Anda di halaman 1dari 8

Geologi Kelautan Seperti kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, yang sebagian besar wilayahnya adalah

berupa lautan. Sejumlah 17.508 pulau, baik pulau besar dan kecil terdapat di Indonesia, dengan panjang garis pantai 81.000 km, yang merupakan terpanjang ke 2 di dunia, dan luas wilayah 21 juta km2, Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya. Luas dalam arti sangat besar wilayahnya dan keanekaragaman wilayahnya mulai dari daratan, kepulauan, sampai lautannya. Serta kaya dalam artian sangat berpotensi mempunyai kekayaan alam di wilayah yang sangat luas yang dimilikinya, baik di daratan maupun di lautan, karena seperti kita ketahui sebagai seorang ahli geologi, yang telah memahami prosesproses geologi, seperti tektonik lempeng dan lain sebagainya, bahwa Indonesia berada di zona yang sangat berpotensi terdapatnya sumberdaya alam yang berlimpah. Melihat sedikit fakta tentang negara kita seperti telah disebutkan diatas, sejatinya kita sebagai seorang ahli kebumian menyadari fakta itu dan mulai melihat implikasinya dalam ilmu geologi untuk diaplikasikan demi kemakmuran rakyat dan bangsa Indonesia. Tetapi jika kita menggali seluruhnya akan sangat luas pembahasannya. Oleh karena itu, ada baiknya untuk menyempitkan pembahasan ini dalam kerangka aspek geologi kelautan, yang seperti kita ketahui bersama sangat penting dalam ilmu geologi, yang pembahasannya tidak hanya menyangkut daratan tetapi juga lautan. Apalagi sekitar dua pertiga daerah Indonesia adalah lautan. Dalam mempelajari dari aspek geologi kelautan sendiri kita sebaiknya meninjau dulu sedikit tentang teori-teori yang menyangkut tentang geologi kelautan proses-prosesnya, serta segala karakteristiknya dan untuk selanjutnya kita melihat segala implikasinya dalam kehidupan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Geologi kelautan sendiri secara prinsip hampir sama dengan geologi dipermukaan atau didaratan, baik itu proses-proses geologinya dan lain sebagainya, hanya saja permukaannya tertutupi suatu massa air. Dalam Geologi kelautan seperti juga kita mempelajari geologi di daratan, akan menampakkan juga suatu kenampakkan geomorfologi, hanya saja sekali lagi kenampakkan itu tertutup oleh massa air. Dalam mempelajari Geologi kelautan, ada beberapa istilah kenampakkan geomorfologi seperti halnya kenampakkan geomorfologi didarat, beberapa diantaranya yaitu : Coastal Plain : Suatu perbatasan antara daratan dan lautan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses di daratan dan lautan Continental shelf : Terbentuk ke arah lautan, kemiringan bertambah ke arah lautan, kedalaman rata-rata 3000 -6000 m, lebar 200 300 km Continental Slope : Pada tepian paparan kedalaman bertambah secara tiba-tiba, 100, 200 m , 1500 m, 3500 m, kemiringan terjal, terdapat gawir sesar Continental Rise : Terletak antara slope (lereng) dan Ocean basin, kemiringan tidak terjal, relief rendah, terbentuk akibat akumulasi sedimen, berasosiasi dengan lantai samudra dalam Abysal plain laut : Diketemukan oleh ekspedisi MAR (1947), berbentuk dataran bawah

Oceanic ridge : Terdiri dari pematang, dan rekahan, menyebar hampir di seluruh samudra, total panjang 80.000km, kedalaman rata-rata 2500m, terbentuk di bagian tengah lautan, topografi kasar, lembah sejajar dengan sumbu kadang-kadang terpotong oleh zona rekahan, tinggi 1000-3000km, lebar 1000m, sedimentasi berkembang jauh di bawah puncak Ocean basin floor : Terdiri dari abyssal floor (lantai tubir), oceanic rise (tonjolan dasar laut dan sea mount (gunung api dasar laut) Rekahan ridge : Berbentuk linier, berbentuk gawir, seamount, melebar dan memotong

Abyssal hill : Berbentuk relatif sempit dan tajam, tingginya tidak lebih 1000m. Dimensi bervariasi antara 1-15km, kemiringan 1-15 derajat, terbentuk secara mengelompok , bentuk tergantung batuan dasar Sea mount : Tingginya mencapai lebih kurang 1000m, tersebar pada dasar laut dalam secara terpencar, kemiringan berkisar antara 5 sampai 15 derajat dan berbentuk kerucut Marginal trench : Berbentuk sempit dan sejajar dengan tepian benua, pada umumnya tersebar di samudra pasifik, kerak dibawahnya bersifat continental, kedalaman rumpang paparan rata-rata 130 m, lebar 400 km(rata -rata 78km), kadang-kadang berbentuk teras, dipengaruhi oleh proses erosi dan sedimentasi. Istilah-istilah diatas menjelaskan kepada kita tentang kenampakan morfologi dasar laut yang tidak selalu akan kita lihat seperti halnya kita melihat kenampakkan morfologi didarat, tentu saja karena morfologi dasar laut ditutupi oleh massa air diatasnya. Selain daripada aspek geomorfologi, dalam kerangka geologi kelautan seperti halnya proses geologi yang terjadi di darat, juga terdapat pengaruh sedimentasi, baik itu sedimen di daerah dekat pantai (Nearshore) ataupun di perairan laut dalam (Deepsea). Sedimentasi di laut sangat penting artinya dalam kerangka geologi kelautan, diantaranya adalah karena morfologi permukaan dasar laut juga ikut dikontrol oleh pengaruh supply sedimen, juga batas-batas antar bagian-bagian morfologi dasar laut juga ikut dikontrol oleh sedimentasi. Disamping itu proses sedimentasi di laut juga akan mempengaruhi proses-proses di bagian lainnya, sebagai contoh sedimen di daerah dekat pantai dan paparan merupakan kunci bagi sedimen di laut dalam dan dipengaruhi oleh: perubahan muka air laut proses penurunan dasar laut proses dinamika (oseanografi)

Pada sedimentasi dilaut tentunya juga terdapat material yang tersedimentasi, beberapa sumber-sumber material yang mempengaruhi sedimentasi di laut diantaranya adalah : Material yang berasal dari sungai, meliputi sekitar 85% 90% Material hasil glasiasi, meliputi sekitar 7%

Material air tanah, meliputi sekitar 1,2% dan material yang terangkut oleh angin sekitar 1% Dimana sekitar 80 % dari produk yang dihasilkan sumber material tersebut merupakan bentuk larutan. Selain daripada aspek morfologi dan sedimentologi di laut, juga perlu ditinjau aspek tektoniknya. Tektonik sangat berpengaruh bukan saja di laut, didaratpun sangat berpengaruh. Implikasi dari proses tektonik baik didarat ataupun dilaut diantaranya adalah dapat merubah tatanan yang sudah terbentuk, diantaranya akibat proses sedimentasi. Faktor utama penyebab tektonik jika dipandang dari sudut pandang ilmu geologi tentu saja dapat dijelaskan dengan baik oleh teori tektonik lempeng. Teori tektonik lempeng sangat familiar dikalangan komunitas geologi, karena sampai saat ini semua peristiwa yang menyangkut segala proses geologi yang berasal dari dalam bumi, terutama tektonisme sangat baik dijelaskan dalam teori ini. Dapat dipastikan bahwa semua komunitas geologi mengerti dan paham akan teori ini, oleh karena itu detailnya tidak akan dibahas dalam tulisan ini. Tetapi yang perlu dijadikan perhatin khusus adalah implikasinya. Beberapa penjelasan tentang geologi kelautan diatas, yang meliputi aspek morfologi, sedimentologi, dan tektonik dilaut, kiranya dapat memberikan sedikit pengetahuan geologi kelautan yang selanjutnya akan dimanfaatkan untuk menerapkan implikasinya untuk Indonesia yang notabene merupakan negara yang memiliki laut, yang dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Diantaranya, implikasi aspek geologi kelautan yang saat ini banyak diperbincangkan adalah mengenai penerapannya dalam batas wilayah. Dalam penentuan batas wilayah sendiri seperti kita ketahui regulasi nya yang dikeluarkan oleh pemerintah. Penentuan batas wilayah ini sangat penting artinya bagi Indonesia. Dan aspek geologi kelautan disini memegang peranan penting dalam penentuannya. Hubungannya dengan geologi kelautan tentu saja, disamping menyamngkut morfologi dasar laut yang dijadikan pertimbangan penentuan batas wilayah, disamping itu dari sudut pandang geologinya, sangat memegang peranan penting, yang menyangkut tentang sumberdaya alam. Sumberdaya alam sangat penting artinya kelangsungan dan kemakmuran suatu negara, alam itu sendiri tentu saja dapat dikuasai kekuasaannya. Seorang ahli geologi disini pendapatnya akan sangat diperhatikan. bagi semua negara, karena menyangkut atau bisa dikatakan sangat vital. Sumberdaya oleh suatu negara asalkan dalam wilayah sangat memegang peranan penting, karena

Seperti kita ketahui bahwa penentuan batas wilayah sendiri sangat didorong oleh keterdapatan sumberaya mineral, hal ini sangat membuat setiap negara ingin menguasai kekayaan alam tersebut, caranya secara tidak langsung adalah melebarkan batas wilayahnya, agar dapat diakui bahwa kekayaan alam tersebut adalah milik negara tersebut. Mengingat begitu pentingnya tinjauan geologi kelautan dalam penentuan batas wilayah yang selanjutnya berimplikasi terhadap penguasaan sumberdaya mineral. Maka, kita sebagai seorang ahli geologi tentunya berusaha untuk mempelajari sebaik-baiknya, dan menerapkannya untuk kemakmuran bangsa Indonesia.

FAUZAN MAULANA ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Dampak El Nino dan La Nina Terhadap Indonesia


Indonesia adalah negara maritim, begitulah banyak orang yang mengatakan. Tetapi banyak orang juga tidak tahu akan kekayaan, kegunaan dan efek dari laut itu sendiri terhadap negara Indonesia. Mereka hanya tahu laut indonesia itu luas dan indah. Dan sekarang saya ingin memberi tahu sedikit saja tentang laut di Indonesia yaitu tentang kejadiaan di laut yang bisa memberi efek yang besar terhadap laut, bahkan sampai daratan di Indonesia. Yaitu El Nino dan La Nina. El Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan iklim. El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru Ekuador (Amerika Selatan yang mengakibatkan gangguan iklim secara global). Biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin karena adanya up-welling (arus dari dasar laut menuju permukaan). Menurut bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember). Di Indonesia, angin monsun (muson) yang datang dari Asia dan membawa banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah tekanan rendah di pantai barat Peru Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang. Gilbart Walker yang mengemukaan tentang El Nino dan sekarang dikenal dengan Sirkulasi Walker yaitu sirkulasi angin Timur-Barat di atas Perairan Pasifik Tropis. Sirkulasi ini timbul karena perbedaan temperatur di atas perairan yang luas pada daerah tersebut. A.)Perairan sepanjang pantai China dan Jepang, atau Carolina Utara dan Virginia, lebih hangat dibandingkan dengan perairan sepanjang pantai Portugal dan California. Sedangkan perairan disekitar wilayah Indonesia lebih banyak dari pada perairan disekitar Peru, Chile dan Ekuador. B.) Perbedaan temperatur lautan di arah Timur Barat ini menyebabkan perbedaan tekanan udara permukaan di antara tempat tempat tersebut. C.) Udara bergerak naik di wilayah lautan yang lebih hangat dan bergerak turun di wilayah lautan yang lebih dingin. Dan itu menyebabkan aliran udara di lapisan permukaan bergerak dari Timurk-Barat. Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca global a) Angin pasat timuran melemah b) Sirkulasi Monsoon melemah c) Akumulasi curah hujan berkurang di wilayah Indonesia, Amerika Tengah dan amerika Selatan bagian Utara. Cuaca di daerah ini cenderung lebih dingin dan kering.

d) Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik Ekuatorial Tengah dan Barat serta wilayah Argentina. Cuaca cenderung hangat dan lembab. Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca Indonesia Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino. El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya. Disektor irigasi, hasil kajian menyebutkan bahwa kondisi beberapa DAS di Indonesia cukup kritis dan jumlahnya semakin banyak, khususnya di Jawa. Berdasrkan analisis terhadap data debit minimum dan maksimum dari 52 sungai yang tersebar di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke terlihat bahwa jumlah sungai yang debit minimumnya berpotensi untuk menimbulkan masalah kekeringan meningkat. Kondisi ini mengindikasikan bahwa daerah aliran sungai di wilayah Indonesia setelah tahun 1990- banyak yang sudah mengalami degradasi sehingga adanya penyimpangan iklim dalam bentuk penurunan atau peningkatan hujan jauh dari normal akan langsung menimbulkan penurunan atau peningkatan yang tajam dari debit minimum atau debit maksimum (kekeringan hidrologis). Disektor perikanan dan kelautan, hasil tangkapan ikan pada tahun-tahun el nino juga dilaporkan menurun. Hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut ketersediaan pakan bagi ikan (plankton) juga berkurang. Selain itu banyak terumbu karang yang mengalami keputihan (coral bleaching) akibat terbatasnya alga yang merupakan sumber makanan dari terumbu karang karena tidak mampu beradaptasi dengan peningkatan suhu air laut. Memanasnya air laut juga akan menggangu kehidupan jenis ikan tertentu yang sensitif terhadap naiknya suhu laut. Kondisi ini menyebabkan terjadinya migrasi ikan ke perairan lain yang lebih dingin. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sri Woro Budiati Harijono, mengemukakan, dampak El Nino akan dirasakan signifikan di Indonesia hanya dengan satu syarat, yakni jika suhu permukaan laut Indonesia yang mendingin. Sesuai dengan teori hukum fisika dasar, angin berembus dari daerah yang bertekanan udara tinggi (lebih dingin) ke daerah bertekanan udara rendah (lebih panas). Karena suhu permukaan laut di Pasifik menghangat atau naik yang berarti bertekanan rendah, maka jika daerah-daerah di sekitar Pasifik (termasuk Indonesia) memiliki suhu muka laut yang dingin, maka angin termasuk uap air dari Indonesia akan ditarik ke Pasifik. Akibatnya tentu saja bisa diketahui, yakni terjadinya musim kemarau yang sangat kering. Namun, dampak ini tidak akan berlaku, jika suhu permukaan laut Indonesia juga menghangat. Jadi kalau dua-duanya menghangat, berarti tidak terjadi perbedaan tekanan udara. Jadi, meskipun El Nino kuat, tidak akan berpengaruh signifikan untuk Indonesia, katanya. BMKG memprediksi periodidasi kekuatan El Nino. Untuk bulan Juli hingga Agustus 2009, El Nino masuk kategori lemah, bulan September, Oktober, dan November 2009 kategori

moderate (sedang), dan Desember 2009 sampai Januari 2010, kekuatan El Nino akan mencapai puncaknya dengan kategori kuat. La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina menurut bahasa penduduk lokal berarti bayi perempuan. Peristiwa itu dimulai ketika El Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru ekuador kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal kembali. Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino. Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La Nina karena mungkin bisa terjadi banjir. Sejak kemerdekaan di Indonesia, telah terjadi 8 kali La Nina, yaitu tahun 1950, 1955, 1970, 1973, 1975, 1988, 1995 dan 1999. Ketika La Nina kolam panas (bagian laut yang suhunya tinggi) bergerak masuk ke arah Indonesia bagian timur dan demikian juga anginya berhembus lebih kuat ke arah Indonesia sehingga laut di Indonesia timur meningkat suhunya, hal ini diikuti dengan penguapan yang lebih banyak dan terjadi konveksi kuat yang membentuk awan hujan (kumulus), sehingga daerah Indonesia khususnya bagian timur akan curah hujanya di atas normal. Sebaliknya ketika El Nino kolam panasnya bergerak menjauhi Indonesia sehingga yang banyak hujan ialah di laut Pasifik, sedangkan daerah Indonesia, khususnya bagian timur curah hujanya berkurang. Indonesia mengalami kekeringan. Proses El Nino dan La Nina ini dapat diperlihatkan ada hubunganya dengan aktivitas matahari dan sinar kosmik. Fenomena La Nina ditandai dengan menurunnya SPL (suhu permukaan laut) di zona Nino 3.4 (anomali negatif) sehingga sering juga disebut sebagai fase dingin. Karena sifatnya yang dingin ini, kedatangannya juga dapat menimbulkan petaka di berbagai kawasan khatulistiwa, termasuk Indonesia. Curah hujan berlebihan yang menyertai kedatangan La Nina dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah di Indonesia. Jadi, dua lakon di panggung Samudera Pasifik ini sama-sama menakutkan. Yang satu menyebar petaka kekeringan, sementara yang lain memberi ancaman banjir.

Inilah perbedaan kondisi saat La Nina dan saat kondisi Normal 1. Kondisi La Nina Pada tahun La Nina jumlah air laut bertemperatur rendah yang mengalir di sepanjang Pantai Selatan Amerika dan Pasifik Timur meningkat. Wilayah Pasifik Timur dan Tengah menjadi lebih dingin dari Pasifik Barat. Ketika terjadi La Nina :
y y

Angin passat Timuran menguat, sehingga massa udara dingin meluas hingga Samudera Pasifik bagian tengah dan Timur. Ini menyebabkan perubahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah Perairan Barat.

2. Kondisi Normal Kondisi Suhu Muka Laut pada Kondisi Normal Pada tahun-tahun normal, Suhu Muka Laut (SST) di sebelah Utara dan Timur Laut Australia 28C sedangkan SST di Samudra Pasifik sekitar Amerika Selatan 20C (SST di Pasifik Barat 8 10C lebih hangat dibandingkan dengan Pasifik Timur).
y

Angin di wilayah Samudra Pasifik Ekuatorial (Angin passat Timuran) dan air laut di bawahnya mengalir dari Timur ke Barat. Arah aliran timuran air ini sedikit berbelok ke Utara pada Bumi Belahan Utara dan ke Selatan pada Bumi Belahan Selatan. Daerah yang berpotensi tumbuh awan-awan hujan adalah di Samudra Pasifik Barat, wilayah Indonesia dan Australia Utara.

Tidak hanya dampak negatif saja yang ada di La Nina terhadap Indonesia, tetapi juga ada dampak positifnya. Dampak positif Sementara itu, Kepala Ekspedisi Mirai, Dr Keisuke Mizuno, mengatakan, terjadi penyimpangan cuaca dapat memberi dampak yang positif bagi sektor perikanan. Karena pada masa itu terjadi migrasi ikan tuna ke wilayah Indonesia. Saat La Nina suhu muka laut di barat Samudera Pasifik hingga Indonesia menghangat. Kondisi ini mendorong ikan tuna dari Pasifik timur yang dingin bergerak masuk ke kawasan timur Indonesia. Seperti dikemukakan Dwi Susanto, pakar cuaca BPPT, belum lama ini, perairan barat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan yang memiliki kelimpahan ikan tuna tertinggi, mencapai 70 persen stok ikan tuna dunia. Sebaliknya, ketika terjadi El Nino, ikan tuna di Pasifik bergerak ke timur. Namun, ikan yang berada di Samudera Hindia bergerak masuk ke selatan Indonesia. Hal itu karena perairan di timur samudera ini mendingin, sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa menghangat. Fauzan Maulana 230210080032 Program Studi Ilmu Kelautan UNPAD Daftar Pustaka http://jakarta45.wordpress.com/2009/07/31/bahaya-el-nino-ancam-indonesia/ http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=294&fname=latihan.html http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=307&fname=dampak.html

http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=307&fname=index.html http://hendrasiry.wordpress.com/2009/08/13/bahaya-el-nino-ancam-indonesia/ http://www.pos-kupang.com/read/artikel/38784/selamat-datang-el-nino http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=9128&coid=1&caid=56&gid=3 http://ituapa.blogspot.com/2009/03/masih-terus-mendera-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai