Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Bahan-bahan pada saat ini, khususnya logam semakin baik dan rumit

dalam proses pembuatannya. Logam tersebut selanjutnya akan digunakan pada peralatan modern dengan kekuatan Impack dan ketahanan fatigue yang tinggi. Hal ini disebabkan meningkatnya kecepatan putar dan pergerakan linear serta peningkatan frekuensi dan pembebanan pada komponen. Untukmendapatkan kekuatan dari bahan tersebut dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas (Heat Treatment) 1.2 1. 2. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah: Mempelajari prosedur perlakuan panas Mengetahui pengaruh perlakuan panas dan media celup terhadap kekerasan logam 1.3 Manfaat Adapun manfaat yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat mekanik yang bisa didapatkan setelah Heat Treatment sehingga nantinya dapat digunakan dalam pembuatan produk.

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perlakuan panas ( Heat Treatment ) adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk merubah sifat fisik logam tersebut untuk mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan. Baja juga dapat dikeraskan sehingga aus dan kemampuan memotong meningkat. Hal ini juga dapat berlaku dengan sebaliknya yaitu baja dapat dilunakkan ang digunakan untuk memudahkan pemesinan lebih lanjut melalui perlakuan panas yang dilakukan Tegangan dalam dapat dihilangkan. Butir diperbesar atau diperhalus Ketangguhan ditingkatkan. Dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet. Heat Treatment juga mengalami perlakuan termal yang mana pemanasan dilakukan sampai temperature austenit, pada temperature ini ditahan beberapa saat untuk meratakan diseluruh bagian specimen. Temperatur pemanasan yang umum dilakukan adalah Tj = AS + 100 (C) Untuk memmungkinkan perlakuan panas yang tepat susunan kimia baja yang larut diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnya karbon dapat mengakibatkan sifat sifat fisik. Dalam perlakuan panas Faktor laju pendinginan sangat menetukan. Pendinginan yang cepat dan pendinginan yang kritis akan menghasilkan struktur keras. Pendinginan yang dilakukan pada temperatir austenit melalui proses:

14

Proses Thermal Anneling Suatu proses perlakuan panas dimana baja dipanaskan hingga temperature austenit, kemudian didinginkan dalam tungku. Tujuan proses perlakuan panas dengan anneling adalah untik mendapatkan sifat mekanik material yang ulet dan menghilangkan tenaga dalam. Normalizing Proses pemanasan sampai temperature austenit tetapi dibawah temperature annil dan dinginkan kemudian secara perlahan diudara terbuka mengembaliakan material kesifat bentuk awal dan suatu material. Tujuan proses perlakuan panas dilakukan untuk sebuah proses normalizing yaitu agar struktur mikro yang kita lakukan dalam butir lebih merata, sebagai contoh : Baja yang mengalami deformasi plastis yaitu Rolling Operetion terdiri dari butir-butir perlite. Tidak tentu ketajamanya relative besar tetapi mengubah kekokohon/ kebesaran suatu ukuran. Normalizing juga digunakan untuk mengembalikan butir ( menurunkan ukuran rata rata butir ). Quenching Proses pemanasan sampai temperature austenit dan kemudian didinginkan dengan cepat melalui pencelupan garam, oli dan udara Tujuan perlakuaan pemanasan secara quenching adalah agar struktur butir lebih merata dan baja menjadi lebih keras. Tempering Suatu proses pemanasan ulang dimana proses perlakuan panas quenching, tujuannya untuk keselarasanya berkurang dan meningkatkan kemampuan dan pemesinan. Dimana tempering terbagi 2 macam : a. Martempering b. Austempering dalam media celup sehingga menghasilkan martensit yang keras, media celupnya bias berupa air, air

15

a. Martempering Martenpering adalah pemanasan kembali baja yang telah dikeraskan dicelupkan pada suhu rekristalisasi struktur akhir martensite sehingga lebih keras dari perlakuan quenching dan sifat getas. Pengaruh temperatur tempering terhadap sifat mekanik baja

16

b. Austempering Austempering adalah proses pencelupan tertunda dan mengalami transformasi isothermal sehingga terbentuk bainite yang bersifat keras.

Gambar skema ht Proses Thermakimia Selain benda dipanaskan dan didinginkan secara termal, proses thermokimia juga dapat melakukan perlakuan panas. Adapun perlakuan panas secara thermokimia adalah :

17

Karburasi Nitriding Dekorburasi Karbu Nitriding Nitri karburasi

Proses Thermomekanik Sambil dipanaskan benda juga mengalami perubahan mekanik, juga ada variable temperature Ex : Hot Rolling Fasa merupakan suatu system homogen yang mempunyai karakteristik fisik dan kimia yang sama. Fasa terdapat pada baja karbon diagram fasanya. Fasa Tunggal Liquid ( L ) Semua karbon C larut dalam unsure Fe struktur atom yang acak. Besi Delta ( ) Larutan padat karbon dalam baja dan mencapai struktur kristal BCC tapi konstan lebih besar kemampuan. Ferite ( ) Merupakan larutan padat karbon dengan struktur BCC dengan larut maksimum 723 C dan larut karbon pada ferrite menurun sampai 0,008 % pada suhu 0 C nilai liquid, besi delta dan ferrite dibedakan oleh temperature pembentukan jumlah karbon yang dilarutkan dan sel satuan. Pada diagram fasa terdapat 3 titik invariant, adalah titik tempat terjadinya reaksi invariant ( Reaksi yang melibatkan 3 fasa, dimana 3 fasa dapat membentuk 1 fasa ) dan sebaliknya. Jenis jenis titik invariant a. Titik eutectoid Terjadi pembentukan 2 fasa padat dan 1 fasa padat. 18

= Fe 3 C + b. Titik eutectic Terjadi pembentukan 2 fasa padat dari 1 fasa cair atau sebaliknya. L = + Fe 3 C c. Titik peritectic Terjadinya pembentukan fasa pada satu fasa padat dan cair. +L=

19

Faktor faktor yang mempengaruhi perlakuan panas 1. Kadar karbon atau komposisi kimia logam. Makin tinggi kadar karbon maka makin keras baja karena cenderung untuk membentuk struktur BCT, Sehingga atom sulit bergerak. Pada baja karbon tinggi, baja sangat mudah mencapai fasa martensite, baja karbon tinggi ini sangat jarang digunakan karena bajanya yang mahal. Baja Karbon Rendah : 0.05% - 0.3% C # sifat : mudah ditempa dan mudah dimesining. # penggunaan : 0.05% - 0.2% C : automobiel bodies, pipes, screws, dll 0.2% - 0.3% C : gears, shafts, bolts, forging, dll Baja Karbon Menengah : 0.3% - 0.5% C # sifat : kekuatan lebih tinggi daripada Baja karbon Rendah Sulit dibengkokkan, dilas, dipotong # penggunaan : 0.3% - 0.4% C : connecting road, dll 0.4% - 0.5% C : crankshafts, boiler, dll Baja Karbon Tinggi : 0.5% - 1.5% C # sifat : sulit dibengkokkan, dilas, dipotong # penggunaan : blacksmiths hummer, hammer, knives, dll

20

2. Temperatur pemanasan Untuk memperoleh baja yang keras maka baja harus dipanaskan sampai temperature austenit, jika baja dipanaskan tetapi mencapi mencapai temperature austenit maka tidak terjadi perubahan sifat. Temperatur austenite untuk mencapainya tergantung kadar karbon dari baja tersebut, jika baja kadar karbon menengah suhu austenite diatas 738 C gambar pengaruh temperatur :

3. Waktu pendinginan Waktu yang dibutuhkan berbeda-beda, waktu pendinginan adalah waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu dari temperature austenit menjadi suhu kamar. Untuk baja karbon tinggi, semakin cepat pendinginan maka semakin banyak atom-atom karbon (C) yang terperangkap sehingga makin banyak struktur BCT yang terbentuk. 4. Waktu Penahanan waktu penahanan yang terlalu lama juga menyebabkan pengkasaran butir (pelunakan)

21

5. Kecepatan Pendinginan kecepatan pendinginan sangat menentukan jenis fasa dan kekuatan bahan. semakin cepat pendinginan maka kekerasan bahan makin tinggi, karena akan berada pada fasa martensit

Pengaruh Media Pendingin terhadap Sifat Mekanik Material Dari temperatur austenit, lalu dilakukan beberapa macam pendinginan sebagai berikut: 1. Quenching Proses perlakuan panas pada suatu material dengan memanaskannya sampai temperatur austenit kemudian diholding,setelah itu dilakukan pendinginan cepat pada media celup. Media pencelupnya seperti air, air garam, oli dan lain-lain. Tujuan dari quenching adalah untuk menambah kekerasan material. 2. Annealing Proses perlakuan panas pada suatu material dengan memanaskannya sampai temperatur austenit kemudian diholding, setelah itu dilakukan pendinginan 22

lambat di dalam tungku. Tujuan dari annealing adalah untuk mengurangi kekerasan material atau melunakkan material. 3. Normalizing Proses perlakuan panas pada suatu material dengan memanaskannya sampai temperatur austenit kemudian diholding, setelah itu dilakukan pendinginan lambat di udara. Tujuan dari normalizing adalah untuk menormalkan kembali material. 4. Tempering Material yang sudah diquenching dipanaskan lagi hingga temperatur eutektoid lalu diholding kemudian dilakukan pendinginan di dalam tungku atau di udara. Tempering terdiri dari: a. Martempering Setelah quenching selesai, dilakukan pemanasan lagi sampai temperatur eutektoid lalu diholding kemudian dilakukan pendinginan di udara sampai mencapai suhu ruang dan berbentuk martensit. b. Austempering Sebelum proses quenching selesai, dilakukan pemanasan lagi sampai temperatur eutektoid lalu diholding kemudian dilakukan pendinginan di udara sampai mencapai suhu ruang dan berbentuk bainit. Proses Heat Treatment lainnya adalah: 1. Spherodizing Proses ini bertujuan untuk membuat baja karbon tinggi menjadi lunak secara merata dan lebih mudah dikerjakan dengan mesin. Adapun proses pada spherodizing adalah: Pemanasan dilakukan sedikit dibawah titik kritis. Pendinginan secara perlahan-lahan.

2. Casc Hardening Proses ini bertujuan untuk membuat permukaan material menjadi lebih keras daripada bagian intinya. Casc Hardening terdiri dari beberapa proses:

23

a.

Carborizing

Proses heat treatment pada permukaan baja karbon yang memiliki hardenability rendah dengan menambahkan kadar karbon secara difusi. Proses carborizing: Baja dimasukkan kedalam tungku. Dipanaskan sampai temperatur austenit. Dilanjutkan dengan quenching.

Setelah proses ini dilakukan pada material, sifat material akan berubah menjadi lebih keras dan tahan uji. b. Nitriding Proses pemanasan material dalam ruangan yang mengandung nitrat. Setelah proses ini dilakukan pada material, sifat material akan berubah menjadi lebih keras pada permukaan, tahan aus, memiliki kakuatan fatiq yang tinggi dan tahan korosi. c. Induction Hardening Proses ini dilakukan pada baja karbon tinggi, kawat dililitkan seperti kumparan lalu dipanaskan dengan energi listrik kemudian dilakukan quenching. d. Carbonitriding Proses ini dilakukan pada baja karbon rendah, pemanasan dilakukan dengan penambahan karbon dan nitrit. Aplikasi Proses Heat Treatment di Industri Salah satu aplikasi heat treatment di industri adalah pada pembuatan poros bertingkat.

24

Berikut gambar kurva CCT dan TTT 1. Baja Hypoeutektoid


Ps Pf
Ps Pf

Ms

Ms

Mf

Mf

M+P+a

P+a

M 100%

BAINIT 100%

Diagram CCT dan TTT Pada Baja Hypoeutektoid 2. Baja Eutektoid

Ps

Pf

Ps

Pf

Ms

Ms

Mf

Mf

M 100 %

M+P

P 100 %

M 100%

BAINIT 100%

Diagram CCT dan TTT Pada Baja Eutektoid 3. Baja Hypereutektoid


Ps Pf

Ps

Pf

Ms

Ms

Mf

Mf

M 100 %

P+M

P 100 %

M 100%

P+M

P 100 %

Diagram CCT dan TTT Pada Baja Hypereutektoid

25

BAB III METODOLOGI

3.1 1. 2. 3. 4. 5.

Peralatan Percobaan

Tungku Media Quenching Spesimen Amplas Rockwell Tester 3.2 Skema Alat

SPESIMEN DIPANASKAN DALAM TUNGKU

SPESIMEN DICELUPKAN KE MEDIA PENDINGIN

SPESIMEN DIUKUR NILAI KEKERASANNYA

Skema Alat Heat Treatment

26

3.3

Prosedur Percobaan

1. Hidupkan tungku, atur temperature sekitar 900oC 2. Setelah tungku mencapai suhu yang ditetapkan, masukkan specimen (tanyakan pada asisten specimen yang akan dipanaskan), panaskan selama 10 menit 3. Siapkan specimen quenching, yaitu : air, minyak, oli, dan air garam 4. Setelah specimen dipanaskan Selama 30 menit, lakukan pencelupan pada masing-masing media 5. Bersihkan specimen hasil percobaan 6. Ukur kekerasan (10 kali)

27

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan Temperatur pemanasan Waktu pemanasan Waktu penahanan Jenis alat uji kekerasan Tabel Data Kekerasan Media Pendingin (HRC) No 1 2 3 4 5 Air 59 58.5 57 58 59 Oli 55.5 55 55 55 55.5 Air Garam 55.5 47 56.5 55 54.5 Udara 34 38 35.5 37.5 38 : 900 C : 60 s : 20 s : Rockwell tipe C

4.2 Perhitungan a. Media pendingin air Titik 1 HRC = 59 639 x 59,2 59 = x 630 59 58,8 (639 x) 0,2 = (x 630)0,2 253 = 0,4x x = 632,5 ( BHN )

28

Titik 2 HRC = 58,5 630 x 58,8 58,5 = x 621 58,5 58,3 (630 x)0,2 = (x 621)0,3 312,3 = 0,5x x = 624,6 (BHN)

Titik 3 HRC = 57 602 x 57,3 57 = x 592 57 56,8 (602 x)0,2 = (x 595)0,3 298,5 x = 0,5x = 597 (BHN)

Titik 4 HRC = 58 621 x 58,3 58 = x 612 58 57,8 (621 x)0,2 = (x 612)0,3 307 x = 0,5x = 615,6 (BHN)

29

Titik 5 HRC = 57 Sama dengan titik 1 BHN = 632,5 b. Media pendingin oli

Titik 1 HRC = 55,5 574 x 55,7 55,5 = x 565 55,5 55,2 (574 x)0,3 = (x 565)0,2 285,2 x = 0,5x = 570 (BHN)

Titik 2 HRC = 55 565 x 55,2 55 = x 555 55 54,7 (565 x)0,3 = (x 555)0,2 280,5 x = 0,5x = 561 (BHN)

Titik 3 HRC = 55 565 x 55,2 55 = x 555 55 54,7

30

(565 x)0,3 = (x 555)0,2 280,5 x Titik 4 HRC = 55 565 x 55,2 55 = x 555 55 54,7 (565 x)0,3 = (x 555)0,2 280,5 x Titik 5 HRC = 55,5 574 x 55,7 55,5 = x 565 55,5 55,2 (574 x)0,3 = (x 565)0,2 285,2 x = 0,5x = 570 (BHN) = 0,5x = 561 (BHN) = 0,5x = 561 (BHN)

c. Media pendingin air garam Titik 1 HRC = 55,5 574 x 55,7 55,5 = x 565 55,5 55,2

31

(574 x)0,3 = (x 565)0,2 285,2 x Titik 2 HRC = 57 451 x 47,7 47 = x 442 47 46,9 (451 x)0,1 = (x 442)0,7 354,5 x Titik 3 HRC = 56,5 592 x 56,8 56,5 = x 583 56,5 56,3 (592 x)0,2 = (x 583)0,3 293,3 x Titik 4 HRC = 55 565 x 55,2 55 = x 555 55 54,7 (565 x)0,3 = (x 555)0,2 280,5 x = 0,5x = 561 (BHN) = 0,5x = 586,6 (BHN) = 0,8x = 443,125 (BHN) = 0,5x = 570 (BHN)

32

Titik 5 HRC = 54,5 555 x 54,7 54,5 = x 546 54,5 54,1 (555 x)0,4 = (x 546)0,2 331,2 x = 0,6x = 552 (BHN

d. Media pendingin udara Titik 1 HRC = 34 332 x 34,4 34 = x 313 34 33,3 (322 x)0,7 = (x 313)0,4 350,6 x Titik 2 HRC = 38 360 x 38,8 38 = x 350 38 37,7 (360 x)0,3 = (x 350)0,8 388 x = 1,1x = 352,7 (BHN) = 1,1x = 318,7 (BHN)

33

Titik 3 HRC = 35,5 BHN =331

Titik 4 HRC = 37,5 350 x 37,7 37,5 = x 341 37,5 36,6 (350 x)0,9 = (x 341)0,2 383,2 x = 1,1x = 348 (BHN)

Titik 5 HRC = 38 360 x 38,8 38 = x 350 38 37,7 (360 x)0,3 = (x 350)0,8 388 x = 1,1x = 352,7 (BHN)

Tabel nilai kekerasan brinell Media pendingin (BHN) No 1 2 3 4 Air 632.5 624,6 597 615.6 Oli 570 561 561 561 Air Garam 570 443.125 586.6 561 Udara 318.7 352.7 331 348

34

5 632.5 4.3 GRAFIK

570

552

352.7

GRAFIK HRC TERHADAP POSISI


70 60 50 HRC 40 30 20 10 0 0 1 2 3 POSISI 4 5 6 air air garam oli udara

35

4.4 Analisa Pada praktikum Heat Treatment ini kita menguji dan membandingkan kekerasan material dari masing-masing proses Heat Treatmentnya. Secara teori kekerasan yang paling tinggi pada material yaitu dengan menggunakan media celup air garam, karena pada air garam ada kandungan NaCl, konditifitasnya tinggi menyebabkan material yang panas cepat dingin dan atom karbon yang terdapat pada material sulit berdifusi. Sedangkan pada praktikum yang dilakukan setelah diuji kekerasannya didapatkan nilai kekerasan dengan media celup air garam nomor dua tertinggi dan yang paling tinggi terletak pada material yang di quenching dengan media celup air, perbedaan antara secara teori dan secara praktek ini disebabkan kurang teliti dalam pengujian kekerasan. Pada grafik terlihat jelas bahwa pada air garam terjadi perbedaan nilai yang signifikan di titi dua, karena pada sewaktu di ukur kekerasannya material mengalami retakan akibat terlalu menekan material, ini dilihat sewaktu mensejajarkan jarum dengan tanda bulatan merah yang ada di alat ukur yaitu Rockwell, penyebab yang lain yaitu waktu pendinginannya tidak sama dari setiap media celup air, air garam, oli dan dengan normalizing pada udara terbuka. Kekerasan nomor tiga terletak pada pencelupan dengan oli, dengan media celup oli material mengalami proses pendinginan sangat lambat, karena massa oli lebih ringan dari massa air menyebabkan material yang dipanaskan dan didinginkan akan membutuhkan waktu yang lama, hal ini dapat dilihat langsung sewaktu proses pengujian dimana pendinginan dengan oli ini

36

mengalami proses pendinginan yang sangat lambat dibandingkan dengan media celup air dan air garam Dan kekerasan yang paling rendah dari keempat proses pendinginan itu didapatkan proses pendinginan yang paling lama dan kekerasan yang paling sedikit terletak pada proses normalizing dibiarkan diuadara terbuka, peristiwa ini dapat dilihat dengan jelas dari grafik yang diperoleh dimana proses normalizing atau dibiarkan diudara terbuka mendapatkan nilai kekerasan terendah, tetapi nilai kekerasannya pada setiap titik hampir merata Adapun hasil kekerasan yang didapat yaitu : Air : 58,3 HRC Oli : 55,2 HRC Air Garam : 49,7 HRC Udara : 36,6 HRC Dari hasil ini dapat dijelaskan bahwa kekerasan pada material tergantung kepada media celup yang dipakai, semakin cepat laju pendinginan material maka semakin keras material tersebut dan sbersifat getas, semakin lambat laju pendinginan material maka semakin ulet material tersebut dan mudah dideformasi plastis Proses Quenching digunakan untuk mendapatkan fasa martensite pada material Dari gafik bisa kita lihat lagi kekerasan dari material dengan media celup air nilai kekerasannya mereta disetiap bagian material. Pada garafik oli dapat dijelaskan kekerasan material dengan menggunakan oli tersebut memiliki nilai kekerasan yang hampir sama disetiap bagian dari maerial tersebut Penyebab perbedaan nilai kekerasan yang lain pada sewaktu proses pengamplasan dan pemolesan specimen yang kurang teliti, permukaan specimen masih belum halus dan masih terdapat goresan-goresan,goresan, goresan-goresan ini lah yang akan membuat nilai kekerasan berbeda atau terjadi penyimpangan (error).

37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Setelah didapatkan data dan hasil percobaan dapat disimpulkan diantaranya, yaitu: stabil. Dengan media celup air garam didapatkan kekerasan material yang paling keras, karena air garam kondiktifitas thermalnya tinggi mengakibatkan material yang panas menjadi cepat dingin, atom karbon sulit berdifusi dan mendapatkan material yang keras dang etas Kekerasan material selain kadar carbonnya tinggi juga Media pendingin dapat berupa oli, air, air garam dan dengan tergantung kepada media celupnya yaitu air garam udara serta pendinginan dalam tungku maka dari masing-masing pendinginan tersebut diperoleh kekerasan yang berbeda-beda. 5.2. Saran Saran praktikan untuk praktikum perlakuan panas ini sebelum menentukan kekerasan specimen hendaklah permukaan specimen benar-benar halus agar tidak memperoleh kekerasan yang berbeda. Pada perlakuan panas ini temperature yang dipakai adalah temperature Austenite, karena temperature Austenite fasa yang tidak

38

39

TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM

1. Diagram TTT baja eutektoid Kurva TTT:


Ps Pf

Ms

Mf

M 100%

P+M

P 100 %

Terdapat holding. Terbentuk bainit. Ada penambahan suhu.

Diagram CCT (Continous Cooling Transformation) baja eutektoid


Ps Pf

Ms

Mf

M 100 %

M+P

P 100 %

Kurva CCT: Tidak terdapat holding. Tidak terbentuk bainit. Tidak ada penambahan suhu.

2. Fasa martensit adalah fasa yang terbentuk akibat pendinginan yang cepat dari fasa austenit yang terjadi dibawah suhu eutectoid. Mekanisme terbentuknya martensit: Fasa martensit terbentuk akibat pendinginan cepat dari fasa austenit karena suhu austenit tidak stabil sehingga berubah menjadi temperatur pemusatan 40

ruang secara serentak. Tanpa atom yang bergerak melebihi fraksi manometer karena berlansung tanpa difusi dan perubahan sangat cepat. 3. Diagram fasa pemanasan untuk proses perlunakan dan pergeseran baja.
T( C )
830

750

1 220 3 150

T ( waktu )

Keterangan : 1. Pemanasan pendahuluan 2. Pemanasan penyelesaian 3. Pemanasan pengejutan 4. Pemanasan terlalu lama terhadap struktur mikro baja akan menyebabkan terjadinya perubahan fasa sehingga kekerasan suatu material akan menurun dan menimbulkan kerapuhan 5. Struktur Widmanstaten adalah struktur dan dalam orientasi pada pemipitasi ferit Proses terbentuk : a. Baja karbon rendah dipanaskan hingga temperature kritis, + P bertransformasi menjadi dan atas temperature kritis batas butir ratarata mencapai minimum. Pemanasan selanjutnya menghasilkan butir yang bagus. b. Baja karbon menengah sama dengan baja karbon rendah tetapi pembesaran butir dimulai dari suhu pergeseran.

41

TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

1. Temperatur pemanasan hingga suhu austenit adalah karena fasa austenit merupakan fasa tunggal yang dapat berubah menjadi fasa lain. Selain itu, austenit merupakan fasa tunggal yang paling stabil dan mempunyai daerah temperatur yang lebar dan karena pada temperatur tersebut karbon larut padat dalam Fe. 2. Baja karbon rendah sulit ditingkatkan kekerasannya karena kadar karbonnya yang rendah tidak memungkinkan menghasilkan martensit bila dilakukan quenching. Selain itu, jika kekerasannya ditingkatkan maka baja karbon rendah cenderung rapuh. 3. Tempering adalah suatu proses untuk menurunkan dan menaikkan kekerasan dan kerapatan bahan hingga memenuhi persyaratan penggunaan. Jika kekerasan turun, maka kelarutan tarik akan turun, dan sebaliknya. Proses tempering dilakukan dengan mengurangi kegetasan martensit. Bahan dipanaskan hingga temperatur austenit kemudian dicelup cepat untuk mendapatkan martensit yang keras dan cukup liat. Semakin lama pemanasan material semakin rapuh. 4. Media quenching yang meghasilkan kekerasan paling tinggi adalah air garam. Karena pada air terjadi pendinginan secara cepat sehingga diperoleh kekerasan yang tinggi. Pada air garam, atom-atom penyusunnya yaitu Na dan Cl yang mempunyai konduktifitas akibatnya penurunan suhu permukaan yang cepat akan diikuti dengan penurunan suhu dalam material sehingga terbentuk lapisan keras dengan ketebalan tertentu. 5. Perbedaan antara proses austempering dengan martempering: a. Proses austempering Proses pencelupan tertunda dimana setelah pendinginan hingga suhu diatas martensit kemudian dilakukan penahanan suhu diatas hingga suhu tersebut menjadi trasnformasi isotermal. Austenit dibiarkan tertransformasi secara termal menjadi ferit dan karbida diatas martensit.

42

b.

Proses martempering

Proses pencelupan terputus setelah pencelupan langsung hingga diatas martensit. Kemudian material didinginkan secara lambat, austenit berubah menjadi martensit yang seragam dan tidak terjadi distorsi.

43

Anda mungkin juga menyukai