Anda di halaman 1dari 12

SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KINERJA KEUANGAN:


APLIKASI DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PADA PERUSAHAAN
YANG SUKSES MELAKUKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI

Ronny Prabowo
Universitas Kristen Satya Wacana

Yayuk Ariyani
Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT
This research aims to test whether firms that successfully invest in information
technology (IT) financially outperform their counterparts (control group). Successful
firms are firms that are awarded by two business magazines (Swa and Warta Ekonomi).
Instead of only using test of mean difference, we also rely on Data Envelopment Analysis
(DEA), a mathematical approach to analyze the relative efficiency of individual economic
entities compared to other entities. We use CMOM (Computer Model for Operation
Management) for data analysis. Result shows that more numbers of successful firms
reach the absolute value of efficiency (100%) compared to the control firms.
Keywords: IT investments, Data Envelopment Analysis (DEA), financial performance

LATAR BELAKANG PENELITIAN


Kontribusi teknologi informasi (TI) dalam menciptakan nilai tambah bagi
perusahaan merupakan salah satu isu kontroversial dalam bidang economics of
information technology. Mengutip data dari berbagai sumber, Santoso (2004)
menunjukkan bahwa prosentase kegagalan investasi TI di AS dan Eropa cukup tinggi.
Dengan menganalisis artikel penelitian yang memakai data level perusahaan, industri, dan
ekonomi nasional, Brynjolfsson (1993) tidak menemukan kenaikan signifikan pada
produktivitas ekonomi AS walaupun terjadi investasi TI yang sangat besar. Temuan
Poston dan Grabski (2001) dan Hitt dan Brynjolfsson (1996) juga tidak menemukan
pengaruh positif investasi TI terhadap profitabilitas perusahaan.
Walaupun banyak juga penelitian yang mendukung hipotesis bahwa TI
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Brynjolfsson dan Hitt, 1996; Bharadwaj,
Bharadwaj, dan Konsynski, 1999; Dehring dan Stratopoulos, 2002; Davis, Dehning dan
Stratopoulos, 2003), bukti empiris yang saling bertentangan telah membingungkan
peneliti dalam menganalisis kontribusi TI. Carr (2003) bahkan secara ekstrem
menyatakan bahwa TI telah menjadi ‘keharusan strategis’ atau komoditas belaka, dan
tidak lagi menjadi sumber keunggulan bersaing. Investasi TI sangat mahal pada awalnya,
tetapi mudah dan cepat ditiru oleh kompetitor dengan biaya yang jauh lebih rendah.
Selain itu seringkali investasi TI tidak mendukung strategi perusahaan yang berakibat
gagalnya investasi TI menciptakan nilai bagi perusahaan.
Kontribusi TI bagi perusahaan dilihat dari apakah TI bisa menciptakan keunggulan
bersaing yang bisa dipertahankan (sustainable competitive advantage). Kinerja keuangan
yang secara konsisten superior bisa menjadi proksi bagi keunggulan bersaing tersebut
sesuai dengan definisi Porterian tentang keunggulan kompetitif sebagai ‘ kemampuan
menghasilkan return on investments secara konsisten di atas rata-rata industri (Griffith
dan Finlay, 2004). Dehning dan Stratopoulos (2002) dan Davis, Dehning and
Stratopoulos (2003) secara mirip mendefinisikan keunggulan bersaing sebagai
‘melakukan aktivitas usaha lebih baik daripada pesaing’.

1
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bayu Wijayanto atas komentarnya yang sangat
berharga.

808
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

Kinerja keuangan superior dapat dicapai dengan dua cara: peningkatan pendapatan
dengan tingkatan lebih tinggi daripada peningkatan biaya ataupun pengurangan biaya
tanpa secara signifikan mengurangi pendapatan. Poston dan Grabski (2001) berpendapat
bahwa dalam investasi TI efisiensi (pengurangan biaya) mendahului peningkatan
pendapatan ataupun profitabilitas karena pengurangan biaya lebih mudah dilakukan.
Dalam penelitian ini kami akan menguji kinerja perusahaan yang memperoleh IT
award dari Majalah SwaSembada dan Warta Ekonomi tahun 2004. Kedua majalah
tersebut memberikan penghargaan kepada perusahaan yang dianggap sukses dalam
investasi TI atas dasar beberapa indikator (tidak terbatas pada indikator keuangan).
SWASembada menggunakan lima indikator untuk menilai perusahaan yang sukses
(integrasi dan intensitas, inovasi, kualitas implementasi, pengaruh terhadap hasil, dan
kemungkinan diterapkan di perusahaan lain). Sedang Warta Ekonomi memakai indikator
yang lebih luas seperti perencanaan, organisasi dan pengelolaan TI dalam proses bisnis
perusahaan dan penilaian terintegrasi (meliputi kinerja perusahaan, SDM TI,
implementasi TI dan reputasi perusahaan). Hanya Warta Ekonomi yang secara eksplisit
menyertakan kinerja keuangan sebagai indikator penilaian, tapi bukan merupakan
indikator utama penilaian.
Teknik analisis Data Envelopment Analysis (DEA) dipakai karena teknik analisis
ini bisa mengukur efisiensi relatif suatu entitas dibanding entitas lainnya. Dalam bidang
akuntansi dan sistem informasi, teknik DEA dipakai untuk menganalisis risiko audit
(Bradbury dan Rouse, 2002), kinerja dan akuntabilitas sektor publik (Chalos dan Cherian,
1995), dan juga kinerja investasi teknologi informasi (Shao dan Lin, 2002; Chen dan Zhu,
2004). Selain menganalisis perusahaan yang memperoleh award, control firm juga
dimasukkan dalam analisis. Untuk mempermudah perbandingan, kami tidak memasukkan
perusahaan keuangan. Sepengetahuan kami, belum ada penelitian empiris tentang
hubungan antara investasi TI dan kinerja perusahaan di Indonesia.

TELAAH LITERATUR
Pengukuran keuntungan potensial dari investasi TI lebih sulit daripada keuntungan
potensial aktiva berwujud lainnya. Hal ini disebabkan karena ‘manfaat tertunda,
penggunaan yang tidak sesuai, perubahan lingkungan dan biaya pendukung tersembunyi’
(Ross, Beath, dan Goodhue, 1996). Salah satu pendekatan yang dipakai adalah dengan
memakai indikator kuantitatif (seperti kinerja keuangan) walau pendekatan kualitatif
juga dipakai (Cronk and Fitzgerald, 1999). Kinerja keuangan paling sering dipakai karena
kemudahan data. Selain itu, kinerja keuanganlah yang akhirnya dipakai dalam mengukur
kinerja perusahaan.
Faktor yang mendorong kontribusi TI dalam menciptakan nilai bagi perusahaan
mungkin lebih penting daripada pengukuran nilai TI. Investasi TI seharusnya tidak hanya
untuk keharusan semata (business necessity), tetapi haruslah dipakai untuk menciptakan
dan mempertahankan keunggulan kompetitif untuk memperbaiki kinerja. Meskipun
demikian, TI tidak dapat secara otomatis menciptakan keunggulan kompetitif karena TI
hanyalah alat bantu manajemen yang tidak dapat menggantikan kemampuan manajerial.
Perusahaan harus menjamin bahwa investasi TI mereka mendukung strategi bisnis
perusahaan secara keseluruhan agar investasi TI tersebut dapat menciptakan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan tersebut (Pearlson dan Saunders, 2004).
Penciptaan keunggulan bersaing hanyalah sebagian faktor penentu keberhasilan
investasi TI. Investasi TI harus juga mampu mempertahankan keunggulan kompetitif
yang telah diciptakannya. Barangkali kriteria kedua ini lebih sulit daripada kriteria
pertama (penciptaan keunggulan kompetitif). Produk TI memiliki siklus hidup yang
sangat pendek dengan harga yang semakin murah. Pesaing dapat dengan mudah meniru
investasi TI dengan harga yang jauh lebih murah, mengakibatkan hilangnya keunggulan
bersaing yang telah dihasilkan sebelumnya. Griffith dan Finlay (2004) menemukan
bahwa keunggulan kompetitif yang didapat dari investasi TI di tiga industri (keuangan,
retail, dan manufaktur) hanya bisa bertahan 6 sampai 18 bulan. Temuan ini dapat menjadi
peringatan bagi mereka yang mengharapkan bahwa investasi TI dapat meningkatkan

809
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

kinerja perusahaan secara konstan. Investasi TI, meskipun mendukung strategi


perusahaan, tidak dapat secara langsung menciptakan keunggulan bersaing (Brynjolfsson
1993; Poston dan Grabski, 2001), terutama karena efek pembelajaran. Sebelum
perusahaan dapat sepenuhnya memperoleh keunggulan bersaing dari investasi TI,
perusahaan menghadapi risiko kehilangan keunggulan bersaing tersebut karena tindakan
pesaing yang meniru investasi TI tersebut.
Dari sudut pandang keunggulan bersaing tersebut, hubungan yang tidak jelas antara
investasi TI dan kinerja keuangan perusahaan dapat dijelaskan. Investasi TI harus
mendukung strategi usaha perusahaan dan strategi harus diformulasikan untuk
menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing. Banyak perusahaan yang gagal
melakukan hal tersebut.
Sebuah majalah komputer AS (Computerworld) memuat daftar 100 perusahaan
yang dianggap sukses dalam investasi TI (Computerworld’s Premier 100 – CWP 100)
atas dasar sembilan kriteria.1 Kriteria tersebut berkisar dari komitmen perusahaan
terhadap investasi TI (kriteria pengeluaran TI), kemampuan TI mendukung strategi bisnis
untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing (kriteria rating) dan
kinerja keuangan (kriteria pertumbuhan laba). Bukti empiris (Davis, Dehning and
Stratopoulos, 2002; Dehning dan Stratopoulos, 2002) mendukung kriteria Computerworld
karena mereka menemukan bahwa perusahaan yang muncul pada CWP100 memiliki
rasio profitabilitas yang secara signifikan lebih tinggi dari pesaingnya.
Di Indonesia, dua majalah bisnis (SWASembada dan Warta Ekonomi) memberikan
penghargaan kepada perusahaan yang berhasil dalam investasi TI.2 Dalam kriteria
terakhir mereka, SWASembada memakai lima indikator (integrasi dan intesitas, inovasi,
kualitas implementasi, pengaruh investasi terhadap hasil, dan kemungkinan investasi
tersebut diimplementasikan pada perusahaan lain) (Sugiarsono, 2004). Di sisi lain, Warta
Ekonomi menggunakan kriteria yang lebih luas seperti perencaan, organisasi dan
pengelolaan TI dalam proses bisnis dan penilaian terintegrasi (meliputi kinerja
perusahaan, SDM bidang TI, implementasi TI dan reputasi perusahaan) (Arief, 2004).
SWASembada tidak secara langsung memakai kinerja keuangan sebagai kriteria
penghargaan. Majalah ini lebih melihat tingkat penggunaan TI untuk menciptakan dan
menjaga keunggulan bersaing, bukan hanya sebagai ‘keharusan strategis’. Sementara itu
Warta Ekonomi memakai kinerja keuangan hanya sebagai salah satu kriteria. Mereka
lebih fokus pada bagaimana investasi TI dapat menciptakan dan memelihara keunggulan
bersaing. Karena kinerja keuangan merupakan konsekuensi dari keunggulan bersaing
(yang berasal dari investasi TI), kita dapat menduga bahwa perusahaan yang memperoleh
penghargaan (awarded firms atau successful firms) memiliki kinerja keuangan yang lebih
baik daripada pesaingnya.

METODOLOGI RISET
A. Data dan Sampel
Terdapat dua belas perusahaan publik (non keuangan) yang mendapat award dari
Majalah SWA dan Warta Ekonomi. Dari dua belas perusahaan tersebut, dua perusahaan
(TELKOM dan INDOSAT) dikeluarkan dari analisis karena tidak adanya control firm
pada industri mereka (kategori ICMD). Control firm untuk masing-masing awarded firms
diperoleh dari perusahaan yang berada pada industri yang sama (pada ICMD) dengan
awarded firms dengan total assets dan penjualan yang mendekati awarded firms. Nama
1
Kesembilan kriteria tersebut adalah ‘total pengeluaran TI sebagai persentase dari penjualan, total
pengeluaran TI staf sebagai persentase dari total pengeluaran TI, total pengeluaran training staf TI
sebagai persentase total dari pengeluaran TI, total nilai pasar investasi TI sebagai persentase dari
total pendapatan, persentase karyawan dengan PC, industry peer rating untuk pemakai TI yang
sukses, rating tentang seberapa baik manajemen TI memposisikan TI untuk mendukung
kebutuhan bisnis, seberapa baik manajemen puncak mempercayai penggunaan TI dalam
organisasi, dan pertumbuhan laba selama lima tahun (Davis, Dehning dan Stratopoulos, 2002).
2
SWASembada memulai penghargaan (e-corporation) ini pada tahun 2004 sedang Warta Ekonomi
tahun 2003 (e-company).

810
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

awarded firms dan control firms (beserta data mentah input dan output) dapat dilihat pada
tabel 1 berikut ini:

Tabel 1(a)
Nama awarded firms dan control firms
Beserta Data Mentah Input

input
Perusahaan Opr.
Employee CGS Exp. Asset Equity
Awarded Firms
PT Matahari Putra Prima Tbk 15.000 3.520.494 1.393.593 3.421.436 1.748.990
PT Dankos Laboratories Tbk 2.701 576.364 395.361 826.778 394.605
PT United Tractor Tbk 1.700 5.773.868 459.252 6.056.439 1.489.203
PT Tunas Ridean Tbk 2.371 2.472.910 110.222 1.487.299 470.487
PT Pan Brothers Tex Tbk. 2.926 225.504 31.394 112.292 73.448
PT H M Sampoerna Tbk. 38.570 10.125.735 2.192.788 10.197.768 5.768.407
PT Ultrajaya Tbk 1.100 331.151 73.630 1.120.851 560.705
PT Medco Energi International Tbk 1.872 2.289.871 402.296 8.269.286 4.115.073
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 3.382 1.471.913 218.915 4.326.844 1.783.512
PT Dynaplast Tbk. 2.000 429.880 68.634 766.930 363.454
Control Firms
PT Ramayana Lestari Santosa Tbk 19.499 2.569.983 623.871 2.512.276 1.525.870
PT Kimia Farma (Persero) Tbk 5.575 1.273.698 454.029 1.366.766 754.455
PT Astra Otoparts Tbk 20.020 1.743.832 259.003 1.957.303 1.194.707
PT GT Petrochem Industries Tbk. 5.958 2.862.209 192.505 6.239.216 361.938
PT Sepatu Bata Tbk 1.905 229.245 120.848 232.263 158.431
PT Gudang Garam Tbk. 40.292 18.615.630 1.591.099 17.338.899 10.970.871
PT Tunas Baru Lampung Tbk 2.825 573.771 69.050 1.151.271 504.955
PT Bumi Resources Tbk 3.164 2.901.623 363.666 11.771.088 801.761
PT Tambang Timah (Persero) Tbk 4.843 1.546.779 172.477 1.974.282 1.392.565
PT Argha Karya Prima Industry Tbk 754 650.084 100.670 1.355.389 563.699

Tabel 1(b)
Nama awarded firms dan control firms
Beserta Data Mentah Output

Output
Perusahaan Net
Sales Opr. Profit Profit
Awarded Firms
PT Matahari Putra Prima Tbk 5.064.943 150.856 115.466
PT Dankos Laboratories Tbk 1.191.273 219.548 125.547
PT United Tractor Tbk 6.872.808 639.688 342.610
PT Tunas Ridean Tbk 2.700.370 117.238 82.142
PT Pan Brothers Tex Tbk. 264.225 7.326 5.822
PT H M Sampoerna Tbk. 14.675.125 2.392.602 1.406.844
PT Ultrajaya Tbk 490.632 85.851 7.465
PT Medco Energi International Tbk 3.914.110 1.221.943 451.383

811
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2.138.811 447.983 226.551


PT Dynaplast Tbk. 589.328 90.813 54.560
Control Firms
PT Ramayana Lestari Santosa Tbk 3.553.447 359.593 302.534
PT Kimia Farma (Persero) Tbk 1.816.384 88.657 42.929
PT Astra Otoparts Tbk 2.151.505 148.670 206.398
PT GT Petrochem Industries Tbk. 3.059.049 4.335 798.315
PT Sepatu Bata Tbk 407.805 57.711 35.931
PT Gudang Garam Tbk. 23.137.376 2.390.647 1.838.673
PT Tunas Baru Lampung Tbk 715.576 72.756 25.289
PT Bumi Resources Tbk 3.734.251 468.962 107.565
PT Tambang Timah (Persero) Tbk 1.945.733 226.477 76.372
PT Argha Karya Prima Industry Tbk 844.712 93.958 412.943

B. DEA (Data Envelopment Analysis)


DEA yang dikembangkan oleh Charness, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978
(Purwantoro, 2005) adalah alat analisis yang menggunakan pendekatan programasi linier
untuk melakukan estimasi efisiensi teknis dari perusahaan–perusahaan yang beroperasi
dalam industri yang sama, atau cabang-cabang dari suatu perusahaan yang sama. DEA
didesain secara spesifik untuk mengukur efisiensi relatif suatu unit produksi dalam
kondisi terdapat banyak input dan banyak output yang biasanya sulit disiasati secara
sempurna oleh teknik analisis pengukuran efisiensi lainnya.
Lebih lanjut penggunaan DEA dalam hal ini adalah untuk mengukur efisiensi
relatif perusahaan – perusahaan yang memperoleh award dengan menyertakan control
firm ke dalam analisis. Penggunaan DEA ini menggunakan input : Total Employee, CGS,
Operating Expense, Total Asset, dan Equity. Sedangkan output yang digunakan adalah
Sales, Operating Profit dan Net Profit.
Adapun model yang digunakan dalam analisis ini adalah model yang
dikembangkan oleh Charnes, Cooper , and Rhodes, atau sering disebut model CCR.
Model tersebut mengunakan asumsi Constant Return of Scale. Model tersebut disajikan
sebagai berikut :
s
Maksimumkan ho = u r . y ro
r =1 ………………(3)
Dengan kendala :
s m
u r. y rj − vi. xij ≤ 0 ; j = 1,2,...n
r =1 i =1
m
vik .xi = 1
i =1
u rk ≥ 0 ; r = 1,2,..., s

vik ≥ 0 ; i = 1,2,..., m
Keterangan :
o : Jenis perusahaan yang dimaksimalkan
n : Banyaknya perusahaan
m : Banyaknya jenis input
s : Banyaknya jenis output
i : Jenis input
r : Jenis output

812
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

j : Jenis perusahaan
v : Bobot yang diberikan kepada input
u : Bobot yang diberikan kepada output
x : Jumlah input
y : Jumlah output
Model tersebut digunakan dengan menggunkan data input dan output masing-masing
perusahaan. Data tersebut diolah dengan Software CMOM (Computer Model for
Operation Management ).

ANALISIS HASIL
Statistik Deskriptif dan Uji Beda
Pada tabel 2 kita dapat melihat statistik deskriptif rasio-rasio output dan input, baik
pada awarded firms dan control firms. Meskipun DEA menganalisis efisiensi output-
input dari entitas yang diteliti secara serempak, kami hanya menganalisis sepuluh rasio:
net sales/ employee, net sales/ costs of goods sold, net sales/ operating expense, operating
profit/ employee, operating profit/ costs of goods sold, operating profit/ operating
expense, net profit/ total assets, net profit/ total equity, sales/ total assets dan net profit/
employee. Kesepuluh rasio itu merupakan rasio output/ input karena DEA menganalisis
efisiensi dengan membandingkan output (sebagai nominator) dengan input (sebagai
denominator).
Sebelum data dianalisis dengan DEA, terlebih dulu kami melakukan uji beda
berpasangan (Wilcoxon Signed Rank Test) untuk kedua kelompok sampel tersebut. Pada
tabel 3 terlihat bahwa awarded firms memiliki kinerja yang lebih baik daripada control
firms untuk semua rasio, kecuali tiga rasio yang terkait dengan net profit ( net profit/
employee, net profit/ total assets dan net profit/ total equity). Meskipun perbedaan itu
hanya satu yang signifikan (sales/ cost of goods sold) , hal ini bisa menjadi indikasi
bahwa untuk operating items, awarded firms memiliki kinerja yang lebih baik. Control
firms memiliki kinerja lebih baik untuk rasio yang terkait dengan net profit mungkin
karena disebabkan karena faktor non operating items. Hasil ini bertentangan dengan
Dehning dan Stratopoulos (2002) dan Davis, Dehning dan Stratopoulos (2003) yang
menemukan bahwa bottom line items perusahaan Computerworld secara signifikan lebih
baik daripada control firms.
Tabel 2
Statistik Deskriptif Rasio Keuangan terpilih
Std.
N Mean Deviation Max Min
SALEMP1 10 989,52 1218,79 4042,83 90,30
SALEMP2 10 487,29 378,48 1180,23 107,47
SALCGS1 10 1,44 0,28 2,07 1,09
SALCGS2 10 1,32 0,19 1,78 1,07
SALOPR1 10 9,60 6,23 24,50 3,01
SALOPR2 10 9,21 4,15 15,89 3,37
OPREMP1 10 149,03 206,64 652,75 2,50
OPREMP2 10 47,75 50,15 148,22 0,73
OPRCGS1 10 0,22 0,16 0,53 0,03
OPRCGS2 10 0,13 0,07 0,25 0,00
OPROPR1 10 1,20 0,86 3,04 0,11
OPROPR2 10 0,79 0,50 1,50 0,02
NPASS1 10 0,07 0,04 0,15 0,01
NPASS2 10 0,10 0,09 0,30 0,01
NPEQU1 10 0,15 0,09 0,32 0,01
NPEQU2 10 0,40 0,66 2,21 0,05
SALASS1 10 1,18 0,64 2,35 0,44
SALASS2 10 1,00 0,47 1,76 0,32

813
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

NPEMP1 10 67,10 84,17 241,12 1,99


NPEMP2 10 83,84 167,31 547,67 7,70
Cat: 1 = successful firms, 2 = control firms

Tabel 3
Hasil uji beda (Wilcoxon Signed Rank Test)
rasio keuangan antara successful firms dan control firms

Awarded
Rasio Output/ Input Firms Control Firms
Sales/ Employee 989,52 487,29
Sales/ CGS * 1,44 1,32
Sales/ Operating Expense 9,60 9,21
Sales/ Assets 1,18 1,00
Operating Profit/ Employee 149,03 47,75
Operating Profit/ CGS 0,22 0,13
Operating Profit/ Operating
Expense 1,20 0,79
Net Profit/ Employee 67,10 83,84
Net Profit/ Assets 0,07 0,10
Net Profit/ Equity 0,15 0,40
Cat: * = signifikan pada = 0, 1, satu sisi

DEA (Data Envelopment Analysis)


Data input dan output masing-masing perusahaan diolah dengan software CMOM
(Computer Model for Operation Management ). Hasil pengolahan data tersebut
menghasilkan informasi sebagai berikut :
Tabel 4
Hasil Pengolahan Data dengan CMOM

Nama Perusahaan( IT Award) efisiensi efisiensi (%)


PT Matahari Putra Prima Tbk 0,9836 98,36%
PT Dankos Laboratories Tbk 1 100%
PT United Tractor Tbk 1 100%
PT Tunas Ridean Tbk 1 100%
PT Pan Brothers Tex Tbk. 1 100%
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. 1 100%
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 0,9899 98,99%
PT Medco Energi International Tbk 1 100%
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 0,9948 99,48%
PT Dynaplast Tbk. 0,9945 99,45%
Nama Perusahaan(Control)
PT Ramayana Lestari Santosa Tbk 0,9938 99,38%
PT Kimia Farma (Persero) Tbk 0,9832 98,32%
PT Astra Otoparts Tbk 0,9899 98,99%
PT GT Petrochem Industries Tbk. 1 100%
PT Sepatu Bata Tbk 1 100%
PT Gudang Garam Tbk. 1 100%
PT Tunas Baru Lampung Tbk 0,986 98,60%
PT Bumi Resources Tbk 1 100%

814
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

PT Tambang Timah (Persero) Tbk 0,9935 99,35%


PT Argha Karya Prima Industry Tbk 1 100%

Awarded firms secara rata-rata memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada
control firms. Hal ini terlihat dari ada lima awarded firms yang memperoleh skor
efisiensi optimal (1 atau 100%) sedang control firms hanya ada empat perusahaan. Selain
itu rata-rata prosentase efisiensi awarded firms yang tidak memperoleh skor efisiensi
mutlak juga lebih tinggi daripada perusahaan sejenis pada control firms. Meskipun begitu,
kinerja awarded firms dan control firms tidak terlalu berselisih banyak. Temuan ini
menguatkan hasil analisis sebelumnya (dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test ) bahwa
kinerja keuangan awarded firms secara umum lebih baik (tetapi tidak signifikan).
Di antara awarded firms yang memiliki kinerja keuangan kurang baik
(prosentase efisiensi kurang dari 100%), hanya Dynaplast memiliki control firm dengan
prosentase efisiensi mutlak (Argha Karya Prima Industry), tiga perusahaan lainnya
(Matahari Putra Prima, Ultrajaya dan Aneka Tambang) memiliki control firms dengan
kinerja keuangan yang juga kurang baik (prosentase efisiensi kurang dari 100% -
Ramayana, Tunas Baru Lampung, dan tambang Timah). Hal ini bisa menjadi indikasi
bahwa kinerja awarded firms yang kurang baik tersebut mungkin disebabkan oleh kinerja
industri yang kurang baik juga. Untuk ketiga pasang perusahaan tersebut, awarded firms
(kecuali Matahari) memiliki kinerja lebih baik daripada control firmsnya (prosentase
efisiensi lebih tinggi).
Perusahaan-perusahaan yang kurang efisien dapat meningkatkan efisiensinya
dengan dua cara yaitu : mengurangi input sesuai tingkat efisiensinya, dan menyesuaikan
input dan output mereka dengan perusahaan efisien. Perusahaan yang kurang efisien
dapat mengurangi inputnya sebesar selisih efisiensinya terhadap efisiensi 100%. Sebagai
contoh Matahari Putra Prima memiliki efisiensi 98.36%, supaya perusahaan tersebut
dapat meningkatkan efisiensinya, maka input harus dikurangi sebesar 100% - 98.36%,
yaitu 1,64%. Demikian juga untuk perusahaan-perusahaan yang kurang efisien lainnya.
Tabel input masing-masing perusahaan yang kurang efisien setelah disesuaikan dapat
dilihat berikut ini.
TABEL 5 (Lampiran)
Peningkatan efisiensi dapat juga dilakukan dengan mengacu pada perusahaan lain
yang efisien. Sebagai contoh Matahari Putra Prima harus mengacu pada PT Dankos
sebesar 56.55%, Pan Brother sebesar 33,84%, dan Sepatu Bata sebesar 25,57%. Hal itu
dapat dilakukan dengan menjumlahkan perkalian masing-masing input dan output
perusahaan-perusahaan yang menjadi acuan dengan nilai-nilai acuannya. Sebagai contoh
employee pada Matahari dapat disesuaikan dengan menjumlahkan 56.55% dari total
employee Dankos, 33.84% dari total employee Pan Brothers, dan 25.57% dari total
employee Sepatu Bata. Penyesuaian input dan output perusahaan-perusahaan yang kurang
efisien lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL 6 (Lampiran)

KESIMPULAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN


Awarded firms secara umum memiliki kinerja keuangan lebih baik daripada control
firms, tetapi tidak signifikan (dengan Wilcoxon Signed Rank Test). Meskipun begitu,
untuk bottom line items (items yang terkait dengan net profit) control firms memiliki
kinerja yang lebih baik. Hasil ini bertentangan dengan temuan Dehning dan Stratopoulos
(2002) dan Davis, Dehning dan Stratopoulos (2003) yang menyatakan bahwa perusahaan
yang termuat di majalah Computerworld di AS (awarded firms) justru memiliki kinerja
yang lebih baik, terutama yang terkait dengan bottom line items (items yang terkait
dengan net profit).
Dengan analisis DEA, terlihat pula bahwa awarded firms memiliki kinerja yang
lebih baik daripada control firms. Hal ini terlihat bahwa ada enam successful firms yang
memperoleh angka efisiensi mutlak (100%) sedang control firms hanya lima. Selain itu,

815
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

awarded firms yang tidak memperoleh angka efisiensi mutlak memiliki rata-rata angka
efisiensi yang lebih tinggi daripada perusahaan sejenis pada kelompok control firms.
Meskipun demikian, kinerja awarded firms tidak terpaut banyak dengan kinerja control
firms.
Hasil analisis Wilcoxon Signed Rank Test dan DEA yang tidak konklusif ini
memberikan konfirmasi empiris bahwa majalah SWASembada dan Warta Ekonomi
(majalah yang memberikan IT award) tidak memperhitungkan kinerja keuangan sebagai
indikatornya (majalah SWA) ataupun memberikan bobot yang kecil (untuk Warta
Ekonomi). Kedua majalah tersebut lebih banyak memakai indikator kualitatif untuk
kriteria penilaiannya. Berbeda dengan kedua majalah tersebut, Computerworld di AS
sangat mengandalkan kriteria keuangan (lima dari sembilan kriteria). Hal itu bisa menjadi
penjelasan mengapa Dehning dan Stratopoulos (2002) dan Davis, Dehning dan
Stratopoulos (2003) menemukan bahwa perusahaan yang mendapat IT award dari
Computerworld memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada control firms.
Perusahaan yang tidak efisien (baik untuk kelompok successful firms maupun
control firms) dapa meningkatkan efisiensi relatifnya dengan mengurangi inputnya
sebesar selisih antara angka efisiensi mutlak (100%) dengan angka efisiensi mereka atau
dengan penyesuaian input dan output dengan benchmark perusahaan-perusahaan yang
dianalisis dengan angka efisiensi mutlak.
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan yang penulis harapkan bisa diperhatikan
peneliti lain jika ingin melakukan penelitian sejenis, yaitu:
1. DEA hanya bisa menganalisis kinerja entitas ekonomi relatif terhadap entitas lain
yang dianalisis, tidak kinerja mutlak. Selain itu DEA tidak bisa memberikan
informasi apakah perbedaan kinerja antara successful firms dan control firms
signifikan.
2. Asumsi constant return of scale, padahal proses produksi tidak mungkin
konstan.
3. Ketiadaan data mengenai besarnya investasi TI untuk setiap perusahaan membuat
analisis yang terbatas.
REFERENSI

Arief, Mochamad. 2004. “Harga Sebuah Penelitian”.


www.wartaekonomi.com/ecompany/metodologi.asp. 18 Desember 2004
Bharadwaj, Anandhi.S., Sundar.G. Bharadwaj, dan Benn.R. Konsysnki. 1999.
“Information Technology Effects on Firm Performance as Measured by Tobin’s q”.
Management Science. 45 (7): 1008-1024
Bradbury, Michael E.,dan Paul Rouse. 2002. “An Application of Data Envelopment
Analysis to the Evaluation of Audit Risk”. Abacus. 38(2): 263-279
Brynjolfsson, Erik. 1993. “The Productivity Paradox of Information Technology”.
Communications of ACM. 36(12): 67-77
Brynjolfsson, Erik., Loren Hitt. 1996. “Paradox Lost? Firm-level Evidence on the Returns
to Information Systems Spending”. Management Science. 42(4): 541-558
Carr, Nicholas G.2003. “IT Doesn’t Matter”. Harvard Business Review. May: 41-49
Chalos Peter dan Joseph Cherian.1995. “An Application of Data Envelopment Analysis
to Public Sector Performance and Accountability”. Journal of Accounting and
Public Policy. 14: 143-160
Cronk, Marguerite C., dan Edmond P. Fitzgerald. 1999. “Understanding “IS Business
Value”: Derivation of Dimensions”. Logistics Information Management. 12(1/2):
40-49
Davis, Lewis, Bruce Dehning, dan Theophanis Stratapoulos. “Does the Market Recognize
IT-enabled Competitive Advantage?”. Information and Management. 40: 705-716
Dehning, Bruce dan Theopanis Stratapoulos. 2002. “DuPont Analysis of an IT-enabled
Competitive Advantage”. International Journal of Accounting Information
Systems. 3: 165-176

816
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

Griffiths, Gareth H. dan Paul N. Finlay. 2004. “IS-enabled sustainable competitive


advantage in financial services, retailing and manufacturing”. Journal of Strategic
Information Systems. 13: 29-59
Hitt, Lorin. M. dan Erik Brynjolfsson. 1996. “Productivity, Business Profitability, and
Consumer Surplus: Three Different Measures of Information Technology Value”.
MIS Quarterly. 20(2): 121-142
Pearlson, Keri dan Carol Saunders. 2004. Managing and Using Information Systems: A
Strategic Approach, 2nd ed. New Jersey: John Wiley and Sons
Poston, Robin dan Sverin Grabski. 2001. “Financial Impacts of Enterprise Resources
Planning Implementations”. International Journal of Accounting Information
Systems. 2: 271-294
Purwantoro, R.N. 2005. “DEA sebagai Metode Alternatif untuk Menilai Produktivitas
Lembaga Pembiayaan Mikro”. Usahawan. 01: 13-21
Ross, Jeanne M., Cynthia M. Beath, dan Dale L. Goodhue. 1996. “Develop Long-Term
Competitiveness through IT Assets”. Sloan Management Review. 38: 31-42
Santoso, Hanny. 2004. “Pentingnya Mengukur Value Investasi TI”. Swasembada. 23/XX:
61
Shao, Benjamin B.M., Winston T.Lin. 2002. “Technical Efficiency Analysis of
Information Technology Investments: A Two-stage Empirical Investigation”.
Information and Management. 39: 391-401
Sugiarsono Joko. “25 Best e-Corp: Mutiara Bisnis dengan Senjata TI”. Swasembada.
23/XX: 28-37
Yao, C. dan J. Zhu. 2004. “Measuring Information Technology’s Indirect Impact on Firm
Performance”. Information Technology and Management. 5: 9-22

817
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

Tabel 5
Penyesuaian Input Perusahaan-perusahaan yang Kurang Efisien

input
Perusahaan
Employee CGS Operating Expense Asset Equity
AWARD
PT Matahari Putra Prima Tbk 14.754,00 3.462.757,90 1.370.738,07 3.365.324,45 1.720.306,56
PT Ultrajaya Tbk 1.088,89 327.806,37 72.886,34 1.109.530,40 555.041,88
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 3.364,41 1.464.259,05 217.776,64 4.304.344,41 1.774.237,74
PT Dynaplast Tbk. 1.989,00 427.515,66 68.256,51 762.711,89 361.455,00

CONTROL
PT Astra Otoparts Tbk 19.817,80 1.726.219,30 256.387,07 1.937.534,24 1.182.640,46
PT Tambang Timah (Persero) Tbk 4.811,52 1.536.724,94 171.355,90 1.961.449,17 1.383.513,33
PT Ramayana Lestari Santosa Tbk 19.378,11 2.554.049,11 620.003,00 2.496.699,89 1.516.409,61
PT Tunas Baru Lampung Tbk 2.785,45 565.738,21 68.083,30 1.135.153,21 497.885,63
PT Kimia Farma (Persero) Tbk 5.481,34 1.252.299,87 446.401,31 1.343.804,33 741.780,16

818
SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005

Tabel 6
Penyesuaian Inpu Output Perusahaan-perusahaan yang Kurang Efisien

Operating Operating
Perusahaan Employee CGS
Expense
Asset Equity Sales
Profit
Net Profit

AWARD
PT Matahari Putra Prima Tbk 3.004,68 460.862,34 265.101,21 564.932,22 288.514,74 867.354,36 141.390,22 82.154,55
PT UltrajayaTbk 1.999,80 1.552.388,44 247.034,71 4.958.078,26 2.433.354,07 2.497.504,10 698.081,26 259.315,33
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2.001,11 1.887.428,34 323.127,26 6.541.891,05 3.191.743,17 3.136.339,68 925.784,14 382.108,16
PT Dynaplast Tbk. 1.961,71 1.575.868,97 214.649,15 3.507.574,87 1.656.603,07 2.266.415,94 475.897,98 221.938,15

CONTROL
PT Astra Otoparts Tbk 1.922,52 1.224.628,04 161.058,93 1.140.351,20 443.156,10 1.505.043,81 119.356,63 20.514,38
PT Tambang Timah (Persero) Tbk 3.557,07 2.418.083,38 320.042,83 4.047.385,13 1.910.935,57 3.331.161,80 594.417,99 263.092,95
PT Ramayana Tbk 22.397,39 7.418.598,30 1.140.106,70 7.158.367,95 4.274.956,42 9.994.098,02 1.341.861,00 876.072,21
PT Tunas Baru Lampung Tbk 2.389,49 1.427.156,47 128.200,11 2.250.913,62 998.709,73 1.808.195,99 252.839,88 105.542,14
PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2.291,12 586.126,98 166.279,22 543.110,15 264.164,57 846.375,06 93.968,16 56.749,49

819

Anda mungkin juga menyukai