Anda di halaman 1dari 10

RESUME : THIS DYNAMIC EARTH : THE STORY OF PLATE TECTONICS

Sudut Pandang Sejarah Dalam istilah geologi, lempeng adalah bongkahan batuan yang kaku dan padat. Kata tektonik berasal dari kata dasar Yunani, yang berarti membangun. Dengan menyatukan kedua kata tersebut kita mendapatkan istilah tektonik lempeng , yang mengacu tentang bagaimana permukan bumi dibangun oleh lempeng-lempeng. Teori tektonik lempeng menyatakan bahwa lapisan terluar bumi terdiri dari lusinan bahkan lebih lempeng-lempeng besar dan kecil yang terpisah dan mengapung di atas material sangat panas yang bergerak. Benua-benua yang ada saat ini adalah hasil dari pecahan dari sebuah superbenua di masa lalu. Diagram ini terkenal dalam teori Pergeseran Benua (Continental Drift Theory) sebuah teori yang mendahului Teori Tektonik Lempeng.

Menurut teori Pergeseran Benua, superbenua Pangaea mulai terpecah sekitar 225-220 juta tahun yang lalu, dan pada akhirnya terpecah menjadi benua-benua yang kita kenal sekarang Teori Tektonik Lempeng menyatukan semua cabang-cabang dari ilmu-ilmu bumi, dari paleontology (pelajaran tentang fossil) hingga seismologi (pelajaran tentang gempa). Teori tersebut juga telah memberikan penjelasan tentang apa yang diperdebatkan ilmuwan selama berabad-abad seperti mengapa gempa dan letusan gunung api terjadi di lokasi 1

tertentu di bumi, dan bagaimana dan mengapa rangkaian pegunungan besar seperti Alpen dan Himalaya terbentuk. Pada pertengahan abad ke-19 uniformitarianisme menggantikan katastropisme. Uniformitarianisme adalah sebuah pemikiran baru yang berpusat pada prinsip

uniformitarianisme yang diusulkan oleh geologis Skotlandia, James Hutton pada tahun 1785. Secara umum prinsipnya dapat dinyatakan sebagai berikut: keadaan saat ini adalah kunci menuju masa lalu. Mereka yang mengikuti pandangan ini mempercayai bahwa prosesproses dan gaya-gaya geologis yang terjadi secara perlahan atau tiba-tiba yang dialami bumi saat ini adalah sama dengan yang dialami secara geologis di masa lalu.

Lapisan bumi yang kita diami terdiri dari lusinan pelat kaku yang oleh geologist disebut lempeng tektonik. Lempeng ini bergeser dan bergerak relatif satu sama lainnya Abraham Ortelius pada tahun 1596 dalam hasil karyanya Thesaurus Geographicus. menyatakan bahwa benua Amerika terpisah dari Eropa dan Afria oleh gempa-gempa dan banjir dan selanjutnya pecahan-pecahannya adalah bukti-buktinya, yang dapat dilihat jika kita memperhatikan secara seksama tepi-tepi dari tiga benua tersebut. Ide Ortelius ini mengemuka kembali di abad 19. Akan tetapi barulah tahun 1912 teori ini dianggap sebagai teori ilmu yang lengkap disebut sebagai teori Continental Drift (Pergeseran Benua) yang diiperkenalkan oleh meteorolog Jerman berusia 32 tahun, Lothar Wagener dalam dua buah artikelnya. Dia menyatakan bahwa sekitar 200 juta tahun yang lalu, superbenua Pangaea mulai pecah. Menurut pendukung teori Wagener, Prof Alexander Du Toit dari Universitas Witwatersrand, 2

Pangaea pecah menjadi dua bagian benua besar, yaitu Laurasia di utara hemisfer dan Gondwanaland di selatan hemisfer. Laurasia dan Gondwanaland kemudian terpecah-pecah menjadi benua-benua yang ada saat ini.

Pada tahun 1858, ahli geografi Antonio Snider-Pellegrini membuat peta yang menunjukkan bagaimana dua benua Amerika dan Afrika dulunya bersatu dan kemudian terpisah. Kiri: Benua yang dulunya bersatu sebelum terpisah. Kanan: Benua-benua setelah terpisah

Teori Wagener didasarkan sebagian atas kenyataan yang kasat mata bahwa bentuk Amerika Selatan sangat pas jika disatukan dengan benua Afrika, yang saat ini dipisahkan oleh samudera Atlantik. Menurut Wagener, pergeseran benua-benua setelah pecahnya Pangaea, tidak hanya menerangkan keberadaan fossil yang sama, tetapi juga bukti dari adanya perubahan iklim di beberapa benua. Kelemahan yang sangat fatal dari teori ini adalah tidak dapat menerangkan secara mendasar gaya-gaya apa yang bisa menggerakkan benua-benua tersebut saling menjauhi. Gaya seperti apa yang kiranya sangat kuat untuk menggerakkan massa batuan padat yang sangat besar melalui jarak yang sangat jauh tersebut. Wagener menerangkan dengan sangat sederhana bahwa benua-benua bergerak di atas lantai/dasar samudera. Harold Jeffreys, seorang ahli geofisika terkenal dari Inggris mengatakan adalah tidak mungkin sebuah massa yang sangat besar tidak terpecah ketika bergerak di lantai samudera.

Sebaram Fossil di benua-benua Penemuan Teori Tektonik Lempeng adalah sama penting seperti penemuan struktur atom dalam fisika dan kimia, dan juga seperti penemuan teori evolusi dalam ilmu biologi. Walaupun teori Lempeng Tektonik telah diterima oleh sebagian besar komunitas ilmuwan, akan tetapi aspek-aspek teorinya masih terus diperdebatkan. Teori Tektonik Lempeng Perdebatan panas tentang Pergeseran Benua (Continental Drift) terus berlangsung setelah meninggalnya Wagener akan tetapi, di awal tahun 1950-an banyak bukti baru yang timbul membangkitkan kembali debat tentang teori yang provokatif dari Wagener dan implikasi-implikasinya. Secara umum, terdapat perkembangan pengetahuan yang

mendukung formulasi dari Teori Lempeng Tektonik: 1. Fakta kekasaran dasar samudera dan umur muda dari dari dasar samudera tersebut. 2. konfirmasi adanya pengulangan pembalikan medan magnetik geologis di masa lalu. 3. Munculnya Hipotesa pergerakan-dasar samudera dan kaitannya dengan daur ulang kulit/kerak samudera. 4. dokumentasi yang akurat yang memperlihatkan lokasi kejadian gempa-gempa dan kejadian vulkanik di dunia terkonsentrasi di sepanjang palung samudera dan rangkaian pegunungan bawah laut.

Pemetaan Dasar Samudera Sekitar dua pertiga dari permukaan bumi berada di bawah samudera. Eksplorasi samudera meningkatkan pengetahuan kita terhadap dasar samudera. Kita bisa mengetahui bahwa semua peristiwa geologi di daratan terkait secara langsung atau tidak langsung dengan dinamika yang terjadi di dasar samudera. Pengukuran samudera secara modern sangat meningkat di abad 19, dimana pengukuran laut dalam (bathymetric survey) rutin dilakukan di samudera Atlantik dan Karibia. Pada tahun 1855, pelaut militer Amerika, Letnan Matthew Maury memperlihatkan dalam diagram yang diterbitkannnya adanya punggungan bawah laut di tengah Atlantik. yang kemudian disebut sebagai Mid Atlantic Ridge

Global Mid Ocen Ridge (Punggungan Tengah Samudera)

Peta Topografi komputer dari Punggungan Tengah Samudera

Pada 1950 an, eksplorasi samudera semakin banyak. Data-data yang dikumpulkan dari penelitian berbagai negara menyimpulkan bahwa rangkaian pegunungan besar di dasar samudera secara virtual mengelilingi bumi. Disebut sebagai Punggungan Tengah Samudera (Global Mid Ocean Ridge)

Lajur Magnetik dan Polaritas Berlawanan Berawal di tahun 1950 an, ilmuwan memakai peralatan magnetis (magnetometer) yang diadopsi dari peralatan pesawat tempur untuk deteksi kapal selam pada Perang Dunia II, menemukan keganjilan variasi magnetik disepanjang dasar samudera. Penemuan ini, tidak diharapkan sebelumnya, tidaklah sepenuhnya mengejutkan karena sudah diketahui bahwa batuan basalt vulkanik yang mengandung banyak besi yang merupakan unsur pembentuk dasar samudera mengandung mineral magnetik yang sangat kuat (magnetit) yang dapat membelokkan pembacaan kompas.

Model teoretis dari formasi jalur magnetik. Lapisan luar terbaru dari dasar samudera terbentuk terus menerus di puncak dari Bubungan tengah-samudera, mendingin, dan menua seiring menjauhnya dari puncak ridge akibat pergerakan dasar samudera (lihat teks) a. pergerakan sekitar 5 juta tahun yang lalu; b. pergerakan sekitar 2-3 juta tahun lalu; dan c. pergerakan saat ini.

Di awal abad 20, paleomagnetis (ilmuwan yang mendalami medan magnetik purba) seperti Bernard Brunhes di Perancis (1906) dan Motonari Mutuyama di Jepang (1920) memperkenalkan bahwa sifat magnetik batuan pada dasarnya terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama, adalah kelompok kutub normal, yang mempunya karasteristik kandungan mineral yang memiliki kutub yang sama dengan kutub magnet bumi saat ini. Jadi jarum kompas dari sisi utara dari batuan menunjuk ke arah utara magnet bumi. Kelompok kedua adalah yang memiliki kutub berlawanan, yang ditunjukkan dari arah kutub mineral yang berlawanan dengan medan magnetik bumi saat ini. Dalam hal ini, jarum kompas mineral dari batuan menunjuk selatan kutub bumi. Serbuk magnetik berperilaku sebagai magnet kecil bisa mensejajarkan diri dengan arah dari magnet bumi. Ketika magma (batuan cair panas yang mengandung mineral dan gas) mendingin membentuk batuan vulkanik padat , garis magnetik dari serbuk terkunci, merekam arah magnet bumi atau polaritas (normal atau terbalik) pada saat pendinginan.

Pelajuran Magnetik di barat laut Pasifik. Gambar memperlihatkan peta dasar laut jika air bisa dihilangkan. Garis putus-putus hitam adalah patahan transform. Pada saat pola magnetik ini dipetakan dalam area yang lebar, pola zebra-cross terlihat pada dasar samudera. Lajur polaritas magnetis bergantian dari batuan terdapat pada dua sisi dari punggungan tengah samudera : satu lajur dengan polaritas normal dan lajur yang bersebelahan memiliki polaritas berlawanan. Pola keseluruhan, yang ditunjukkan dengan adanya polaritas normal dan terbalik secara bergantian, dikenal sebagai pelajuran magnetik. Pergerakan Dasar Samudera dan Daur Ulang Kerak Samudera Punggungan tengah samudera secara struktur ditandai zona yang paling lemah yang memanjang sepanjang puncak punggungan dimana dasar samudera terbelah dalam dua bagian. Kerak dasar samudera terbaru terbentuk dari magma baru yang keluar dari dalam bumi yang naik dengan mudah disepanjang puncak pung. Proses yang disebut pergerakan dasar samudera, sudah terjadi sekitar jutaan tahun dan telah membentuk punggungan tengah samudera sepanjang 50.000 km. Hipotesa ini didukung oleh beberapa bukti: 8

(1) batuan di dekat puncak punggungan berumur lebih muda, dan semakin jauh dari puncak punggungan, batuan berumur semakin tua. (2) batuan yang umurnya paling muda pada puncak punggungan tengah samudera mempunyai polaritas yang sama dengan polaritas saat ini dari bumi dan (3) lajur-lajur magnetik sejajar dengan puncak punggungan berganti-ganti dengan pola: normal-berlawanan-normal,dst. Konsekuensi nyata dari pergerakan kerak samudera adalah terbentuknya kerak baru dari dasar tengah samudera, yang terjadi secara terus menerus sepanjang punggungan samudera. Hipotesa Expanded Earth (Pembengkakan Bumi) tidak memberikan bukti geologi mekanisme apa yang bisa menghasilkan pengembangangan yang luar biasa. Kebanyakan geolog percaya, sejak lahir sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu, ukuran bumi berubah sangat sedikit. Menurut Hess, Samudera Atlantik terus bertambah, di pihak lainnya Samudera Pasifik menyusut (karena subduksi). Ketika kerak samudera yang lebih tua menunjam di palung samudera, kerak samudera yang baru terbentuk di sepanjang punggungan. Jadi, dasar Samudera sebenarnya di daur ulang, yaitu pembentukan kerak baru bersamaan terjadinya dengan penghancuran kerak yang lebih tua. Hal ini menerangkan : (1) ukuran bumi tidak bertambah, (2) mengapa timbunan sedimen sangat sedikit ditemukan di dasar samudera, dan (3) mengapa umur batuan samudera lebih muda dibandingkan dengan umur batuan benua/daratan.

Konsentrasi Gempa Peningkatan kualitas instrumen gempa dan semakin mendunianya pemakaian seismograf selama abad ke-20 membantu ilmuwan untuk menyimpulkan bahwa gempagempa cenderung terkonsentrasi di lokasi tertentu, dan lokasi itu adalah di sepanjang palung samudera dan di sebaran punggungan. Pada akhir 1920 an para seismolog mulai mengidentifikasi beberapa zona gempa sejajar dengan palung yang bersudut inklinasi 40-60 derajad dari sumbu horisontal dan menujam hingga beberapa ratus kilometer ke dalam bumi. Zona ini lazim disebut dengan Zona Wadati-Benioff, atau Zona Benioff, sesuai dengan dua orang seismolog yang pertama sekali menemukannya.

Sebaran zona-zona gempa

Memahami Pergeraka Lempeng Pergerakan lempeng dan hubungannya dengan aktivitas gempa semakin dipahami oleh para ilmuwan. Hampir semua pergerakan tersebut terjadi di sepanjang zona tipis di antara pertemuan lempeng-lempeng dimana hasil dari gaya-gaya tektonik kelihatan dengan jelas. Ada empat tipe pertemuan lempeng:

Pertemuan divergen: pertemuan dimana kulit/kerak bumi yang baru terbentuk ketika lempeng yang berdekatan saling menjauhi.

Pertemuan konvergen: pertemuan dimana lapisan kulit bumi hancur ketika sebuah lempeng menujam ke bawah lempeng lainnya.

Pertemuan transformasi: pertemuan dimana tidak ada kulit bumi yang terbentuk atau dihancurkan, karena lempeng-lempeng bergesekan satu sama lain secara horisontal.

Zona-zona perbatasan antar lempeng: sabuk lebar dimana pertemuan-pertemuan tidak secara jelas didefenisikan dan interaksi antar lempeng tidak jelas.

10

Anda mungkin juga menyukai