Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya menanggulangi masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan dengan obat-obatan modern dikenal masyarakat. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi populer saat ini sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk pengobatan dengan tanaman berkhasiat obat (herbal). Keunggulan pengobatan herbal selain ekonomis juga bersifat alami. Karena itu, penggunaan tanaman berkhasiat obat (herbal) sangat penting karena relatif lebih aman.1 Masyarakat di kepulauan Ambon sejak dulu memanfaatkan hasil penyulingan daun kayu putih yaitu minyak kayu putih dengan cara mengoleskannya ke bagian tubuh untuk mengobati sakit perut, mual, pusing, gatal-gatal, dan juga untuk menghangatkan badan. Penduduk asli Australia (Aborigin) dari pantai utara New South Wales, menggunakan daun kayu putih untuk merawat luka teriris/tergores, gigitan serangga dan infeksi kulit.4 Di Indonesia, masyarakat Sulawesi Utara antara lain Manado, Minahasa dan Sangihe juga menggunakan minyak kayu putih untuk menghentikan perdarahan pada saat luka.

Pohon kayu putih (Melaleuca leucadendra L) terutama tumbuh baik di Indonesia


bagian timur (Ambon) dan Australia bagian utara dan selatan.

Di Australia, pohon kayu putih dikenal dengan nama Tea tree oil. Daun kayu putih dengan proses penyulingan akan menghasilkan minyak atsiri yang dikenal dengan minyak kayu putih, yang warnanya kuning-kehijauan.3,5 Hemostasis atau penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak, melibatkan empat faktor utama : spasme pembuluh darah, pembentukan

sumbat trombosit, koagulasi darah dan pertumbuhan jaringan ikat pada daerah yang rusak. Jika terjadi kerusakan dinding pembuluh darah , maka akan terjadi perdarahan dari pembuluh darah. Ketika terjadi perdarahan dari pembuluh darah, tekanan di dalam pembuluh darah lebih besar daripada tekanan di luar pembuluh darah, sehingga darah terdorong keluar melalui kerusakan tersebut. Proses hemostasis dalam keadaan normal mampu menambal kebocoran dan menghentikan pengeluaran darah melalui kerusakan kecil di kapiler, arteriol, dan venula. Dalam keadaan normal, proses hemostasis menjaga agar kehilangan darah melalui trauma menjadi minimum. 8 Berdasarkan pengalaman berbagai masyarakat antara lain masyarakat Manado, Minahasa dan Sangihe, peneliti ingin mengetahui apakah ekstrak daun kayu putih ini mempunyai efek dalam memperpendek masa pembekuan darah.

1.2 Rumusan Masalah Apakah ekstrak daun kayu putih (Melaleuca leucadendra L) mempunyai efek dalam memperpendek masa pembekuan darah?

I.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah ekstrak daun kayu putih mempunyai efek yang dapat memperpendek masa pembekuan darah.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi tentang adanya efek pembekuan darah yang terdapat Pada ekstrak daun kayu putih.

2. Menambah pengetahuan mengenai tanaman kayu putih. 3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kerajaan : Plantae Divisi Kelas Ordo Famili Genus: Spesies : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Myrtales : Myrtaceae (Suku jambu-jambuan) 4 Melaleuca : M. leucadendra

II.1 Kayu Putih II.1.1 Taksonomi3

Gambar 1. Tumbuhan Kayu Putih

II.1.2 Sinonim4
5

M. cajuputi, Roxb., M. cumingiana et lancifolia Turcz., M. minor Sm., M. saligna B., M. viridifolia, Gaertn., Myrtus leucadendra, Linn., M. saligna Gmel.

II.1.2.1 Nama Daerah :3 Ambon/Maluku : iren, sakelan, irano, ai kelane, irono, elan Sunda, Jawa Madura Batak Melayu Sulawesi : Gelam : Ghelam : Inggolom : Gelam, kayu gelang, kayu putih : Balu garang, Waru gelang, kayu putih

Nusa Tenggara : Ngelak Kalimantan : Gelam (Dayak)

II.1.2.2 Nama Asing :3 China Inggris : Bai qian ceng : Tea tree oil, paper bark tree

II.1.3 Uraian Tanaman Pohon kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) merupakan pohon anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae). Daun kayu putih dimanfaatkan sebagai sumber minyak kayu putih (cajuput oil). Pohon kayu putih dapat tumbuh di tanah tandus dan tahan panas. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 meter dari permukaan laut (dpl), dapat tumbuh di dekat pantai, di tanah berawa atau membentuk hutan kecil di tanah kering dan basah. Batang pohonnya tidak terlalu besar, berdaun tunggal, agak tebal, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, bertangkai pendek, letaknya berseling. 1,3,5

II.1.4 Kandungan Kimia Daun kayu putih ini mengandung senyawa kimia, antara lain: melaleucin dan minyak atsiri yang terdiri dari terpineol, cineol dan lignin.1,3,4

II.1.5 Khasiat Tanaman pohon kayu putih ini diketahui dapat mengobati berbagai macam penyakit. Daun pohon kayu putih bisa digunakan untuk mengobati rematik, batuk, demam, flu, sakit gigi, sakit kepala, dan radang kulit. Minyak
7

kayu putih digunakan untuk mengobati bronkitis, radang tenggorokan, jerawat, memar, diare, sakit telinga, sakit kepala, eksim, peradangan, rematik, sakit gigi, mules/sakit perut, luka bakar dan kram.3,4,5,12 Beberapa peneliti membuktikan bahwa minyak kayu putih juga mempunyai efek anti jamur.19

II.2 Hemostasis Hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak. 10 Hemostasis terjadi melalui beberapa cara : 10,13,17 Konstriksi/spasme vaskuler Pembentukan sumbatan trombosit Pembekuan darah Pertumbuhan jaringan ikat pada daerah yang rusak

II.3 Pembekuan Darah Pembekuan darah atau koagulasi darah adalah transformasi darah dari bentuk cairan menjadi gel padat. Pembentukan suatu bekuan di atas sumbat trombosit memperkuat dan menunjang sumbat yang menutupi lubang di pembuluh darah. Koagulasi adalah mekanisme hemostatik tubuh yang paling kuat untuk menghentikan perdarahan dari semua defek.7,13

Faktor-faktor Pembekuan :,9,15,16,17 Faktor I : Fibrinogen, adalah suatu glikoprotein dengan berat molekul 330.000 dalton. Disintesis di hepar. Faktor II : Protrombin, dibentuk di hati dan memerlukan vitamin K dalam proses sintesisnya. Faktor III : Tromboplastin jaringan. Faktor IV : Ion kalsium. Faktor V : Proasselerin atau faktor labil, protein ini dibentuk oleh hati dan kadarnya menurun pada penyakit hati. Faktor ini merupakan faktor plasma yang mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin. Faktor VII : Asselerator konversi protrombin serum, dibuat di hati dan memerlukan vitamin K dalam pembentukannya. Faktor ini merupakan faktor dalam serum yang mempercepat perubahan protrombin. Faktor VIII : Faktor antihemofili. Faktor IX : Faktor Christmas, dibentuk di hati dan memerlukan vitamin K dalam proses sintesisnya.. Faktor X : Disebut dengan Faktor Stuart-Power, dibuat di hati dan memerlukan vitamin K dalamproses sintesisnya.
9

Faktor XI : Antisenden tromboplastin plasma, dibentuk di hati tetapi tidak memerlukan vitamin K dalam sintesisnya.

Faktor XII : Faktor Hageman. Faktor XIII : Faktor untuk menstabilkan fibrin.

II.3.1 Lintasan Pembekuan Darah Ada dua lintasan yang berperan dalam proses pembekuan darah , yaitu lintasan intrinsik dan ekstrinsik. Lintasan intrinsik dan ekstrinsik menyatu dalam sebuah lintasan terakhir yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi trombin dan pemecahan fibrinogen yang dikatalisis trombin untuk membentuk bekuan fibrin. Jalur Intrinsik mencetuskan pembekuan intravaskuler serta pembekuan sampel darah dalam tabung reaksi.
6,8

Jalur Intrinsik dimulai pada saat faktor XII (faktor Hageman) diaktifkan karena berkontak dengan kolagen yang terpajan di pembuluh yang cedera atau permukaan benda asing, misalnya tabung reaksi kaca. Faktor XIIa (faktor XII aktif) kemudian akan mengaktifkan faktor XI (antisenden tromboplastin plasma) menjadi faktor XIa. Kemudian dengan bantuan faktor IV (Ca2+), faktor XIa akan mengaktifkan faktor IX (faktor christmas) menjadi faktor IXa. Faktor IXa akan bekerjasama dengan Ca2+, faktor VIII(faktor
10

antihemofili), dan PF3 (platelet faktor 3) untuk mengaktifkan faktor X (faktor Stuart-Power) menjadi Xa. Bersamaan dengan itu, dimulai juga Jalur ekstrinsik dengan pengaktifan faktor X menjadi Xa.

Tapi pada jalur ekstrinsik, pengaktifan faktor X menjadi Xa dipengaruhi oleh tromboplastin jaringan yang dikeluarkan oleh jaringan yang cedera, dengan bantuan Ca2+ dan faktor VII (asselerator konversi protrombin serum). Kemudian dari pengaktifan faktor X seterusnya, langkah-langkah di kedua jalur identik. Faktor Xa dengan bantuan Ca2+, faktor V (proasselerin atau faktor labil), dan PF3 akan mengubah protrombin (faktor II) menjadi trombin . Trombin inilah yang kemudian akan mengubah Fibrinogen (faktor I) menjadi fibrin jaringan longgar. Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, trombin juga

mengaktifkan faktor XIII (faktor untuk menstabilkan fibrin) yang kemudian mengubah fibrin jaring longgar menjadi fibrin jaring stabil. Setelah fibrin jaring stabil terbentuk, maka sel-sel darah akan terperangkap dan kemudian akan terbentuk bekuan darah.15,16,17,18

11

12

II.4 Penentuan Masa Pembekuan Darah14 Melalui test masa pembekuan darah ini ditentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku. Penentuan masa pembekuan dikenal ada dua cara, yaitu : 1. Masa pembekuan dengan menggunakan tabung berdiameter 8 mm (Cara Lee dan White) 2. Masa pembekuan dengan menggunakan tabung kapiler (Cara Duke) Cara yang menggunakan tabung kapiler kurang dapat diandalkan karena dengan cara ini relative banyak cairan jaringan berisikan tromboplastin jaringan bercampur dengan darah yang keluar. Penentuan masa pembekuan

13

dengan menggunakan tabung berdiameter 8 mm (Cara Lee dan White) lebih dapat diandalkan. Pada karya tulis ini, penentuan masa pembekuan dilakukan dengan metode modifikasi dari cara Lee-White dengan pencampuran ekstrak pada darah.

II.4.1. Masa Pembekuan menurut Modifikasi Lee dan White14 1. Sediakan dalam rak : tabung berdiameter 7-8 mm
2. Lakukan pungsi vena dengan semprit 5 atau 10 ml; pada saat darah

kelihatan masuk kedalam semprit jalankan stopwatch.Isaplah 5 ml darah.


3. Cabutlah jarum dari semprit dan alirkanlah perlahan-lahan 1 ml darah ke

dalam tiap tabung yang dimiringkan pada waktu diisi dengan darah. 4. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk melihat apakah telah terjadi pembekuan. Jagalah jangan sampai tabung lainnya tergoyang.
5. Setelah darah dalam tabung pertama beku, periksalah tabung kedua tiap 30

detik juga terhadap adanya pembekuan. Catatlah waktunya. 6. Masa pembekuan darah itu ialah masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua, ketiga, dan keempat. Masa pembekuan itu dilaporkan dengan dibulatkan sampai 30 detik.

Bermacam-macam

kesalahan

teknik

cenderung

memperpendek

masa

pembekuan darah seperti : pencampuran darah dengan tromboplastin jaringan, pungsi vena yang tidak berhasil dengan baik, terdapatnya busa dalam semprit
14

atau dalam tabung, menggoyang-goyang tabung yang tidak sedang diamati, semprit dan tabung kotor. Diameter tabung yang digunakan juga berpengaruh terhadap masa pembekuan darah. Semakin kecil diameter suatu tabung, semakin pendek masa pembekuan darahnya. Sebaliknya, semakin lebar diameter suatu tabung, semakin panjang masa pembekuannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Bentuk Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental.

III.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2011.

III.3 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Advance Fakultas MIPA dan

Laboratorium Patologi Klinik, Universitas Sam Ratulangi Manado.

III.4 Alat dan Bahan III.4.1 Alat :


15

Blender Oven Batang pengaduk gelas Timbangan digital Ayakan tepung Kertas penyaring Whartman No. 42

Pipet digital Rak & Tabung kaca berdiameter 7-8 mm. Semprit 10 cc. Kapas alkohol Stopwatch

III.4.2 Bahan : Darah Daun kayu putih

III.5 Prinsip Penelitian Penambahan ekstrak daun kayu putih pada sampel darah adalah untuk melihat efek ekstrak daun kayu putih dalam proses pembekuan darah. Darah dinyatakan telah membeku, bila tabung reaksi dimiringkan 900 ke arah horizontal dan darah tidak lagi mengalir pada dinding tabung reaksi..
16

Diharapkan dengan penambahan ekstrak daun kayu putih, waktu pembekuan darah dapat terjadi lebih cepat.

III.6 Definisi Operasional


-

Daun Kayu Putih : Daun kayu putih yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kayu putih yang masih muda dan berukuran kecil.

Pembekuan Darah : Darah dinyatakan telah membeku, bila tabung reaksi dimiringkan 900 ke arah horizontal dan darah tidak lagi mengalir pada dinding tabung reaksi

III.7 Prosedur Penelitian III.7.1 Pengambilan Bahan Daun kayu putih diambil dari pekarangan rumah salah satu masyarakat di Ambon. Sampel darah yang digunakan pada penelitian ini adalah darah yang dipungsi dari vena kubiti. Darah diperoleh dari sukarelawan dengan kriteria :
Pria / wanita, berumur 20-25 tahun Sehat : berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan tidak ada

riwayat perpanjangan perdarahan, diasumsikan tak ada kelainan hemostasis. Sampel darah vena kubiti diambil pada setiap sampel sebanyak 8 cc. Jumlah sampel seluruhnya yaitu 10 orang. Sebelum dilakukan pengambilan darah, sukarelawan diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan diadakan
17

penelitian dan resiko-resiko yang dapat muncul. Setelah mengerti dan setuju, kemudian diberikan surat pernyataan setuju yang ditanda tangani sebagai bukti informed consent.

III.7.2 Teknik Ekstraksi11


-

Daun kayu putih yang sudah dibersihkan, digunting halus kemudian disebarkan di atas meja untuk dikeringanginkan selama 7 hari.

Setelah kering, daun kayu putih dihaluskan dengan blender. Daun kayu putih yang sudah diblender halus, ditimbang sebanyak 50 gram kemudian dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 250 ml selama 24 jam.

Setelah dimaserasi selama 24 jam, larutan disaring dengan kertas saring. Didapatkan filtrat I.

Sisa-sisa filtrat I (debris I) dimasukkan kembali ke dalam wadah dan direndam dengan menggunakan etanol 70 % selama 24 jam.

Setelah dimaserasi selama 24 jam, larutan disaring. Didapatkan filtrat II . Filtrat I dicampur dengan filtrat II, kemudian dievaporasi menggunakan evaporator dengan suhu 80-900C selama 3-4 jam.

Setelah dievaporasi, ekstrak daun kayu putih dikeringkan di oven dengan suhu 400C selama 2-3 hari untuk mendapatan ekstrak daun kayu putih kering.

III.7.3 Uji Pembekuan Darah


18

Sebelum dilakukan pemeriksaan Masa Pembekuan pada 10 sampel yang ada, dilakukan terlebih dahulu pengujian awal terhadap dosis optimal dari ekstrak daun kayu putih yang akan digunakan.

Volume larutan ekstrak daun kayu putih yang akan ditambahkan ke dalam 1 ml darah : 0,2 ml. Jumlah sampel 10 orang. Volume larutan ekstrak daun kau putih keseluruhan yang dibutuhkan 8 ml. Cara penentuan dosis optimal :
1. Larutan NaCl 0,9 % sebanyak 10 ml ditambahkan ekstrak daun kayu putih

untuk mengetahui berapa banyak ekstrak yang terlarut dalam larutan NaCl 0,9 % tersebut. 2. Ambil 0,5 ml larutan ekstrak-NaCl kemudian taruh di gelas kaca yang sudah ditimbang terlebih dahulu lalu diuapkan dalam oven sampai kering. Diasumsikan, setelah air menguap yang tersisa hanya ekstrak dan garam. 3. Timbang berat dari ekstrak-garam, didapatkan : 15,7593 gram. Diketahui, berat gelas kaca awal : 15,7494 gram. Selisihnya : 0,0099 gram merupakan berat bersih ekstrak dan garam yang tersisa.
4. Hitung banyaknya garam yang terlarut dalam 0,5 ml larutan yang

diuapkan, caranya :
19

NaCl 0,9 % = 0,9 gram/100 ml = 0,009 gram/1 ml = 0,0045 gram/0,5 ml.


5. Hitung banyaknya ekstrak yang terlarut dalam 0,5 ml larutan yang

diuapkan, caranya : berat ekstrak-garam yang tersisa : 0,0099 0,0045 (berat garam) = 0,0054 gram. Dosis ekstrak yang terlarut : 0,0054 gram/0,5 ml = 0,108 gram/10 ml = 108 mg/10 ml.
6. Larutan ekstrak yang diperlukan untuk uji pembekuan darah pada 10

sampel adalah 10 ml. Untuk mencari dosis ekstrak daun kayu putih yang optimal harus dilakukan pengujian awal. Pertama-tama dilakukan pengenceran terhadap dosis 108 mg/10 ml menjadi 10 mg/10 ml, 20 mg/10 ml, 30 mg/10 ml, 40 mg/10 ml, 50 mg/10.

Caranya : M1V1 = M2V2

Ket. M1 = Dosis larutan awal V1(x) = Volume ekstrak yang akan diencerkan M2 = Dosis larutan yang diuji coba V2 = Volume ekstrak yang dibutuhkan

20

- 10 mg : 108 . (x) = 10 . 10 (x) = 100/108 = 0,925 ml. Encerkan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 9,075 ml - 20 mg : 108 . (x) = 20 . 10 (x) = 200/108 = 1,851 ml. Encerkan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak - 30 mg : 108 . (x) = 30 . 10 (x) = 300/108 = 2,777 ml Encerkan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 7,223 ml - 40 mg : 108 . (x) = 40 . 100 (x) = 400/108 = 3,703 ml Encerkan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 6,297 ml - 50 mg : 108 . (x) = 50 . 100 (x) = 500/108 = 4,629 8,149 ml

21

Encerkan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 5,371 ml

Setelah diencerkan, lakukan uji awal dengan menaikkan dosis ekstrak 10 mg, 20 mg, 30 mg, 40 mg, 50 mg dalam 10 ml larutan NaCl 0,9 % . Setelah dilakukan uji coba, dosis 30 mg dalam 10 ml larutan NaCl 0,9 % atau 3 mg dalam 1 ml larutan NaCl 0,9 % atau 0,6 mg dalam 0,2 ml larutan NaCl 0,9 % sudah memperlihatkan efek terhadap masa

pembekuan darah pada sampel. Agar supaya efeknya lebih optimal maka diputuskan menggunakan ekstrak dengan dosis 50 mg dalam 10 ml larutan NaCl 0,9 % atau 5 mg dalam 1 ml larutan NaCl 0,9 % atau 1 mg dalam 0,2 ml larutan NaCl 0,9 % per 1 ml darah.

Cara Kerja (Modifikasi Cara Lee dan White) menggunakan tabung :2 Kontrol : Sediakan dalam rak 4 buah tabung berdiameter 7-8 mm. Lakukan pungsi vena dengan semprit 5 ml pada lengan kiri, pada saat darah kelihatan masuk ke dalam semprit jalankan stopwatch. Hisaplah 4 ml darah. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkan perlahan-lahan 1 ml darah ke dalam setiap tabung yang dimiringkan sewaktu darah mengalir pada dinding tabung. Tabung yang sudah berisi darah digoyang/dikocok selama 3 detik. Hal ini dimaksudkan agar supaya perlakuan terhadap kontrol dan penambahan ekstrak sama.
22

Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk diamati apakah terjadi pembekuan. Ketika mengamati tabung pertama tersebut, jaga jangan sampai tabung lainnya tergoyang.

Setelah darah dalam tabung pertamanya membeku, catat waktunya. Kemudian periksa tabung kedua tiap 30 detik seperti diatas, dan seterusnya untuk tabung ketiga, lalu keempat.

Penambahan Ekstrak : Sediakan dalam rak 4 buah tabung berdiameter 7-8 mm. Lakukan pungsi vena dengan semprit 5 ml pada lengan kanan, pada saat darah kelihatan masuk ke dalam semprit jalankan stopwatch. Hisaplah 4 ml darah. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkan perlahan-lahan 1 ml darah ke dalam setiap tabung yang sudah berisi 0,2 ml larutan ekstrak daun kayu putih, tabung yang sudah berisi darah digoyang selama 3 detik agar supaya darah dan larutan ekstrak bisa tercampur. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk diamati apakah terjadi pembekuan. Ketika mengamati tabung pertama tersebut, jaga jangan sampai tabung lainnya tergoyang. Setelah darah dalam tabung pertamanya membeku, catat waktunya. Kemudian periksa tabung kedua tiap 30 detik seperti diatas, dan seterusnya untuk tabung ketiga, lalu keempat.

23

Masa pembekuan darah/Clotting Time (CT) adalah waktu/masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua, ketiga, dan keempat. Dan dilaporkan dengan dibulatkan sampai 30 detik.

Rumus yang digunakan untuk menghitung masa pembekuan darah / Clotting Time (CT) : CT = CT tabung II + CT tabung III + CT tabung IV 3

Bandingkan CT antara sample darah yang dicampur ekstrak daun kayu putih dan sample darah yang tidak dicampur ekstrak daun kayu putih (kontrol).

24

BAB IV HASIL PENELITIAN

IV.1 Uraian Hasil Penelitian Dosis ekstrak daun kayu putih yang digunakan pada penelitian terhadap semua sampel adalah sama. Setelah melakukan uji awal, diputuskan untuk menggunakan ekstrak dengan dosis 50 mg dalam 10 ml larutan NaCl 0,9 % atau 5 mg dalam 1 ml larutan NaCl 0,9 % atau 1 mg dalam 0,2 ml larutan NaCl 0,9 % per 1 ml darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel darah yang ditambahkan ekstrak daun kayu putih masa pembekuannya lebih pendek dibandingkan sampel yang tidak ditambahkan ekstrak daun kayu putih (kontrol). Hasil penelitian terhadap 10 sampel yang ada dapat dilihat dalam tabel.

25

Tabel 3. Hasil Masa Pembekuan antara Sampel yang Ditambahkan Ekstrak Daun Kayu Putih dan Kontrol
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 L/P P P L P P L P P L L Umur (tahun) 21 21 22 20 22 20 20 21 21 22 Kontrol (menit) 15 12,30 15 15 13,30 13 14,30 14 15 12 Pemberian ekstrak (menit) 10 9 11,30 11 10 10,30 10 9,30 12 9,30

26

BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini ditentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku. Dosis optimal ekstrak daun kayu putih yang digunakan adalah 1 mg dalam 0,2 ml larutan NaCl per 1 ml darah. Sampel pada penelitian berupa darah lengkap yang diperoleh dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jumlah sample 10 diperoleh dari sukarelawan 6 perempuan dan 4 laki-laki, dengan usia 20-22 tahun. Pemeriksaan Masa Pembekuan yaitu dengan menggunakan metode modifikasi dari cara Lee-White. Suhu yang digunakan pada saat penelitian yaitu suhu ruangan (310 ). Cara pencampuran yang dilakukan pada sampel dengan penambahan ekstrak daun kayu putih dilakukan juga pada kontrol. Caranya dilakukan dengan menggoyang tabung sampel dan tabung kontrol secara bersamaan selama 3 detik. Hasil penelitian 10 sampel darah didapatkan selisih masa pembekuan darah/clotting time (CT) pada sampel kontrol dan sampel yang ditambahkan ekstrak daun kayu putih berkisar antara 2-5 menit, dimana sampel yang ditambahkan ekstrak daun kayu putih masa pembekuannya lebih pendek. Hasil penelitian ini juga didapatkan ada 1 sampel (sampel no 1) yang selisih masa pembekuannya paling besar yaitu 5 menit. Perbedaan masa pembekuan

27

darah pada 10 sampel mungkin karena perbedaan faktor pembekuan pada tiap-tiap sampel darah dari masing-masing individu. Dengan adanya perbedaan yang bermakna antara sampel yang ditambahkan ekstrak daun kayu putih dan kontrol maka diketahui ekstrak daun kayu putih mempunyai efek yang dapat memperpendek masa pembekuan darah. Pada penelitian ini diketahui ada satu zat yang terkandung dalam daun kayu putih yang dapat memperpendek masa pembekuan darah yaitu terpenoid/terpineol yang termasuk golongan saponin.20 Saponin merupakan zat kimia yang berperan dalam proses hemostasis khususnya memperpendek masa pembekuan darah. Kemungkinan terpenoid/terpineol inilah yang memperpendek masa

pembekuan darah pada sampel yang ditambahkan ekstrak. Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara kerja dari terpenoid/terpineol ini dalam memperpendek masa pembekuan darah, apakah zat ini bekerja pada jalur ekstrinsik atau intrinsik. Sebagian masyarakat Manado, Minahasa dan Sangihe menggunakan minyak kayu putih untuk menghentikan perdarahan pada saat luka, tapi belum diketahui secara jelas apakah minyak kayu putih tersebut berperan secara langsung dalam memperpendek masa pembekuan darah, menyebabkan spasme pembuluh darah atau agregasi trombosit. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat-zat apa yang terkandung dalam daun kayu putih yang berperan secara jelas pada proses hemostasis, baik dalam menyebabkan spasme pembuluh darah, agregasi trombosit maupun yang berperan dalam memperpendek masa pembekuan darah.
28

BAB VI PENUTUP

VI.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ekstrak daun kayu putih mempunyai efek yang dapat memperpendek masa pembekuan darah.

VI.2. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa zat-zat berkhasiat yang terdapat pada daun kayu putih yang mempunyai efek dalam memperpendek masa pembekuan darah dan perannya di dalam jalur pembekuan darah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah zat-zat berkhasiat yang terdapat pada daun kayu putih mencetuskan terjadinya spasme pembuluh darah dan agregasi trombosit dalam proses hemostasis.

29

DAFTAR PUSTAKA
1. Redaksi Agromedia. Buku Pintar Tanaman Obat, Jakarta : PT. Agromedia

Pustaka, 2008: hal. 120-121.


2. Mongan AE. Buku Penuntun dan Laporan Praktikum Patologi Klinik.

Manado : 2008: hal. 58.


3. Tanaman Kayu Putih. http://kamissore.blogspot.com/2009/06/tanaman-kayu-

putih.html
4. Sekilas tentang Minyak Kayu Putih.

http://haxims.blogspot.com/2010/04/sekilas-tentang-minyak-kayu-putih.html
5. Kayu Putih, Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd 6. Hoffbrand, Pettit, Moss. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4, Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002: hal. 225-230

30

7. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2, Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC ; 1996: hal. 357-362.


8. Rhoades R, Bell D. Medical Physiology. 2nd Edition, 2009 : page.182-184. 9. Wintrobe. Clinical Hematology. 12th Edition, 2008 : page.528-531. 10. Murray, Granner, Mayes, Roswell. Biokimia Harper. Edisi 25, Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2001: hal. 716-717.


11. Harborne JB. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Tumbuhan. Edisi 2. Bandung

: ITB ; 1987 : hal.4-8.


12. Perry LM. Plants of East and Southeast Asia. England ; 2002 : page 21-25. 13. Marunduh SR. Kumpulan Bahan Kuliah : Fisiologi Darah. Bagian Fisiologi

FK UNSRAT. Manado : 2004


14. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke-13, Jakarta :

Dian Rakyat ; 2007 : hal. 56-57.


15. Millstone J H. Journal of the American Society of Hematology. The Chain

Reaction of the Blood Clotting Mechanism in Relation to the Theory of Hemostasis and Thrombosis ; 2011.
16. Lichtmann M, Beutler E, Seligsohn U, Kaushansky K, Kipps T. Williams

Hematology. 7th Edition. McGraw-Hill Medical ; 2006.

31

17. Guyton, Hall. Text Book of Medical Physiology. 10th edition. W B Saunders

Company ; 2004. Page : 419-425.


18. Ganong W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Penerbit Buku

Kedokteran ; 2005. Hal : 521-522.


19. Hammer K A, Carson C F, Riley T V. Oxford Journals of Antimicrobial

Chemotherapy. Antifungal effects of Melaleuca alternifolia (tea tree) oil and its components on Candida albicans, Candida glabrata and Saccharomyces cerevisiae ; 2004
20. Oey Kam Nio. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada bahan makanan

nabati ; 1989

32

Anda mungkin juga menyukai