Selasar malioboro
Pandangku lurus ke utara
Tertutup kusir duduk bersila
Terenyuh ku
Terpaku pada siluet samar
Wanita berkerudung muhammadyah
Tatap kosong
Melambungkan angan
Memecah mega
Pun tak ada guna
Selasar malioboro
Ramah atau bersahabat dan hangat
Tak begitu anggapnya
Tanah jajahan
Hanya saksi bisu
Ribuan sarkasme ciptaan manusia
Habis ditelan. sendiri
Banyu pun tak sudi dibagi
Olehnya
Wanita berkerudung muhammadyah
Janggut putih
Tanpa suara
Diam bicara sama saja,
Hanya kehilangan satu oktaf ketika diam
Mubazir ribuan oktaf saat bicara.
Tak didapat jua.
Nanti,
Gadis kecil mulai senja
Pria berjanggut putih hanya angan tak berujung
Samudra airmata tak terbendung
Penantiannya akan cinta
Kini.
Sirna.
Jelas.
Pecah kepala.
Pejam mata
Tak berhenti bertanya
Rasa, ada atau tiada.
Tanda dewasa tak perlu kau tanya
Sampai sobek mulutmu.
Pun akhirnya surga neraka.
Ada yang mau bertanya?
Secarik kisah dari Jakarta