Anda di halaman 1dari 4

3.8 Implementasi Lakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang akan diberikan.

3.9 Evaluasi 1. Diagnosa 1 : a. Pasien bisa bernapas normal tanpa menggunakan otot tambahan pernapasan b. Pasien tidak mengatakan nyeri saat bernapas. 2. Diagnosa 2: a. Pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif dan mengalami perbaikan pertukaran gas pada paru. b. Pasien menyatakan faktor penyebab, jika mengetahui. 3. Diagnosa 3: Sekret encer dan jalan napas bersih 4. Diagnosa 4: a. Pasien bisa mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleran aktivitas. b. Pasien memperlihatkan kemajuan khususnya dalam hal mobilitas. c. Pasien memperlihatkan turunnya tanda-tanda

21

3.10 WOC Emfisema


Infeksi / pneumonia Polusi Usia Ekonomi rendah Merokok PLE (pelebaran merata) Bronktus, duktus alveolar, alveoli jarang CLE Masih ada bronkiolus dan alveolus yang sehat Emfisema paraseptal Inflamasi Destruksi kapiler paru Pelebaran ruang udara di dalam paru (bronkus terminal menggembung) Terbentuk : - Blebs (di distal alveoli) - Bulai (di parenkim paru)

Enzim alfa-1-antitripsin, enzim protease

Elastisitas paru Destruksi jaringan paru

Perfusi O2

CO2 / terperangkap dalam paru Bibir biru, cyanotik Sesak RR > 20 x/menit CO2 hiperkapnia O2 hipoksia

Ventilatory dead space area.

Pertukaran gas / darah

perfusi jaringan perifer

Nyeri dyspnea

ventilasi

Gangguan pertukaran gas

Reflex batuk

Upaya menangkap O2

Sekret tertahan

RR Bersihan jalan nafas tdk efektif Retraksi otot bantu nafas Kelelahan / kelemahan

Pola nafas tdk efektif

Intoleransi aktivitas

22

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat kami ambil dari penjelasan isi makalah diatas adalah sebagai berikut : 1. Emphysema (emfisema) adalah penyakit paru kronis yang dicirikan oleh kerusakan pada jaringan paru, sehingga paru kehilangan keelastisannya. Gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung udara di paru

menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas. 2. Terdapat 3 (tiga) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru-paru : PLE (Panlobular Emphysema/panacinar), CLE (Sentrilobular Emphysema/sentroacinar), Emfisema Paraseptal. 3. Asuhan keperawatan pada penderita emfisema secara garis besar adalah membantu menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen klien.

3.2 Saran Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan terhadap penderita emfisema. Perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan penyuluhan mengenai pentingnya hal-hal yang dapat memperberat penyakit, halhal yang harus dihindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan baik.

23

DAFTAR PUSTAKA Baughman,D.C& Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2001 Mills,John& Luce,John M.1993. Gawat Darurat Paru-Paru.Jakarta : EGC Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela : Prof.Dr.H.Slamet Suryono Spd,KE Soemarto,R.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi.Surabaya : RSUD Dr.Soetomo Nurhayati.2010.(online). http://ksupointer.com/2010/emfisema-bisa-timbulkan-kematian. diakses pada tanggal 15 November 2010 Flyfreeforhelp.2010.(online). http://lifestyle.okezone.com/read/2010/02/22/27/306051/search.html. diakses pada tanggal 15 November 2010 ,2010.(online).http://www.soft-ko.co.cc/2010/10/emfisema_06.html. diakses pada tanggal 19 November 2010

24

Anda mungkin juga menyukai