Anda di halaman 1dari 9

BAB II Tinjaun Pustaka 2.

1 Pengertian Spektofotometri Spektroskopi adalah suatu studi mengenai interaksi antara energi cahaya dan materi. Warna-warna yang tampak dan fakta yang dapat dilihat adalah akibatakibat adsorpsi energi oleh senyawa organik dan anorganik. Teknik-teknik spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur senyawa yang tidak diketahui, mempelajari karakteristk ikatan dari senyawa yang diketahui (Fessenden & Fessenden, 1992)

Analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber reaksi yang menjorok kedalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini dipilih panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm instrumen yang digunakan adalah spektrofotometer yang terdiri dari dua instrumen dalam satu kotak dan sebuah fotometer (Basset, dkk., 1994)

Spektrofotometri

elektronik

dapat

secara

umum

membedakan

deret

terkonjugasi dan tidak terkonjugasi. Deret konjugasi dapat mempengaruhi tegangan didalam suatu molekul spektrofotometri elektronik dapat digunakan untuk mempengaruhi tegangan dengan menghubungi perubahan dalam spektro dengan absorpsi suatu ikatan (Sudjadi, 1985)

Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Spektofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan sebagai suatu panjang gelombang (Khopkar, 1990).

2.2 Cara Kerja Spektrofotometer UV-Visible Spektrofotometer Uv-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari sprektrofotometer mengasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung dan monokromatis . Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi. Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio. Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan. Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya

setelah melewati materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1. Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel.

Dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel. Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambertbeer atau Hukum Beer, berbunyi: jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan. Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan: atau

Dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:

Dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas cahaya setelah melewati sampel.

Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai: A= a . b . c atau A = . b . c
A

y = mx A = b.c

Dimana: A = absorbansi b = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm) c = konsentrasi larutan yang diukur = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar) a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
C

Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut: 1) Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis). 2) Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan. 3) Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet) yang sama. 4) Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan. 5) Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi. Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:

1) Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna. 2) Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik. 3) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

2.3 Paracetamol Parasetamol merupakan salah satu zat aktif yang cukup populer dikalangan masyarakat. Bahkan mungkin dapat dikategorikan sangat terkenal. Parasetamol sebagai agen antianalgesik (anti nyeri) dan antipiretik (penurun demam) sangat mudah didapatkan secara bebas dari mulai warung-warung, apotek, rumah sakit dan semua sarana pelayanan kesehatan lainnya.

1) Nama dan Struktur Kimia Parasetamol Parasetamol memiliki nama kimia juga sistematis dikenal sebagai N-(4dengan nama

hidroksifenil)ethanamide.

Parasetamol

asetaminofen. Parsetamol memiliki rumus molekul C8H9NO2 dengan bobot molekul 151,17 g/mol. Struktur parasetamol terdiri dari sebuah cincin benzen yang tersubstitusi oleh gugus hidrokdil (-OH) dan atom nitrogen dari gugus amida yang berada pada posisi para (1,4), sehingga senyawa tersebut dinamai dengan paraasetaminofenol yang kemudian lebih dikenal dengan parasetamol. Parasetamol merupakan metabolit aktif dari phenacetine, yang juga merupakan agen analgesik dan antipiretik. Parasetamol lebih disukai karena parasetamol tidak bersifat karsinogenik pada dosis terapi.

Rumus Struktur Paracetamol

2) Klasifikasi

Menurut

peraturan

perundangan-undangan

parasetamol

diklasifikasikan

sebagai obat bebas, artinya sediaan oral parasetamol ini dapat diperdagangkan secara bebas, untuk mendapatkan parasetamol tidak diperlukan resep dokter.

Sedangkan menurut aktivitas farmakologinya, parasetamol digolongkan kedalam kelas antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang lebih populer digunakan sebagai analgesik dan antipiretik. Aktivitas antiinflamsi parasetamol tidak signifikan, sehingga tidak direkomendasikan penggunaannya sebagai antiinflamasi. Namun demikian parasetamol memiliki aktivitas yang serupa dengan AINS.

3) Kegunaan Medis

Parasetamol dalam dunia farmasi dan kedokteran digunakan pada kondisi: Demam (antipiretik). Parasetamol digunakan untuk menurunkan panas demam yang dapat digunakan pada semua golongan umur pasien. World Health Organization (WHO) merekomendasikan penggunaan parasetamol pada anak dengan suhu badan lebih dari 38,5 derajat celcius. Parasetamol meiliki aktivitas antipriretik yang lebih rendah dari ibuprofen. Kendati demikian parasetamol

telah memberikan peran yang telah terbukti pada penanganan analgesik dan antipiretik pada pediatrik (pasien anak-anak). Nyeri. Parasetamol digunakan secara luas terhadap manivestasi nyeri ringan hingga sedang pada berbagai bagian tubuh. Parasetamol memiliki sifat analgesik yang sebanding dengan aspirin, namun sifat antiinflamsinya lebih rendah. Parasetamol dapat ditoleransi lebih baik daripada aspirin pada pasien dengan produksi asam lambung yang tinggi dan atau dengan pendarahan saluran cerna. Parasetamol dapat menghilangkan nyeri artritis ringan, namun tidak berefek pada penyebab nyeri tersebut yaitu peradangan yang mendasarinya, kemerahan dan pembengkakan sendi. Efektivitas parasetamol yang digunakan dalam kombinasi dengan opioid lemah seperti kodein masih diragukan. Sedangkan kombinasinya dengan opioid kuat seperti morfin telah terbukti dapat mengurangi dosis opioid.

4) Mekanisme Kerja

Hingga saat ini mekanisme kerja yang lengkap dari parasetamol belum dipahami seluruhnya. Mekanisme kerja utamanya adalah dengan penghambatan pada kerja enzim siklooksigenase (COX) yang lebih banyak pada COX-2. Jika dibandingkan sifat analgesik dan antipiretiknya dengan aspirin atau AINS lainnya, aktivitas antiinflamasinya dibatasi oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan karena tingginya kadar peroksida pada daerah yang mengalami inflamasi. Belakangan diketahui bahwa aktivitas analgesik disebabkan oleh sebuah metabolit arasetamol yang berikatan pada reseptor TRPA1 pada sumsum tulang belakang untu menekan transduksi sinyal dari lapisan dangkal tanduk belakang untuk mengurangi rasa nyeri. Selektivitas parasetamol pada enzim COX-2 tidaklah selektif. Enzim COX merupakan enzim yang bertanggung jawab dalam

metabolisme asam arakhidonat membentuk prostaglandin H2, yang merupakan agen pro inflamasi. AINS bekerja dengan memblokir langkar tersebut. Enzim COX sangat aktif saat berada dalam kondisi teroksidasi. Parasetamol mengurangi teroksidasinya enzim COX sehingga menghambat pembentukkan senyawa pro-

inflamasi, sehingga menurunkan set-titik pada pusat termoregulasi. Parasetamol juga memodulasi kanabinoid endogen. Parasetamol yang dimetabolisme menjadi AM404, suatu senyawa yang memiliki beberapa aktivitas, yang mana menghambat pengambilan kembali kanabinoid endogen atau anandamide vaniloid oleh neuron. Pengambilan kembali anandamide akan menurunkan tingkat sinaptik dan aktivitas reseptor nyeri utama (nociceptor) dari tubuh, dan TRPV1 (nama lain reseptor vaniloid). Melalui penghambatan pengambilan kembali anadamide maka tingkat sinap tetap tinggi dan memungkinkan reseptor TRPV1 tak terpengaruh sebagaimana yang dilakukan oleh kapsaisin. Selanjutnya AM404 menghambat saluran natrium seperti mekanisme yang terjadi pada anestesi lidokain dan prokain.

5) Efek Merugikan Parasetamol

Pada dosis yang direkomendasikan, efek samping parasetamol tergolong ringan. Berbeda dengan aspirin, parasetamol tidak menyebabkan pengenceran darah dan gangguan ulkus peptikum. Dibandingkan dengan ibuprofen yang dapat menyebabkan diare, mual dan nyeri abdomen, parasetamol lebih dapat ditoleransi. Pada penggunaan jangka panjang parasetamol dapat menyebabkan: Komplikasi saluran cerna seperti pendarahan Kerusakan ginjal dan hati Parasetamol dimetabolisme dihati dan bersifat hepatotoksik Efek merugikan parasetamol tersebut akan semakin berat pada pasien dengan kerusakan hati atau pada alkoholik kronis Pengguna parasetamol kronis juga beresiko mengalami kanker darah

Parasetamol juga relatif aman digunakan pada wanita hamil karena tidak mempengaruhi penutupan duktus arteriosus janin. Namun sebuah penelitian pada Oktober 2010, telah mengaitkan adanya hubungan pada penggunaan parasetamol dengan kemandulan pada wanita yang belum pernah melahirkan. Tidak seperti

opioid, parasetamol tidak menyebabkan euforia, namun ada indikasi dapat menimbulkan gangguan psikologis.

6) Overdosis

Overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

Anda mungkin juga menyukai