Anda di halaman 1dari 57

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Materi :

Mekanisme pemungutan PPN Penyerahan Barang Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak Pemakaian sendiri dan Cuma-Cuma Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

MEKANISME PEMUNGUTAN PPN

Legal Character

PPN merupakan Pajak Tidak Langsung Pajak Objektif Multi Stage Tax Mekanisme Pemungutan Menggunakan Faktur Pajak Pajak Konsumsi Umum Dalam Negeri Bersifat Netral Tidak menimbulkan pajak berganda

MEKANISME PEMUNGUTAN PPN

Setiap PKP yang menyerahkan BKP atau JKP diwajibkan membuat Faktur Pajak untuk memungut pajak yang terutang. Pajak yang dapat dipungut disebut Pajak Keluaran (output tax).
Pada saat suatu PKP membeli/menerima BKP atau JKP dari PKP lain, maka PKP pemberli/penerima membayar pajak yang terutang kepada negara lewat PKP penjual. Pajak yang dibayar disebut Pajak Masukan (input tax). Pada akhir masa pajak, Pajak Masukan dapat dikreditkan terhadap Pajak Keluaran. Jika Pajak Keluaran > Pajak Masukan, berarti kurang bayar, harus dibayar ke Kas Negara paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).

Mekanisme PPN

Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan, maka

selisihnya

harus

disetor ke Kas Negara selambat-

lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. Dan sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran, maka selisih tersebut dapat diminta kembali (restitusi) atau di kompensasi ke masa pajak berikutnya.

Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan Laporan Perhitungan PPN setiap bulan (SPT Masa PPN) ke

Kantor Pelayanan Pajak terkait selambat-lambatnya tanggal


20 bulan berikutnya

Mekanisme PPN

Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) wajib memungut PPN dari pembeli/penerima BKP/JKP yang bersangkutan sebesar 10% dari Harga Jual atau penggantian, dan membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutannya. PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak Keluaran bagi PKP Penjual BKP/JKP, yang sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (hutang pajak).

Mekanisme PPN
Pada waktu PKP melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yang dikenakan PPN, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan yang sifatnya sebagai pajak yang dibayar di muka, sepanjang BKP/JKP yang dibeli tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.

Definisi

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan oleh Ditjen Bea Cukai. Pajak Masukan (PM) adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP/JKP dan atau pemanfaatan BKP tak berwujud/JKP dari luar daerah pabean dan atau impor BKP.
Pajak Keluaran (PK) adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP atau ekspor BKP. 9

SKEMA MEKANISME PPN


Penyerahan BKP/JKP Membuat Faktur Pajak

Penjual/Pengusaha Jasa Pemotong Pajak

Pembeli/Penerima Jasa Pemikul Beban Pajak

PPN dicatat sbg PK


PPN

PPN dicatat sbg PM

PPN disetor ke negara

(PK-PM)
10

Objek PPN
a.

b.

PASAL 4 AYAT (1)

c.

d.

e.

f.

g.

h.

penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha impor BKP penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak

Objek PPN : Kegiatan Membangun Sendiri

PASAL 16C

yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan

Objek PPN :
Penyerahan Aktiva Yang Menurut Tujuan Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan

PASAL 16D

dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c UU PPN

Kata Kunci
a. b. c. d. e.

Barang Kena Pajak Jasa Kena Pajak Pengusaha Pengusaha Kena Pajak Daerah Pabean

Barang Kena Pajak

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang ini Kelompok jenis barang yang tidak kena pajak diatur dalam Pasal 4A ayat (2) UU PPN Jenis barang yang tidak kena pajak diatur dalam Penjelasan Pasal 4A ayat (2) UU PPN

Jasa Kena Pajak

Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang ini Kelompok jenis jasa yang tidak kena pajak diatur dalam Pasal 4A ayat (3) UU PPN Jenis jasa yang tidak kena pajak diatur dalam Penjelasan Pasal 4A ayat (3) UU PPN

Pengusaha

orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan

barang mengimpor barang mengekspor barang melakukan usaha perdagangan memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau

Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan / atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang ini

Daerah Pabean

wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan

Objek PPN

Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Contoh : PT Indo Semen (perusahaan pabrikan semen) menyerahkan semen kepada pembelinya di Dalam Negeri Impor Barang Kena Pajak. Contoh : PT Astra Internasional melakukan impor Mobil Toyota dari Jepang. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Contoh : PT Multi Utama (perusahaan konsultan pajak) menyerahkan jasa konsultasi pajak kepada kliennya di Dalam Negeri.

Objek PPN

Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. Contoh : PT Coca Cola Indonesia (perusahaan pabrikan minuman ringan) menggunakan hak merek "Coca Cola" milik Coca Cola, Corp. di Amerika. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean Contoh : PT Garuda Indonesia (perusahaan maskapai penerbangan) menggunakan jasa konsultan manajemen dari perusahaan konsultan Jerman. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. Contoh : PT Tekstil Indonesia (perusahaan eksportir tekstil yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak) melakukan ekspor produk tekstil ke Arab Saudi.

PENYERAHAN

BARANG KENA PAJAK

Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian Pengalihan BKP karena perjanjian sewa beli dan leasing Pengalihan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang

Pemakaian sendiri dan pemberian Cuma-Cuma


Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa saat pembubaran perusahaan sepanjang PPN masukannya dapat dikreditkan Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan antar cabang

Penyerahan BKP secara konsinyasi

PEMAKAIAN SENDIRI DAN PEMBERIAN CUMA-CUMA

Dasar hukum

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 Pasal 5 adalah masalah PPN atas pemakaian sendiri.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: KEP-87/PJ./2002

Pemakaian Barang Kena Pajak dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak untuk tujuan produktif belum merupakan penyerahan Barang Kena Pajak untuk tujuan produktif belum merupakan penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak sehingga tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Definisi Pemakaian Sendiri

Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak adalah pemakaian Barang Kena Pajak untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawannya, baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri. Pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak adalah pemakaian Jasa Kena Pajak untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawannya

Definisi

Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif adalah pemakaian BKP/JKP yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya atau untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang meliputi kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen. pemakaian sendiri untuk tujuan konsumtif adalah pemakaian BKP/JKP yang tidak ada kaitan dengan kegiatan produksi selanjutnya atau untuk kegiatan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang meliputi kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen.

Contoh pemakaian sendiri untuk tujuan konsumtif

Pabrikan minuman ringan menggunakan hasil produksinya untuk konsumsi karyawan atau para tamu Pabrikan sepatu dalam rangka promosi membeli topi dengan logo merek sepatu pabrik tersebut dan sebagian dibagikan kepada karyawannya. Perusahaan telekomunikasi selular memberikan fasilitas bebas biaya telepon selular kepada para direksinya

Contoh pemakaian sendiri untuk tujuan produktif


yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan: Pabrikan truk mempergunakan sendiri truk yang diproduksinya untuk kegiatan usaha mengangkut suku cadang. Pabrikan minyak kelapa sawit menggunakan limbahnya berupa kulit dari inti sawit sebagai pengeras jalan di lingkungan pabrik Perusahaan telekomunikasi menggunakan saluran teleponnya untuk kegiatan operasional perusahaan dalam berkomunikasi dengan mitra bisnisnya.

Contoh pemakaian BKP/JKP untuk tujuan produktif


yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya: Pabrikan minyak kelapa sawit menggunakan limbahnya berupa kulit dari inti sawit sebagai bahan pembakaran boiler dalam proses pabrikasi Pabrikan kayu lapis (plywood) menggunakan hasil produksinya berupa kayu lapis (plywood) untuk membungkus kayu lapis (plywood) yang akan dipasarkan agar tidak rusak Perusahaan telekomunikasi menggunakan sambungan saluran teleponnya untuk melakukan penyerahan jasa provider internet kepada konsumennya

Perlakuan Pajak

Perlakuan PPN atas pemakaian sendiri untuk tujuan produktif dan tujuan konsumtif berbeda. Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak dilakukan pemungutan PPN atau PPnBM, kecuali pemakaian sendiri digunakan untuk penyerahan yang tidak terutang PPN, atau mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan.

Perlakuan Pajak

Tidak dilakukannya pemungutan PPN untuk pemakaian sendiri tujuan produktif dimaksudkan untuk kemudahan administrasi karena PPN atas pemakaian sendiri untuk tujuan produktif nantinya dapat dikreditkan kembali. Jadi, sebenarnya pemakaian sendiri untuk tujuan produktif sebenarnya tetap terutang PPN

Contoh

Pabrik ban yang menggunakan ban hasil produksinya untuk pengangkutan hasil produksi bannya. Pemakaian sendiri ini tidak perlu dipungut PPN. Sedangkan pemakaian sendiri ban untuk kendaraan yang digunakan kegiatan jasa angkutan umum, harus dipungut PPN karena jasa angkutan umum tidak dikenakan PPN.

Perbedaan KEP-87/PJ/2022 dengan PP No 1 Tahun 2012


KEP-87/PJ/2002 : pemakaian sendiri untuk tujuan produktif dianggap belum ada penyerahan sehingga tidak terutang PPN PP 1 2012 : pemakaian sendiri untuk tujuan produktif sebenarnya adalah penyerahan yang terutang PPN dan PPN nya bisa dikreditkan Dengan pertimbangan alasan administrasi, maka pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dipungut PPN

Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak bukan untuk tujuan produktif

Pabrikan minuman ringan menggunakan hasil produksinya untuk konsumsi karyawan atau para tamu. Dalam rangka promosi produk sepatu yang baru pabrikan sepatu membeli topi dalam jumlah yang besar. Sebagian dari topi tersebut diberikan untuk konsumsi karyawannya. Perusahaan telekomunikasi selular memberikan fasilitas bebas biaya telepon selular kepada para direksinya.

Pemakaian Barang Kena Pajak untuk tujuan produktif yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pegusaha yang bersangkutan

Pabrikan mobil/truck mempergunakan sendiri truck yang


diproduksinya untuk kegitan usaha mengangkut bahan baku spare parts/barang dagangan dari satu tempat ke

pabriknya atau tempat pembeli.

Perusahaan

telekomunikasi

menggunakan

saluran

teleponnya untuk kegiatan operasional perusahaan dalam berkomunikasi dengan mitra bisnisnya

Pemakaian Barang Kena Pajak untuk tujuan produktif yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya

Pabrikan kayu lapis/plywood menggunakan hasil produksinya berupa kayu lapis/plywood untuk membungkus kayu

lapis/plywood yang akan dipasarkan agar tidak rusak.

Perusahaan

telekomunikasi

melalui

sambungan

saluran

teleponnya selain menyediakan jasa komunikasi melalui telepon

juga menyediakan jasa provider internet bagi konsumennya.

Contoh pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak

Pabrikan mie instan memberikan bantuan berupa mie instan hasil produksinya kepada korban bencana alam.

Pabrikan mie instan memberikan contoh produknya kepada para relasi.

Pabrikan shampo memberikan 1 sabun mandi untuk setiap penjualan 1 botol produk shamponya.

PENGUSAHA KENA PAJAK

Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang. Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Barang Kena Pajak berdasarkan Pasal 4a UU No. 18 Tahun 2000


1.

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya barang-barang kebutuhan pokok dibutuhkan oleh rakyat banyak; yang sangat

2.

3.

makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya;

4.

uang, emas batangan, dan surat-surat berharga

Jasa Kena Pajak berdasarkan Pasal 4a UU No. 18 Tahun 2000


1.

2.
3. 4.

5. 6. 7.

jasa di bidang pelayanan kesehatan medik; jasa di bidang pelayanan sosial; jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko; jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi; jasa di bidang keagamaan; jasa di bidang pendidikan; jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan;

8. 9. 10. 11.

jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan; jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air; jasa di bidang tenaga kerja; jasa di bidang perhotelan;

12.

jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.

TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK

Cara Menghitung PPN

PPN terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain

Tarif PPN

Tarif PPN adalah 10% Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas :


Ekspor

BKP Berwujud Ekspor BKP Tidak Berwujud Ekspor JKP

Tarif pajak 10% dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah


Harga

jual Penggantian Nilai Impor Nilai Ekspor Nilai Lain

yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang

Harga Jual

nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak

Penggantian

nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

Nilai Impor

adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini

Nilai Ekspor

nilai berupa uang, biaya yang diminta diminta oleh eksportir

termasuk semua atau seharusnya

Nilai Lain PMK No. 75/PMK.03/2010

untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran

Nilai Lain PMK No. 75/PMK.03/2010

untuk BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli untuk penyerahan BKP melalui juru lelang adalah harga lelang juntuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih

Nilai Lain PMK No. 75/PMK.03/2010

Pajak Masukan yang berhubungan dengan penyerahan jasa oleh pengusaha jasa pengiriman paket dan pengusaha jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata tidak dapat dikreditkan Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan perkiraan harga jual rata-rata media rekaman suara atau gambar perkiraan hasil rata-rata per judul film harga jual eceran produk hasil tembakau dalam rangka penerapan Nilai Lain, diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

1.Pada bulan September 2010, PT ABADI melakukan penyerahan BKP sebesar Rp 100 Milyar, PPN yang dipungut sebesar 10% atau Rp 10 Milyar. Pembelian BKP/JKP yang dilakukan PT ABADI adalah Rp 80 Milyar, sehingga PPN yang dibayar atas pembelian BKP/JKP tersebut sebesar 10 % dari 80 Milyar atau Rp 8 Milyar. Penghitungan dan pengkreditan PPN yang dilakukan PT ABADI untuk Masa Pajak September 2010 adalah: Pajak Keluaran Rp10 Milyar Pajak Masukan Rp8 Milyar PPN Kurang bayarRp2 Milyar Jumlah PPN kurang bayar sebesar Rp 2 Milyar tersebut harus disetorkan ke kas negara melalui Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 Oktober 2010. Dan penghitungan tersebut dituangkan dalam SPT Masa PPN Masa September 2010 yang harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana PT. ABADI terdaftar paling lambat tanggal 20 Oktober 2010.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai