Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja kita akan berhadapan dengan masalah-masalah terutama dengan material yang di gunakan dalam kegiatan indutri. Material sangat mendukung hasil kerja nantinya. Sebagai contoh, apabila material kita mangalami kerusakan maka hal ini dapat mengakibatkan terganggunya kerja kita nantinya. Secara umum kerusakan material di dalam dunia indutri di sebabkan oleh adanya peristiwa korosi pada material tersebut. Korosi merupakan suatu masalah besar yang tidak dapat di hilangkan. Tetapi korosi hanya dapat di perlambat timbulnya dari korosi tersebut. Untuk itu sebagai mahasiswa Teknik Mesi kita harus bisa mengetahui apa-apa saja yang mengakibatkan terjadinya korosi, jenis-jenis korosi yang terjadi pada material tersebut serta cara mencegah dan menimalisir terjadinya korosi tersebut.

1.2 Tujuan Mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi pada proses korosi

1.3 Manfaat Dengan adanya praktikum korosi ini, di harapkan kita dapat mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi pada peristiwa korosi. Selain itu juga di harapkan kita juga dapat mengetahui jenis-jenis korosi dan cara mengatasinya.

68

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Khusus Secara umum defenisi dari korosi adalah perusakan material secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Selain itu korosi juga di definisikan sebagai degradasi material (logam dan paduannya) akibat reaksi kimia dengan lingkungan. Contoh perusakan kimia adalah pengkaratan yang terjadi akibat gas pada temperature tinggi, sedangkan reaksi elektrokimia dapat di lihat pada sel galvanic.

Adapun syarat terjadinya korosi adalah : Adanya katoda Adanya anoda Adanya lingkungan

Tanpa adanya salah satu syarat di atas maka korosi tidak akan terjadi. Korosi tidak dapat di hilangkan tetapi hanya dapat di minimalisir

pertumbuhannya.

Pada proses korosi ada dua reaksi yang menyebabakan terjadinya korosi yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Pada reaksi oksidasi akan terjadi pelepasan elektron oleh material yang lebih bersifat anodik. Sedangkan reaksi reduksi adalah pemakaian elektron oleh material yang lebih bersifat katodik. Proses korosi secara galvanis dapat kita lihat pada gambar berikut :

69

Pada reaksi di atas dapat kita lihat dimana Cu bertindak sebagai katoda mengalami pertambahan massa dengan melekatnya electron pada Cu. Sedangkan Zn bertindak sebagai anoda, dimana terjadinya pengurangan massa Zn yang di tandai dengan lepasnya electron dari Zn. Peristiwa pelepasan dan penerimaan elektron ini harus mempunyai lingkungan, dimana yang menjadi lingkungan adalah Asam Sulfat. Jika ada dua buah unsur yang di celupkan dalam larutan elektrolit yang di hubungkan dengan sumber arus maka yang akan mengalami korosi adalah material yang lebih anodik. Untuk mengetahui unsur yang lebih anodik dan lebih katodik dapat kita lihat pada deret Volta. Berikut deret Volta : K Ca Na Mn Al Zn Fe Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au Anodik Katodik

Selain contoh reaksi sebelumnya kita juga dapat lihat peristiwa korosi lainnya yaitu pada peristiwa perkaratan (korosi) logam Fe mengalami oksidasi dan oksigen (udara) mengalami reduksi. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3 . xH2O dan berwarna coklat-merah. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anoda, dimana besi mengalami oksidasi. Fe(s) -----> Fe2+(aq) +2e E=+0,44V E=+0,40V

O2(g) + 2H2O(l) +4e ----> 4OH

Ion besi (II) yg terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3 . xH2O. Berdasarkan sifatnya korosi terbagi atas : 1. Korosi Aktif Ciri-ciri dari korosi aktif ini antara lain : Mudah melepaskan ion Mudah menempel di tangan

Contoh : Paku yang berkarat

70

2. Korosi Pasif Ciri-ciri dari korosi pasif ini antara lain : Sulit melepaskan ion Sulit menempel di tangan

Contoh : Korosi pada AL

Jenis-jenis Korosi 1. Uniform or general attack corrosion (korosi seragam) Korosi seragam adalah korosi yang terjadi pada permukaan material akibat bereaksi dengan oksigen Biasanya korosi seragam ini terjadi pada material yang memiliki ukuran butir yang halus dan homogenitas yang tinggi

Gambar Korosi Seragam

Cara pengendalian dari korosi seragam adalah : Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodic Melakukan inhibitas dan cathodic protection

2. Rithing Corossion (Korosi Sumuran atau kawah) Korosi sumuran adalah korosi yang terjadi akibat cacat pada permukaan material seperti celah atau lubang kecil Pada daerah cacat ini akan lebih anodik dibandingkan permukaan material sehingga korosi akan menuju bagian dalam material.

71

Gambar Korosi Sumuran

Cara pengendalian korosi sumuran adalah : Hindari permukaan logam dari cacat goresan Perhalus permukaan material Hindari variasi yang sedikit pada komposisi material

3. Crevice Corrosion (korosi celah) Korosi celah adalah korosi yang di temukan pada daerah berkonsentrasi rendah atau korosi yang terjadi pada celah yan terbentuk akibat pendempetan material. Pada celah, kadar oksigen lebih rendah dari lingkungannya sehingga elektron akan berpindah pada kadar oksigen yang tinggi sehingga terjadi korosi. Korosi celah sering terjadi pada sambungan paku.

72

Cara pengendalian korosi celah : Hindari pemakaian sambungan paku keling atau baut, gunakan sambungan las Gunakan gasket non absorbing Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara

4. Intergranular Corrosion (korosi batas butir) Korosi batas butir adalah korosi yang terjadi pada atau di sepanjang batas butir dan batas butir bersifat anodik dan bagian tegah butir bersifat katodik. Korosi ini terjadi akibat presipitasi dari pengotor seperti khromium di batas butir, yang menyebabkan batas butir menjadi rentan terhadap serangan korosi. Dimana presipitat crom carbida terbentuk karena karbon meningkat yang ada di sekitarnya, sehingga krom disekitarnya akan berkurang dan terjadi korosi. Proses terbentuknya presipitat karbon karbida disebut sentisiasi. Terjadi pada temperatur 500-800 sehingga kekurangan crom yang memudahkan terjadinya korosi.

Cara pengendalian korosi batas butir adalah : Turunkan kadar Karbon dibawah 0,03% Tambahkan paduan yang dapat mengikat Karbon Pendinginan cepat dari temperatur tinggi Pelarutan karbida melalui pemanasan Hindari Pengelasan

5. Stress Corossion (korosi tegangan) Korosi tegangan adalah korosi yang di sebabkan adanya tegangan tarik yang mengakibatkan terjadinya retak. Tegangan ini di sebabkan pada temperatur dan deformasi yang berbeda.

73

Berikut retak serta bentuk penjalarannya yang di akibatkan oleh korosi tegangan :

Cara pengendalian korosi tegangan adalah : Turunkan besarnya tegangan Turunkan tegangan sisa termal Kurangi beban luar atau perbesar area potongan

6. Errosion Corrosion (korosi erosi) Korosi erosi adalah korosi yang di sebabkan oleh erosi yang mengikis lapisan pelindung material , zat erosi itu dapat berupa fluida yang mengandung material abrasive. Korosi tipe ini sering di temui pada pipa-pipa minyak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi ini antara lain : Jenis logam Perlakuan panas dan arah pergerakan butir Persentase ketidaksamaan, material yang lebih anodik Area permukaan Anodik dan Katodik Temperatur Persentase larutan elektrolit Kesediaan oksigen

74

Cara pengendalian korosi erosi : Menghindari partikel abrasive pada fluida Mengurangi kecepatan aliran fluida

7. Selectif Corrosion Selectif corrosion adalah korosi yang menyerang unsur di dalam logam akibat perbedaan potensial unsur utamanya. Korosi ini di sebabkan karena komposisi yang tidak merata pada material. Korosi ini biasa terjadi pada pipapipa besi cor.

Cara pengendalian selective korosi : Menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun

75

8. Korosi Galvanik Korosi galvanic adalah korosi yang terjadi pada dua logam yang berbeda jenis jika di hubungkan. Korosi ini juga terjadi karena pasangan elektrikal pada dua logam atau paduan logam yang memiliki perbedaan komposisi. Logam yang lebih anodik akan terkorosi sementara logam lainnya yang lebih katodik akan terlindungi. Posisi logam pada deret volta akan menentukan apakan suatu logam lebih anodik atau katodik

Pengendalian korosi galvanic adalah : Hindari pemakaian 2 jenis logam yang berbeda Pergunakan logam yang lebih anodik dengan rasio yang lebih besar dibanding logam katodik Lapisi pada pertemuan dua logam yang berbeda jenis Gunakan logam ketiga yang lebih anodik

76

Metoda-metoda yang di lakukan dalam pengendalian korosi adalah : 1. Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan katoda 2. Mengisolasi logam dari lingkungannya 3. Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan mineralisasi 4. Mengurangi oksigen yang larut dalam air 5. Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis 6. Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan 7. Mencegah celah atau menutup celah 8. Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan.

77

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-Alat yang Digunakan 1. 2. 3. 4. Timbangan Gelas Reaksi Stopwatch Larutan Kimia

3.2 Skema Alat

3.3 Prosedur Percobaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Timbang berat awal spesimen Masukan larutan kimia ke dalam gelas reaksi Susun spesimen dan variasikan voltasenya dan catat waktunya Amati apa yang terjadi Bersihkan spesimen dan timbang kembali Ukur berat selisih spesimen

78

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan Waktu(menit) 10 15 10 15 Voltase 10 10 12,5 12,5 Spesimen Cu Al Cu Al Cu Al Cu Al Mo(gr) 5,87 5,55 5,87 4,89 5,87 4,02 5,87 2,91 M1(gr) 5,91 4,89 5,90 4,02 5,97 2,91 5,99 1,93 M(gr) 0,04 0,66 0,03 0,87 0,1 1,11 0,12 0,98

4.2 Perhitungan M LK = t 1. Voltase 10 Volt Cu M = 0,04 gr t = 600 s 0.04 gr LK1 = = 6,6 . 10-5 gr/s 600s M = 0,03 gr t = 900 s 0.03gr LK2 = = 3,3 . 10-5 gr/s 900s Al M = 0,66 gr t = 600 s 0.66 gr LK1 = = 1,1 . 10-3 gr/s 600s M = 0,87 gr LK2 = t = 900 s
0.87 gr = 9,67 . 10-4 gr/s 900s

79

2. Voltase 12,5 Volt Cu M = 0,04 gr t = 600 s 0.04 gr LK1 = = 6,6 . 10-5 gr/s 600s M = 0,03 gr t = 900 s 0.03gr LK2 = = 3,3 . 10-5 gr/s 900s Al M = 0,66 gr t = 600 s 0.66 gr LK1 = = 1,1 . 10-3 gr/s 600s M = 0,87 gr LK2 = t = 900 s
0.87 gr = 9,67 . 10-4 gr/s 900s

80

4.3 Grafik Hasil Pengujian

Tembaga (Cu)
18 16 14 12 LK 10 8 6 4 2 0 600 900 10 V 12,5 V

Aluminium (Al)
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 600 900

L K

10 V 12,5 V

81

TUGAS SEBELUM PRATIKUM

1. Korosi galvanic adalah korosi yang terjadi pada dua logam yang berbeda jenis jika di hubungkan. Korosi ini juga terjadi karena pasangan elektrikal pada dua logam atau paduan logam yang memiliki perbedaan komposisi. Logam yang lebih anodik akan terkorosi sementara logam lainnya yang lebih katodik akan terlindungi. Posisi logam pada deret volta akan menentukan apakan suatu logam lebih anodik atau katodik. 2. Korosi batas butir adalah korosi yang terjadi pada atau di sepanjang batas butir dan batas butir bersifat anodik dan bagian tegah butir bersifat katodik. Korosi ini terjadi akibat presipitasi dari pengotor seperti khromium di batas butir, yang menyebabkan batas butir menjadi rentan terhadap serangan korosi. Dimana presipitat crom carbida terbentuk karena karbon meningkat yang ada di sekitarnya,sehingga krom disekitarnya akan berkurang dan terjadi korosi. 3. jenis korosi pada baja tipe austetik jika baja mengalami pengelasan adalah korosi intergranular dengan kecenderungan dari batas butir mengalami serangan anodic setempat. Baja tahan karat biasanya terlindungi oleh selaput pesivasi CoO3. setelah dipanaskan dan didinginkan mengakibatkan krom dekat batas butir turun hingga 12% dan perlindungannya dari oksidasi pasif dan mereka relative bersifat anodic terhadap bagian dalam butir. 4. Teknik yang cocok agar baja tahan karat telah tahan karat lagi setelah pengelasan. Dapat dihindari dengan pendinginan cepat dan cara ini memungkinkan terjadi

82

Anda mungkin juga menyukai