Anda di halaman 1dari 2

“Motivasi tentang Krisis Kepemimpinan”

oleh: Ervan Abu N

Materi ini bertujuan untuk :


1. Memberikan motivasi kepada mahasiswa (peserta LKMM) tentang betapa pentingnya suatu jiwa kepemimpinan
2. Jiwa kepemimpinan sangat diperlukan dalam menjalankan sebuah organisasi

“Leadership is an action not position”


(Donald H. McGannon)

Ada sangat banyak konsep, teori, opini, paradigma, tentang kepemimpinan. Semuanya sangat menakjubkan, bervariasi
dan kadang bertentangan satu sama lain. Meskipun selalu ada saja persamaannya. Diantara persamaan ini adalah
bahwa -dengan berbagai alasannya- kepemimpinan itu adalah sesuatu yang penting.
Sepertinya tidak lengkap suatu pembahasan tentang sejarah, politik, organisasi, bisnis, entrepreneurship, bahkan
pendidikan, tanpa membahas tentang kepemimpinan.
Kadang saya bertanya-tanya, sebegitu pentingkah kepemimpinan?
Pencarian saya tentang pentingnya kepemimpinan mempertemukan saya dengan perkataan Donald Mc Gannon, kata
beliau, kepemimpinan itu adalah tindakan bukan posisi. Betapa saya setuju dengan pendapat ini. Orang yang berposisi
sebagai ketua belum tentu adalah pemimpin. Kadang justru ada bawahnya yang lebih menjadi motor penggerak bagi
organisasi, bukan ketuanya. Orang-orang ini -disebut sebagai para pemimpin informal- entah bagaimana caranya,
menularkan semangat pada orang lain untuk bergerak dan beraktivitas, bahkan kadang menjadi alasan bagi anggota
lain untuk mau aktif dalam organisasi itu.
Goethe pernah menyatakan jika setiap orang menyapu halaman rumahnya sendiri, maka dunia akan menjadi tempat
yang lebih bersih. Tepat sekali, orang yang bertindak pasti akan membuat perubahan, sekecil apapun. Orang yang
bertindak juga memiliki kemungkinan untuk menularkan tindakan itu pada orang lain. Cukup sering saya rasakan, saat
melihat ada orang menyapu, rasanya saya juga jadi ingin menyapu, setidaknya saya menjadi teringat untuk tidak
membuang sampah sembarangan. Saya mendapat model panutan saat saya melihat orang yang bertindak, sesuatu yang
tidak saya dapatkan jika hanya mendengar slogan dan jargon dari orang yang hanya bicara.
Dengan demikian, tindakanlah yang menentukan apakah seseorang itu berjiwa kepemimpinan atau tidak. Jabatan tidak
penting, Anda dapat menjadi (baca: bertindak sebagai) pemimpin dengan posisi apapun Anda saat ini.
Yang mungkin menjadi masalah adalah, yang seperti apa tindakan kepemimpinan itu? Dan bagaimana cara kita
melakukannya?
Oh ya, sekedar info, saya lebih senang menggunakan istilah tindakan kepemimpinan daripada jiwa kepemipinan -seperti
yang tercantum pada tujuan materi dia awal tulisan ini-. Alasannya adalah, tindakan lebih konkrit daripada jiwa, kita
bisa melihat perilaku, tapi tidak bisa melihat jiwa. Maka, agar tulisan ini tidak menjadi tulisan kebatinan, maka saya
gunakan istilah tindakan kepemimpinan, jadi saya dan Anda bisa langsung mengerti apa yang saya maksudkan.

“Trust men and they will be true to you, treat them greatly
and they will show themselves great”
(Ralph Waldo Emerson)

Kepemimpinan adalah cara seseorang membuat orang lain dengan suka rela melakukan aktivitas untuk mencapai
suatu tujuan.
Tidak semua tindakan akan mengubah perilaku orang lain, ada syarat dan kondisi tertentu untuk membuat suatu
tindakan berdampak bagi orang lain. Saat tindakan itu membuat orang lain bertindak, itulah tindakan kepemimpinan.
Bila dirumuskan, yang termasuk tindakan kepemimpinan adalah segala perilaku yang mampu menggerakan orang
lain untuk mencapai tujuan bersama.
pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, darimana datangnya kekuasaan untuk bisa menggerakkan orang lain ini?
Bagaimana caranya menggerakkan orang lain dan diri sendiri?
Ada banyak cara sebenarnya, dan kali ini saya tertarik pada kekuatan dari hukum timbal balik. Konon kabarnya
manusia itu akan melakukan hampir persis dengan apa orang lain lakukan padanya. Misalnya saya tersenyum pada
sembarang orang, maka sembarang orang yang tadi saya senyumin itu akan balik tersenyum pada saya. Salah satu kata
mutiara mengatakan, cintailah maka Anda akan dicintai. Inilah hukum timbal balik. Inilah perilaku kepemimpinan
yang ingin kita bahas.
Dalam kepemimpinan, hukum timbal balik ini berlaku juga, Ralph Waldo Emerson mengatakan demikian, percayai
orang maka mereka akan jujur padamu, perlakukan dengan keagungan, maka mereka pun akan menunjukkan
keagungan mereka.

Ervan Abu N | 08562151410 | ervanabu@gmail.com | ditulis khusus untuk LKMM BEM Polban pada Maret 2009|
Orang yang menghargai orang lain akan membuat orang lain ingin mengikutinya, karena mereka membuat orang lain
bahagia berada di dekatnya, dan siapakah orang yang tidak ingin bahagia?
Kasus singkat, Anda lebih memilih berada dekat dengan siapa, orang yang selalu mencela karya Anda atau yang selalu
memuji karya Anda?
Meskipun mungkin Anda tidak percaya pada ketulusan pujiannya, jika Anda normal, tentu Anda lebih memilih berada
dengan mereka yang memuji hasil karya Anda. Ada kenyamanan tersendiri saat kita dipuji, dan ada ketidaksenangan
saat kita dicela. Kita tentu akan memilih kenyamanan.
Lebih jauh lagi, siapa diantara dua orang tadi yang akan lebih cenderung Anda patuhi perintahnya, orang yang selalu
mencela karya Anda atau selalu memuji karya Anda?
Lagi-lagi saya menduga Anda akan memilih untuk mematuhi mereka yang sering memuji karya Anda. Begitulah,
kebaikan dan penghargaan akan membuat orang memiliki pengaruh bagi orang lain.
Cara yang begitu sederhana untuk memimpin orang ini, begitu mudah diabaikan orang. Mengapa demikian? Karena
yang bisa menghargai orang lain dengan agung hanyalah mereka yang sudah dapat menghargai dirinya sendiri.
Apabila saya tidak menghargai diri sendiri, maka fokus saya ada pada kelemahan-kelemahan, dan saat saya berhadapan
dengan hasil karya orang lain, maka kelemahan-kelemahannya yang akan jadi perhatian saya. Tak sempat lagi bagi
saya, untuk melihat sisi-sisi positif dari hasil karya orang lain.
Sebaliknya apabila saya menghargai diri sendiri, fokus saya ada pada kualitas positif. Saat saya berhadapan dengan
hasil karya orang lain, maka kelebihannya yang akan jadi perhatian saya.
Jadi seseorang yang melakukan tindakan kepemimpinan, selain mengembangkan orang lain, juga akan
mengembangkan dirinya sendiri menjadi lebih baik. Bukankah ini menyenangkan?

“If we keep doing what we are doing.


We will keep getting what we are getting”
(Stephen Covey)

Lalu bagaimana caranya agar muncul penghargaan pada diri sendiri dan orang lain ini?
Ada banyak jawaban, salah satunya adalah dengan mengubah fokus.
Selalu cari sisi positif dari segala situasi, setiap orang, semua kondisi. Kemudian bertindaklah pada aspek-aspek
positif yang masih bisa diubah.
Contoh sederhana, ada yang datang terlambat pada rapat. Daripada menghabiskan waktu membahas keterlambatan
orang itu, kenapa tidak teruskan saja rapatnya. Dia sudah terlambat, itu sudah terjadi, tidak bisa diubah, meskipun kita
cela dia habis-habisan.
Yang mengherankan, orang lebih suka membahas orang yang terlambat dan menghukumnya, daripada menghargai
mereka yang on time. Ini salah satu hal yang membuat orang malas hadir tepat waktu, karena kurangnya pernghargaan
bagi mereka yang on time. Bisa jadi orang secara tidak sadar berpikir, mendingan terlambat, karena nanti diberi
komentar, jadi pusat perhatian malah, daripada on time, toh tidak ada yang peduli pada mereka yang on time.
Mengubah fokus pada apa yang kita inginkan, itu akan membuat kita menghargai orang lain dan diri sendiri.
Jika Anda ingin semua orang bersemangat, jangan sibuk mencela mereka yang loyo, tapi puji mereka yang bersemangat.
Jika Anda ingin semua tim Anda berpakaian rapi, jangan usir mereka yang hanya memakai kaos dan sandal jepit, tapi
beri hadiah pada mereka yang tampil menawan. Dengan demikian, seiring waktu, apa yang Anda inginkan akan
terwujud, karena Anda selalu memperkuat aspek-aspek yang Anda inginkan.
Begitupun pada diri sendiri, apa hal positif yang sudah Anda capai, beri penghargaan pada diri Anda atas pencapaian
itu. Tentang kegagalan Anda di masa lalu, katakan saja, itu sudah berlalu, dan sudah Anda petik pelajarannya.
Saya pikir akan gawat juga apabila seorang pemimpin adalah orang yang minder, merasa diri banyak kekurangan dan
berfokus pada kekurangan itu terus menerus.

Dua point inilah tindakan kepemimpinan yang saya ingin bagi pada Anda. Pertama, penghargaan pada diri sendiri dan
orang lain. Yang akan didapat dengan melakukan point kedua, yaitu melihat sisi positif dari segala situasi. Lakukan
kedua hal ini, dan kedua hal ini akan menular pada orang disekitar Anda.
Sekarang saya ingin Anda membayangkan, jika semua orang dalam organisasi Anda tertular melakukan tindakan
kepemimpinan yang seperti kita bahas ini, -setiap orang saling menghargai, dan berfokus pada hal-hal positif- akan
lebih baik atau lebih burukkah kondisi organisasi Anda?
Lalu bayangkan pula, bagaimana jika tidak ada satu orangpun yang melakukan tindakan kepemimpinan. Akan seperti
apa organisasi Anda nantinya?
Dengan demikian, saya serahkan penilaian pada Anda, penting atau tidaknya, dan perlu atau tidaknya, Anda
melakukan tindakan kepemimpinan.

Ervan Abu N | 08562151410 | ervanabu@gmail.com | ditulis khusus untuk LKMM BEM Polban pada Maret 2009|

Anda mungkin juga menyukai