Anda di halaman 1dari 3

LAHIRNYA RUMAH SAKIT JIWA

Klaim yang dibantah oleh Foucault mengenai tradisi yang diannut oleh Tuke di inggris dan Pinel di Prencis yaitu adanya pemisahan antara pelaku tindak kejahatan, orang-orang miskin dari orang gila yang pada umunya dilakukan karena ingin melindungi mereka dari ketakutan atas orang gila. Foucault melihat kenyataan jika Tuke membangun rumah sakit jiwa yang merupakan menggunakan cara pemaksaan fisik. Samuel Tuke adalah pengikut sekte Queker. Ia mengelola rumah sakit jiwanya dengan etos religius. Kerja ditanamkan sebagai aturan moral, kepatuhan pada keteraturan. Kekerasan digantikan dengan model pengawasan dan penilaian oleh pihak yang mempunyai keweanangan. Semua diatur sedemikian rupa sehingga pasien tidak ubahnya seperti anak kecil, yang diberi hadiah ketika melakukan kebaikan, dan diberikan punishment jika melakukan kesalahan. Dalam rumah sakit inipun berlaku system pendidikan yang diterapkan, pertama, pasien dibuat patuh, kemudian diberi dorongan dan pada akhirnya mereka diarahkan untuk bekerja. Kegilaan pada abad ke-19 mulai dikategorikan sebagai gangguan social. Tuke dan Pinel menjadikan rumah sakit jiwa sebagai ruang pengadilan dimana orang dituduh, dihakimi dan duhukum. Selama abad pertengahan orang gila tidak dikekang, mereka memiliki kebebasan, bahkan sampai abad ke-18. Barulah pada abad ke-19 dialog antara akal dan nirnalar. Foucault mengatakan bahwa mungkin dalam kegilaan terdapat kebijaksanaa. Menurut Foucault kegilaan tidak pernah dapat dipahami dan tidak dapat dijelaskan dengan utuh. Manusia telah dibebaskan dari ikatan rantai fisik, tapi manusia dibelenggu dengan ikatan rantai mental. Lahirnya rumah sakit jiwa dapat dilihat sebagai pembentukan subjektifitas. Foucault juga memnbicarakan kondisi hidup sehari hari dan nasib spesifik bagi mereka yang dicap gila dalam Madness bagian system besar yang unsur dasarnya adalah pengendalian diri tetapi dengan

and Civilization. Bagi Foucault menjadi bebas bagi romantisasi kegilaan tidak berarti tidak menjadi makhluk yang rasional dan sadar. KEKUASAAN DISIPLIONER Foucault seperti halnya Nietzsche membalik cara pandang umum hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan. Karena pada umunya beraggapan bahwa penngetahuan yang memberikan kekuasan untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan tanpa pengetahuan itu. Tetapi Foucault melihat jika pengetahuan adalah kekuasaan untuk menguasai yang lain, kekuasaan untuk mendefisinikan yang lain. Pengetahuan tidak lagi membebaskan dan menjadi mode pengawasan, peraturan dan disiplin. Karya terbesarya adalah Discipline and Punish, memusatkan perhatian pada oang dibawah pengawasan dianggap lebih efisien dan menguntungkan daripada membuat mereka patuh terhadap hukum tertentu. Foucault mengatakan dalam system feodal dan monarki individualisasi terbesar adalah ia yang berda di posisi tertinggi dalam masyarakat. Kekuasaan dapat dilihat dalam diri raja yang memiliki kekuasaan tidak terbatas atas setiap subjek. Konsep kejahatan belum dapat dibedakan dari tindakan yang melanggar sehingga hukuman diberikan dalam bentuk ritual yang ditujukan bukan untuk mengubah mealinkan untuk memulihkan kesucian hukum yang dilanggar. Secara umum kekuasaan pada masa feodal tidak jelas, karena tidak rinci. Sementara pada masyarakat modern agen hukum menjadi sistem pengawassan serta penertiban impersonal dan luas pada psikologi tiap individu. Masyarakat tahu penjara tidak mebuat orang menjadi baik, tapi justru sebaliknya, menciptakan penjahat dan kejahatan. Penjahat dapat dimanfaatkan sebagai informan. Bagi Foucault kejahatan terlalu penting ditinggalkan untuk memimpikan mimpi yang berbahaya.

Sarup, Madan. 2008. Panduan Pengantar untuk Memahami Postrukturalisme & Postmodernisme (Penerjemah: Mendhy Aginta Hidayat). Yogyakarta: Jalasutra.

Anda mungkin juga menyukai