Organisasi PT PLN (Persero) PIKITRING JBN dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi PLN No.153.K/010/DIR/2004 tanggal 27 Juli 2004, dengan tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan investasi di bidang pembangunan pembangkit dan jaringan di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. B. Visi dan Misi PT. PLN (Persero) UIPJJB Pikitring Untuk melaksanakan penugasan tersebut Unit Bisnis menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dengan perusahaan sebagai berikut:
1. Visi Menjadikan PIKITRING JBN yang mampu menciptakan pembangkit dan jaringan yang ramah sosial dan ramah lingkungan. 2. Misi Mengelola kegiatan investasi Pembangkit dan Jaringan secara professional, peduli lingkungan, peduli social dengan mengutamakan mutu, efisiensi waktu dan biaya. 2.1 Melaksanakan Pembangunan Jaringan transmisi tegangan tinggi dan extra tinggi dan pembangkit di pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sesuai target yang ditetapkan oleh pemilik. 2.2 Melaksanakan pembangunan kelistrikan yang berwawasan
lingkungan dengan mengutamakan kepentingan umum/nasional tanpa mengabaikan hak-hak masyarakat. 2.3 Mengupayakan penyelesaian proyek tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya. C. Sasaran Kegiatan PT. PLN (Persero) UIPJJB Pikitring Sasaran jangka panjang yang akan di capai oleh PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara adalah tercapainya target Pemerintah dalam membangun sistem kelistrikan di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dan target PLN yang tertuang dalam RUPTL.
SUTT 150Kv Jaringan SUTET 500Kv UGC GI sisi incoming 150kV GI sisi outcoming 20kV Gardu Induk GIS 150kV sisi incoming GIS 20kV sisi outcoming PLN Distribusi PLN P3B GITET 500Kv Serah Terima Proyek (STP) PLN Distribusi PLN P3B PLN P3B PLN P3B
Hal penting relatif masing-masing (produk) bagi sukses organisasional adalah memiliki nilai yang sama penting dengan bobot 20 % dari kinerja PLN UIPJJB. Budaya PLN UIPJJB tercermin dalam tata nilai pedoman perilaku PT.PLN (Persero), yaitu Saling percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar
E. Isolator Saluran Transmisi Isolator adalah salah satu komponen utama dari saluran transmisi. Isolator adalah media penyekat antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tak bertegangan. Fungsi isolator pada SUTT/SUTET adalah untuk mengisolir kawat fasa dengan tower. Pada umumnya isolator terbuat dari porselen atau kaca dan berfungsi sebagai isolasi tegangan listrik antara kawat penghantar dengan tiang.
10
Gambar 3. Isolator
Karakteristik elektrik dan mekanik dari suatu bahan isolator tergantung pada konstruksi dan bahan yang digunakan. Bahan dari isolator terdiri dari dielektrik, jepitan logam dan bahan perekat yang mengikat jepitan dengan elektrik atau biasa disebut dengan tonggak logam. Di samping itu, ada semen untuk merekatkan jepitan logam dan tonggak logam dengan dielektrik. Umumnya dielektrik isolator terbuat dari bahan porselen, gelas, karet silicon (silicon rubber). Jepitan terbuat dari besi atau baja dan untuk arus tinggi digunakan besi nonmagnetic agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan. Konstruksi jepitan serta cara merekatnya ke bahan dielektrik akan menentukan kekuatan mekanis isolator . Beberapa persyaratan penting yang harus dimiliki suatu isolator adalah: 1) Isolator harus mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi. 2) Memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi. 3) Mempunyai nilai resistivitas yang tinggi untuk memperkecil arus bocor yang terjadi. 4) Tidak mudah keropos dan tahan terhadap masuknya gas-gas ataupun cairan-
11
cairan ke dalam bahan isolator. 5) Tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu. 1. Karakteristik Elektrik dan Mekanik Isolator Sesuai fungsinya, isolator yang baik harus memenuhi sifat : 1.1 Karakteristik elektrik Isolator mempunyai ketahanan tegangan impuls petir pengenal dan tegangan kerja, tegangan tembus minimum sesuai tegangan kerja dan merupakan bahan isolasi yang diapit oleh logam sehingga merupakan kapasitor. Kapasitansinya diperbesar oleh polutan maupun kelembaban udara di permukaannya. Apabila nilai isolasi menurun akibat dari polutan maupun kerusakan pada isolator, maka akan tejadi kegagalan isolasi yang akhirnya dapat menimbulkan gangguan. Beberapa karakteristik elektrik yang terdapat dalam spesifikasi isolator diantaranya creepage distance, dry lightning impulse withstand voltage, wet power-frequency withstand voltage, dan power-frequency puncture voltage. Creepage distance didefinisikan sebagai jarak terpendek pada permukaan sebuah isolator antara dua buah konduktor. Panjang creepage distance, tegangan system yang digunakan dan kadar polusi suatu daerah menentukan jumlah disk atau keeping isolator yang digunakan
12
Gambar 4. Creepage Distance Tabel 2.Hubungan Tingkat Polusi dan Specific Creepage Distance
Sedangkan karakteristik elektrik yang lain menggambarkan kekuatan isolator tersebut dilewati tegangan pada kondisi tertentu. 1.2 Karakteristik mekanik Isolator harus mempunyai kuat mekanik guna menanggung beban tarik konduktor penghantar maupun beban berat isolator dan konduktor penghantar. Biasanya dinyatakan dalam kN yang menggambarkan hasil uji impact atau tekan (mechanical failing load) terhadap material yang digunakan. Jumlah jenis dan type isolator tiap rangkaian, tergantung pada spesifikasi SUTT dan juga kondisi jalur yang dilalui (route map) SUTT,
13
misal : daerah yang kondisi udaranya normal, daerah yang mengandung polusi kimia yang tinggi, daerah yang udaranya mengandung garam (asin), dan lain-lain. Untuk daerah yang kondisi udaranya baik (tidak mengandung polusi kimia dan asin), digunakan Isolator Type Normal. Sedangkan untuk daerah yang udaranya berpolusi tinggi, digunakan Isolator Type Fog (Fog Type Isolator). 2. Jenis- jenis Isolator 2.1 Berdasarkan material yang digunakan ada beberapa jenis isolator, diantaranya: a. Isolator porselen Isolator porselen mempunyai keunggulan tidak mudah pecah, tahan terhadap cuaca. Dalam penggunaannya isolator ini harus di glasur. Warna glasur biasanya coklat, dengan warna lebih tua atau lebih muda. Hal itu juga berlaku untuk daerah dimana glasur lebih tipis dan lebih terang, sebagai contoh pada bagian tepi dengan radius kecil. Daerah yang di glasur harus dilingkupi glasur halus dan mengkilat, bebas dari retak dan cacat lain. b. Isolator gelas Digunakan hanya untuk isolator jenis piring atau disk. Bagian gelas harus bebas dari lubang atau cacat lain termasuk adanya gelembung dalam gelas. Warna gelas biasanya hijau, dengan warna lebih tua atau lebih muda. Jika terjadi kerusakan isolator gelas mudah dideteksi.
14
Gambar 5. Isolator gelas c. Isolator non-keramik (komposit) Isolator non-keramik (komposit) terbuat dari bahan polimer. Isolator komposit dilengkapi dengan mechanical load-bearing fiberglass rod, yang diselimuti oleh weather shed polimer untuk mendapatkan nilai kekuatan eletrik yang tinggi. Komponen utama dari isolator komposit yaitu : a. End fittings b. Corona ring(s) c. Fiberglass-reinforced plastic rod d. Interface between shed and sleeve e. Weather shed
15
Gambar 6. Isolator komposit 2.2 Menurut bentuknya isolator dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya: a. Isolator piring (disc) Dipergunakan untuk isolator penegang dan isolator gantung, dimana jumlah piringan isolator disesuaikan dengan tegangan sistem, dengan tambahan tiga buah isolator sebagai cadangan.
16
17
sudut. Dipergunakan untuk memegang dan menahan konduktor untuk pemasangan secara horizontal.
Gambar 9. Isolator post c. Isolator long rod Isolator long rod adalah isolator porselen atau komposit yang digunakan untuk beban tarik.
18
2.3 Menurut pemasangannya ada beberapa jenis isolator, yaitu: a. I string Pemasangannya hanya berupa sebuah isolator yang tergantung langsung menghubungkan antara cross arm tower dengan konduktor yang terpasang. Biasanya ini digunakan untuk konduktor tegangan 70kV dengan pertimbangan konduktor yang ditahan tidak terlalu berat. Isolator yang digunakan berupa isolator long rod.
Gambar 11. Isolator I string b. V string Pemasangannya dengan cara sebuah konduktor dihubungkan dengan dua titik yang berbeda pada cross arm dengan menggunakan dua buah isolator yang disusun sehingga membentuk huruf V.
19
Gambar 12. Isolator V string c. Horizontal string Pemasangan isolator dengan cara ini sebenarnya tidak horizontal sepenuhnya, tetapi membentuk sudut yang kecil dengan garis horizontal. Tujuannya adalah untuk mengimbangi gaya tarik dari konduktor tersebut.
Gambar13. Isolator horizontal string d. Single string Pemasangannya sama seperti pada I string. Antara konduktor dan tower dipisahkan dengan sebuah isolator yang dipasang secara tegak.
20
Gambar 14. Isolator single string e. Double string Cara pemasangan sebenarnya sama seperti single string ataupun I string tetapi jumlah isolator yang digunakan dua rangkaian. Tujuannya adalah agar jika satu rangkaian putus maka masih ada rangkaian lain yang dapat menahan konduktor. Pemasangan seperti ini terutama dipakai pada transmisi saat melewati sungai atau jalan raya .
21
f. Quadruple string Berupa empat buah rangkaian isolator yang dipasang menjadi satu secara parallel untuk memisahkan antara konduktor dengan cross arm tower. Biasanya hal ini untuk mengatasi besarnya berat konduktor saat transmisi melintasi sungai yang besar ataupun jalan raya yang lebar.
Gambar 16. Quadruple string 2.4 Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi : a. Isolator jenis pasak b. Isolator jenis pos-saluran c. Isolator jenis gantung
22
Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi dengan tagangan kerja relatif rendah (kurang dari 2233kV), sedangkan isolator jenis gantung dapat digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh penggunaanya yaitu jika satu piring isolator untuk isolasi sebesar 15 kV, jika tegangan yang digunakan adalah 150 kV, maka jumlah piring isolatornya adalah 10 pringan.
23
(a)
(b)
Gambar 18. (a)isolator pasak(b)isolator pos saluran 3. Perlengkapan tambahan pemasangan isolator 3.1 Fitting isolator Berfungsi untuk menghubungkan rencengan isolator dengan arm tower maupun kawat penghantar, diantaranya: U bolt; shackle; ball eye; ball clevis; socket eye; socket clevis; link; extension link; double clevis, dan lain sebagainya, Bahan terbuat dari baja digalvanis dan mempunyai kuat mekanik sesuai beban yang ditanggungnya. 3.2 Tension clamp Tension clamp adalah alat untuk memegang ujung kawat penghantar, berfungsi untuk menahan tarikan kawat di tower tension. Pemasangan tension clamp harus benar-benar sempurna agar kawat penghantar tidak terlepas. Sisi lain dari tension clamp dihubungkan dengan perlengkapan isolator. agar tidak terjadi pemanasan yang akhirnya dapat memutuskan hubungan kawat jumper .
24
Pada tower tension dibutuhkan kawat penghubung antara kedua ujung kawat penghantar di kedua sisi cross arm, kawat ini disebut jumper. Bagian bawah tension clamp terdapat plat berbentuk lidah untuk menghubungkan kawat jumper tersebut. Sambungan ini harus kuat dan kencang.
Gambar 19. Tension Clamp 3.3 Suspension clamp Suspension clamp adalah alat yang dipasangkan pada kawat penghantar ke perlengkapan isolator gantung, berfungsi untuk memegang kawat penghantar pada tower suspension. Kawat penghantar sebelum dipasang suspension clamp pada harus dilapisi armor rod agar mengurangi kelelahan bahan pada kawat akibat dari adanya vibrasi atau getaran pada kawat penghantar. Pada kondisi tertentu yaitu letak tower yang terlalu rendah dibanding tower-tower sebelahnya maka dipasang pemberat atau counter weight agar rencengan isolator tidak tertarik ke atas.
25
3.4 Compression joint Karena masalah transportasi, panjang konduktor dan GSW dalamsatu gulungan (haspel) mengalami keterbatasan. Oleh karenanya konduktor dan GSW tersebut harus disambung, sambungan (joint) harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain : konduktivitas listrik yang baik kekuatan mekanis dan ketahanan yang tangguh Compression joint adalah material untuk menyambung kawat penghantar yang cara penyambungannya dengan alat press tekanan tinggi. Compression joint kawat penghantar terdiri dari dua komponen yang berbeda yaitu: Selongsong steel berfungsi untuk menyambung steel atau bagian dalam kawat penghantar ACSR Selongsong almunium berfungsi untuk menyambung almunium atau bagian luar kawat penghantar ACSR Penyambungan kawat didahului dengan penyambungan kawat steel, dilanjutkan dengan penyambungan kawat almunium. Penempatan compression joint harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Diusahakan agar berada di tengah-tengah gawangan atau bagian terendah daripada andongan kawat. Tidak boleh berada di dekat tower tension (sisi kawat yang melengkung ke bawah terhadap tengah gawang).
26
Tidak boleh di atas jalan raya, rel KA, SUTT lainnya 3.5 Spacer Spacer adalah alat perentang kawat penghantar terbuat dari bahan logam dan berengsel yang dilapisi karet. Pada SUTETI spacer ini merangkap sebagai vibration damper. Fungsi spacer adalah: Memisahkan kawat berkas agar tidak beradu Pada jarak yang diinginkan dapat mengurangi bunyi desis / berisik corona Penempatan yang dipandu dari fabrikan dapat mengurangi getaran kawat
Gambar 20. Spacer untuk konduktor berkas 2 kawat 3.6 Damper Damper atau vibration damper adalah alat yang dipasang pada kawat penghantar dekat tower, berfungsi untuk meredam getaran agar kawat tidak mengalami kelelahan bahan. Bentuk damper menyerupai dua buah bandul yang dapat membuang getaran kawat.
27
Gambar 21. Damper 3.7 Armor Rod Armor rod adalah alat berupa sejumlah urat kawat yang dipilin, berfungsi untuk melindungi kawat dari kelelahan bahan maupun akibat adanya kerusakan. Bahan armor rod adalah almunium keras, sehingga dapat menjepit kawat dengan erat.