Anda di halaman 1dari 15

BESI DAN BAJA

Oleh: Kelompok V M. Wahyu Rafsanjani Ria Ultari Nimatul Husne Nursam Regina S. Hamzan (08 231 101) (08 231 141) (08 231 125) (08 231 133) (08 231 142)

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA IKIP MATARAM 2010

BESI DAN BAJA

Besi adalah logam transisi yang paling banyak dipakai karena relatif melimpah di alam dan mudah diolah. Besi murni tidak begitu kuat, tetapi bila dicampur dengan logam lain dan karbon didapat baja yang sangat keras. Biji besi biasanya mengandung hematite (Fe2O3) yang dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar 10 %, serta sedikit senyawa sulfur, posfor, aluminium dan mangan. 1. SIFAT FISIS BESI Fase padat Massa jenis (sekitar suhu 7,86 g/cm kamar) Massa jenis cair pada titik 6,98 g/cm lebur 1811K Titik lebur (1538 C, 2800 F) 3134K Titik didih (2861 C, 5182 F) Kalor peleburan 13,81 kJ/mol Kalor penguapan 340 kJ/mol (25C) 25,10 J/ Kapasitas kalor (molK)

2. SIFAT KIMIA BESI Seri kimia logam transisi Golongan, Periode, Blok VIIIB, 4, d Massa atom Konfigurasi elektron Jumlah elektron tiap kulit Bilangan oksidasi 55,845(2) g/mol [Ar] 3d6 4s2 2, 8, 14, 2 2, 3, 4,

(oksida amfoter) Elektronegativitas 1,83 (skala Pauling) Energi ionisasi pertama: 762,5 kJ/mol ke-2: 1561,9 kJ/mol ke-3: 2957 kJ/mol Jari-jari atom 140 pm Jari-jari atom (terhitung) 156 pm Jari-jari kovalen 125 pm Sifat magnetik ferromagnetik 1. Mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik. Karena memiliki ikatan ganda dan ikatan kovalen logam. 2. Besi murni cukup reaktif. Dalam udara lembab cepat teroksidasi membentuk besi (III) oksida hidrat. 3. EKSTRAKSI BESI DAN BAJA 3.1 Proses ekstraksi Besi Besi diekstraksi dari bijih besi yang mengandung senyawa besi seperti hematit (Fe2O3),magnetit (Fe3O4), dan siderit (FeCO3). Proses ekstraksi dilakukan dalam tungku yang disebut tanur tiup (blast furnace) dengan menggunakan metode reduksi. Berikut thaapan ekstraksi Fe dari bijih besi: Contohnya haematite (Fe2O3). Campuran padatan bijih besi haematite, coke dan limestone secara kontinu dimasukkan ke dalam blast furnace. Coke dibakar di dasar dan udara panas ditiupkan untuk membakar coke (karbon) untuk membentuk karbon dioksida dalam reaksi oksidasi (C menerima O).

Energi

panas

dibutuhkan

dalam

reaksi

eksotermik

untk

meningkatkan suhu blast furnace hingga di atas 1000O C untuk mempengaruhi reduksi bijih logam. o Karbon + oksigen karbon dioksida o C (s) + O2 (g) CO2 (g) Pada suhu tinggi terbentuk karbon dioksida, bereaksi dengan o o Karbon dioksida + karbon karbon monoksida (catatan : CO2 tereduksi dengan kehilangan O,C coke (karbon) lain untuk membentuk karbon monoksida

teroksidasi dengan menerima O) Karbon monoksida adalah


3+

molekul

yang

benar-benar

mengusir oksigen dari bijih besi oksida. Ini adalah reaksi reduksi (Fe2O3 kehilangan O, atau Fe O dan teroksidasi dalam proses). Logam besi dilelehkan pada suhu blast furnace tinggi dan o o o Besi (III) oksida + karbon monoksida besi + karbon Fe2O3(s) + 3CO(g) 2Fe(l) + 3CO2(g) Catatan, dalam kedua reaksi di atas, oksidasi dan menetes ke dasar blast furnace. Reaksi reduksi utama adalah: dioksida menerima tiga elektron untuk membentuk Fe) dan CO dikenal sebagai agen pereduksi (pengusir

reduksi selalu terjadi bersamaan! 3.2 Ekstraksi Baja Baja merupakan pemurnian dari besi tuang, yaitu dengan mengurangi kadar karbon dan pengotor lainnya seperti Si dan P. baja dibuat agar besi menjadi semakin kuat dan membuat paduan logam. Proses Umum pembuatan baja sebagai berikut. Menurunkan kadar karbon dari 3-4 % dalam besi cair menjadi 0-1,5 %

Pengotor seperti Si, Mn, dan P diikat oleh kapur yang dimasukkan besi cair. Ditambahkan logam seperti : Cr, Ni, Mn, V, dan Mo sesuai dengan jenis baja yang di inginkan. Cara membuat baja yaitu menuangkan leburan besi tuang kedalam wadah yang bagian dalamnya dilapisi baja tahan api yang disebut pengkonversi (converter).

Sebagian besar baja diproduksi dalam konverter oksigen basatungku berbentuk seperti silinder dengan salah satu ujung terbuka dan dilapisi bata tahan api dan dapat dimiringkan agar bahan awal dapat dimasukkan/ produknya dituangkan. Konverter ditegakkan di bawah tudung (untuk mengumpulkan gasnya) dan oksigen murni dengan kecepatann tinggi dihembuskan ke umpan di bawahnya melalui nozel di dalam tombak yang fleksibel.Tombak ini ditempatkan di atas permukaan lelehan umpan.oksigen yang lebih banyak dihembuskan ke dalam melalui tuyer yang dipasang di dasar konverter.

Dalam beberapa detik setelah semburan dilakukan, oksida kuat dimulai dalam besi gubal. 2Fe + O2 2FeO.

Silikon terbakar langsung menjadi SiO2 atau bereaksi dengan FeO menghasilkan produk yang sama. Si + O2 SiO2 2FeO + Si 2Fe + SiO2

SiO2 yang bersifat asam (asidik) ini lalu bereaksi dengan fluks yang bersifat basa (umumnya CaO, yang telah dihembuskan ke dalam campuran bersama dengan oksigen dan membentuk suatu produk yang terpisah dari logam panas sebagai terak:

Dalam terak. SiO2 + CaO CaO.SiO2 (l) Oksidasi posfor dan pembuangannya menjadi terak berlangsung dengan cara yang sama, 5FeO + 2P + 3CaO 5Fe + (CaO)3.P2O5 (l) Terak juga mengambil MnO (yang terbentuk melalui oksida mangan dalam besi gubal) dan sedikit FeO; kedua oksida logam ini bersifat asam. Karbon, zat asing utama dalam besi gubal, dioksidasi menjadi CO (g): C + FeO Fe + CO C + 1/2O2 CO Oksigen, hidrogen, dan nitrogen larut dalam lelehan baja dan harus dibuang sebelum baja dicetak. Ini membuat rongga dalam pencetakan. dalam baja. 2Al + 3/2O2 Al2O3 2Al + 3FeO Al2O3 + 3Fe Oksida aluminium yang tak larut membentuk lapisan yang mudah dipisahkan. 4. PERSENYAWAAN BESI A. Besi III Menjelang akhir proses pembuangan gas, Al ditambahkan. Penambahan bertujuan mengurangi kadar oksigen

Ion besi (III) berukuran relatif kecil dengan rapatan muatan 349 C mm-3 untuk low-spin dan 232 C mm-3 untuk high-spin, sehingga mempunyai daya mempolarisasi yang cukup untuk menghasilkan ikatan berkarakter kovalen. Sebagai contoh, besi (III) klorida berwarna merah hitam, berupa padatan dengan struktur jaringan kovalen. Pada pamanasan hingga fase gas terbentuk spesies dimerik, Fe2Cl6. besi (III) klorida dapat dibuat dari pemanasan langsung besi dengan klorin menurut persamaan reaksi: 2 Fe (s) + 3 Cl (g) 3 FeCl3 (s) Besi (III) bromida mirip dengan besi (III) klorida, tetapi besi (III) iodida tidak dapat diisolasi sebab ion iodida mereduksi besi (III) menjadi besi (II). 2 Fe3+ (aq) + 2 I- (aq) 2 Fe2+ (aq) + I2 (aq) Besi (III) klorida anhidrat bereaksi dengan air menghasilkan gas HCl karena reaksinya bersifat eksotermik, kontras dengan padatan kuning keemasan garam heksahidrat. FeCl3.6H2O, yang larut begitu saja dalam air menghasilkan ion heksahidrat, [Fe(H2O)6]3+: FeCl3 (s) + 3 H2O (l) Fe (OH)3 (s) + 3 HCl (g) + kalor Ion heksaakuabesi (III), [Fe(H2O)6]3+, berwarna agak ungu pucat, seperti halnya warna besi (III) nitrat nanohidrat. Warna kekuningan untuk senyawa kloridanya dapat dikaitkan dengan terjadinya transfer muatan Fe3+ Cl - Fe2+ Cl - dalam ion [Fe(H2O)5Cl]2+. Semua garam besi (III) larut dalam air menghasilkan larutan asam. Rapatan muatan kation yang relatif tinggi (232 C mm3-) mampu mempolarisasikan molekul air ligan dengan cukup kuat, sehingga molekul air pelarut dapat berfungsi sebagai basa dan memisahkan proton dari air ligan.

Warna biru senyawa ini sering dimanfaatkan untuk pembuatan tinta, cat, termasuk pigment cetak biru. Selain itu, uji paling sensitif adanya ion besi (III) adalah dengan menambahkan larutan ion tiosianat ke dalam larutan Fe(III); terjadinya warna merah darah oleh karena terbentuk ion pentaaquotiosianatobesi (III), sebagai indikasi adanya ion Fe3+ dalam larutan. [Fe(H2O)6]3+ (aq) + SCN- (aq) [Fe(H2O)5(SCN)]2+ (aq) + H2O (l) Warna ini sangat khas dan mudah dikenali, sehingga hadirnya sekelumit pengotor ion besi (III) dapat terdeteksi dengan ion tiosianat ini. Reaksi ion besi (III) lainnya yang cukup unik adalah dengan larutan ion tiosulfat dalam keadaan dingin ( pada suhu es), menghasilkan warna violet gelap ion bis(tiosulfato)ferat (III): [Fe(H2O)6]3+ (aq) + 2 [S2O3]2- (aq) [Fe(S2O3)2]- (aq) + 6 H2O (l) Jika larutan ini dihangatkan hingga temperatur kamar terjadi reaksi redoks: Fe3+ (aq) + [Fe(S2O3)2]- (aq) 2 Fe3+ (aq) + [S4O6]2- (aq) Ion heksasianoferat (III), [Fe(CN)6]3-, berwarna agak kemerahan dan dapat dibuat dari oksidasi heksasianoferat (II), [Fe(CN)6]4-, misalnya dengan Cl2. B. Besi (II) besi (II) klorida anhidrat, FeCl2, dapat dibuat dengan mengalirkan gas HCl kering pada logam besi panas. Karena gas H2 yang dihasilkan bersifat reduktor, maka oksidasi lanjut Fe(II) menjadi besi(III) dapat dicegah: Fe (s) + 2 HCl (g) FeCl2 (s) + H2 (g)

Besi (II) klorida anhidrat tak berwarna demikian juga tetrahidratnya, tetapi heksahidratnya menjadi agak kehijauan. Baik besi (II) klorida anhidrat maupun terhidrat, keduanya ionik. Hal ini dapat diasosiasikan dengan rendahnya densitas muatan besi (II) (~98 Cmm-3) yang jauh berbeda dengan besi (III) (~232 C mm-3). Semua garam besi (II) terhidrat mengandung ion [Fe(H2O)6]2+ yang berwarna pucat kehijauan, jika sebagian teroksidasi menjadi besi (III) warna menjadi kuning kecoklatan. Kristal garam besi (II) sulfat heptahidrat, FeSO4. 7H2O, cenderung kehilangan beberapa molekul air (efloresense). Dalam fase padat, garam rangkap amonium besi (II) sulfat heksahidrat, (NH4)2Fe(SO4)2. 6H2O, atau lebih tepatnya amonium heksaakuabesi (II) sulfat heksahidrat, [(NH4)2Fe(H2O)6][SO4]2, atau disebut juga garam Mohr, menunjukkan stabilitas kisi yang paling tinggi. Garam ini di udara terbuka tidak mengalami efluoresense dan juga tidak teroksidasi, sehingga sering dipakai sebagai larutan kalium permanganat. Garam tris (1,2diaminoetana)besi (II) sulfat, [Fe(en)3][SO4], juga dapat dipakai sebagai standar redoks. Kehadiran nitrogen monoksida, NO, dapat menggantikan posisi salah satu molekul air dalam ion heksaaquobesi (II) menjadi ion pentaaquonitrosilbesi (II) yang berwarna coklat tua dan sering muncul sebagai cincin coklat pada uji ion nitrat dalam tabung uji: NO (aq) + [Fe(H2O)6]2+ (aq) [Fe(H2O)5(NO)]2+ (aq) + H2O (l) Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan ion besi(II) pada awalnya menghasilkan endapan gelatin hijau besi (II) hidroksida. Tetapi, hadirnya oksidator misalnya dari udara, mengakibatkan terjadi perubahan warna menjadi kuning coklat dari besi (III) oksida terhidrat menurut persamaan reaksi: Fe2+ (aq) + 2 OH- (aq) Fe(OH)2 (s)

Sama seperti ion besi (III) yang dapat diidentifikasi dengan ion heksasianoferat (II), [Fe(CN)6]4-, ion besi (II) juga dapat dideteksi dengan ion heksasianoferat(III), [Fe(CN)6]3-, dengan menghasilkan produk yang sama dengan biru Prusian (yang pada mulanya disebut biru Turnbull ketika diduga merupakan paoduk berbeda): 3 Fe2+ (aq) + 4 [Fe(CN)6]3- (aq) Fe4[Fe(CN)6]3 (s) + 6 CN- (aq) Harga potensial oksidasi besi (II) menjadi besi (III) sangat bergantung pada ligannya. Sebagai contoh, ion heksasianoferat(II), [Fe(CN)6]4-, jauh lebih mudah teroksidasi daripada ion heksaaquobesi(II), [Fe(H2O)6]2+: [Fe(CN)6]4- (aq) [Fe(CN)6]3- (aq) + e [Fe(H2O)6]2+ (aq) [Fe(H2O)6]3+ (aq) + e Eo = -0,36 V Eo = -0,77 V

Perbedaan nilai potensial reduksi tersebut terutama berkaitan dengan (1) muatan ion, dan (2) sifat spin ion besinya yang disebabkan oleh perbedaan kuat medan ligan yang bersangkutan. Pada dasarnya ion logam bermuatan rendah lebih stabil daripada ion bermuatan tinggi. Untuk ion komplek pertama, bola koordinasi ligan menghasilkan muatan negatif yang terlalu besar (6CN) di seputar ion pusat besi (II) dan muatan ion total yang telalu tinggi (-4) sehingga mengurangi stabilitas muatan ion pusat. Tetapi, ligan siano menghasilkan medan ligan kuat, sehingga ion kompleks bersifat low-spin dengan energi penstabilan medan ligan yang lebih besar dan konfigurasi elektronik yang relatif lebih simetri pada [Fe(CN5)]4- - d6 dibandingkan dengan kedua aspek tersebut pada [Fe(CN)6]3- - d5. Dengan demikian, kompensasi kedua aspek ini kurang saling mendukung untuk kesetabilan kedua tingkat oksidasi dan akibatnya nilai potensial reduksi ion kompleks ini agak rendah. 5. SINTESIS BESI DAN BAJA

a. sintesis besi besi diolah dari bijihnya dalam suatu tungku yang disebut tanur tiup (blast furnace). Tanur tiup berbentuk silinder raksasa dengan tinggi 30 m atau lebih dan diameter digunakan bagian tengah sekitar 8 m. Bahan yang dalam pengolahan besi, selain bijih besi adalah kokas (C) dan batu kapur (CaCO3). Kokas berfungsi sedangkan sebagai batu reduktor, kapur

berfungsi sebagai fluks, yaitu bahan yang akan bereaksi dengan pengotor dalam bijih besi dan memisahkan pengotor itu dalam bentuk cairan kental yang disebut terak (slag). Komposisi bahan-bahan tersebut bergantung pada pengotor dalam bijih besi. Bijih besi mengandung pengotor, baik yang bersifat asam seperti SiO2 (pasir), Al2O3, dan P2O5, maupun pengotor yang bersifat basa seperti CaO, MgO, dan MnO. Akan tetapi, biasanya pengotor yang bersifat asam lebih banyak sehingga perlu ditambahkan fluks yang bersifat basa, yaitu CaCO3. Proses/reaksi yang terjadi pada pengolahan besi secara garis besar sebagai berikuat: Bijih besi, kokas, dan batu kapur diumpankan dari puncak tanur, sementara dari bagian bawah tanur dengan membebaskan kalor, sehingga suhu di daerah itu dapat mencapai 2000oC. C (s) + O2 (g) CO2 (g) + kalor Ketika bergerak naik, gas CO2 yang baru terbentuk itu bereaksi lagi dengan kokas yang bergerak turun membentuk CO.

CO2 (g) + C (s) 2CO (g) Gas CO inilah yang akan mereduksi bijh besi secara bertahap. (+3) Fe2O3
tahap1

(+3/+2) Fe3O4
tahap2

(+2) FeO
tahap3

(0) Fe

Tahap 1 : 3Fe2O3 + CO 2Fe3O4 + CO2 Tahap 2 : Fe3O4 + CO 3FeO + CO2 Tahap 3 : FeO + CO Fe + CO2 Reaksi totalnya dapat dituliskan sebagai berikut. FeO3 (s) + 3CO (g) 2Fe (l) + 3CO2 (g) Oleh karena suhu tanur sangat tinggi, besi yag terbentuk berupa

cairan. Reaksi pembentukan terak yang menghilangkan pengotor berlangsung sebagai berikut. CaCO3 (s) CaO (s) + CO2 (g) CaO (s) + SiO2 (s) CaSiO3 (l) 3CaO (s) + P2O5 (g) Ca3 (PO4)2 (l) (800-900oC) (1200oC) (1200oC)

Reaksi yang menghsilkan pengotor yang larut dalam besi cair. MnO + C Mn + CO SiO2 + 2C Si + 2CO P2O5 + 5C 2P + 5CO (1400oC) (1400oC) (1400oC)

Mn, Si, P, C, dan S larut dalam besi cair. Besi cair turun ke dasar tanur dan dikeluarkan secara periodik. Adapun terak, karena massa jenisnya lebih kecil, mengapung di atas besi cair itu. Lapisan terak sekaligus

berfungsi melindungi besi cair dari oksidasi kembali. Terak dikeluarkan dari saluran tersendiri dan dapar digunakan sebagai bahan dasar pembuatan jalan raya atau bahan pupuk. Besi yang dihasilkan dari tanur disebut besi gubal (pig iron) atau besi kasar, mengandung kira-kira 95% besi, 3-4 % karbon, dan sisanya pengotor lain seperti Mn, Si, P, dan S. Besi gubal bersifat keras tetapi rapuh. Pada umumnya, sebagian lain dapat dialirkan ke dalam cetakan sehingga diperoleh besi tulang (cast iron). Besi tempa diperoleh dari besi gubal dengan mengurangi kadar karbon. Besi tempa lebih lunak dan tidak rapuh. b.Sintesis baja logam-logam campur dari besi disebut baja. Perubahan yang harus dilakukan pada pembuatan baja dari besi gubal, yaitu : 1. menurunkan kadar karbon dari 3 - 4 % menjadi 0 - 1,5 %, 2. menghilangkan pengotor seperti Si, Mn, dan P, 3. menambahkan logam-logam campur seperti Ni dan Cr, sesuai dengan jenis baja yang akan dibuat. Tungku oksigen adalah silinder baja raksasa dengan pelapis yang bersifat basa pada bagian dalamnya. Tungku ini berkapasitas sekitar 200 ton besi cair, 80 ton besi bekas, dan 18 ton kapur (CaO) sebagai fluks. Ke dalam campuran yang berupa cairan sangat panas itu ditiupkan oksigen murni melalui pipa berpendingin. Gas oksigen akan mengoksidasi karbon menjadi karbon monoksida (CO), sedangkan pengotor lainnya dipisahkan ke dalam terak. Proses pembuatan baja dengan tungku oksigen ini hanya memerlukan waktu sekitar 22 menit.

6. PENGGUNAAN BESI DAN BAJA a. Kegunaan besi

Digunakan

sebagai

campuran

untuk

membuat

paduan

logam,misalnya untuk membuat baja, besi tempa, besi tuang, dll, yang banyak digunakan sebagai bahan bangunan, peralatanperalatan logam, rangka kendaraan,dll. Digunakan untuk membuat lembaran logam seperti lembaran logam berlapis seng. Besi murni digunakan sebagai bahan elektromagnet. Senyawa-senyawa besi digunakan dalam bidang kedokteran untuk pengobatan anemia. Digunakan sebagai ionik. b. kegunaan baja Jenis baja sangat beragam sehinga penggunaannya sangat luas, mulai dari mainan anak, perkakas dapur,industri kendaraan, konstruksi bangunan. Salah satu contoh baja yang paling terkenal adalah baja tahan karat (stainless stells), yang merupakan paduan (alisase) besi dengan kromium (14 18 %) dan nikel (7 9 %). Baja tahan karat digunakan untuk membuat perkakas seperti guntin, obeng, dan kunci; perkakas dapur seperti sendok, dan panci; dan sebagainya.

Daftar Pustaka Cotton, Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI-Press. Jakarta Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 3. ITB: Bandung. Keenan, Charles. W. 1992. Kimia untuk Universitas Jilid 2. Erlangga : Jakarta. Oxtoby, David.W. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid II. Erlangga: Jakarta. Sudjana, Atep. 2004. Sains Kimia. Galaxy Puspa Mega: Bekasi. Sunardi. 2006. 116 unsur kimia deskripsi dan pemanfaatannya. Yrama Widya: Bandung http://www.wikipedia.com id, Wikipedia.org/wiki/Besi (Situs Ensiklopedi Wikipedia)

Anda mungkin juga menyukai