Anda di halaman 1dari 17

PENALARAN HUKUM

Prolog
Identitas Pengajar: Nama Pendidikan Terakhir Pekerjaan : Dr. Jonaedi Efendi, S.H.I., M.H. : S3 Ilmu Hukum Univ. Brawijaya Malang : Dosen FH. Ubhara Dosen FS. IAIN Ketua Pusat Studi & Advokasi Investasi Pascasarjana Univ.Bhayangkara Ketua Program Studi Magister Hukum : jefendi99@Gmail.com : Jonaedi Efendi/ jefendi99@Gmail.com : 081 230 444 797

Email Facebook Mobile

Kontrak Belajar
1. 2.

3.

4.

Toleransi Keterlambatan 15 Menit (Berlaku Bagi Dosen & Mahasiswa) Masing-Masing Mahasiswa Harus memiliki Akun Email. Mahasiswa diperkenankan tidak masuk kelas maksimal 4 kali tatap muka, lebih dari itu langsung diberikan nilai D. Dosen Minimal harus mengisi 10 kali tatap muka, kurang dari itu dapat diprotes ke Dekan dan tidak berhak menyelenggarakan UAS

Sistem Penilaian
1.

2.

3.

4.

5.

Bagi Mahasiswa dengan Absensi Penuh diapresiasi dengan Nilai A (dengan tetap mengikuti UTS, UAS dan Tugas) Bagi Mahasiswa dengan 2 kali absen, dipertimbangkan untuk tidak mendapatkan nilai A. Nilai UTS, UAS dan Tugas diperlukan untuk mengkategorikan nilai mahasiswa (A-, A, A+,dll) Penugasan dengan Standar Ilmiah dan dikirim melalui email. Selamat belajar & Semoga Sukses

Sistem Perkuliahan
TUTORIAL

DOSEN EKSPLOR

I-UTS

DISKUSI

MAHASISWA EKSPLOR

UTS-UAS

PENUGASAN

MAKALAH

PRESENTASI

Silabus
Peristilahan Penalaran Hukum Fungsi Penalaran hukum dalam Praktik Hukum Argumentasi Hukum Logika Hukum Kesesatan dalam Berfikir

Sebuah Ungkapan
Dirimu dan diriku adalah para pencari
Mencari bagian-bagian terindah dari Ilmu Tuhan

Bila mencari..carilah dengan sepenuh hati, bingkailah dengan komitmen dan keyakinan hiasilah dengan ketekunan dan kedisiplinan Maka disuatu hari yang tak pasti Dirimu dan diriku akan tiba Pada saat yang indah

Peristilahan

Istilah logika berasal dari bahasa Yunani : Logike (kata sifat), Logos (kata benda). Definisi Logika : Ilmu atau disiplin ilmiah yang mempelajari jalan pikiran yang dinyatakan atau diungkapkan dalam bahasa. Legal Reasoning/legal Method/ Argumentasi Yuridik/ Metode Berpikir yuridis/ Element of argument of law/ Penalaran hukum Definisi Logika : Ilmu atau disiplin ilmiah yang mempelajari jalan pikiran yang dinyatakan atau diungkapkan dalam bahasa. Obyek studi Logika : kegiatan berfikir (bukan proses berfikir)

Pengertian
Penalaran tentang hukum yaitu pencarian reason tentang hukum atau pencarian dasar tentang bagaimana seorang hakim memutuskan perkara/ kasus hukum, seorang pengacara mengargumentasi-kan hukum dan bagaimana seorang ahli hukum menalar hukum

Suatu kegiatan untuk mencari dasar hukum yang terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik yang merupakan perbuatan hukum (perjanjian, transaksi perdagangan, dll) ataupun yang merupakan kasus pelanggaran hukum (pidana, perdata, ataupun administratif) dan memasukkannya ke dalam peraturan hukum yang ada.

Reasoning untuk mencari substansi hukum untuk diterapkan dalam masalah yang sedang terjadi

Reasoning dari substansi hukum yang ada untuk diterapkan terhadap putusan yang harus diambil atas suatu perkara yang terjadi

Reasoning tentang putusan yang harus diambil oleh hakim dalam suatu perkara, dengan mempertimbangkan semua aspek

Fungsi Penalaran Hukum


Berguna dalam mengambil pertimbangan untuk memutuskan suatu kasus Hakim

Praktisi Hukum

Berguna untuk mencari dasar bagi suatu peristiwa atau perbuatan hukum dengan tujuan untuk menghindari terjadinya pelanggaran hukum di kemudian hari dan untuk menjadi bahan argumentasi apabila terjadi sengketa mengenai peristiwa ataupun perbuatan hukum tersebut.

Legislator

Berguna untuk mencari dasar mengapa suatu undang-undang disusun dan mengapa suatu peraturan perlu dikeluarkan

Penalaran Hukum/Argumentasi Hukum

Berpikir Yuridik adalah suatu cara berpikir tertentu, yakni terpola dalam konteks sistem hukum positif dan kenyataan kemasyarakatan, untuk memelihara stabilitas dan predikbilitas demi menjamin ketertiban, dan kepastian hukum, untuk menyelesaikan kasus konkret secara impersial- objektif-adil manusiawi. Berfikir yuridik adalah metode berpikir yang digunakan untuk memperoleh, menata, memahami dan mengaplikasikan pengetahuan hukum. Model berpikirnya adalah model berpikir problematiktersistematisasi mengacu tujuan hukum, fungsi hukum, dan cita hukum.

Dipandang dari sudut cara bekerjanya, berpikir yuridik adalah berpikir secara analitik-sistematik-logikal-rasional terorganisasi dalam kerangka tertib kaidah-kaidah hukum positif secara kontekstual. Penalaran hukum adalah proses menalar dalam kerangka dan berdasarkan tata hukum positif mengidentifikasi hak-hak dan kewajiban- kewajiban yuridik dari subyek-subyek hukum tertentu. Penalaran hukum adalah pproses penggunaan alasan-alasan hukum (legal reasons) dalam menetapkan pendirian hukum yang dirumuskan dalam putusan hukum. Penalaran adalah suatu proses, suatu kegiatan dalam akal budi manusia yang didalamnya berlangsung gerakan/alur dari suatu premis ke premis-premis lainnya untuk mencapai suatu kesimpulan.

Kesimpulan adalah suatu pendirian yang dibangun atas dasar premis-premis yang diajukan dalam penalaran itu.
Tiap premis dan kesimpulan mewujudkan diri sebagai sebuah pernyataan yang dalam logika disebut proposisi. Dalam Logika produk dari kegiatan itu disebut argumentasi. Sebuah argumentasi tersusun atas sekelompok pernyataan yang didalamnya salah satu pernyataan pernyataan lainnya dari kelompok pernyataan tersebut yang masing-masing disebut premis atau argumen. Produk dari penalaran hukum ( legal reasoning) disebut argumentasi yuridik. kesimpulannya disebut pendirian hukum atau pendapat hukum, yakni substansi putusan hukum. Premis-premisnya terdiri atas kaidah-kaidah hukum positif dan fakta-fakta.

Asas-asas hukum berfikir : (the laws of thought)


1. Asas identitas (principle of identity) yang dapat dirumuskan : A adalah A (A = A), setiap hal adalah apa dia itu adanya, setiap hal adalah sama (identik) dengan dirinya sendiri, setiap subyek adalah predikatnya sendiri. 2. Asas kontradiksi (principle of contradiction) yang dapat dirumuskan A adalah tidak sama dengan bukan A (non-A) atau A adalah bukan non-A; keputusankeputusan yang saling berkontradiksi tidak dapat duaduanya benar, dan sebaliknya tidak dapat dua-duanya salah.

3. Asas pengecualian kemungkinan ketiga (principle of excluded middle) dapat dirumuskan; setiap hal adalah A atau bukan-A; Keputusan-keputusan yang saling berkontradiksi tidak dapat dua-duanya salah. Juga keputusan-keputusan itu tidak dapat menerima kebenaran dari sebuah keputusan ketiga atau diantara keduanya; salah satu dari dua keputusan tersebut harus benar, dan kebenaran yang satu bersumber pada kesalahan yang lain. 4. Asas alasan yang cukup (principle of sufficient reason) dapat dirumuskan : tiap kejadian harus mempunyai alasan yang cukup. 5. Asas bahwa kesimpulan tidak boleh melampaui daya dukung dari premis-premisnya atau pembuktiannya (do not go beyond the evidence).

Anda mungkin juga menyukai