Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOPROSES IDENTITAS PRAKTIKAN Nama NIM Kelompok/Hari I. Nama Percobaan II.

Tujuan Percobaan : Trisna Zahara : 03091003004 : 6 (enam)/Rabu Pagi : Pembuatan Medium :

1) Dapat membuat media untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroba 2) Mengetahui pengaruh pembuatan media terhadap perkembangan mikroba 3) Mengetahui teknik sterilisasi dengan autoklaf III. Dasar Teori 3.1 Pengertian Dan Jenis-jenis Medium Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi, karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan. Enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk pengolahan bahan makanan akan diproduksi bila makanan tersebut sudah ada (Kusnadi dkk, 2003). Untuk menelaah bakteri dan jamur di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan atau mengembangkan bakteri dan jamur tersebut. Adanya pembiakan bakteri dan jamur dimaksudkan untuk memudahkan pemeriksaan yang akan

dilakukan di dalam laboratorium, sehingga jika sewaktu-waktu kita memerlukan bakteri dan jamur untuk suatu percobaan, maka bakteri dan jamur tersebut telah tersedia. Biakkan bakteri dan jamur tersebut dapat disimpan di dalam lemari es untuk waktu yang lama tanpa ada kerusakan. Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas air sadah sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat (Hadioetomo, 1993). Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba. Pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan. Pertumbuhan ketahanan bakteri bergantung pada pengaruh luar seperti makanan (nutrisi), atmosfer, suhu, lengas, konsentrasi ion hidrogen, cahaya, dan berbagai zat kimia yang dapat menghambat atau membunuh. Kebutuhan bakteri pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Sumber energi Sumber energi ini diperlukan untuk reaksi-reaksi sintesis yang membutuhkan energi dalam pertumbuhan dan restorasi, pemeliharaan keseimbangan cairan, gerak, dan sebagainya. 2. 3. 4. Sumber karbon. Sumber nitrogen sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-asam nukleat. Sumber garam-garam anorganik

Garam-garam anorganik khususnya seperti fosfat dan sulfat sebagai anion; dan potasium, sodium magnesium, kalsium, besi, mangan sebagai kation. Berdasarkan komposisi/susunan kimia bahan penyusunnya, media yang digunakan untuk menumbuhkan mikrobia dibagi atas 5 yaitu: a) Medium organik; yaitu medium yang tersusun dari bahan-bahan organik. b) Medium anorganik; yaitu medium yang tersusun dari bahan-bahan anorganik c) Medium sintetik, yaitu media yang tersusun atas senyawa yang tidak diketahui komposisi kimianya secara tepat. Media tersebut berisi garam anorganik misalnya asam amino, asam lemak, alkohol, karbohidrat atau senyawa organik serta serta vitamin-vitamin. d) Media nonsintetik, adalah media yang tidak diketahui komposisi kimianya secara pasti. Beberapa dari komposisi yang ditambahkan misalnya ekstak beef, ekstrak yeast, pepton, darah, serum dan casein hidrolisat. Contoh media non sintesis NA, NB, PDA. Menurut Dwidjoseputro , selanjutnya medium buatan manusia itu dapat berupa: 1) Medium Cair Medium cair yang biasa dipakai ialah air kaldu yang disiapkan sebagai berikut. Kepada 1 liter air murni ditambahkan 3 gr kaldu daging lembu dan 5 gr pepton. Pepton ialah protein yang terdapat pada daging, pada air susu, pada kedelai, dan pada putih telur. Pepton mengandung banyak N2, sedang kaldu berisi garam-garam mineral dan lain-lainnya lagi. Medium ini kemudian ditentukan pHnya 6,8 sampai 7, jadi sedikit asam atau netral; keadaan yang demikian ini sesuai bagi kebanyakan bakteri. Kaldu seperti tersebut diatas masih perlu disaring untuk kemudian dimasukkan ke dalam tabung-tabung reaksi. Penyaringan dapat dilakukan dengan kertas saring. Setelah tabung berisi medium kaldu tersebut disumbat dengan kapas, dan dapatlah dimasukkan ke dalam alat pensteril. 2) Medium kental (padat) Dahulu kala orang lazim menggunakan kentang yang dipotong-potong serupa silinder untuk medium.silinder kentang mentah dibuat dengan pipa besi, lalu

potongan-potongan itu dimaksudkan untuk ke dalam tabung reaksi. Kemudian tabung disumbat dengan kapas, dan setelah itu disterilkan di dalam autoklaf. Setelah kentang dingin kembali,permukaan atas dari silinder kentang dapat ditanami bakteri. Suatu penemuan yang baik sekali ialah medium dari kaldu yang dicampur dengan sedikit agar-agar, dan kemudian dibiarkan mendingin, maka diperolehlah medium padat. Agar-agar ialah sekedar zat pengental, dan bukan zat makanan bagi bakteri. 3) Medium yang diperkaya Kebanyakan bakteri suka tumbuh pada dasar makanan seperti disebut di atas. Tetapi bakteri patogen seperti Brucella abortus, Mycobacterium tuberculosis, Diplococcus pneumoniae, dan Neisseria gonorrhoeae memerlukan zat makanan tambahan berupa serum atau darah yang tak mengandung fibrinogen lagi. Fibrinogen adalah zat yang menyebabkan darah menjadi kental, apabila keluar di luka. Serum atau darah itu dicampurkan ke dalam medium yang sudah disterilkan. Jika pencampuran ini dilakukan sebelum sterilisasi, maka serum atau darah tersebut akan mengental akibat pemanasan. Pada medium buatan Loeffler, serum dicampurkan di dalam dasar makanan sebelum sterilisasi. Medium ini baik sekali untuk memelihara basil-basil dipteri. Juga medium yang memerlukan tambahan putih telur dibuat dengan cara demikian. Seringkali orang menambahkan susu atau air tomat kepada dasar makanan untuk menumbuhkan Lactobacillus dan beberapa spesies lainnya. 4) Medium yang kering Pekerjaan laboratorium sekarang ini banyak dipermudah dengan telah adanya bermacam-macam medium yang tersedia dalam bentuk serbuk kering. Untuk menyiapkan medium tersebut, cukuplah orang mengambil sekian gram serbuk kering tersebut untuk dilarutkan dalam sekian liter air dan kemudian larutan itu disterilkan. Penentuan pH tidak perlu lagi, karena hal itu sudah dilakukan lebih dulu pada pembuatan serbuk. Periksalah Difco Manual of dehyclinical culture media and reagents for microbiological and clinical laboratory procedures. Tujuan dari pembuatan medium itu sendiri antara lain untuk :

a)

Menumbuhkan Spesies Tertentu Mikroorganisme yang teramati secara mikroskopik dan yang tumbuh dalam

lingkungan alami dapat terbukti sangat sukar untuk tumb secara murni pada medium buatan. Contohnya jenis parasit tertentu tidak dapat dibiakkan di luar inangnya. Namun, pada umumnya, medium yang sesuai dapat diciptakan melalui reroduksi secara hati-hati kondisi yang ditemukan dalam lingkungan alami organisme. pH, temperatur dan aerasi mudah untuk ditiru; nutrient merupakan masalah utama. Sumbangan yang yang diperoleh dari lingkungan hidup adalah penting dan sulit untuk dianalisis; suatu parasit membutuhkan ekstrak jaringan inang dan bentuk hidup bebas membutukan substansi yang diekresi oleh mikroorganisme yang menyatu dengan alam. Penelitian yang signifikan mungkin penting untuk menentukan kebutuhan organisme, dan keberhasilannya tergantung pada pengadaan sumber yangsesuai dari masing-masing kategori nutrien. b) Pemeriksaan Mikrobiologik Pada Bahan-bahan Alami Bahan alami tertentu mengandung berbagai lingkungan mikro yang berbeda, masing-masing menyediakan untuk kebutuhan mikro yang berbeda, masing-masing menyediakan tempat untuk spesies yang berbeda. Penanaman sebuah contoh bahan di bawah suatu kondisi akan memungkinkanbentuk kelompok terseleksi memproduksi koloni-koloni tetapi banyak menyebabkan banyak tie lain terlupakan. Untuk alasan ini, adalah biasa menanam contoh-contoh bahan-bahan menggunakan sebanyak mungkin media dan kondisi inkubasi yang berbeda. Enam sampai delapan kondisi biakan berbeda bukan jumlah yang tidak beralasan jiks kebanyakan bentuk yang ada perlu ditemukan. Karena tiap organisme yang ada harus memiliki kesempatan untuk tumbuh, media padat digunakan dan penggerombolan koloni dihindari. Bila tidak,persaingan akan menegah beberapa tipe untuk membentuk koloni. Sebagai contoh, E. coli memiliki karateristik yang berubah-ubah pada agar yang mengandung cat eosin dan methylene blue (EMB agar). EMB agar yang mengandung konsentrasi tinggi satu macam gula juga akan menyebabkan organisme yang meragi gula itu membentuk

koloni kemerah-merahan. Media diferensial digunakan untuk berbagai keperluan seperti mengenali keberadaan bakteri enterik dalam air atau susu dan keberadaan patogen tertentu pada spesimen klinik. Bikan Enrichment merupakan prosedur dimana media disiapkan untuk menerima lingkungan alami (niche) mikroorganisme yang diinginkan, oleh karena itu organisme diseleksi. Susunan bahan, baik berbentuk bahan alami seperti tauge, daging, telur, wortel dan sebagainya ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia, organik maupun anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, dinamakan media. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media diperlukan persyaratan tertentu yaitu: 1. bahan di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba 2. media harus memiliki tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH sesuai dengan kebutuhan mikroba 3. media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami mikroba yang dimaksud tidak ditumbuhi dengan mikroba lain yang tidak diharapkan. Sesuai dengan fungsiologis dari masing-masing unsur hara yang terdapat dalam media, maka susunan media pada semua jenis-jenis mempunyai kesamaan isi yaitu sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. kandungan air kandungan nitrogen kandungan sumber energi/unsur C kandungan vitamin Berdasarkan pada persyaratan tersebut susunan media dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk antara lain : a. Media alami Media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, tepung, daging dan sebagainya. Contoh yang paling banyak adalah telur untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan virus.

b. Media semisintesis Media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami dan bahan-bahan sintesis, misal : 1. kaldu nutrisi 2. toge agar 3. wortel agar c. Media sintetik Media yang disusun oleh senyawa kimia seperti media untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri Clostridium. 3.2 Jenis-Jenis Sterilisasi Dalam Pembuatan Medium Sebelum digunakan media harus disterilkan, yaitu dibebaskan dari semua organisme hidup. Cara mensterilkan media yang paling umum dilakukan yairu dengan perlakuan panas lembap. Bergantung pada macam-macam bahan yang akan disterilkan, sterilisasi dapat pula dilakukan dengan perlakuan panas kering, kimia, penyaringan, atau radiasi. 1) Sterilisasi dengan panas lembap Sterilisasi dengan panas lembap biasanya dilakukan di dalam suatu bejana logam yang disebut autoklaf. Sterilisasi ini dilakukan dengan uap air jenuh bertekanan 15 Ib/in2 selama 15 menit pada suhu 121C. Suhu tersebut merupakan suhu sterilisasi terbaik untuk bahan-bahan yang akan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Hubungan antara tekanan dan suhu tersebut hanya berlaku bagi tempat-tempat pada permukaan laut. Untuk tempat-tempat di atas permukaan laut diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mencapai suhu yang sama. Autoklaf pada umumnya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang dapat ditembus oleh kelembapan (tidak menolak air) tanpa merusaknya. Contoh bahan yang dapat disterilkan dengan autokaf ialah media biakan, larutan, kapas, sumbar karet, dan peralatan laboratorium. Kontak langsung antara uap air dan benda yang akan disterilkan amat penting bagi keberhasilan sterilisasi. Penataan muatan di dalam autoklaf harus agak longgar sehingga memungkinkan tekanan uap air menembus ke

seluruh bahan-bahan yang disterilkan tersebut. Pengaruh panas lembap di dalam proses sterilisasi ialah mengkoagulasikan protein-protein mikrob (termasuk enzimenzimnya) dan menginaktifkannya secara searah tak terbalikkan). Proses sterilisasi dapat berjalan dengan baik jika di dalam autoklaf hanya terdiri aras uap air saja tanpa ada udara. Oleh karena itu, udara yang ada di dalam autoklaf harus dikeluarkan dahulu. Setelah di dalam autoklaf tidak ada udara lagi, uap air dibiarkan mengisi ruangan sampai suhu mencapai 12l C. Setelah suhu tersebut tercapai masih diperlukan waktu antara 11-12 menit untuk mematikan endospora bakteri yang tahan panas. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi antara lain kepadatan muatan, volume cairan, dan ukuran wadah yang dipakai. Umumnya bahan yang memakan tempat dan mendekati kedap air memerlukan pemanasan lebih lama. Volume media di dalam botol atau labu jangan sampai melebihi dua pertiga tinggi tinggi wadah. Wadah sterilisasi yang berukuran kecil semakin baik digunakan. Sebagai contoh jika ingin mensterilkan lima liter media lebih baik menggunakan lima labu yang masing-masing berisi satu liter media daripada menggunakan satu labu yang berisi lima liter media. Volume yang lebih kecil memerlukan waktu sterilisasi yang lebih pendek. Jadi, lamanya siklus sterilisasi harus disesuaikan dengan ukuran dan jumlah wadah. Hal yang harus diperhatikan pula yaitu botol tidak boleh disumbat terlalu ketat sehingga kedap udara. Untuk menyumbat dapat digunakan kapas yang kemudian dilindungi dengan kertas atau aluminium foil supaya kapas tidak terkena tetesan air sewaktu steriksasi. Apabila perlu, dapat juga digunakan sumbat karet, tutup sekrup, atau tutup plastik. Laju pendinginan dan pembebasan rekanan harus dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah pecahnya perangkat kaca pada waktu siklus sterilisasi telah selesai. Untuk itu, suhu di dalam autoklaf harus dibiarkan turun kembali seperti suhu kamar sebelum tutup autoklaf dibuka. 2) Sterilisasi dengan panas kering

Sterilisasi dengan panas kering dilakukan dengan menggunakan oven. Sterilisasi dengan pemanasan kering sering kali digunakan untuk mensterilkan perangkat kaca. Dalam keadaan kering, struktur protein bersifat lehih stabil dan tidak mudah rusak sehingga untuk mematikan organisme diperlukan suhu panas kering yang jauh lebih tinggi dan lebih lama bila dibandingkan dengan suhu pada pemanasan lembap. 3) Sterilisasi dengan perlakuan kimia Untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai pada suhu tinggi digunakan uap kimia yang bersifat racun. Beberapa zat yang dapat digunakan untuk tujuan ini ialah erilen oksida, formaldehida, dan glutaraldehida alkalin. Lamanya perlakuan berkisar anrara 2-18 jam bergantung pada zat kimia yang digunakan. Etilen oksida merupakan zat kimia yang paling umum digunakan untuk sterilisasi. Namun, zat kimia tersebut kebanyakan digunakan dalam industri dan tidak untuk pekerjaan sehari-sehari di laboratium karna sifatnya yang berbahaya sehingga memerlukan penanganan yang rumit dan ketat. Perlakuan desinfeksi pada meja kerja seriang kali sebelum mulai bekerja dan sesudah selesai bekerja termasuk sterilisasi dengan perlakuan kimia. Zat kimia yang digunakan umumnya alkohol 70%. 4) Sterilisasi dengan penyaringan Sterilisasi bahan yang tidak tahan panas, seperti misalnya ekstrak tanaman, media sintetik tertentu, dan antibiotik dilakukan dengan penyaringan. Dasar metode ini semata-mata ialah proses mekanis yang membersihkan larutan atau suspensi dari segala organisme hidup dengan melewatkannya pada suatu saringan, misalnya menggunakan saringan Seitz. 5) Sterilisasi dengan radiasi Cara lain untuk sterilisasi ialah menggunakan radiasi. Radiasi biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan tertentu (misal tanah gambut sebagai bahan pembawa bakteri bintil akar) dan dilakukannya di dalam ruangan khusus. Bahan radiasi yang umum digunakan yaitu sinar gamma.

IV. Alat Dan Bahan 4.1 Alat Alat yang digunakan, yaitu : 1. Tabung reaksi 2. Pipet tetes 3. Kompor listrik 4. Autoklaf 5. Spatula 4.2 Bahan Bahan yang digunakan, yaitu : 1. Kentang yang bagus 2. Agar-agar 3. Dekstrose 4. Air suling V. Prosedur Percobaan 1. Agar kentang desktrosa (AKD)/Potato Desktrosa Agar (PDA) untuk

menumbuhkan jamur. a) Cucilah kentang kemudian dipotong kecil-kecil dan masak salama 1 jam. Volume air juga tetap dengan memnambahkan dengan air suling. b) Saringlah kentang yang telah dimasak tadi dan masukkan desktrosa kedalam filtrate kentang beserta agar-agar sampai larut dengan baik. c) Tuangkan kedalam tabung sesuai dengan kebutuhan. Sumbatlah dengan kapas. d) Sterilkan dalam autoklaf (121oC/15 lbs) selama 15 menit. 2. a) Sterilisasi dengan autoklaf Isi autoklaf dengan air suling sebanyak 3-5 liter, panaskan sampai semua udara keluar dari autoklaf. b) Siapkan alat/bahan yang akan disterilkan dan letakkan pada rak dari autoklaf. c) Masukkan rak tersebut kedalam autoklaf, tutup rapat kecuali klep udara supaya udara yang mungkin masih ada didalam autoklaf dapat keluar, karena bila

didalam autoklaf masih ada udara sedangkan klep sudah ditutup rapat, maka sterillisasi tidak dapat mencapai suhu dan tekanan yang ditentukan ( 121oC/15 lbs)

VI. Data Hasil Pengamatan Air hasil rebusan kentang yang digunakan berwarna kehijauan dan agak kental. Air rebusan ini selanjutnya dicampur dengan dekstrosa dan agar-agar kering untuk selanjutnya dipanaskan di atas hot plate sampai agar-agar kering melarut dengan sempurna. Hasil yang diperoleh setelah terjadi pelarutan adalah larutan yang berwarna hijau pekat dan lebih kental daripada larutan awal. Pada saat dipanaskan muncul buih atau gelembung udara di permukaan larutan dan bau kentang yang tercium sangat menyengat.

VII.Pembahasan Praktikum pembuatan medium ini menggunakan bahan baku berupa air rebusan kentang. Kentang yang digunakan direbus selama lebih kurang 30 menit sampai satu jam sehingga menghasilkan larutan yang berwarna hijau dan sedikit kental. Air rebusan kentang inilah yang nantinya akan dibuat menjadi medium tempat tumbuhnya mikroorganisme. Selain air rebusan kentang digunakan pula dekstrosa yang berperan sebagai agen pengubah karbohidrat yang terkandung pada air rebusan kentang menjadi glukosa yang nantinya akan berguna sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme yang akan ditanam. Agar-agar kering yang digunakan sebagai campuran di dalam air rebusan kentang berperan sebagai agen pemadat sehingga akan menghasilkan medium padat sebagai media pertumbuhan mikroorganismenya. Medium yang dibuat pada praktikum ini disebut sebagai medium padat yang semisintesis karena merupakan campuran antara bahan sintesis yakni agar-agar kering dan bahan alami yang berupa air rebusan kentang. Bahan yang telah disiapkan tadi dicampurkan untuk selanjutnya dipanaskan di atas hot plate hingga agar-agar kering terlarut dengan sempurna (larutan telah homogen). Larutan ini harus terus diaduk karena dikhawatirkan akan terjadi penggumpalan dan larutan akan memadat. Setelah semua agar-agar kering dan dekstrosan telah melarut ke dalam air rebusan kentang tadi, tampak bahwa warna larutannya berubah dari hijau muda menjadi hijau pekat. Selain warnanya berubah, tekstur larutan juga berubah menjadi sedikit lebih kental daripada air rebusan kentang yang digunakan pada awal (belum dipanaskan). Selanjutnya larutan tadi dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak seperempatnya saja. Medium dalam tabung reaksi ini akan diberikan perlakuan berbeda dimaana tabung pertama akan disimpan dalam keadaan miring sedangkan yang lainnya dalam keadaan tegak. Hal ini dilakukan untuk melakukan perbandingan medium yang diberikan perlakuan manakah yang nantinya saat ditanami bakteri akan menghasilkan biakan yang lebih banyak.

Seperti yang diketahui bahwa persyaratan bagi medium yang baik antara lain harus mengandung zat-zat hara yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri. Hal ini telah terpenuhi karena medium yang dibuat ini telah memiliki sumber nutrisi bagi mikroorganisme yakni air rebusan kentang tadi. Selain itu, medium yang baik haruslah steril, artinya tidak boleh terkontaminasi oleh mikroba lain ataupun zat-zat kimia yang nantinya dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme yang ditanam. Oleh karena itulah, sebelum larutan air kentang dan agar-agar kering serta dekstrosa tadi dimasukkan ke dalam tabung reaksi maka terlebih dahulu tabung reaksi ini harus dilakukan pensterilasan pada autoklaf. Hal ini bertujuan agar nantinya medium yang dihasilkan tidak akan terkontaminasi dengan pengotor. Tabung reaksi dimasukkan ke dalam autoklaf selama lebih kurang 15 menit. Pemanasan dengan autoklaf ini disebut sebagai pensterilan dengan panas lembab karena media pensteril yang digunakan adalah stean atau uap air bertekanan. Tekanan uap air yang digunakan adalah 15 lb dengan suhu sekitar 121 oC. Kontak langsung antara uap air dan benda yang akan disterilkan amat penting bagi keberhasilan sterilisasi. Penataan muatan di dalam autoklaf harus agak longgar sehingga memungkinkan tekanan uap air menembus ke seluruh bahan-bahan yang disterilkan tersebut. Pengaruh panas lembap di dalam proses sterilisasi ialah mengkoagulasikan protein-protein mikrob (termasuk enzim-enzimnya) dan menginaktifkannya secara searah tak terbalikkan). Tabung reaksi yang telah diisi dengan larutan medium tadi selanjutnya langsung ditutup dengan menggunakan kapas dan lalu disimpan di dalam lemari selama lebih kurang satu hari agar medium yang dibuat akan menjadi padatan sehingga siap untuk ditanami mikroorganisme. Pemasangan kapas ini harus rapat sehingga ke dalam tabung reaksi tidak akan ada udara yang bisa masuk sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi dapat diminimalisir. Penggunaan kapas ini juga dimaksudkan agar oksigen masih dapat masuk ke dalam tabung sehingga sampel masih bisa mendapatkan oksigen.

VIII. Kesimpulan Dan Saran 8.1 Kesimpulan 1. Medium merupakan tempat hidup, tempat tumbuh, dan tempat berkembangnya mikroba yang berfungsi menentukan isolasi, memperbanyak dan menghitung berapa banyak mikrobanya. 2. Dalam percobaan kali ini medium yang dibuat adalah medium semisintesis yaitu campuran antara kaldu kentang dan agar-agar kering. 3. Medium dalam percobaan ini menggunakan pemadat. Pemadat yang digunakan adalah agar-agar kering. 4. Sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi menggunakan autoklaf, yaitu alat serupa tangki minyak yang diisi uap. Medium yang akan disterilkan ditempatkan dalam autoklaf selama 15-20 menit, tergantung bsnysknys medium. Medium yang disterilkan sebaiknya diletakan dalam botol agak kecil, setelah pintu autoklaf ditutup rapat, baru kran pipa uap dibuka dan temperatur akan naik sampai121C. 8.2 Saran 1) Alat yang digunakan hendaknya benar-benar dalam keadaam steril 2) Penyumbatan kapas harus benar-benar rapat sehingga tidak ada mikroba dari udara yang masuk 3) Prosedur harus dipelajari sebelum praktikum dan pastikan semua bahan sudah tersedia

IX. Daftar Pustaka Anonim. 2009. Medium Dan Cara Pembuatan Medium.

http//firebiology07.blogspot.com/medium-dan-cara-pembuatan-medium. Diakses pada 22 Oktober 2012 pukul 17.15 WIB. Dahlan, M.Hatta. 2011. Penuntun praktikum Teknologi Bioproses. Laboratorium Teknologi Bioproses: Universitas Sriwijaya. Label, Caray.2008. Pembuatan Media Agar Dan Sterilisasi. http//Caray label makalah dan skripsi pembuatan-media- agar dan-sterilisasi/htm. diakses pada 22 Oktober 2012 pukul 17.00 WIB. Volk and Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar I. Jakarta : Erlangga

X. Lampiran

Tabung reaksi

Beker gelas

Hot plate

autoklaf

Neraca analitis

Anda mungkin juga menyukai