Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KELUARGA TERHADAP KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERCULOSIS DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU YOGYAKARTA

Yudhitya Afif Nugraha1, dr. Oryzati Hilman, MSc CMFM2 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

1 2

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dosen Bagian Kedokteran Keluarga Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

INTISARI Keluarga mempunyai pengaruh yang amat besar dalam berbagai tindakan kedokteran yang akan dilakukan, baik diagnosis, pencegahan penyakit, pengobatan maupun perawatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peranan dan pengaruh keluarga terhadap keberhasilan pengobatan terhadap pasien tuberculosis di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Kodya Jenis penelitian ini adalah cross sectional. Pengukuran dan pengambilan data dilakukan secara cross sectional restropektif. Sampel diambil dari pasien Tuberculosis di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Kodya Yogyakarta. Jumlah responden sebanyak 30 orang. Penelitian ini menggunakan lembar data penelitian bentuk keluarga dan sumber daya keluarga SCREEM (Social, Cultural, Religion, Economic, Education, Medical ) yang akan diisi berdasarkan hasil wawancara langsung oleh peneliti kepada keluarga atau penderita Tuberculosis yang mempunyai kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Data diolah dan dianalisis menggunakan uji statistik Chi Square Test. Angka signifikan yang didapatkan dari tabel olah data selain jenis kelamin menunjukan signifikan > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan secara statistic antara bentuk keluarga, social, budaya, agama, ekonomi, edukasi, kesehatan, IMT, penghasilan dan lingkungan rumah dengan keberhasilan pengobatan TB. Tidak ada hubungan yang signifikan antara bentuk keluarga dan sumber daya keluarga yang diukur dari lembar data penelitian dan SCREEM tools dengan keberhasilan pengobatan TB diukur dari sembuh atau tidak sembuh. Jumlah keberhasilan pengobatan TB didapatkan lebih banyak pada pasien dengan keluarga inti dan memiliki sumber daya keluarga yang tidak patologi jika dibandingkan dengan pasien TB yang tidak sembuh atau gagal.

Kata Kunci : Sumber daya keluarga, Keberhasilan pengobatan, Tuberculosis

ABSTRACT Family has very big influence in so many medical actions which will be done, either diagnosis, disease prevention, curative or treatment. This research done to know how far the family role influence to success therapy to patient tuberculosis in Lungs Clinical Centre Kodya Yogyakarta. This research type is cross sectional. Measurement and retrieval data is done in cross sectional restropektif. Sample is taken from Tuberculosis patient in Lungs Clinical Centre Kodya Yogyakarta (BP4 Yogyakarta). Number of responders are 30. This research applies research data sheet of form of family and family resource SCREEM ( Social, Cultural, Religion, Economic, Education, Medical ) which will be filled based on result of direct interview by researcher to family or Tuberculosis patient having inclusion criteria which has been specified. Data process and analyzed to apply statistic test Chi Square Test. Number significant got from processing data tables besides gender have significant > 0,05 meaning there is no relationship in statistic between form of families, social, culture, religion, economic, education, health, IMT, production and house area with success of therapy TB. There is no relationship significant between family form and family resource measured from research data sheet and SCREEM tools with success therapy of TB measure from recovering or doesn't recover. Number of success of therapies of TB got to be more at patient with nuclear family and had family resource that is is not is pathology if it is compared to patient TB which is not recovered or failed. Keyword : Family resource, Therapy success, Tuberculosis

PENDAHULUAN Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya atau ibu dengan anaknya (UU No. 10 tahun 1992). Keluarga mempunyai pengaruh yang amat besar dalam berbagai tindakan kedokteran yang akan dilakukan, baik diagnosis, pencegahan penyakit, pengobatan maupun perawatan (Marby, 1964). Disebutkan bahwa pengaruh keluarga terhadap diagnosis penyakit adalah sebagai tempat bertanya pertama. Tergantung dari pendapat yang disampaikan oleh keluarga, maka persepsi penderita tentang diagnosis penyakit akan berbeda. Kesemuanya ini menentukan perilaku pengobatan dan ataupun perawatan penyakit selanjutnya. Hal yang sama juga berlaku untuk tindakan pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan. Jika keluarga bersedia membantu pengobatan dan perawatan penderita (moril dan ataupun materiel), maka beban penderita akan berkurang dan karena itu kesembuhan penyakit akan dapat dipercepat (Azrul Azwar, 1996). Sesungguhnya keadaan keluarga secara keseluruhan memang mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap kesehatan setiap anggota keluarga (Mc Whinney, 1981). Proses penyembuhan penyakit kronis jauh lebih baik pada keluarga dengan fungsi keluarga yang sehat daripada keluarga dengan fungsi keluarga yang sakit (Pless and Satterwhite, 1973). Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, angka kejadian Tuberculosis dengan BTA positif adalah 3 orang tiap 1000 penduduk. Sehingga diperkirakan 1 orang penderita akan menularkan Tuberculosis kepada 10-15 orang disekitarnya. Tercatat di Yogyakarta tedapat 469 penderita TBC, 266 diantaranya adalah penderita TBC baru yang menular. Data ini diambil dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2006. pengobatan TBC membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus dilaksanakan secara teratur agar tidak terjadi kegagalan dalam pengobatan. Di banyak negara ada beberapa dokter yang memberikan pengobatan buruk atau tidak adekuat sehingga mungkin terjadi : kegagalan untuk menyembuhkan pasien; kuman Tuberculosis yang kebal obat pada pasien sehingga menyukarkan orang lain manapun untuk menyembuhkan; pasien tetap hidup dan (setidak-tidaknya untuk beberapa waktu) menularkan, mungkin dengan kuman resisten, sehingga menyebarkan penyakit itu kepada

orang lain. Maka, pengobatan buruk diakibatkan oleh kedokteran buruk dan oleh kesehatan masyarakat yang buruk pula (Crofton, dkk., 2002). Keberhasilan pengobatan Tuberculosis sangat ditentukan oleh banyak hal. Salah satunya dukungan dari keluarga penderita. Ditinjau dari hal ini maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pengaruh keluarga dalam keberhasilan pengobatan Tuberculosis di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan dan pengaruh keluarga terhadap keberhasilan pengobatan terhadap pasien tuberculosis di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Pengukuran dan pengambilan data dilakukan secara cross sectional retrospektif. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru Kodya Yogyakarta dan home visit ke rumah pasien Tuberculosis. Adapun waktu penelitian adalah selama bulan Desember 2007 hingga Februari 2008. Subyek Penelitian Sampel diambil dari pasien Tuberculosis di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Kodya Yogyakarta. Jumlah responden sebanyak 30 orang. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas Peran keluarga yang ditinjau dari : Bentuk keluarga, sumber daya keluarga 2. Variabel tergantung Keberhasilan pengobatan TB yang dinilai dari sembuh (BTA -) dan tidak sembuh (BTA +).

3. Variabel pengganggu Lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, status gizi, kepatuhan meminum obat, derajat / komplikasi TB, tempat pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden. Peneliti menggunakan lembar data penelitian dan wawancara langsung kepada responden untuk mengumpulkan data. Pengolahan Data Data data hasil jawaban diolah dengan langkah langkah sebagai berikut : 1. Editing Memeriksa data, jawaban, memperjelas, serta melakukan pengecekan terhadap data yang telah dikumpulkan. 2. Coding Memberikan kode jawaban menggunakan angka untuk memudahkan dalam analisis. 3. Tabulasi Proses tabulasi dapat dilakukan dengan komputerisasi, sehingga data tersususn dengan baik dan dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan dilata untuk disajikan dan dianalisis. Teknik Analisis Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh keluarga dengan keberhasilan pengobatan Tuberculosis, maka digunakan uji statistik Chi Square Test. HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Responden Tiga puluh responden telah diambil datanya dengan cara wawancara langsung baik home visit ataupun ketika responden datang ke Balai Pengobatan Penyakit Paru

Paru kodya untuk control penyakitnya setelah dilakukan pengobatan selama 6 bulan sesuai dengan program DOTS. Setelah dilakukan pengambilan data untuk mengetahui bentuk keluarga dan sumber daya keluarga SCREEM dengan cara wawancara langsung menggunakan lembar data penelitian dan SCREEM tools untuk analisis keluarga, didapatkan hasil sebagai berikut : Patient of TB Success of theraphy Recover 25 (83,3%) Recover 17 (68%) 8 (32%) 23 (92%) 2 (8%) 24 (96%) 1 (4%) 19 (76%) 6 (24%) 7 (28%) 18 (72%) 9 (36%) 16 (64%) 25 (100%) 0 (0%) 13 (52%) 12 (48%) 2 (8%) 11 (44%) 12 (48%) 13 (52%) 8 (32%) 3 (12%) 0 (0%) 1 (4%) 0 (0%) 17 (68%) 8 (32%) Failed 5 (16,7%) Sig. 0,236 0,513 0,190 0,847 0,166 0,317 0,032 0,710

Variabel Nuclear family Extended family Social resourches Social patologi Cultural resourches Cultural patologi Religion resourches Religion patologi Economy resourches Economy patologi Education resourches Education patologi Medical resourches Medical patologi Woman Man IMT BB IMT BB normal IMT BB < 500 rb 500 rb 1 jt 1 jt 3 jt 3 jt 5 jt 5 jt 10 jt > 10jt Healthy house Patologi house

0,896

0,593

PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bentuk keluarga dan sumber daya keluarga SCREEM yang diambil dengan lembar data penelitian dan SCREEM tools kemudian diukur patologi atau tidak patologi dengan keberhasilan pengobatan Tuberculosis Paru Paru yang diukur dengan sembuh atau tidak sembuh setelah mendapat pengobatan selama 6 bulan. Sebuah data akan menunjukan adanya hubungan yang bermakna secara statistic jika angka signifikansi <0,05 yang berarti Ha diterima. Ha Keluarga berhubungan dengan keberhasilan pengobatan TB. Tetapi jika angka signifikansi > 0,05 maka yang berlaku adalah H0 Keluarga tidak berhubungan dengan keberhasilan pengobatan TB. Angka signifikan secara statistic < 0,05 hanya didapatkan pada jenis kelamin dengan keberhasilan pengobatan yang berarti ada hubungan dan pengaruh antara jenis kelamin dengan keberhasilan pengobatan pasien TB. Angka signifikan yang didapatkan dari tabel olah data selain jenis kelamin menunjukan signifikan > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan secara statistic antara bentuk keluarga, social, budaya, agama, ekonomi, edukasi, kesehatan, IMT, penghasilan dan lingkungan rumah dengan keberhasilan pengobatan TB. Tidak berhubungan secara statistic disini bukan berarti tidak ada pengaruh antara kedua variable yang dihubungkan, bisa saja ada pengaruh tetapi tidak ada hubungan yang signifikan secara statistic. Meskipun dalam penelitian ini tidak dapat dibuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan secara statistic antara bentuk keluarga dan sumber daya keluarga dengan keberhasilan pengobatan TB. Namun tidaklah dapat dipungkiri , bahwa dari 25 responden yang sembuh, 17(68%) responden berasal dari keluarga inti, 23(92%) dari social tidak patologi, 24(96%) dari budaya tidak patologi, 19(76%) dari agama tidak patologi, 25(100%) kesehatan tidak patologi. Ini artinya persentase angka keberhasilan pengobatan adalah lebih besar pada keluarga inti dan social, budaya, agama, kesehatan tidak patologi. Pada variable ekonomi sembuh 18(72%) dari ekonomi patologi dan pendidikan sembuh 16(64%) dari pendidikan patologi menunjukan angka yang menarik yaitu persentasi angka kesembuhan lebih tinggi pada keadaan keluarga dengan ekonomi dan pendidikan patologi. Hal ini dapat di analisis yang pertama adalah pada banyak pasien

TB banyak berasal dari keluarga dengan keadaan ekonomi dan pendidikan yang patologi sehingga persentasi angka kesembuhan dari keluarga dengan ekonomi dan pendidikan patologi lebih tinggi dibandingkan angka kesembuhan dari keluarga dengan ekonomi dan pendidikan tidak patologi. Yang kedua adalah keadaan ekonomi keluarga dan pasien TB tidak berpengaruh pada keberhasilan pengobatan karena di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Yogyakarta terdapat program DOTS pemerintah yang artinya pemerintah memberikan pengobatan gratis kepada semua pasien TB agar mendapat kesembuhan bahkan pada pasien yang dinyatakan telah sembuh akan diberikan reward sejumlah Rp 500 000,-. Hal ini kemudian akan berpengaruh bahwa pasien dengan keadaan ekonomi patologi tidak berhubungan terhadap keberhasilan pengobatan dari variable ekonomi. Pada data sumber daya kesehatan didapatkan angka total responden memiliki sumber daya kesehatan atau kesehatan tidak patologi, sehingga data tidak dapat dinilai secara statistic karena tidak ada pembanding. Hal ini dapat dianalisis yaitu karena pemerintah memiliki program pemberantasan TB sehingga untuk pengobatannya pasien tidak perlu mengeluarkan biaya bahkan pemerintah memberikan uang Rp 500 000,kepada pasien yang telah dinyatakan sembuh, maka hal ini adalah merupakan sumber daya bagi pasien TB yang menjalani pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru Yogyakarta. Beberapa kemungkinan yang membuat penelitian ini tidak bermakna secara statistic adalah pengambilan data hanya satu waktu, sehingga ada kemungkinan data kurang valid, adanya bias yang tidak diteliti seperti factor status gizi saat memulai pengobatan, kepatuhan meminum obat, dan factor factor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain : 1. tidak ada hubungan yang signifikan antara bentuk keluarga dan sumber daya keluarga yang diukur dari lembar data penelitian dan SCREEM tools dengan keberhasilan pengobatan TB diukur dari sembuh atau tidak sembuh. 2. jumlah keberhasilan pengobatan TB didapatkan lebih banyak pada pasien dengan keluarga inti dan memiliki sumber daya keluarga yang tidak patologi jika dibandingkan dengan pasien TB yang tidak sembuh atau gagal.

Anda mungkin juga menyukai