Anda di halaman 1dari 10

Penyakit Akibat Kerja

Posted on Maret 19, 2008 by safety4abipraya

Definisi Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja : 1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis. 2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik. 3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis. 4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma. FAKTOR PENYEBAB Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan: 1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik. 2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.

3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur 4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja 5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman: 1. Tentukan Diagnosis klinisnya Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitasfasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak. 2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup: - Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara khronologis - Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan - Bahan yang diproduksi - Materi (bahan baku) yang digunakan - Jumlah pajanannya - Pemakaian alat perlindungan diri (masker) - Pola waktu terjadinya gejala - Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa) - Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya) 3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut

Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya). 4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja. 5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami. 6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja. 7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadangkadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.

Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat

baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis. PENUTUP Penegakan diagnosis Penyakit Akibat Kerja masih merupakan masalah di Indonesia. Diperlukan minat dan pengetahuan yang khusus untuk dapat menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja. Untuk mengatasi masalah tersebut, selain perlu ditingkatkan pendidikan bagi dokter dalam bidang kedokteran kerja, juga perlu dikembangkan suatu sistem rujukan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Dikembangkannya klinik-klinik Kedokteran Kerja di Indonesia dapat membantu permasalahan yang dihadapi.

Filed under: Kesehatan kerja Penyakit Akibat Kerja (PAK) biasanya sering terjadi pada pekerja yang sering mengabaikan safety, atau bisa pula karena manajemen perusahaan yang kesadaran akan safetynya rendah, berikut beberapa penyebab akibat kerja : 1. GOLONGAN FISIKA 1. Bunyi : Bising 2. Suhu Tinggi : dehidrasi dan pengeluaran elektrolit tubuh yang banyak 3. Hyperpirexia, 4. Heat Cramp, 5. Heat Exhaustion, 6. Heat Stroke 7. Radiasi Sinar Elektromagnetik : 8. Infra merah Katarak 9. Ultraviolet Konjungtivitis 10. Sinar , dan dan Bahan radioaktif lainnya 11. Tekanan Udara Penyakit Caisons 12. Pencahayaan Tajam penglihatan berkurang 13. Getaran Penyempitan pembuluh darah (Raynaud disease) 2. GOLONGAN KIMIA 1. Perusahaan/ Perindustrian upuk, Pestisida, Kertas, Refinery, Pengolahan gas bumi, obat-obatan banyak menggunakan bahan kimia sebagai bahan baku atau pembantu 2. Penggunaan bahan kimia tadi bisa menyebabkan bahaya Kebakaran, Peledakan, Iritasi dan Keracunan 70% PAK adalah disebabkan oleh bahan kimia berbahaya yang masuk lewat mulut, pernafasan atau kulit 3. Bahan Kimia Berbahaya bisa berupa padat, gas, partikel maupun uap Masuknya Bahan kimia tadi bisa menimbulkan gejalanya secara akut atau kronik Keracunan Akut biasanya terjadi akibat masuknya bahan kimia dalam jumlah besar pada waktu singkat, misalnya : 1. i. Keracunan gas CO

2. ii. Keracunan asam Sianida (HCN) 3. iii. Keracunan Kronik terjadi karena masuknya bahan kimia tadi dalam jumlah sedikit tetapi dalam jangka panjang, misalnya : 4. iv. Keracunan Benzena 5. v. Keracunan Uap Pb Leukemia 6. vi. Keracunan bahan-bahan Karsinogen Kanker 3. GOLONGAN BIOLOGI : 1. 2. 3. 4. 5. Virus (Hepatitis) Bakteri (Tuberkulosis pada petugas medis) Parasit (Malaria) Cacing Jamur

4. GOLONGAN FISIOLOGI (ERGONOMI) Terjadi akibat malposisi sewaktu bekerja (Myalgia, backache atau cedera punggung) 5. GOLONGAN MENTAL PSIKOLOGI 1. 2. 3. 4. Suasana Kerja monoton Hubungan kerja yang kurang baik Upah tidak sesuai Tempat kerja yang terpencil Stress Perubahan tingkah laku, Tidak bisa menagmbil keputusan, TD naik Penyakit lain atau Kecelakaan

Demikian beberapa contoh penyakit akibat kerja berdasarkan golongannya, semoga bermanfaat . Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK) Balai K3 Bandung Penyakit akibat kerja: man made disease Penyakit yang disebabkan oleh: - pekerjaan - proses kerja - alat kerja - lingkungan kerja - bahan kerja Penyakit akibat kerja Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja (Permenaker&trans no.01/1981) - pneumokoniosis - bronkopulmoner - asma kerja - alveolitis alergis - penyakit oleh Be - penyakit oleh Cd

- penyakit oleh P - penyakit oleh Cr - penyakit oleh Mg (Permenaker&trans no.01/1981): - penyakit oleh Pb - penyakit oleh As - penyakit oleh Hg - penyakit oleh carbon disulfida - penyakit oleh dernat halogen beracun - penyakit oleh benzena & homolog racun - penyakit oleh nitrogen & amino bezena - kebisingan, vebrasi, radiasi - dll Penyakit akibat kerja (Kepmenaker no. 333/1989) - ditemukan/didiagnosa saat pemeriksaan kesehatan berkala - oleh: 1. pemeriksaan klinis 2. Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja Tujuan dan manfaat diagnosis PAK Ingat: aspek medis, aspek komunitas, aspek legal Tujuan: 1. Dasar terapi 2. Membatasi kecacatan & mencegah kematian 3. Melindungi pekerja lain 4. Memenuhi hak pekerja Diagnosisi PAK Berkontribusi terhadap: 1. Pengendalian pajanan 2. Identifikasi pajanan baru secara dini 3. Asuhan medis dan upaya rehabilitasi pekerja yang sakit dan/atau cedera 4. Pencegahan terulang/makin berat kejadian penyakit/kecelakaan 5. Perlindungan pekerja lain 6. Pemenuhan hak kompensasi pekerja 7. Identifikasi ada hub baru pajanan vs penyakit Penyebab penyakit akibat kerja 1. Gol. Fisik - suara: tuli - radiasi: rontgen: penyakit darah. Kelainan kulit infra merah: katarak ultraviolet: konjungtivitis fotoelektrik - suhu: panas: heat stroke, heat cramps dingin: frostbite - tekanan udara: tinggi (caisson disease)

- cahaya: silau, asthenopia, myopia 2. Golongan kimia - debu: silikosis, pneumoconosis, asbestosis - uap: metal fume fever, dermatitis - gas: H2S, CO - larutan: dermatitis - awan/kabut: insektisida, racun jamur 3. Golongan biologis - anthrax - brucella (kulit), dll 4. Golongan fisiologis (ergonomi) - konstruksi mesin / tata letak / tata ruang - sikap badan, dll 5. Golongan mental psikologis - monotoni - hubungan kerja (stress psikis), organisasi, dll Identifikasi penyakit akibat kerja 1. Pendekatan epidemiologis (komunitas) Untuk identifikasi hubungan kausal antara pajanan dan penyakit: Kekuatan asosiasi, konsistensi, spesifisitas, hubungan waktu, hubungan dosis 2. Pendekatan klinis (individu) Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja: diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit, pajanan yang dialami cukup besar, peranan faktor individu, faktor lain di luar pekerjaan, diagnosis PAK atau bukan PAK Diagnosis (dokter perusahaan) berdasarkan: 1. Klinis 2. Laboratorium & pemeriksaan penunjang 3. Data lingkungan kerja & analisis riwayat pekerjaan Tujuh langkah diagnosis penyakit akibat kerja 1. Tentukan diagnosis klinis 2. Tentukan pajanan yang dialami 3. Apa pajanan dapat menyebabkan penyakit tersebut? 4. Apa jumlah pajanan cukup besar 5. Apa ada faktor-faktor individu yang berpengaruh 6. Cari kemungkinan lain di luar pekerjaan 7. Penyakit akibat kerja, atau penyakit bukan akibat kerja: a. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerja b. Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan Dasar membuat diagnosis penyakit akibat hubungan kerja Membedakan: Pajanan ditempat kerja menyebabkan penyakit Pajanan ditempat kerja merupakan salah satu penyebab bermakna bersama dengan faktor risiko lain Pajanan ditempat kerja memperberat penyakit yang sudah diderita sebelumnya

1. Diagnosis klinis - lakukanlah sesuai prosedur medis yang berlaku - bila perlu lakukan: * pemeriksaan penunjang /tambahan * rujukan informasi ke spesialis lain 2. Pajanan yang dialami Pajanan saat ini dan pajanan sebelumnya Beberapa pajanan -> 1 penyakit atau sebailknya Lakukan anamnesis (lebih bernilai bila ditunjang data obyektif): * deskripsi pekerjaan secara kronologis * periode waktu kerja masing-masing * apa yang diproduksi * bahan yang digunakan * cara bekerja 3. Apa ada hubungan pajanan dengan penyakit - Lakukan identifikasi pajanan - Evidence based: pajanan-penyakit - Bila tidak ada: pengalaman -> penelitian awal 4. Jumlah pajanan cukup? - Perlu mengetahui patifisiologi penyakit & bukti epidemiologis - Dapat dengan pengamatan kualitatif -> cara kerja, proses kerja, bagaimana lingkungan kerja - Masa kerja - Pemakaian alat pelindung sesuai/tepat? 5. Faktor individu berperan - Berapa besar berperan? - Riwayat atopi/alergi - Riwayat penyakit dalam keluarga - Hiegene perorangan 6. Faktor lain di luar pekerjaan Pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit -> Bukan faktor pekerjaan - Rokok, pajanan di rumah, hobi 7. Menentukan diagnosis PAK - Kaji semua langkah-langkah - Bukti + referensi -> PAK? - Ada hubungan sebab akibat pajanan-penyakit & faktor pekerjaan faktor yang dianggap paling bermakna terhadap terjadinya penyakit -> diagnosis PAK Langkah-langkah medis 1. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan a. Riwayat penyakit sekarang deskrispsikan keluhan dengan perjalanan penyakit b. Riwayat penyakit dahulu c. Riwayat pekerjaan: - faktor di tempat kerja - riwayat penyakit dan gejala - riwayat pekerjaan dari dulu sampai saat ini (jenis kerja, waktu, lama, hasil produksi, bahan yang dipakai, dll) # Anamnesis pekerjaan - Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis - Waktu

- Lamanya bekerja per hari dan masa kerja - Apa yang diproduksi - Bahan apa yang digunakan - Jumlah pajanan (kuantitatif) - Alat pelindung diri yang digunakan - Hubungan gejala dengan waktu kerja - Pengaruh terhadap pekerjaan lain - Menurut pekerja apa keluhan ada hubungan dengan pekerjaan 2. Pemeriksaan klinis 3. Pemeriksaan lab (darah urin, faeses) 4. Pemeriksaan rontgen untuk paru-paru 5. Pemeriksaan tempat kerja - faktor penyebab - hasil pengukuran 6. Diagnosis kerja & diagnosis differensial 7. Diagnosis okupasi: Ada hubungan diagnosis kerja dengan pekerjaan/proses kerja/lingkungan kerja Penatalaksanaan PAK: A. Terapi medikamentosa: - Terhadap kasual (bila mungkin) - Pada umumnya PAK/PAHK irreversibel, sehingga terapi sering kali hanya secara simptomatis saja contoh: silikosis (irreversibel), terapi hanya mengatasi sesak nafas, nyeri dada Prinsip: lebih baik mencegah PAK/PAHK B. Terapi okupasi: - Pindah ke bagian yang tidak terpapar - Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik Prinsip pencegahan Pencegahan awal (primer) - penyuluhan - perilaku K3 yang baik - olahraga Pencegahan setempat (sekunder) - pengendalian melalui undang-undang - pengendalian melalui administrasi/organisasi - pengendalian secara teknis (substitusi, ventilasi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri) Pencegahan dini (tertier) - pemeriksaan kesehatan berkala Penatalaksanaan kasus -> cepat dan tepat Upaya rehabilitasi Rujukan 1. Rujukan kasus: diagnosis, terapi, perawatan 2. Rujukan untuk mendapatkan informasi lebih lengkap 3. Rujukan untuk pengendalian di perusahaan - Pengelolaan penyakit akibat kerja: deteksi dini PAK, pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus

- Pelayanan kesehatan: Promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif - Penilaian potential hazard di tempat kerja - Pengendalian lingkungan kerja - Surveilans PAK
http://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/langkah-diagnosis-penyakit-akibat-kerja/ http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1432/1/07002746.pdf

Anda mungkin juga menyukai