Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA IKAN DUYUNG (Dugong dugon)

Makalah ini di susun sebagai tugas akhir mata kuliah Sistematika Hewan Vertebrata

Disusun Oleh :
DESY EMA FURY A420102008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

BAB I PENDAHULUAN
Sistematika adalah ilmu yang mempelajari keanekaragaman kehidupan di Bumi, baik pada masa lalu maupun sekarang, serta hubungan antara makhluk hidup sepanjang sejarah. Hewan vertebrata adalah hewan yang memiliki tulang belakang atau golongan hewan yang memiliki system otot yang banyak dan terdiri dari pasangan massa serta sistem syaraf pusat yang letaknya didalam tulang belakang. Kelas Mammalia merupakan hewan bertulang belakang dengan ciri-ciri

morfologis yang jelas dapat dibedakan dari kelas-kelas lain dari hewan vertebrata. Ciri paling khas yang dipunyai secara anatomis dan fisiologis adalah memiliki kelenjar mammae untuk menyususi anaknya. Salah satu ordo dari kelas mammalian yang dikenal sebagai bangsa sapi laut adalah Sirenia. Duyung memiliki keistimewaan saat mereka berkomunikasi, Duyung berkomunikasi melalui decitan halus atau seperti kicauan burung. Hal ini dilakukan sebagai salah satu tingkah laku terestrial atau untuk melindungi anaknya. Selain itu, dengan mengeluarkan suara, duyung dapat saling berkomunikasi. Duyung juga berkomunikasi dengan mengeluarkan suara bergetar.

BAB II ISI

A. KLASIFIKASI IKAN DUYUNG

Muller (1766) menyatakan bahwa, Ordo Sirenia (Bangsa Sapi Laut) merupakan salah satu mammalian berukuran besar yang hidup di perairan tropis di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Salah satu spesies dari ordo ini adalah duyung. Duyung ini memiliki kekerabatan yang lebih dekat dengan gajah daripada dengan mammalian laut lainnya seperti paus dan lumba-lumba. Ikan duyung dalam bahasa Inggris dikenal sebagai dugong atau sea cow. Dalam bahasa ilmiah (latin) mamalia yang hidup di air ini disebut sebagai Dugong dugon. Duyung adalah anggota dari kelas mammalia yang hidup di laut. Duyung berasal dari Famili Dugongidae, yang hanya terdiri dari 2 spesies dan satu spesies lainnya telah punah (Hydrodamalis gigas). Klasifikasi duyung adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Classis Ordo Familia Genus Spesies : Animalia : Chordata : Mammalia : Sirenia : Dugongidae : Dugong : Dugong dugon

B. DESKRIPSI IKAN DUYUNG

Lanyon (1992) menyatakan bahwa, Duyung, seperti mamalia laut lainnya, meskipun hidup di dalam air tetapi ikan duyung bernafas dengan paru-paru dan menyusui anaknya. Sayangnya, binatang inipun makin hari makin langka. Populasi duyung semakin hari semakin berkurang yang diakibatkan oleh perburuan dan kerusakan habitat . Selain itu, juga

disebabkan

karena perkembangbiakan duyung sangat

lambat dan hanya

melahirkan satu ekor anak setiap kali melahirkan. Duyung memiliki panjang tubuh berkisar antara 240-406 cm dengan berat 230-908 kg (Berta et al.., 2006). Warna kulit duyung bervariasi, tetapi biasanyaberwarna kelabu dan beberapa lebih terang. Kulit duyung tebal, keras, berkerut dan ditutupi bulu-bulu kecil. Lengan depan termodifikasi menjadi sirip pektoral dengan panjang 35-45 cm, yang digunakan sebagai pendorong pada duyung muda. Duyung dewasa bergerak dengan

menggerakkan ekor dengan sirip berfungsi sebagai pengatur arah. Azkab (1998) menjelaskan bahwa morfologi bagian mulut

menunjukkan bahwa duyung adalah pemakan dasar. Kepala duyung bulat dan besar, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan menjadi pemakan tumbuhan dasar perairan. Hidung ke bawah sehingga moncongnya mendatar. Pada bagian moncong (rostrum) terdapat penebalan kulit. Bulu-bulu pada hidung tumbuh dengan baik dan diperkirakan sebagai sensor lokasi lamun. Gigi premaxilla duyung lebih besar, panjang dan tinggi. Lambung duyung mempunyai banyak bakteri untuk menghancurkan dinding sel lamun. Panjang usus dewasa mencapai 30 meter. Duyung mempunyai kebiasaan makan yang rakus, duyung dewasa dapat menghabiskan 25-30 kg lamun basah tiap harinya. Duyung yang

terdapat di Ancol menghabiskan 30-40 kg lamun basah tiap harinya dan di kolam penampungan di Australia dapat menghabiskan 50-55 kg lamun basah per hari (Azkab, 1998). Duyung merupakan hewan yang pemalu. sekali menemukannya. Di habitat alami, sulit

Hal itu terjadi karena saat duyung merasa ada

gangguan ataupun kehadiran sesuatu yang lain di sekitarnya, maka dengan cepat duyung akan menyelam menghilang di antara padang lamun atau pergi menjauh (Grzimek, 1975). Duyung merupakan hewan mamalia yang bernafas menggunakan paru-paru, sehingga duyung harus selalu mengambil nafas ke permukaan. Menurut Jefferson et al.. (1994), duyung memiliki kemampuan menahan nafas ketika menyelam selama 8 menit. Pengambilan nafas dilakukan dengan

menggunakan dua lubang hidung yang terdapat pada moncong mulutnya sekitar 2 detik (Grzimek, 1975). Duyung memakan lamun yang berada di dasar perairan, sehingga duyung termasuk dalam hewan air pemakan dasar perairan. Duyung juga termasuk hewan yang makan di malam hari. Perilaku makan dari duyung adalah dengan menyapu padang lamun dengan memanfaatkan bentuk kepalanya (Jefferson et al., 1994).

Menurut Grzimek (1975), duyung dapat berenang dengan kecepatan 810 km/jam. Duyung berenang dengan gerakan mengombak ekor dan

tubuhnya ke atas dan ke bawah untuk membuat gaya dorong ke depan. Pengaturan arah berenang menggunakan kepala dan flipper-nya. Sebagaimana mamalia laut lainnya duyung (Dugong dugon) hidup berkelompok dengan anggota antara 5-10 ekor yang terdiri dari induk betina, duyung jantan dan anaknya meskipun terkadang menyendiri. Duyung termasuk binatang yang setia dengan pasangannya dan bersifat monogami. Duyung mampu hidup hingga berusia 70 tahun. Namun

perkembangbiakan ikan ini sangat lambat. Biasanya seekor duyung beranak dalam interval 3-7 tahun sekali dengan melahirkan seekor anak dalam setiap satu periode kehamilan. Dugong sebagai herbivore yang hidup di laut, cara makannya umumnya sama dengan cara makan herbivore di darat, yaitu mengunyahngunyah makanannya. Kebiasaan makan dilakukan pada malam hari (nocturnal) tetapi dalam suatu kolam besar (oceanorium), Dugong tidak mengenal waktu makan. Hal ini dipertegas oleh Anderson dan Birtles (1978), bahwa Dugong dapat makan pada waktu malam hari maupun pada waktu lain. Pada waktu makan, Dugong lebih banyak menggunakan lubang hidung serta bibirnya daripada sirip dada untuk menggali Lumpur atau mencabut akar lamun. Lumpur yang melekat pada tumbuhan lamun dibersihkan dengan cara menyemburkan tumbuhan itu sejenak lalu ditelan. Dugong mempunyai kebiasaan makan yang rakus, dimana yang dewasa dapat menghabiskan 25 30 kg lamun basah setiap harinya.

C. HABITAT IKAN DUYUNG

Dugong berenang pada dekat permukaan perairan dan sesekali menyelam pada dasar perairan, pola renang dugong memang sedikit lebih unik dengan pergerakan yang lambat dengan menggerakkan ekor nya keatas dan ke bawah dan sesekali muncul pada permukaan perairan untuk mengambil udara (hampir mirip dengan pergerakan ikan paus besar). Dugong umumnya bermigrasi pada tempat-tempat tertentu untuk mencari makan dan menyebar pada daerah-daerha tropis dunia. Penyebaran dugong ini umumnya sangat tergantung pada lingkungan perairan dan terutama sumber makanan yang berupa habitat alami beberapa jenis seagrass seperi Halodule sp., Halophile sp. dan Syringodium sp yang merupakan makanan alami dugong. Atau kita sering menemukan dugong pada lingkungan perairan yang terlindung dari ombak dan arus yang kuat. Ia juga merupakan satu-satunya sirenia yang bisa ditemukan di kawasan perairan sekurang-kurangnya di 37 negara di wilayah Indo-Pasifik, walaupun kebanyakan duyung tinggal di perairan utara Australia. Duyung atau dugong adalah satu-satunya mamalia laut herbivora atau maun (pemakan dedaunan), dan semua spesies sapi laut hidup pada perairan segar dengan suhu air tertentu. Duyung bisa mencapai usia hingga 70 tahun atau lebih, serta dengan angka kelahiran yang rendah yang mengancam menurunnya populasi duyung. Duyung juga terancam punah akibat badai, parasit, serta hewan pemangsa seperti ikan hiu, paus pembunuh dan buaya. Dugong hidup di

perairan air laut yang tenang dan dangkal, berkedalaman 20 meter,dan banyak ditumbuhi oleh lamun. Penyebaran dugong di perairan dunia di catat pada longitude 30E sampai 170E dan antara latitude 30N sampai 30S. Kawasan ini mencakup Australia, Teluk Persian dan laut merah, pantai Afrika, Sri Lanka,

Indonesia, Philipina, Malaysia, Thailand dan di sekitar kepulauan Pacific. Di Indonesia sendiri, populasi dugong sangat sedikit. Dilaporkan tahun 1970 populasi dugong mencapai 10.000 ekor dan tahun 1994 di perkirakan popluasinya hanya sekitar 1000 ekor. Penyebaran dugong di Indonesia laporkan berada di kawasan timur Indonesia mencakup Sulawesi (Bunaken, Wakatobi Takabonerate), Nusa Tenggara Timur (Sumba, Lembata, pulau Flores, Teluk Kupang Kepulauan Komodo), Maluku Pulau Aru Pulau Lease seram dan Halmahera) Perairan papua (Pulau Biak, sorong dan Fakfak) dan sebagian kecil pada perairan Sumatra (Riau, Bangka dan Pulau Belitung), Jawa (ujung Kulon, pantai Cilacap, Cilegon, labuhan dan Segara Anakan) dan

Bali. Informasi tentang keberadaan dugong hanya di peroleh dari beberapa nelayan yang kebetulan secara tidak sengaja menangkap atau melihat dugong itu sendiri.

D. SIKLUS HIDUP IKAN DUYUNG

Perkembangbiakan dugong lebih mirip mamalia yang semuanya di lakukan di laut dengan interval kelahiran 3 sampai 7 tahun. Dan semua anak dugong juga menyusu pada induknya. Sampai pada umur 1 sampai 2 tahun. Dugong mencapai ukuran dewasa setelah berumur 9 tahun dan umumnya dugong bertahan hingga mencapai umur 20 tahun. Dugong menanggung anaknya pada waktu setelah sekitar 13-bulan kehamilan . Merawat anaknya tersebut selama dua tahun dan mencapai kematangan seksual antara usia 8-18, lebih lama daripada di mamalia yang lain. Meskipun umur panjang dari Duyung, yang dapat hidup selama lima puluh tahun atau lebih, wanita melahirkan hanya beberapa kali sepanjang hidup mereka dan berinvestasi cukup besar dalam perawatan orangtua muda mereka. Duyung juga gemar berkelompok antara 5 10 ekor yang terdiri dari induk jantan, betina dan anaknya; atau bergerombol terutama diwaktu musim kawin. Tetapi ada kalanya Duyung suka menyendiri. Duyung memiliki sifat monogamy dan berkembang biak sangat lambat. Biasanya beranak setiap 2 tahun sekali dimana setiap kali beranak hanya 1 ekor dan jarang kembar dua. Pada usia 9 10 tahun, dugong telah matang secara seksual. Namun, dalam beberapa kasus kematangan seksual baru terjadi pada usia 15 tahun. Untuk menghindari predator seperti hiu, induk dugong melahirkan anaknya di perairan dangkal.Masa kehamilan berlangsung selama 12 14 bulan. Anak dugong tetap hidup dengan induknya hingga usia 1,5 tahun.Setelah melahirkan, induk dugong tidak akan hamil untuk masa 2,5 sampai 7 tahun. Mengingat tingkat reproduksi yang rendah, populasi dugong tetap rentan terhadap kepunahan. Dugong sebenarnya adalah mamalia laut bernafas dengan paru-paru ( bukan dengan insang ) dan tidak hidup di samudra. Namun berada tak jauh dari permukaan laut, karena sesekali dugong harus menyembul ke permukaan untuk menghirup oksigen. Dugong memerlukan air hangat, air dangkal untuk bertahan hidup. Mereka seringkali berenang di dekat pembangkit listrik pada musim dingin untuk mencari kehangatan.

E. BIOGEOGAFI IKAN DUYUNG Persebaran duyung terdapat di pesisir dan perairan pulau tropis dan subtropis antara Afrika Timur himgga Pasifik bagian barat. Duyung hidup di perairan laut yang berair tenang dan dangkal dengan kedalaman sekitar 20 meter yang banyak ditumbuhi oleh lamun. Negara-negara yang menjadi habitat duyung antara lain Australia bagian utara, Bahrain, Brunei Darussalam, China, Djibouti, India, Indonesia, Jepang, Jordania, Kaledonia Baru, Kamboja, Kenya, Kepulauan Solomon, Komoro, Madagaskar, Malaysia, Mayotte, Mesir, Mozambiq, Palau, Papua New Guinea, Pilifina, Qatar, Saudi Arabia, Singapora, Somalia, Sri Lanka, Sudan, Tanzania, Thailand, Timor Leste, Uni Emirat Arab, Vanuatu, Vietnam, dan Yaman.

F. KEISTIMEWAAN IKAN DUYUNG 1. Cara Berkomunikasinya Dugong berkomunikasi melalui decitan halus atau seperti kicauan burung yang memiliki kisaran frekuensi sekitar 3-18 kHz dengan durasi 6 detik. Hal ini dilakukan sebagai salah satu tingkah laku terestrial atau untuk

melindungi anaknya. Selain itu, dengan mengeluarkan suara, dugong dapat saling berkomunikasi. Dugong juga berkomunikasi dengan mengeluarkan suara bergetar dengan frekuensi lebih dari 740 Hz, dalam batas 3-18 kHz dengan durasi 4 menit. Suara dugong memiliki 2-4 harmoni, bahkan dapat lebih dari itu. Dugong juga berkomunikasi melalui salakan yang lebih keras dengan frekuensi 500-2.200 Hz dengan durasi 3-12 detik. Para ilmuwan meyakini bahwa dugong menghasilkan suara-suara tersebut dari bagian depan epalanya, lebih tepatnya pada bagian larynx. 2. Menggendong Bayi Saat Menyusui Kebanyakan peneliti menganggap makhluk yang dianggap putrid duyung hanyalah sebuah kebohongan besar. Namun, sebagian lainnya akibat salah identifikasi. Dalam mengidentifikasi, hewan laut yang dianggap sebagai duyung yang paling utama adalah golongan sirenian, hewan herbivore yang habitat utamanya di sungai dan laut dangkal. Dua makhluk yang tergolong ke dalam sirenian tersebut, yakni dugong dan manatee. Kedua makhluk ini memiliki adaptasi yang luar biasa di dalam laut. walaupun gemuk, tetapi dalam beberapa pose, dugong atau manatee, lebih mirip hewan dalam mitos putri duyung. Seperti saat dugong dan manatee berjemur. Tubuhnya yang besar tampak seperti orang sedang berbaring menyamping dan ekornya terjuntai seperti kaki manusia. Yang lebih mirip tentu saja saat dugong atau manatee sedang menyusui anaknya. Kedua makhluk ini akan memenggendong anaknya di dada, sehingga seperti seorang wanita yang menyusui bayinya. Posisi itu pula yang dianggap dugong atau manatee seperti putri duyung. 3. Hewan langka pemakan tumbuhan langka Dugong hanya bisa memakan tumbuhan yang ada di dalam laut, yakni lamun. Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang menyesuaikan diri dengan terbenam di dalam laut. layaknya tumbuhan berbunga yang ada di darat, tumbuhan ini memiliki bunga dan buah yang berkembang menjadi benih. Lamun tumbuh subur di daerah pasang surut di perairan pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati, dengan kedalaman hingga 4 m.

Dengan habitat khususnya, maka duyung dan lamun menjadi tidak terpisahkan. Keduanya bisa tumbuh dan berkembang di kawasan yang luas, tetapi dengan perairan dangkal dan tenang, seperti di kawasan teluk dan hutan bakau. Maka ancaman terbesar bagi kedua makhluk hidup laut ini adalah bukan predator. Hewan yang akan memburu duyung, yakni buaya, hiu, dan paus. Ancaman terbesar bagi duyung dan lamin adalah manusia. pembukaan lahan baru di sekitar hutan bakau, atau perairan dangkal bisa merusak habitat lamun yang sekaligus akan menghilangkan sumber makanan bagi para duyung yang jumlahnya sudah semakin menyusut.

4. Moncongnya yang unik Yang unik dari dugong alis si putri duyung, yakni moncongnya yang menghadap ke bawah. Dengan bentuk uniknya, jika dilihat dari arah depan, dugong seperti tidak memiliki mulut, tetapi posisi moncongnya tersebut telah sangat membantu dugong saat mereka makan. Ia bisa dengan santai menyantap makanannya tanpa harus melihat posisi makanan tersebut. Dengan kata lain, walaupun sedang konsentrasi makan, mata dugong difungsikan lain, yakni mengawasi situasi sekitar. Biasanya hewan lain akan menjadi santapan para predatornya ketikan makan, tetapi dugong isa menghindarinya. Ia masih tetapi bisa mengawasi para predator yang akan memangsanya, karena bisa menatap langsung situasi jika dalam bahaya, sedangkan moncongnya bisa dengan santai menyantap makanan di bawahnya. Keunikan lain dari moncong dugong adalah digunakan sebagai penyeleksi sinyal kondisi di sekitar makanannya. Moncongnya tersebut bisa mengenali jika di antara makanannya terdapat sesuatu yang bisa membahayakan dirinya, termasuk kondisi makanan tersebut apakah mengandung racun atau tidak. Dengan kelebihan tersebut, maka sangat jarang sekali ditemukan dugong mati atau terdampar akibat terkena racun dari hewan berbisa di dalam laut.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Duyung adalah anggota dari kelas mammalia yang hidup di laut. Duyung berasal dari Famili Dugongidae, yang hanya terdiri dari 2 spesies dan satu spesies lainnya telah punah (Hydrodamalis gigas). 2. Duyung termasuk Kingdom Animalia ,Phyllum Chordata, Classis Mammalia, Ordo Sirenia, Familia Dugongidae, Genus Dugong, dan nama Spesies Dugong dugon

3. Duyung merupakan hewan mamalia yang bernafas menggunakan paruparu, sehingga duyung harus selalu mengambil nafas ke permukaan.

4. Duyung biasanya menempati perairan dangkal dan bukan di samudra,


terutama perairan yang banyak dipenuhi oleh lamun.

5. Duyung sebagai herbivore yang hidup di laut, cara makannya umumnya


sama dengan cara makan herbivore di darat, yaitu mengunyah-ngunyah makanannya.

6. Masa kehamilan berlangsung selama 12 14 bulan. Anak dugong tetap


hidup dengan induknya hingga usia 1,5 tahun.Setelah melahirkan, induk dugong tidak akan hamil untuk masa 2,5 sampai 7 tahun.

7. Saat anak duyung berusia 9 10 tahun, dugong telah matang secara


seksual. Namun, dalam beberapa kasus kematangan seksual baru terjadi pada usia 15 tahun.

8. Untuk menghindari predator seperti hiu, induk dugong melahirkan


anaknya di perairan dangkal.

9. Persebaran duyung terdapat di pesisir dan perairan pulau tropis dan


subtropis antara Afrika Timur himgga Pasifik bagian barat. Duyung hidup di perairan laut yang berair tenang dan dangkal dengan kedalaman sekitar 20 meter yang banyak ditumbuhi oleh lamun.

Anda mungkin juga menyukai