1. Kemuliaan Allah yang essensial, yang telah melekat dalam diri Allah tidak bisa dibagikan kepada siapapun. Yesaya 42:8 Kemuliaan pada manusia bukanlah kemuliaan seperti yang ada pada Allah. Manusia adalah manusia yang hanya merupakan ciptaan Allah dan tidak pernah bisa menjadi Allah . 2. 1 Taw 16, 1 Kor 6:20, Fil 1:20 Dalam ayat ini kemuliaan yang dmaksud bukanlah kemuliaan Allah yang bersifat essensi, melainkan kemuliaan yang kita berikan kepada Allah ketika kita mengangkat nama-Nya di dunia dihadapan semua orang. Kita memberi pujian supaya nama-Nya ditinggikan (bukan untuk diri kita), supaya Dia (bukan kita) dilihat oleh banyak orang. Memuliakan atau meninggikan nama Tuhan berarti memperkenalkan siapa yang berkontribusi besar bagi seseorang itu. Contoh : a. Ketika ada seseorang yang menjadi pemenang dalam suatu kompetisi, Ia menyebutkan nama-nama yang kepada mereka ia ucapkan terima kasih. Hal ini adalah suatu upaya pengakuan bahwa mereka dapat menjadi seperti itu oleh karena dukungan dari nama-nama yang telah disebutnya. Ketika ia menyebut nama Tuhan, berarti ia merasakan bahwa dibalik semua kesuksesannya ada Tuhan yang bekerja dalam hidupnya. b. Ketika orang mengenang hidup kita, melihat apa yang kita (imani) ada dalam perbuatan hidup kita, maka mereka bisa melihat Allah dalam hidup kita. Matius 5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmuyang baik dan memuliakan Bapamu yang disorga. 3. Memuliakan Allah dalam segala hal (1 Kor 10:31-33). - Berusaha untuk menyenangkan hati orang lain, supaya mereka oleh apa yang kita lakukan bisa selamat (tidak tersandung). Kita bisa mempunyai kebebasan dalam area-area tertentu, namun kebebasan itu harus kita serahkan kepada Tuhan. (kebebasan dalam konteks kita mengetahui banyak doktrin). Contoh : Kita tahu bahwa jikalau makan dari makan yang dipersembahkan kepada berhala tidak akan mempengaruhi keselamatan kita. Namun ketika ada seseorang yang imannya lemah (pengetahuan akan doktrin/kebenaran kurang) maka ia menjadi tersandung oleh apa yang kita perbuat, oleh sebab ia tidak tahu bahwa makan makanan dari persembahan berhala tidak mempengaruhi keselamatan hidup seseorang. -Kita memang memiliki kebebasan, namun kita juga harus mempertanggungjawabkannya. Contoh lagi ketika kita menggunakan media sosial seperti Facebook dan Twiter, kita harus memikirkan baik-baik apa yang akan kita tulis tersebut mempunyai dampak negatif / menjadi batu sandungan tidak bagi orang lain yang membaca tulisan tulisan kita tersebut. - Ketika kita menjadi autentik, orang lain harus mengenal kita sebagai pribadi yang mengenal Tuhan. Otentisitas yang benar adalah otentisitas di dalam Tuhan, bukan otentisitas yang egosentris. Kita mencitai apa yang Kristus cintai dan membenci apa yang Kristus benci. Silver Thread benang perak yang harus ada dalam setiap aktifitas kita, semuanya harus dikembalikan untuk kemuliaan nama Tuhan. Bagaimana kita bisa memiliki passion (hasrat) untuk memuliakan Tuhan ? Dan bagaimana kita bisa memiliki konsistensi untuk memelihara semangat / hasrat tersbut ? - Kita harus memiliki penampung yaitu karakter atau kebiasaan untuk siap menerima isi dari Tuhan.
a. Orang yang memiliki sarana tetapi tidak memiliki isi adalah salah b. Orang yang punya sarana belum tentu mempunyai isi c. Orang yang tidak memiliki sarana maka ia tidak akan memiliki isi Orang yang memiliki sarana contohnya sering melakukan latihan atau disiplin rohani. Namun hal itu bisa membuat orang terjebak hanya dalam rutinitas belaka. Namun lebih baik memiliki itu dari pada tidak. Jika sarana dijadikan tujuan akhir maka itu salah, dan sarana pada dirinya sendiri tidak cukup. Harus ada kehausan akan kebenaran , rindu melayani Allah.