Anda di halaman 1dari 8

Skor Apgar Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan penilaian terhadap bayi tersebut.

Perangkat yang digunakan untuk menilai dinamakan Skor APGAR. Kata APGAR diambil dari nama belakang penemunya, yaitu Dr. Virginia Apgar. Virgnia Apgar adalah seorang ahli anak sekaligus ahli anestesi. Skor ini dipublikasikannya pada tahun 1952. Pada tahun 1962, seorang ahli anak bernama Dr. Joseph Butterfield membuat akronim dari kata APGAR yaitu Appearance (warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (respon refleks), Activity (tonus otot), and Respiration (pernapasan). (Wikipedia,2007) Skor Apgar biasanya dinilai pada menit pertama kelahiran dan biasanya diulang pada menit kelima. Dalam situasi tertentu, Skor Apgar juga dinilai pada menit ke 10, 15 dan 20. (MedicineNet,2007) Hal yang dinilai pada Skor Apgar adalah : Appearance (warna kulit) 0 Seluruh tubuh bayi berwarna kebiru-biruan atau pucat 1 Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan 2 Warna kulit seluruh tubuh normal Pulse (denyut jantung) 0 Denyut jantung tidak ada 1 Denyut jantung kurang dari 100 kali per menit 2 Denyut jantung lebih atau diatas 100 kali per menti Grimace (respon refleks) 0 Tidak ada respon terhadap stimulasi 1 Wajah meringis saat distimulasi 2 Meringis, menarik, batuk, atau bersin saat stimulasi Activity (tonus otot) 0 Lemah, tidak ada gerakan 1 Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan 2 Bergerak aktif dan spontan Respiration (pernapasan) 0 Tidak bernapas 1 Menangis lemah, terdengar seperti merintih, pernapasan lambat dan tidak teratur 2 Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur Kelima hal diatas dinilai kemudian dijumlahkan. Jika jumlah skor berkisar di 7 10 pada menit pertama, bayi

dianggap normal. Jika jumlah skor berkisar 4 6 pada menit pertama, bayi memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas dengan suction, atau pemberian oksigen untuk membantunya bernapas. Biasanya jika tindakan ini berhasil, keadaan bayi akan membaik (KidsHealth,2004) dan Skor Apgar pada menit kelima akan naik. Jika nilai skor Apgar antara 0 3, diperlukan tindakan medis yang lebih intensif lagi. Perlu diketahui, Skor Apgar hanyalah sebuah tes yang didisain untuk menilai keadaan bayi secara menyeluruh, sehingga dapat ditentukan secara cepat apakah seorang bayi memerlukan tindakan medis segera. Skor Apgar bukanlah patokan untuk memperkirakan kesehatan dan kecerdasan bayi dimasa yang akan datang (KidsHealth,2004). Sampai sekarang, skor apgar masih terus digunakan. Selain karena ketepatannya, juga karena cara penerapannya sederhana, cepat, dan ringka

Ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab nilai APGAR yang rendah pada bayi baru lahir, di antaranya adalah:

Persalinan yang terlalu cepat. Hipoksia (kekurangan oksigen) dapat terjadi pada persalinan yang terlalu cepat oleh karena kontraksi yang terlalu kuat atau trauma pada kepala bayi.

Terjerat tali pusat. Umum dikenal dengan nuchal cord, di mana tali pusat (plasenta/ari-ari) melilit pada leher janin (baik sekali waktu atau beberapa kali) dan mengganggu aliran darah, maka hipoksia bisa terjadi karena lilitan ini.

Prolaps tali pusat. Kondisi yang terjadi ketika tali pusat mendahului fetus keluar dari rahim. Kondisi ini adalah kedarutan obstetri yang membahayakan kehidupan janin. Namun prolaps tali pusat adalah kasus yang jarang. Ketika fetus juga akan ikut lahir, sering kali menekan tali pusat dan menimbulkan hipoksia.

Plasenta previa (placenta preavia). Merupakan kondisi kelainan obstretri di mana tali pusat terhubung pada dinding rahim yang letaknya dekat atau menutup leher rahim. Hal ini meningkatkan risiko perdarahan antepartum (vaginal), yang berujung juga pada hipoksia bagi janin.

sakit. Kemungkinan bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadangkala bayi lahir dengan trauma tulang leher dan bahu. Semuanya ini terjadi akibat massa bayi yang besar sehingga tidak mungkin atau sangat sulit melewati panggul ibu. Kondisi bayi dengan berat lahir berlebih atau abnormal diistilahkan dengan fetal makrosomia atau bayi makrosomia. Makrosomia adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram. Kemunculan bayi bayi seperti ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, faktor kondisional atau hanya diduga penyebabnya, misalnya orangtuanya memang besar. Kedua, faktor ibu hamil yang menderita diabetes milletus. Ketiga, faktor ibu yang mengalami kelebihan berat badan pada saat hamil dan terakhir faktor ibu yang mengalami kehamilan lewat waktu Makrosomia juga dapat meningkatkan risiko trauma lahir, asfiksia, dan persalinan dengan seksio caesar. Perlu

Aspirasi mekonium. Jika mekonium di ada dalam paru-paru fetus, maka bisa terjadi permasalahan pernapasan. Hal ini dikenal juga sebagai Sindrom Aspirasi Mekonium.

Beberapa sebab lain bisa berupa obat-obatan yang dikonsumsi ibu sebelum persalinan, dan bayi preterm (prematur

makrosomia (bayi besar) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 kondisi derajat kesehatan Indonesia masih sangat memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu yang menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 berkisar 226/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi baru lahir yaitu 26/1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu dan bayi merupakan barometer pelayanan kesehatan di suatu negara. Jika Angka Kematian Ibu dan bayi masih tinggi, berarti pelayanan kesehatan ibu dan bayi belum baik. Sebaliknya jika Angka Kematian Ibu dan bayi rendah, berarti pelayanan kesehatan ibu dan bayi sudah baik Salah satu penyebab bayi mengalami gangguan pernapasan adalah bayi yang ukuran tubuhnya di atas normal. Kelahiran bayi besar ini menimbulkan komplikasi dalam persalinan, apalagi jika melahirkan tidak di rumah

diperhatikan bahwa janin yang terlampau besar berisiko mempersulit proses kelahiran, seperti meningkatkan kemungkinan perobekan atau perdarahan, serta kemungkinan harus melahirkan lewat operasi caesar. Sementara janin sendiri berisiko mengalami macet di bahu atau patah tulang selangka pada saat proses persalinan. Bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram berpotensi mengalami obesitas setelah dewasa. Obesitas dapat mengakibatkan berbagai penyakit diantaranya penyakit jantung, diabetes milletus dan stroke. Oleh sebab itu, usahakan berat badan ibu selama hamil dalam batasan normal sehingga berat badan bayi ketika lahir juga dalam kisaran normal BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian

Makrosomia atau bayi besar adalah bila berat badan bayi melebihi dari 4000 gram. (Wiliiam, 2001). Dalam dunia kedokteran makrosomia disebut giant baby. Menurut Cunningham (2005) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kehamilan dianggap sebagaimakrosomia.

e. Multigravida, ada kecendrungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama. f. Usia gestasi lama g. Usia ibu h. Wanita hamil yang memiliki berat badan yang lebih dari

2.2 Karakteristik Makrosomia a. Mempunyai wajah berubi (menggembung), pletoris (wajah tomat) b. Badan montok dan bengkak c. Kulit kemerahan d. Lemak tubuh banyak e. Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata 2.3 Etiologi a. Genetik, obesitas dan overweight yang dialami ayah ibu dapat menurun pada bayi. b. Pertambahan berat badan ibu yang berlebihan selama kehamilan, porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh pada berat badan ibu. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat di atas rata-rata. c. Ibu dengan diabetes milletus, tingginya gula darah ibu bisa berpengaruh pada berat badan bayi. Jika fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka janin dapat tumbuh makin subur. d. Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia, ibu yang sebelumnya pernah melahirkan bayi makrosomia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia.

150 kg, janinnya memiliki risiko 30% mengalami makrosomia 2.4 Prognosis Pada panggul normal janin dengan berat badan 40004500 gram umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih besar dari 4500-5000 gram atau pada kepala yang sudah keras (postmaturitas) dan pada bahu yang lebar. Apabila disproporsi sefalo ataufeto-pelvic ini dibiarkan maka terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin 2.5 Penanganan a. Pada disproporsi sefalo dan feto-pelvic yang sudah diketahui dianjurkan untuk seksio caesar. b. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomiyang cukup lebar dan janin diusahakan lahir, atau bahu diperkecil dengan melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral. Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik dan untuk cedera postkleidotomi dikonsulkan ke bagian bedah. c. Apabila janin meninggal lakukan embriotomi 2.6 Komplikasi a. Komplikasi pada Ibu 1) Ibu mengalami robekan perineum 2) Persalinan dengan operasi caesar

3) Kehilangan darah dalam jumlah banyak saat persalinan 4) Ruptur uteri dan serviks b. Komplikasi pada bayi 1) Bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadangkala bayi lahir dengan trauma tulang leher dan bahu. 2) Distosia atau macet pada bahu 3) Hipoglikemia Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hipoglikemia apabila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemia. Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus usia 1-2 jam 2.7 Pencegahan a. Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara teratur, dan ANC yang teratur.

TINJUAN KASUS Hari/ tanggal : jumat/ 30- 12- 2011, pukul 12.10 Wib DATA SUBYEKTIF (S) Identitas Nama bayi : By.Ny. F Tgl//jam lahir : 30- 12- 2011 Nama ibu : Ny.R Nama ayah : Tn.W Umur : 31 tahun Umur : 33 Suku/Bangsa : melayu Suku/Bangsa : Jawa Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan :swasta Alamat rumah : batu aji I.Pada ibu

b. Ibu harus selalu menjaga berat badannya agar tetap normal, ibu hamil sebaiknya melakukan pengaturan pola makan sesuai kebutuhan kalori. Ngemil boleh saja dilakukan, tapi hindari cemilan manis. a) Hamil muda : ANC : 1 kali c. Lakukan olahraga ringan. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Norwegia menyebutkan, risiko bayi lahir dengan ukuran besar bisa berkurang hingga 28% bila di masa kehamilan ibu tetap berolahraga secara teratur terutama pada trimester dua dan tiga. d. Ibu hamil hendaknya memeriksakan kadar gula darahnya, meskipun sebelumnya tidak ada diabetes milletus e) Keluhan BAB III -Trimester I : Mual-mual, pusing dan muntah. Diperiksa oleh : Bidan c) HPHT : 17- 03- 2011 d) Tapsiran partus : 24- 12- 2011 Diperiksa oleh : Bidan b) Hamil tua : ANC : 3 kali Riwayat kehamilan sekarang Pemeriksaan Antenatal

-Trimester II : Mual-mual -Trimester III : Kurang tidur f) Imunisasi : 2) Riwayat penyakit dalam kehamilan : Tidak ada 3) Riwayat Komplikasi kehamilan : Tidak ada Riwayat persalinan sekarang Jenis Persalinan : tindakan sectio secarea Ditolong oleh : dokter Keadaan bayi saat lahir : segera menangis Jumlah air ketuban : 1000 cc Komplikasi persalinan : Tidak ada DATA OBYEKTIF (O) 1. Pemeriksaan Khusus Tanda Warna 0 ( )Biru 1 ( )Tubuh 2 () Jumlah Nilai Mulut : simetris 2. Pemeriksaan umum Keadaan umum : Baik Denyut nadi : 140 x/i Pernafasan : 51 x/i Suhu : 36,5 oC Keaktifan : Aktif Tangisan : Kuat

tak teratur

3.Pemeriksaan fisik secara sistematis Kepala : tidak terdapat caput suksedenum Ubun-ubun : tertutup Muka : tidak ada oedema Mata : sejajar dan simetris Telinga : sejajar dengan mata

Frekuensi pucat Tonus Menit ke 1 otot Usaha ( )Tak (

kemerahan Kemerahan Hidung : tidak ada polip dan tidak ada kelainan Leher : tidak ada pembengkakan dan benjolan pada leher Dada : puting sejajar Tali pusat : warna segar Ekstemitas : kedua tangan simetris dan jumlah jari lengkap Genetalia : laki- laki Anus : (+) Kulit : merah kaki () Menangis aktif ( )Menangis kuat

Respons ( )Tak ada tangan dan ( ) >100 bereaksi ( ) < 100

( )Ext. Flexi ( )Gerakan 9

bernafas )Lumpuh sedikit ( )Tak ada ( )Gerakan sedikit ( )Lamoat tak teratur Warna ( )Biru ( )Tubuh

()

Frekuensi pucat Tonus otot Usaha ( )Tak (

kemerahan Kemerahan kaki () Menangis aktif ( )Menangis kuat 10

Respons ( )Tak ada tangan dan ( ) >100 Menit ke 5 bereaksi ( ) < 100

( )Ext. Flexi ( )Gerakan

bernafas )Lumpuh sedikit ( )Tak ada ( )Gerakan sedikit ( )Lamoat

4. Reflek Reflek moro : + Reflek sucking : + Reflek rooting : + Reflek rooting : + Reflek babinsky : + Reflek tonic neck : + Reflek grafs/plantar : + 5. Antropometri Berat badan lahir : 4200 gr Panjang badan : 51 cm Linkar kepala : 32 cm Lingkar lengan atas : 11 cm Lingkar dada : 34 cm 6. Eliminasi Miksi : + Mekonium : + ASSESMENT (A) Diagnosa : bayi baru lahir umur 1 jam dengan makrosomia Masalah : tidak ada Kebutuhan : tidak ada PLANNING (P) 1. Memeberitahukan suami ibu hasil pemeriksaan yang teleh dilakukan yaitu BB 4200 gr, PB 51 cm serta keadaan

umum bayi baik. suami Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan. 2. Melakukan suction pada mulut dan hidung bayi yang bertujuan untuk membebaskan jalan nafas bayi sehingga bayi mampu bernafas dengan leluasa. Bayi sudah disuction 3. Melakukan perawatan pada talipusat bayi, yaitu dengan cara memotong tali pusat bayi serta membubuhkan kassa yang telah diberikan betadin di talipusat bayi. Bayi sudah mendapatkan asuhan perawatan pada talipusat 4. Memberikan injeksi neo-K 0,5 cc pada paha kiri bayi yang bertujuan untuk mencegah perdarahan pada otak bayi. Bayi sudah mendapatkan injeksi neo- K 5. Meletakkan bayi dalam infant warmer yang bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi agar bayi tersebut tidak mengalami hipotermi. Bayi sudah dalam infant warmer CATATAN PERKEMBANGAN Hari/ tanggal : jumat/ 30- 12- 2011, pukul 14.10 Wib SUBJEKTIF Ayah bayi mengatakan bayinya tampak sehat OBJEKTIF Keadaan umum : baik Kesadaran : CM Pernafasan : 47 x/i Nadi : 144 x/i Suhu : 37,2 Keaktifan : aktif Tangisan : kuat

ASSESMENT Diagnosa : bayi baru lahir umur 2 jam dengan makrosomia Masalah : tidak ada Kebutuhan : tidak ada PLANNING 1. Memeberitahukan ibu hasil pemeriksaan yang teleh dilakukan yaitu BB 4200 gr, PB 51 cm serta keadaan umum bayi baik. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan. 2. Melakukan roomin-in ibu dengan bayinya yang bertujuan agar ibu lebih dekat dengan bayinya. Ibu kini sudah bersama dengan bayinya. 3. Menganjurkan ibu untuk melakukan IMD kepada bayinya yang mana bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Ibu sudah melakukan IMD pada bayinya. 4. Menganjurkan kepada ibu untuk mengganti popok bayi setiap kali bayi BAB maupun BAK guna untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit pada bayi. Ibu mengatakan akan mengganti popok bayi setiap kali bayi BAB/ BAK. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Makrosomia atau bayi besar adalah bila berat badan bayi melebihi dari 4000 gram. (Wiliiam, 2001). Dalam dunia kedokteran makrosomia disebut giant baby. Menurut Cunningham (2005) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kehamilan dianggap sebagaimakrosomia.

Penyebabnya yaitu Genetik, obesitas dan overweight yang dialami ayahibu dapat menurun pada bayi. Pertambahan berat badan ibu yang berlebihan selama kehamilan, porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh pada berat badan ibu. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat di atas rata-rata. Ibu dengandiabetes milletus, tingginya gula darah ibu bisa berpengaruh pada berat badan bayi. Jika fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka janin dapat tumbuh makin subur. Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayimakrosomia, ibu yang sebelumnya pernah melahirkan bayi makrosomiaberisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomiadibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia. Multigravida, ada kecendrungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama. Usia gestasi lama, Usia ibu, Wanita hamil yang memiliki berat badan yang lebih dari 150 kg, janinnya memiliki risiko 30% mengalami makrosomia 4.2 Saran A. Untuk bidan 1. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama meningkatkan kesehatan ibu dan anak, bidan seharusnya menerapkan teori asuhan kebidanan 2. Dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan terhadap pasien dengan mutu pelayanan, bidan harus memandang pasien sebagai mahluk Bio-Psiko-sosial. 3. Memperlancar proses asuhan kehidupan dapat menggunakan komunikasi terapeutik B. Untuk pasien

1.

Menggunakan pelayanan kesehatan yang ada untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya ibu dan anak

5. Melalui plasenta Melalui plasenta ibu (transplasental); dari ibu ke anak. Infeksi melalui plasenta. Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu mengandung, misalnya syphilis, aids, hepatitis dan toxoplasmosis.

Anda mungkin juga menyukai