, tanggung jawab yang jelas, Perbaikan diiden-tifikasi
sebagai strategi yang penting, Identifikasi dan prioritas tindakan perbaikan, metode
sistematis untuk perbaikan, dan lain lain.
Perbaikan terhadap mutu yang berkesinam-bungan memerlukan beberapa
persyaratan yang harus diperhatikan diantaranya adalah :
a. Perbaikan tersebut haruslah berdasarkan pada visi dan misi dari pada puskesmas.
Didalam implementasi jaminan mutu di Puskesmas, visi dan misi haruslah ditentukan
yang merupakan dasar dan sentra yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan seluruh
kegiatan. Visi dan Misi Puskesmas haruslah kemudian diinformasikan kepada semua
karyawan dari tingkat Manajer puncak sampai dengan pelaksana ditingkat front line.
Dengan harapan apabila setiap orang yang terlibat di rumah sakit tersebut sudah
mengetahui visi dan misi Puskesmas dan Rumah Sakit maka mereka akan bekerja
dengan suatu arah yang telah tertentu dan terencana dengan baik.
b. Mengikuti Tahap Strategi Perbaikan.
Didalam menerapkan perbaikan, dikenal berbagai proses. Tidak ada satu satunya cara
yang paling tepat untuk memperbaiki proses perbaikan, baik itu dalam bidang
manufaktur ataupun dalam bidang jasa. Meskipun demikian ada beberapa strategi
standar yang biasanya digunakan. Strategi tersebut antara lain :
Menggambarkan proses yang ada
Membakukan proses
Menghilangkan kesalahan pada proses
Merampingkan proses
Mengurangi sumber sumber terjadinya variasi
Menerapkan pengendalian proses statistikal
Memperbaiki rancangan

3). Pendekatan Ilmiah


(Scientific Approach).
Pendekatan ilmiah merupakan langkah sistematis bagi setiap individu maupun
Tim dalam proses pemecahan masalah dan per-baikan proses. Hal ini berarti bahwa
dalam pengambilan keputusan haruslah selalu berda-sarkan pada data, dan bukanlah
merupakan perkiraan saja. Disamping itu harus pula melihat pada akar permasalahan dan
bukan hanya berdasarkan gejala gejala yang terlihat pada permukaan. Demikian juga
dengan pemilihan alternatif pemecahan masalah yang dipilih haruslah betul merupakan
alternatif solusi yang baik jangan lah merupakan solusi yang setiap saat harus diperbaiki.
Fokus pada pendekatan ilmiah adalah pengumpulan, pengolahan dan
pemanfaatan data. Dalam proses pengumpulan dan peman-faatan data tersebut tidak
dianjurkan untuk menggunakan ilmu statistik yang rumit. Dengan hanya menggunakan
alat alat statistik yang sederhana seperti Grafik, Bar Chart, Perenca-naan waktu (Time
Plot) dapat membantu para manajer atau petugas kesehatan untuk menghasilkan suatu
peningkatan mutu secara terus menerus dan dengan demikian, selan-jutnya akan
mengatasi seluruh permasalahan yang ada.
Banyak diantara kita telah bekerja selama bertahun tahun tanpa menggunakan
data. Kita datang dengan berbagai ide untuk peningkatan kinerja organisasi kita. Akan
tetapi kita hanya berangkat hanya berdasarkan pengalaman yang diterapkan dalam
pekerjaan sehari hari atau hanya berdasarkan pembicaraan informal dengan para pasien
atau pelanggan lainnya. Akibatnya adalah apabila terjadi masalah dikemudian hari, kita
akan menggunakan pengalaman tersebut untuk mencari pemecah-an masalahnya, maka
kemungkinannya adalah bahwa masalah tersebut mungkin diatasi atau masalah sama
sekali tidak teratasi.
Tidak ada yang menyalahkan pengambilan keputusan yang dilakukan
berdasarkan penga-laman, pengetahuan, perkiraan ataupun dengan intuisi seperti diatas.
Kalau demikian halnya mengapa ditekankan tentang pemanfaatan data?. Alasannya
adalah sangat sederhana sekali yaitu bahwa pemanfaatan data adalah alat yang sangat
tangguh yang dapat diikutkan atau diperhitungkan dalam proses pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan. Peman-faatan data tidak dapat menggantikan penga-laman
ataupun pengetahuan dalam peningkat-an proses ataupun dalam pengambilan keputusan,
akan tetapi pengalaman dan penge-tahuan tidaklah cukup untuk menghasilkan suatu
keputusan yang tepat.
Apabila kita diperhadapkan dengan masalah masalah-masalah yang baru,
biasanya kita membentuk suatu teori tentang apa yang telah terjadi berdasarkan
pengalaman. Hal ini adalah suatu keadaaan yang normal. Akan tetapi kecenderungan
yang sering terjadi adalah bahwa kita sering kali hanya melihat terhadap kesamaan dari
pada kedua kejadian tersebut dan kita tidak begitu melihat terhadap berbedaannya.
Dengan menggunakan data kita dapat menghindarkan perangkap-perangkap yang
demikian. Penggunaan data dapat menolong kita untuk mengerti lebih dalam apa yang
telah terjadi pada proses, service maupun produk.
Dengan menggunakan data akan dapat mem-bantu kita memfokuskan
permasalahan kita terhadap faktor-faktor yang betul-betul mem-buat suatu perbedaan
atau variasi. Disamping itu pemanfaatan data dapat membantu kita menghemat waktu,
energi dan penggunaan sumber daya yang lebih efektif.

4). Kerjasama Team


( Team Work ).
Sekarang ini kita sudah memasuki lingkungan atau keadaan dimana goncangan-
goncangan atau gangguan menjadi sesuatu hal yang biasa dan perubahan merupakan
suatu yang tetap terjadi. Banyak faktor-faktor yang memaksa pengelola suatu Puskesmas
dan Rumah Sakit mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan pasar/pelanggan dengan cara
efektif dan efisien. Faktor-faktor ini diantaranya adalah termasuk kebutuhan untuk
merespon perubahan teknologi yang begitu cepat dan luas, kecenderungan globalisasi
disemua sektor dan tekanan-tekanan pengertian pasar terma-suk keinginan dari pad
pasien.
Untuk dapat menghadapi kondisi tersebut dibutuhkan pengetahuan, ketrampilan,
penga-laman dan perspektif yang luas dan dilakukan secara bersama-sama dengan orang
orang yang bekerja atau berkaitan dengan rumah sakit. Hanya dengan demikian setiap
rumah sakit dapat diharapkan mengatasi masalah yang dihadapi, membuat keputusan
yang baik dan menyampaikan solusi tersebut terhadap para costumer (pelanggan).
Dalam perkataan lain dibutuhkan kerja sama dalam bentuk tim. Tim akan
menciptakan suatu kondisi dimana para anggota akan tetap mempertahankan perubahan,
mempelajari lebih banyak tentang kebutuhan dan memperoleh ketrampilan dalam kerja
sama.
Dalam suatu organisasi, Team dibutuhkan apabila :
Tugas-tugas yang diemban sangat kompleks.
Kreatifitas dibutuhkan
Jalan yang harus ditempuh belum jelas
Penggunaan sumber daya yang lebih efisien dibutuhkan
Dibutuhkan belajar lebih cepat
Mengerjakan komitmen yang tinggi
Pelaksanaan dari rencana membutuhkan kerja sama dengan orang lain
Tugas-tugas atau proses bersifat cross fungsional
Semakin banyak tugas-tugas yang berhubungan dengan hal diatas, maka
organisasi akan mem-bentuk tim untuk mengatasi tantangan tersebut.
Perusahaan/Organisasi akan lebih tergantung pada tim bila mereka menemukan bahwa
metode pemecahan masalah yang tradisional, pengambilan keputusan, komunikasi dan
kompetensi tidak cepat atau cukup flkesible untuk merespon terhadap perubahan yang
ada. Tim-tim yang dibentuk akan digunakan dibuat banyak bentuk, seperti Manajemen
Team On going work team, Improvment Team, Gugus Kendali Mutu, Forum Manajemen
Menengah dll.
Puskesmas menggunakan / memanfaatkan team untuk mencapai tujuan-tujuan
dengan perbedaan yang luas, mengurangi peng-gunaan waktu yang tidak perlu,
menambah siklus, mengurangi kesalahan pelayanan pada pasien dan melaksanakan
pekerjaan sehari-hari, meningkat-kan transaksi, merancang kembali sistem yang ada,
lebih mengerti tentang kebutuhan pasien dan pelanggan lainnya.

Tahap-Tahap Program Jaminan Mutu


Pada umumnya program jaminan mutu tidak dilaksanakan secara terburu buru.
Program jaminan mutu biasanya dilaksanakan secara bertahap mulai dari pada penyiapan
sumber daya sampai dengan pemilihan metoda atau kegiatan kegiatan yang dianggap sesuai
dengan program tersebut.
Pada pedoman ini, tahap tahap program jaminan mutu yang dipergunakan adalah
tahap tahap sebagai berikut :
1). Fase Inisiasi.
Fase ini adalah merupakan fase permulaan yang harus dilalui. Dalam fase ini
berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai persiapan program jaminan mutu
adalah berupa pengembangan kesadaran tentang perlunya mutu diantara semua karyawan
baik dari manajemen puncak sampai dengan tingkat pelaksanan. Disamping itu perlu pula
dikembangkan kepemimpinan yang mem-punyai komitmen tentang mutu dan perubahan,
menetapkan dan konsisten terhadap tujuan peningkatan mutu yang menjadi visi organisasi,
menyu-sun rencana stratejik dan rencana operasional masing masing kegiatan serta
mempersiapkan infrastruktur untuk penerapan proses perbaikan yang berkesinambungan.
2). Fase Transformasi.
Langkah berikutnya setelah langkah diatas adalah fase transformasi. Fase ini
merupakan fase pemilihan proses proses prioritas yang akan ditingkatkan dalam bentuk
proyek percontohan, pembentukan kelompok kelompok kerja yang kompeten terhadap
proses proses tersebut. Pada fase ini perbaikan yang berkesinambungan oleh kelompok
kelompok kerja sudah dilakukan dengan menggunakan siklus PDCA.
3). Fase Integrasi.
Fase ini merupakan aplikasi pelaksanaan program jaminan mutu pada seluruh jajaran
organisasi termasuk didalamnya adalah pembentukan dan mempertahankan komit-men
terhadap mutu melalui optimalisasi dan proses perbaikan yang berkesinambungan,
pelatihan pada seluruh karyawan, penetap-an indikator, mengembangkan evaluasi dan
monitoring terhadap mutu serta penerapan proses perbaikan mutu yang berkesinam-
bungan pada semua unit dan lintas unit denganpembentukan kelompok kelompok kerja
yang mandiri.

A. Fase Inisiasi
1. Training Need Assessment (TNA)
Proses pelatihan dimulai dengan pengumpulan data dan informasi yang dapat
menggambarkan jenis keterampilan yang dimiliki karyawan saat ini, dan keterapilan
apa yang mereka perlukan untuk mencapai rencana jangka pendek dan jangka panjang
yang telah ditetapkan, memuaskan pelanggan dan memperbaiki kualitas. Setelah data
tersebut sudah terkumpul , kemudian dianalisa dan akhirnya kebutuhan akan pelatihan
dapat ditentukan.
Pendekatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan
adalah sebagai berikut :
Menentukan keterampilan karyawan yang diperlukan untuk mencapai strategi
kualitasyang ditentukan oleh Puskesmas. Ada beberapa metode yang dapat digunakan
oleh para manajer untuk menentukan kebutuhan pelatihan, diantaranya adalah :
a. Observasi.
Manajer Puskesmas dapat melakukan observasi terhadap beberapa aspek pokok.
Misalnya apakah terdapat masalah masalah yang spesifik dalam masing masing
bagian? Apakah karyawan menghadapi masalah dalam melaksanakan tugas tugas
tertentu Apakah pekerjaan pekerjaan secara konsisten mendukung proses ?
b. Wawancara
Manajer dapat mewawancarai para karyawan agar mereka mengungkapkan
kebutuhan mereka berdasarkan ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki.
Karyawan mengetahui tugas yang harus mereka kerjakan setiap hari. Mereka juga
harus mengetahui tugas mana yang dapat mereka kerjakan dengan baik, mana yang
tidak dan pekerjaan mana yang tidak dapat dikerjakan sama sekali. Brainstroming
sangat efektif dalam proses perbaikan yang berkesinam-bungan bila karyawan
bersedia mengemu-kakan pikiran dan pendapatnya.
c. Survei Job - Task Analysis
Dalam tahap ini dilakukan analisis terhadap dua aspek utama. Pertama terhadap
aspek pekerjaan secara keseluruhan dan kedua terhadap aspek pengetahuan,
keterampilan serta sikap yang dibutuhkan untuk melaksa-nakan pekerjaan tersebut.
Berdasarkan informasi dari hasil analisis tersebut, maka intrumen survei
dikembangkan dan disebar-kan kepada para karyawan yang akan diteliti. Dalam
mengembangkan instrumen ada baiknya melibatkan karyawan yang kan disurvei
agar informasi yang diperoleh lengkap dan tidak mengabaikan kriteria kriteria
seperti keterampilan kerja sama tim, sensitivitas terhadap umpan balik pelanggan
terutama pelanggan internal dan keterampil-an interpersonal.
d. Diskusi Focus Group.
Dalam metode ini kelompok karyawan tertentu diminta untuk membicarakan siklus
mutu yang berkaitan dengan pelatihan. Rapat yang dilakukan tanpa manajer atau
penyelia tersebut akan menjadi lebih terbuka untuk menyadari bahwa mereka
memerlu-kan pelatihan.
e. Sistem saran
Sistem saran organisasi (baik melalui kotak saran, maupun saran yang diajukan
secara langsung) juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan
pelatihan.
1. Melakukan penilaian kebutuhan secara periodik untuk mengidentifikasi topik
topik yang baru.
2. Menggunakan proses identifikasi kebu-tuhan berkelanjutan yang meliputi eva-
luasi terhadap pelatihan yang telah diikuti karyawan dan saran dari unit bisnis
maupun para manajer akan diperlukannya suatu pelatihan baru.
3. Melakukan Benchmarking (patok duga) terhadap Puskesmas lain untuk
menentukan apa yang mereka lakukan dan dimana mereka melakukan program
pelatihan bagi para karyawannya.
2. Seminar Tentang Sadar Mutu (Quality Awareness Workshop).
Kegiatan ini sangat penting dilaksanakan sebelum kegiatan program jaminan
mutu dilakukan pada suatu tempat. Adapun tujuan dari pada kegiatan ini adalah untuk
membangun suatu komitmen yang tinggi dari pada petugas kesehatan terutama
petugas Puskesmas dan Rumah Sakit beserta instansi terkait dari tingkat manajemen
atas sampai dengan tingkat pelaksana mutu itu sendiri.
Adapun topik topik yang diberikan dalam seminar ini adalah : Pengertian
mutu, Jaminan Mutu, Budaya Mutu, Konsep Pelanggan, Manfaat Mutu dll, tergantung
dari pada waktu yang disediakan dalam workshop tersebut.
3. Mengembangkan Kepemimpinan Mutu.
Kepemimpinan yang berwawasan mutu merupakan kemampuan untuk
membang-kitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab
menyeluruh terhadp usaha mencapai tujuan.
Fungsi kepemimpinan mutu adalah sebagai berikut :
1) Perencanaan Mutu :
Fungsi ini meliputi identifikasi pelanggan dan kebutuhannya, mengembangkan
produk sesuai kebutuhan pelanggan, mengembangkan metode dan proses kerja
dan mengubah hasil perencanaan keda-lam tindakan.
2) Pengendalian Mutu :
Fungsi ini mencakup langkah langkah evaluasi kinerja aktual, membandingkan
kinerja dengan tujuan, melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaan
kinerja yang ada.
3) Perbaikan Mutu.
Fungsi ini meliputi penyediaan prasarana untuk perbaikan mutu secara
berkesinambungan, identifikasi proses dan metoda yang membutuhkan perbaikan,
membentuk tim yang bertanggung jawab atas program perbaikan mutu,
menyediakan sumber daya serta pelatihan yang dibutuh-kan oleh tim dalam
memecahkan masalah.

4. Menetapkan Tujuan Peningkatan Mutu


Pada langkah ini perlu dirumuskan secara tepat dan benar tentang tingkat
kesenjangan kinerja yang terjadi, sehingga akan semakin jelas dan tepat kearah mana
tujuan yang ingin dicapai dalam peningkatan mutu.
Tujuan digambarkan dalam bentuk kuantitas yang harus dicapai ketika
program sudah selesai. Beberapa petunjuk yang perlu untuk menuliskan tujuan adalah
sebagai berikut :
a. Spesifik.
Tujuan haruslah bersifat spesifik, dan tidak terlalu mengambang. Spesifik berarti
bahwa target yang akan kita capai itu sudah menjurus atau terfokus pada sesuatu
issue/topik.
b. Measurable.
Tujuan yang akan kita capai sedapat mungkin haruslah dapat diukur melalui
indikator tertentu.
c. Achievable.
Tujuan yang telah ditetapkan sedapat mungkin harus dapat dicapai
d. Realistis.
Tujuan yang diinginkan sifatnya realis, tidak muluk muluk.
e. Time Bound.
Untuk mencapai tujuan tersebut haruslah dalam batas waktu tertentu.

5. Menyusun Rencana Stratejik dan Operasional


Penyusunan rencana stratejik dan rencana operasional dari masing masing
Puskesmas sebaiknya berdasarkan analisa SWOT dengan memperhitungkan faktor
faktor eksternal dan internal dari pada puskesmas. Dari kesenjangan nilai yang
ditemukan berdasarkan analisa tersebut, disusun sutau rencana aksi yang kegiatannya
berfokus pada visi dan misi organisasi.

B. Fase Transformasi
Pada fase ini beberapa strategi yang sarankan adalah sebagai berikut :
· Pemilihan proses proses prioritas yang akan ditingkatkan dalam bentuk proyek
percontohan.
· Pembentukan kelompok kelompok kerja yang kompeten terhadap proses proses
tersebut.
· Identifikasi anggota untuk masing masing kelompok kerja
· Proses dalam kelompok kerja untuk melakukan perbaikan yang berkesinambungan
dengan siklus PDCA atau PDSA
· Evaluasi

C. Fase Integrasi
Pada fase ini strategi yang disarankan adalah :
· Mengintegrasikan pelaksanaan CQI pada seluruh jajaran organisasi
· Membentuk dan mempertahankan komitmen terhadap mutu melalui optimalisasi dan
proses perbaikan yang berkesinambungan
· Pelatihan pada seluruh karyawan
· Penetapan indikator mutu
· Pengembangan sistem surveillance dan evaluasi mutu yang tepat
· Penerapan proses perbaikan mutu yang berkesinambungan pada semua unit dan lintas
unit dengan pembentukan kelompok-kelompok kerja yang mandiri
Trims 4 downloading.
See the next chapter of necel publication

Made under authority of Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman`s


student

For further information please visit:


necel.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai