A. Aqidah 1. Pengertian Aqidah Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu yang berarti ikatan, at- tautsiiqu keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan, dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah, akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. 1 Jadi, Akidah Islamiah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid 2 dan taat kepada- Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama, perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath'i, baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' Salaf as-Shalih 3 .
1 Lisaanul 'Arab (IX/311:) karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu'jamul Wasiith (II/614:). 2 Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma' wa Shifat Allah. 3 Lihat Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-'Aql, cet. II/ Daarul 'Ashimah/ th. 1419 H, 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fil 'Aqiidah oleh Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-'Aql. 2
2. Pembagian Akidah Tauhid Walaupun masalah qadha' dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha' dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam salah satu di antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama: 1) Tauhid Al-Uluhiyyah, mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata. 2) Tauhid Ar-Rububiyyah, mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini. 3) Tauhid Al-Asma' was-Sifat, mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat. Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam Ahmad 4 berkata: "Qadar adalah kekuasaan Allah". Qadar adalah rahasia Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir
4 Ahmad bin Hanbal (781 - 855 M, 164 - 241 AH), (Arab ) adalah seorang ahli hadits dan teologi Islam 3
baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar. 5
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40. 6
B. Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang istri atau dengan kata lain keluarga adalah perkumpulan halal anatara laki-laki dan seorang perempuan yang bersifat terus menerus dimana yang satu merasa tentram
5 Disalin dari kitab Al-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar, Penyusun Syaikh Muhammad Shalih Al- Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz, Penerbit Darul Haq, Cetakan Rabi'ul Awwal 1420H/Juni 1999M 6 Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M.
4
dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan oleh agama dan masyarakat 7 . Dan ketika kedua seorang istri dikaruniai seorang anak atau lebih, maka anak-nak itu menjadi unsur utama ketiga pada keluarga tersebut disamping dua unsur sebelumnya. 2. Peranan keluarga Keluarga mempunyai peranan yang besar sekali bagi tumbuh dan berkembangnya seorang anak baik yang berkenaan dengan pertumbuhan intelektual, moral dan agamanya 8 . Menurut beliau di antara peranan orang tua antara lain sebagai berikut: a) Menjamin Kehidupan Emosional Anak Melalui pendidikan keluarga kehidupan emosional anak atau kebutuhan akan rasa kasih sayang anak akan dapat terpenuhi dan dapat tumbuh dengan baik hal ini dikarenakan adanya hubungan jalinan darah antara orang tua dan anak di samping fokus dan konsentrasi orang tua lebih ditekankan pada anak. Kehidupan emosional merupakan faktor yang sangat signifikan dalam membina kepribadian anak. Oleh karenanya pihak orang tua harus mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi anak melalui cerminan kasih sayang. b) Menanamkan Dasar Pendidikan Moral Penanaman dasar-dasar moral bagi anak dalam keluarga biasanya tercermin dalam sikap dan prilaku orang tua sendiri. Anak akan cenderung mengikuti segala pola dan tingkah laku orang tua. Misalnya cara berbuat dan berbicara. Dengan demikian
7 Hasan Langulung, 1995:346 8 Hasbullah, 2001: 41-43 5
prilaku yang baik dari orang tua akan melahirkan gejala identifikasi yang positif bagi anak yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru. c) Peletak Dasar Keagamaan Pada dasarnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecil. Seseorang yang waktu kecilnya tidak mendapat pendidikan agama, maka pada dewasanya ia tidak merasa penting akan adanya agama dalam hidupnya. Lain dengan orang yang waktu kecilnya sudah dikenalkan dengan pengalaman-pengalaman agama misalnya kedua orang tuanya taat beragama, ditambah lagi dengan pendidikan sekolah, maka orang tersebut akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan terhadap hidup yang taat mengikuti peraturan-peraturan agama. Di samping itu juga terbiasa menjalankan ibadah, takut larangan-larangan dan merasakan betapa nikmatnya hidup beragama. Dalam kehidupan keluarga nilai-nilai ajaran agama bagi kehidupan seorang anak akan mempengaruhi dan memberikan dampak yang positif terhadap pembentukan karakter anak sejak ia kecil hingga ia dewasa kelak. 9 Peranan keluarga dalam memberikan dasar-dasar pendidikan keagamaan pada anak yakni dalam rangka untuk membentuk anak sholeh dan mengharap ridho Allah. 10
1) Membentuk anak sholeh Anak yang sholeh adalah anak yang berkepribadian baik dalam menjalin hubungan dengan Allah SWT. dan baik pula dalam berhubungan
9 Menurut Anshari, 1991: 73 10 Abdul Halim Nipan, 2003: 70-74 6
dengan sesama makhluk ciptaannya, terutama terhadap sesama manusia. Allah SWT. mengisyaratkan dalam hal ini dalam firmannya: ;e4)Og NjgOU4N O-g]~.- 4^ 4` W-EO ) :O4 =}g)` *.- :EO4 =}g)` +EE4- Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia 11
Berdasarkan keterangan ayat diatas manusia selamanya dalam keadaan hina di manapun berada, kecuali jika mau menjalin hubungan baik dengan Allah SWT. maupun dengan sesama manusia. Demikian halnya dengan pengertian anak shaleh. 2) Mengharap Ridho Allah SWT. Manusia termasuk didalamnya para orang tua muslim tidak mampu merubah takdir Ilahi. Manusia hanya berkewajiban berikhtiar, dan Allahlah yang mentakdirkan segala sesuatunya. Sehubungan dengan itu, maka salah satu tujuan yang tidak boleh dilupakan oleh para orang tua muslim dalam mendidik anaknya ialah bertujuan mengharap ridho Allah. Hal tersebut sebagai ungkapan rasa syukur kepada-Nya atas karunia yang Dia berikan berupa lahirnya seorang anak dan sekaligus sebagai pertanggung jawaban dalam mengemban amanat yang Dia amanatkan.
11 Ali Imran 3 : 112 7
d) Fungsi Keluarga Masyarakat adalah cerminan kondisi keluarga, jika keluarga sehat berarti masyarakatnya juga sehat. Jika keluarga bahagia berarti masyarakatnya juga bahagia. Selain sebagai penentu kondisi masyarakat tersebut, keluarga juga mempunyai beberapa fungsi lain dari sudut pandang yang berbeda, yaitu 12 : Fungsi Afektif. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota kelurga. Fungsi Sosialisasi. Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Fungsi Reproduksi. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Fungsi Ekomomi. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang, pangan dan papan. Fungsi Perawatan Kesehatan. Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
e) Pengertian Keluarga Sakinah Menurut kaidah bahasa Indonesia 13 , sakinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan keluarga. Keluarga sakinah juga sering disebut sebagai keluarga yang bahagia. Menurut pandangan Barat, keluarga bahagia atau keluarga sejahtera ialah keluarga yang memiliki dan menikmati segala kemewahan material. Anggota-anggota keluarga tersebut memiliki kesehatan yang baik yang memungkinkan mereka menikmati limpahan kekayaan material. Bagi mencapai tujuan ini, seluruh perhatian, tenaga dan waktu ditumpukan kepada usaha merealisasikan kecapaian kemewahan kebendaan yang dianggap sebagai perkara pokok dan prasyarat kepada kesejahteraan. 14
Pandangan yang dinyatakan oleh Barat jauh berbeda dengan konsep keluarga bahagia atau keluarga sakinah yang diterapkan oleh Islam. Asas kepada kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di dalam Islam terletak kepada ketaqwaan kepada Allah SWT. Keluarga bahagia adalah keluarga yang mendapat keredhaan Allah SWT. Allah SWT redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah SWT 15 . Firman Allah SWT:
13 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia:Jakarta. 1988. 14 Dr. Hasan Hj. Mohd Ali, 1993 : 15 15 Ibid hal. 19 9
;=/@O +.- gu+4N W-O4O4 +OuL4N _ ElgO ;}Eg =/E= +O+4O ^g Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya 16 . Keluarga bahagia ialah suatu kelompok sosial yang terdiri dari suami istri, ibu bapak, anak pinak, cucu cicit, sanak saudara yang sama-sama dapat merasa senang terhadap satu sama lain dan terhadap hidup sendiri dengan gembira, mempunyai objektif hidup baik secara individu atau secara bersama, optimistik dan mempunyai keyakinan terhadap sesama sendiri. 17
Dengan demikian, keluarga sakinah ialah kondisi sebuah keluarga yang sangat ideal yang terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk keluarga bahagia sebagaimana yang telah dinyatakan oleh negara Barat. 3. Ciri-Ciri Keluarga Sakinah Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu perkara yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang berumahtangga. Namun, terdapat beberapa ciri-ciri keluarga sakinah, diantaranya : a) Rumah Tangga Didirikan Berlandaskan Al-Quran Dan Sunnah Asas yang paling penting dalam pembentukan sebuah keluarga sakinah ialah rumah tangga yang dibina atas landasan taqwa, berpandukan Al-Quran dan Sunnah dan bukannya atas dasar cinta semata-mata. Ia menjadi panduan kepada suami istri
sekiranya menghadapi perbagai masalah yang akan timbul dalam kehidupan berumahtangga. Firman Allah SWT : Og^4C 4g~-.- W-EON44`-47 W-ONOgC -.- W-ONOgC4 4OcO- Ojq4 jO- 7Lg` W p) u7+;N4O4L> O) 7/E* +1NO O) *.- OcO-4 p) u7+47 4pONLg`u> *.) gO4O^-4 @O=E- _ ElgO OOE= }=O;O4 ECj> ^)_ Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya) 18
b) Rumah Tangga Berasaskan Kasih Sayang (Mawaddah Warahmah) Tanpa al-mawaddah dan al-Rahmah, masyarakat tidak akan dapat hidup dengan tenang dan aman terutamanya dalam institusi kekeluargaan. Dua perkara ini sangat-sangat diperlukan kerana sifat kasih sayang yang wujud dalam sebuah rumah tangga dapat melahirkan sebuah masyarakat yang bahagia, saling menghormati, saling mempercayai dan tolong-menolong. Tanpa kasih sayang, perkawinan akan hancur, kebahagiaan hanya akan menjadi angan-angan saja. c) Mengetahui Peraturan Berumahtangga
18 An-Nisa 4 : 59 11
Setiap keluarga seharusnya mempunyai peraturan yang patut dipatuhi oleh setiap ahlinya yang mana seorang istri wajib taat kepada suami dengan tidak keluar rumah melainkan setelah mendapat izin, tidak menyanggah pendapat suami walaupun si istri merasakan dirinya betul selama suami tidak melanggar syariat, dan tidak menceritakan hal rumahtangga kepada orang lain. Anak pula wajib taat kepada kedua orangtuanya selama perintah keduanya tidak bertentangan dengan larangan Allah. Lain pula peranan sebagai seorang suami. Suami merupakan ketua keluarga dan mempunyai tanggung jawab memastikan setiap ahli keluarganya untuk mematuhi peraturan dan memainkan peranan masing-masing dalam keluarga supaya sebuah keluarga sakinah dapat dibentuk. d) Menghormati dan Mengasihi Kedua Ibu Bapak Perkawinan bukanlah semata-mata menghubungkan antara kehidupan kedua pasangan tetapi ia juga melibatkan seluruh kehidupan keluarga kedua belah pihak, terutamanya hubungan terhadap ibu bapak kedua pasangan. Oleh itu, pasangan yang ingin membina sebuah keluarga sakinah seharusnya tidak menepikan ibu bapak dalam urusan pemilihan jodoh, terutamanya anak lelaki. Anak lelaki perlu mendapat restu kedua ibu bapaknya karena perkawinan tidak akan memutuskan tanggungjawabnya terhadap kedua ibu bapaknya. Selain itu, pasangan juga perlu mengasihi ibu bapak supaya mendapat keberkatan untuk mencapai kebahagiaan dalam berumahtangga. Firman Allah SWT : 4L^1O44 =}=Oee"- gOuCEg4O) 4LONO W p)4 C-EE_E_ E)O;+g 12
O). 4` "^1 El gO) EUgN E .E_ugC> _ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. 19 .
e) Menjaga Hubungan Kerabat dan Ipar Antara tujuan ikatan perkawinan ialah untuk menyambung hubungan keluarga kedua belah pihak termasuk saudara ipar kedua belah pihak dan kerabat-kerabatnya. Karena biasanya masalah seperti perceraian timbul disebabkan kerenggangan hubungan dengan kerabat dan ipar. 4. Cara Membangun Keluarga Sakinah Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata upaya mewujudkan keluarga yang sakinah bukanlah perkara yang mudah, ditengah-tengah arus kehidupan seperti ini. Jangankan untuk mencapai bentuk keluarga yang ideal, bahkan untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga saja sudah merupakan suatu prestasi tersendiri, sehingga sudah saat-nya setiap keluarga perlu merenung apakah mereka tengah berjalan pada koridor yang diinginkan oleh Allah dalam mahligai tersebut, ataukah mereka justru berjalan bertolak belakang dengan apa yang diinginkan oleh-
19 al-Ankabut 29 : 8 13
Nya. Al-Quran merupakan landasan dari terbangunnya keluarga sakinah, dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam keluarga dan masyarakat. Sedangkan Konsep-konsep cara membangun keluarga sakinah adalah 20 : a) Memilih Kriteria Calon Suami atau Istri dengan Tepat Agar terciptanya keluarga yang sakinah, maka dalam menentukan kriteria suami maupun istri haruslah tepat. Diantara kriteria tersebut misalnya beragama islam dan shaleh maupun shalehah; berasal dari keturunan yang baik-baik; berakhlak mulia, sopan santun dan bertutur kata yang baik; mempunyai kemampuan membiayai kehidupan rumah tangga (bagi suami). Rasul Allh SAW bersabda, Perempuan dinikahi karena empat faktor: Pertama, karena harta; Kedua, karena kecantikan; Ketiga, kedudukan; dan Keempat, karena agamanya. Maka hendaklah engkau pilih yang taat beragama, engkau pasti bahagia. b) Dalam keluarga Harus Ada Mawaddah dan Rahmah Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan nggemesi, sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Firman Allah SWT : ;}g`4 gOg-4C-47 up 4-UE 7 ;}g)` 7O^ ~w}4^e W-EONL7O4g E_^1) EE_4
20
14
:4LuO4 LEE14OE` OE;O4O4 _ Ep) O) ElgO e4CE Og 4pNO-E4-4C Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri- isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir 21 . c) Saling Mengerti Antara Suami-Istri Seorang suami atau istri harus tahu latar belakang pribadi masing-masing. Karena pengetahuan terhadap latar belakang pribadi masing-masing adalah sebagai dasar untuk menjalin komunikasi masing-masing. Dan dari sinilah seorang suami atau istri tidak akan memaksakan egonya. Banyak keluarga hancur, disebabkan oleh sifat egoisme. Ini artinya seorang suami tetap bertahan dengan keinginannya dan begitu pula istri. Seorang suami atau istri hendaklah mengetahui hal-hal sebagai berikut : Perjalanan hidup masing-masing Adat istiadat daerah masing-masing (jika suami istri berbeda suku dan atau daerah) Kebiasaan masing-masing Selera, kesukaan atau hobi Pendidikan
21 Ar-Rum 30 : 21 15
Karakter/sikap pribadi secara proporsional (baik dari masing-masing, maupun dari orang-orang terdekatnya, seperti orang tua, teman ataupun saudaranya, dan yang relevan dengan ketentuan yang dibenarkan syari`at. d) Saling Menerima Suami istri harus saling menerima satu sama lain. Suami istri itu ibarat satu tubuh dua nyawa. Tidak salah kiranya suami suka warna merah, si istri suka warna putih, tidak perlu ada penolakan. Dengan keredhaan dan saling pengertian, jika warna merah dicampur dengan warna putih, maka aka terlihat keindahannya. e) Saling Menghargai Seorang suami atau istri hendaklah saling menghargai: Perkataan dan perasaan masingmasing Bakat dan keinginan masing-masing Menghargai keluarga masing-masing. Sikap saling menghargai adalah sebuah jembatan menuju terkaitnya perasaan suami-istri. f) Saling Mempercayai Dalam berumahtangga seorang istri harus percaya kepada suaminya, begitu pula dengan suami terhadap istrinya ketika ia sedang berada di luar rumah. Jika diantara keduanya tidak adanya saling percaya, kelangsungan kehidupan rumah tangga berjalan tidak seperti yang dicita-citakan yaitu keluarga yang bahagia dan sejahtera. Akan tetapi jika suami istri saling mempercayai, maka kemerdekaan dan kemajuan akan meningkat, serta hal ini merupakan amanah Allh. g) Suami-Istri Harus Menjalankan Kewajibanya Masing-Masing 16
Suami mempunyai kewajiban mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, tetapi disamping itu ia juga berfungsi sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin dalam rumah tangga. Allah SWT dalam hal ini berfirman: N~E}@O- ]ON`O~ O>4N g7.=Og)4- E) _ +.- __u4 _O>4N *u4 .E)4 W-OE^ ;}g` )_g4O^` _ eE)UO 7e4-gL~ egEO U^O4Ug E) E^gEO +.- _ /--4 4pOC` ;-EeO=e ;-OOg O}-NOu--4 O) ;7__E^- O}-O+)O;g-4 W up) :4LuC E W-O7l> O}jgOU4N EO):Ec Ep) -.- ]~E 1)U4N -LOO): ^@j Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita 17
yang kamu khawatirkan nusyuznya 22 , Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar 23 . Istri mempunyai kewajiban taat kepada suaminya, mendidik anak dan menjaga kehormatannya (jilbab, khalwat, tabaruj, dan lain-lain.). Ketaatan yang dituntut bagi seorang istri bukannya tanpa alasan. Suami sebagai pimpinan, bertanggung jawab langsung menghidupi keluarga, melindungi keluarga dan menjaga keselamatan mereka lahir-batin, dunia-akhirat. Ketaatan seorang istri kepada suami dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jalan menuju surga di dunia dan akhirat. Istri boleh membangkang kepada suaminya jika perintah suaminya bertentangan dengan hukum syara, missal: disuruh berjudi, dilarang berjilbab, dan lain-lain. h) Suami Istri Harus Menghindari Pertikaian Pertikaian adalah salah satu penyebab retaknya keharmonisan keluarga, bahkan apabila pertikaian tersebut terus berkesinambungan maka dapat menyebabkan perceraian. Sehingga baik suami maupun istri harus dapat menghindari masalah- masalah yang dapat menyebabkan pertikaian karena suami dan istri adalah fakkor paling utama dalam menentukan kondisi keluarga. i) Hubungan Antara Suami Istri Harus Atas Dasar Saling Membutuhkan
22 Nusyuz: yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. 23 An-Nissa 4 : 34 18
Seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna ( Al-Quran surat Al-Baqarah ayat:187), yaitu menutup aurat, melindungi diri dari panas dan dingin, dan sebagai perhiasan. Suami terhadap istri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika istri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepadaorang lain, begitu juga sebaliknya. j) Suami Istri Harus Senantiasa Menjaga Makanan yang Halal Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila annar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya. k) Suami Istri Harus Menjaga Aqidah yang Benar Akidah yang keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan sebangsanya. Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana yang fatal. Membina suatu keluarga yang bahagia memang sangat sangat sulit. Akan tetapi jika masing-masing pasangan mengerti konsep-konsep keluarga sakinah seperti yang telah diuraikan di atas, Insya Allah cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal dalam aturan syariat Islam, yang disebutkan dengan Rumahku adalah surgaku akan terwujud. Menurut Syekh Muhammad Abduh Manusia hidup menurut aqidahnya, bila aqidahnya benar maka akan benar pulalah jalan hidupnya 19
dan aqidah itu bisa betul apabila orang yang mempelajarinya dengan cara betul pula. 24
C. Peran Aqidah Dalam Rumah Tangga Islami Rumah Tangga Islami merupakan dambaan bagi setiap insan yang menginginkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Sayangnya, banyak orang yang ingin mendapatkan hasil tanpa mau membayar harganya. Membangun rumah tangga islami memerlukan kerja keras dari seluruh anggota keluarga, yang dikomandani oleh suami dan isteri sebagai pemimpin di dalam rumah tangga. Yang dimaksud dalam rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang di dalamnya ditegakkan adab-adab Islam, baik menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang didirikan atas landasan aqidah. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada kebaikan dan mencegah keburukan karena cinta mereka kepada Allah. Konsep ideal ini sepintas sulit untuk diwujudkan, tetapi insya Allah seiring dengan berjalannya proses belajar bagi suami, isteri dan seluruh anggota keluarga, rumah tangga seperti ini akan bisa terwujud. Berikut ini beberapa ciri rumah tangga Islami: 1) Rumah tangga didirikan dengan berlandaskan aqidah.
24 Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, terj. Firdaus A.N, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 22. 20
Ini dimulai dari sebelum pernikahan berlangsung, bahkan sejak kedua belah pihak memilih pasangan. Proses yang berlangsung mulai dari memilih pasangan, meminang sampai dengan pernikahan sebaiknya tidak dikotori oleh maksiat kepada Allah. Hal ini sangan berpengaruh dalam membangun rumah tangga yang diliputi dalam suasana ibadah. Dengan berpijak pada aqidah yang kokoh, insya Allah permasalahan apapun akan mudah diselesaikan, karena keduanya tunduk pada aturan Allah. Aspek aqidah berperan sebagai landasan serta motivasi dari semua perbuatan lahir, baik perbuatan hukum maupun akhlak. Sementara perbuatan-perbuatan tersebut, merupakan rangkaian amaliyah yang akan diperhitungkan pahalanya kelak dihari perhitungan, untuk menentukan posisi seseorang apakah disurga atau di neraka. 25
2) Nilai-nilai islam dapat terinternalisasi secara menyeluruh kepada setiap anggota keluarga. Peran ayah dan ibu sangat penting untuk menurunkan nilai-ilai islam ini kepaa anak-anak. Oleh karena itu, selain ayah dan ibu harus terus menerus belajar menyerap nilai-nilai islam ini ke dalam sikap dan tingkah lakunya, menjadi kewajiban mereka juga untuk mengajarkan hal ini kepada seluruh anggota keluarga yang lainnya. Termasuk khodimat/asisten rumah tangga. 3) Hadirnya Qudwah/teladan yang nyata
25 Muhammad Al-Ghazali, Aqidah Muslim, terj. Mahyudin Syaf, Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, h. 11. 21
Hal ini perlu dilakukan oleh pemimpin dalam rumah tangga. Terutama penting bagi anak-anak. Mereka perlu contoh yang nyata dalam menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari. 4) Terbiasa saling tolong menolong dalam menegakkan adab-adab Islam. Setiap anggota keluarga memiliki kewajiban untuk membiasakan diri saling tolong menolong dalam hal ini. Misalnya memberi nasihat dengan cara yang baik kepada anggota keluarga yang melakukan kesalahan. Mengingatkan untuk sholat, juga adab mengucapkan terima kasih / jazaakallah khoiran atas pertolongan setiap anggota baik kepada yang masih kecil maupun yag sudah besar. Sayyid Sabiq menyatakan, tujuan hidup menurut pandangan Islam ialah amal shaleh, berbuat kebajikan, bekerja dengan sebaik-baiknya dan menunjukkan karunia Tuhan. 26
5) Rumah terkondisi bagi terlaksananya peraturan Islam. Dalam hal disain rumah, perlu diperhatikan aturan-aturan khusus yang dapat menjamin terlaksananya adab-adab pergaulan dalam Islam. Misalnya kamar ayah-ibu yang terpisah dengan anak-anak, kamar anak laki-laki yang terpisah dengan kamar anak perempuan.Hal ini untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam perilaku sang anak. Juga untuk mengajarkan adab-adab pergaulan dengan setiap
26 Sayyid Sabiq, Unsur-Unsur Kekuatan dalam Islam, terj. Muhammad Abadi Rathony, Surabaya, Ahmad Nabhan, 1981, h. 207. 22
anggota keluarga, agar tetap terbangun keluarga yang bahagia sesuai dengan ajaran Islam 27 . 6) Tercukupinya kebutuhan materi secara wajar Ini menjadi tanggung jawab sang ayah untuk mencukupi kebutuhan materi untuk membangun keluarga Islami. Bukan hanya sandang, pangan dan papan, tetapi juga sarana pendidikan islami, seperti perpustakaan keluarga, juga bisa tercukupi. Kalau mau yang ideal, termasuk di dalamnya terpenuhinya kebutuhan pendidikan sekolah yang bagus dan bermutu bagi anak-anak. 7) Rumah tangga dihindarkan dari hal-hal yang tidak sesuai dengan semangat islam Misalnya benda-benda klenik yang dapat merusak aqidah setiap anggota keluarga. Tontonan atau bacaan hiburan yang dapat merusak aqidah dan akhlak anak- anak. Hal ini perlu menjadi perhatian orang tua yang ingin mewujudkan rumah tangga islami. 8) Anggota keluarga terlibat aktif dalam pembinaan masyarakat. Lingkungan memiliki pengaruh yang besar bagi seluruh anggota keluarga. Bila ayah atau ibu tidak berperan aktif membina masyarakat, dan membiarkan masyarakat melakukan perbutan yang tidak sesuai dengan Islam, kemungkinan besar angota keluarga terlarut dalam kondisi masyarakat tersebut. 9) Rumah Tangga dijaga dari pengaruh yang buruk
27 Achmad Mubarok , Guru Besar Psikologi Islam Uiniversitas Indonesia dan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta 23
Bila hidup ditengah masyarakat yang sangat rusak, dan dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap aqidah dan perilaku anak, sementara upaya perbaikan sudah tidak dapat dilakukan, maka pindah menjadi suatu hal yang perlu dipertimbangkan oleh keluarga ini. 10) Masing-masing anggota keluarga harus diposisikan sesuai syariat. Isteri menghormati suami sebagai pemimpin dan mengambil keputusan. Suami menyayangi dan menghargai isteri dengan cara mengajaknya bermusyawarah atas segala keputusan. Allah swt. berfirman : up) -E1-4O =g }4N -4O> 4gu+g)` ON4=>4 E EEE4N_ EjgOU4N . . . ^g@@ Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya 28 .
DAFTAR PUSTAKA. Afiqah, Abu. Amalan Ketika Mengandung & Setelah Bersalin Serta Panduan Menamakan Bayi. Kuala Lumpur : Darul Numan. 1996.
28 Al-Baqarah 2 : 233 24
Ali, Hasan Hj.Mohd. 40 Kesilapan Mendidik Anak. Kuala Lumpur : Utusan. 1996. Al-'Aql, Nashir bin 'Abdul Karim. Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah. Daarul 'Ashimah. 1998 Al-Math, Muhammad, Faiz. 1100 Hadits Terpilih; Sinar Ajaran Baru Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press, 1991.. Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad Shalih. Al-Qadha wal Qadar. Jakarta : Darul Haq. 1999. Audah, Ali. Konkordansi al-Qur'an; Panduan Kata dalam Mencari Ayat al- Qur'an. Bandung: Mizan, 1997. Baharom, Noresah Bt. Kamus Dewan Edisi keempat. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka. 2005. Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Jakarta: 1994. Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Jakarta: Pustaka At-Taqwa, 2004. Al-Bukhari, Muhammad Ismail. Shahih al-Bukhari. T.Tp: Dar wa Mathabi' al- Syab, T.Th. Ghazali, Muhammad. Akhlak Seorang Muslim, (terj. & edit.). Moh. Rifai dari judul asli Khuluq al-Muslim. Semarang: Wicaksana, 1993. Kurdi, M. Amin. Tanwir al-Qulub Fi Mualati Alam al-Ghuyub. Beirut: Dar al Fikr, tt. Majah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah. Beirut: Dar al Fikr, t.t. Muslim, Ibn Hajjaj. Shahih Muslim. Kairo: al-Halabi wa Auladuh, T.Th. 25
Tibi, Bassam. The Challenge of Fundamentalism; Political Islam and the New World Disorder. California: University of California Press, 1998. J. Goode, William, SosiologiKeluarga, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Muhaimin, Pemikiran PendidikanIslam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung:Trigenda Karya, 1993. Rahmat, Jalaluddin dan Muhtar Gandatama. KeluargaMuslim Dalam Masyarakat Modern. Bandung:Remaja Rosdakarya, 1994. Ulwan, Abdullah Nashih..Pedoman Pendidikan Anak-Anak Dalam Islam. Selangor : Klang Book Centre. 1989 Thalib, Muhammad. 40 Peranan Ibu Bapa Mithali. Kuala Lumpur : Darul Numan. 1997. Thalib, Muhammad. 20 Sifat Fitrah Anak. Kuala Lumpur : Darul Numan. 1997. Siraj, Saedah. Pendidikan Anak-anak. Kuala Lumpur : Alam Pintar Enterprise. 2005.
ratnaAqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.