Anda di halaman 1dari 44

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

ISSN 1978-3167 Vol V No 2 September 2012

JURNAL ILMIAH KESEHATAN (JIK)

Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN-PEKALONGAN

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 1

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

SUSUNAN REDAKSI Penasehat Mokhammad Arifin, SKp.MKep Pimpinan Redaksi Milatun Khanifah, SST Penyunting Siti Khuzaiyah, SST Kontributor Mokhammad Arifin, SKp. Mkep Emi Nurlaela, SKp.MKep.Sp.Mat Yuni Sandra, Skep. Ns Firman Faradisi, Skep. Ns Wahyu Ersila, SST Distribusi Halim Indra Kusuma, S.Kom Keuangan Yanuarti Nugrahaningsih, SE Alamat Redaksi: LPPM STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan d/a Kampus II, Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan telp (0285) 785179 Fax (0285) 785555 Email : lppm.stikespkj@gmail.com Web : www.stikesmuh-pkj.ac.id Redaksi menerima tulisan artikel ilmiah dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Naskah yang dikirim ke redaksi menjadi hak milik Jurnal Ilmiah Kesehatan , kecuali jika dilakukan penarikan oleh penulis yang bersangkutan secara
resmi dan tertulis. Terimaksih

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 2

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

PENGANTAR REDAKSI

Assalaamualikum Wr. Wb Ba`da salam semoga Rahmat dan Hidayah Allah senantiasa terlimpah atas kita semua. Shalawat serta salam senantiasa kita panjatkan kepada Rasulullah SAW yang senantiasa kita nantikan Syafaatnya kelakdi Yaumil akhir. Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Muhammadiyah Pekajangan berhasil menerbitkan kembali jurnal ilmiah kesehatan (JIK). Ucapan terimakasih kami haturkan kepada STIKES Muhamadiyah Pekajangan yang telah memberikan dukungan secara maksimal sehingga jurnal ini dapat terbit. Terimaksih juga kami sampaikan kepada segenap penulis yang telah menyumbangkan tulisannya. Tidak lupa kami menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya jika dalam penyusunan JIK ini masih banyak kekurangan. Kami mengaharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun dari pembaca. Kami berharap jurnal ini dapat bermanfaat, baik bermanfaat bagi STIKES Muhammadiyah Pekajangan pada khususnya, serta bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Wassalamualaikum Wr.Wb Pekajangan, September 2012 Pimpinan Redaksi

Milatun Khanifah, SST

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 3

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Daftar Isi Hal Peneliti Judul

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 4

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Rancangan Instrumen Deteksi Dini Gangguan Jiwa untuk Kader dan Masyarakat di Kabupaten Pekalongan Mokhamad Arifin STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Prodi DIII Keperawatan, Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan Indonesia Telepon +6281391723670 Email: eminurlaelapkj@yahoo.co.id

Kasus gangguan jiwa masih menjadi stigma di masyarakat sehingga perlu partisipasi semua pihak dalam mengatasi masalah ini khususnya dalam mensukseskan program Jawa Tengah Bebas Pasung Tahun 2012. Kader kesehatan merupakan salah satu elemen penting yang diharapkan dapat membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan derajat masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh instrument yang dapat membantu kader dalam mendeteksi secara dini kasus gangguan jiwa di masyarakat/lingkungan dimana dia tinggal. Instument awal yang dibuat peneliti di ujikan pada pada kelompok sampel yang berbeda yaitu kader di wilayah Puskesmas Kedungwuni II, Talun, Bojong Kabupaten Pekalongan masing-masing 30 responden yang kemudian dilakukan uji valitas dan reliablitas. Dengan nilai r tabel (Pearson Product Momment) dengan level of significant 0,05, r tabel pada df-2 = 0,306. Dari 30 item pertanyaan yang dibuat peneliti pada penelitian tahap I (Puskesmas Kedungwuni II) terdapat 7 item yang tidak valid yaitu item nomor 1 (0,297), 3 (0,269), 12 (0,257), 13 (0,214), 14 (O,146), 15 (0,292). Pada peneltian tahap II (Puskesmas Talun) dengan 23 item pertanyaan yang tidak valid hanya 1 nomor yaitu no. 13 (0,280) dan pada penelitian tahap III (Bojong) dengan 22 item pertanyaan dari analisis semuanya dinyatakan valid dan reliable. Dengan adanya instrumen deteksi dini ini diharapkan kader dapat segera melaporkan kepada petugas kesehatan atau pusat pelayanan kesehatan terdekat bila diketahui ada anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa untuk kemudian dapat segera dilakukan tindak lanjut oleh pihak terkait. Kata Kunci : Rancangan Intrumen, deteksi dini, gangguan jiwa, Kader PENDAHULUAN Add life to the years, Add health to life, and add Years to life demikian slogan Departemen Kesehatan RI yang artinya meningkatkan mutu kehidupan, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia. Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat bangsa dan negara Indonesia yang dilandasi oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Maryam, dkk, 2008: 11).

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 5

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

WHO mengatakan seseorang dikatakan sehat yaitu sehat dari bio, psiko, sosio, dan spiritual. WHO (2000) juga menyebutkan bahwa 25% penduduk dunia mengalami gaangguan mental dan priulaku, dan hanya 40% yang terdiagnosis. Data lain meyebutkan bahwa prevalensi bunuh diri di Indonesia adalah 1,61,8 per 100.000 penduduk. Banyak faktor yang menyebabkan penderita gangguan jiwa berat, namun yang sering terlupakan adalah dampak akibat dari gangguan jiwa yaitu dissabily ketidakmampuan seseorang melakukan pekerjaanya karena menurut penelitian Bank Dunia beban yang ditanggung karenan gannguan jiwa adalah 8,1 % diatas penyakit TBC, kanker, jantung yang semesnya mendapat perhatian yang serius. Sayangnya, pelayanan kesehatan untuk penderita gangguan jiwa belum optimal. Tidak semua provinsi memiliki rumah sakit jiwa dan hanya terdapat 500 dokter spesialis jiwa yang setengahnyanya bekerja di Jakarta.(Damayanti, 2007). Di Rumah Sakit Jiwa banyak penderita jiwa yang ditelantarkan keluarganya dikarenakan keluarga tidak tahu bagaimana cara mengatasi kondisi keluarga saat di rumah keluarga hanya mampu memberikan obat itupun kadang putus obat hal ini dapat menyebabkan penderita gangguan jiwa dapat terjadi kekambuhan. Prevalensi nasional gangguan jiwa berat adalah 0,3 persen. Penderita gangguan jiwa berat paling banyak di Jakarta. Jumlahnya lebih tinggi dari angka prevalensi nasional yaitu 0,46 persen

(Viora, 2007) jumlah tersebut berdasarkan riset kesehatan dasar di 478 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia tahun 2007. Dari riset tersebut dikelompokkan 2 jenis gangguan jiwa, yaitu gangguan mental emosional atau psikosomatik yang prevalensinya 11,6 persen dari penduduk di atas usia 15 tahun. Gangguan jiwa jenis ini, jumlah penderita paling banyak di Jawa Barat (20 persen), diikuti Sumatera Barat, Aceh, dan Gorontalo. Data di Kabupaten Pekalongan menunjukkan jumlah yang cukup besar yaitu Psikotik (gangguan jiwa berat) pada tahun 2011 sebanyak 622, Neurosis (gangguan jiwa ringan) sebanyak 899, Epilepsi sebanyak 125, Keterbelakangan mental 67 kasus. Dari obeservasi di lapangan masih dijumpai kasus gangguan jiwa berat yang ada belum mendapat penanganan optimal bahkan yang dalam kondisi dipasung. Menurut laporan Dinkes Kab. Pekalongan (2011) Setiap puskesmas sudah ada penanggungjwab program kesehatan jiwa dan sudah melakukan kegiatan berupa pelatihan penagangan kesehatan jiwa bagi petugas kesehatan bagi petugas kesehatan, kader, pelayanan Mobil Unit Kesehatan Jiwa Kader kesehatan menurut L.A Gunawan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Kader yang dinamis ternyata mampu melaksanakan halhal yang sederhana misalnya : peyelenggaran dana sehat ditingkat desa, penyuluhan kesehatan jiwa, pencarian kasus kesehatan jiwa. Saat ini belum ada cara yang praktis dan

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 6

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

sederhana untuk membantu kader mengenali kasus gangguan jiwa khususnya yang berat untuk kemudian mengambil tindakan yang tepat untuk penangananya. Hal ini dikarenakan rendahnya pengetahuan tentang kesehatan jiwa dan masih ada stigma dimasyarakat dimana masyarakat banyak mempunyai penilaian negatif tetang gangguan jiwa sehingga banyak kasus gangguan jiwa yang justru disembunyikan atau dibiarkan tampa penanganan. Penelitian ini ingin mendapatkan instrumen sederhana deteksi kasus kejiwaan sehingga kader dapat mengenali gejala gangguan jiwa dan kemudian dapat melaporkan pada tenaga kesehatan atau puskesmas terdekat di wilayahnya untuk kemudian keluarga pasien akan berobat jalan di puskesmas/rumah sakit umum atau dirujuk ke RS Jiwa. Tujuan penelitian ini Diperolehnya rancangan instrumen deteksi kasus gangguan jiwa untuk kader dan masyarakat yang teruji validitasnya. METODE

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 7

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Gambaran Dukungan Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Anggota Keluarganya di Wilayah Kabupaten Pekalongan

Emi Nurlaela STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan Indonesia Telepon +6281391723670 Email: eminurlaelapkj@yahoo.co.id Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan metode pengumpulan data studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan adanya dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang memberikan air susu ibu, keluarga yang memiliki anggota keluarga lanjut usia, keluarga menghadapi anggota keluarganya yang menopause. Hasil penelitian menunjukkan keluarga yang tidak malas mendengarkan keluhan anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan 34 %, sedangkan 12 % keluarga selalu tidak malas mendengarkan keluhan. Keluarga menyatakan mau selalu membantu mengatasi keluhan 20 %, sedang 16 % keluarga tidak pernah menyatakan mau membantu mengatasi keluhan. Keluarga yang selalu memperhatikan tanda gejala masalah atau penyimpangan kesehatan anggota keluarganya 22 %, sedangkan 38 % keluarga tidak pernah memperhatikan tanda gejala penyimpangan kesehatan yang dirasakan oleh anggota keluarga. Keluarga yang selalu mengingatkan untuk melakukan tindakan yang bertujuan mengurangi keluhan 18%, sedangkan 24 % keluarga tidak pernah melakukannnya. Keluarga yang selalu tidak mengingatkan untuk menghindari kebiasaan buruk yang mempengaruhi kesehatan 12%, sedangkan 26% tidak pernah tidak mengingatkan untuk menghindari kebiasaan buruk. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dukungan keluarga masih kurang kurang dirasakan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi tenaga kesehatan untuk tetap melibatkan keluarga dalam pengelolaan asuhan, keterlibatan keluarga didasarkan bukan untuk melepaskan tugas dan tanggung jawab petugas kesehatan namun menitik beratkan pada dukungan emosional, penghargaan, informasional, dan instrumental dalam meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. Kata Kunci : Dukungan, Keluarga, Sehat berkomunikasi diantara mereka. Keluarga memilki berbagai macam bentuk diantaranya keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak; keluarga ekstended yang merupakan keluarga besar; keluarga dyad yaitu keluarga tanpa anak; single family atapun keluarga; dan single adult yang terdiri dari satu orang dewasa (Achjar, 2010.h.4). Beberapa tahapan keluarga diantaranya adalah keluarga yang melepas anak usia dewasa, dimana anak tersebut menikah dan meninggalkan rumah ataupun masih tinggal dalam satu rumah (Carter & Mc.Goldrick, 1988 dalam Achjar, 2010) . STIKES Muhammadiyah Pekajangan

PENDAHULUAN
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Kesehatan masyarakat tergantung dari kesehatan keluarga yang berada di masyarakat tersebut. Pada kondisi dimana salah satu anggota keluarga sakit maka keluarga dan masyarakat sekitar mengalami dampak langsung maupun tidak langsung dirasakan (Friedman 1998, h.176). Keluarga berasal dari kumpulan individu yang terikat atas dasar perkawinan ataupun dasar ikatan lainnya yang saling berinteraksi dengan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keluarga baru atau pemula yang terciptakan tersebut masih dipengaruhi oleh keluarga sebelumnya apabila hidup dalam satu rumah ataupun berdekatan rumah. Pengaruh yang ditimbulkannya dapat positif atapun sebaliknya. Salah satu fungsi keluarga adalah memberikan dukungan terhadap anggotanya. Pengaruh yang diberikan dari lingkungan sekitar keluarga tersebut dapat menjadikan suatu dukungan agar suatu kegiatan yang dijalankan berhasil namun adapula pengaruh negatif berupa penolakan yang menjadikan hambatan terhadap keberhasilan tindakan dilakukan (Niven, Neil 2002, h.197). Dukungan keluarga terhadap anggota keluarganya yang sedang sakit ataupun memerlukan peningkatan kesehatan sangat diperlukan. Dari anggota keluarga yang paling kecil sampai anggota keluarga yang paling besar dalam artian sudah lanjut usia, semua membutuhkan dukungan keluarga. Dukungan berupa pemberian informasi, pemberian instrumen yang mendukung penyembuhan, pemberian perhatian dan kasih sayang, serta pemberian penilaian penghargaan atas upaya yang telah dilakukan oleh anggota keluarga yang sakit. Dukungan sosial keluarga sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi seperti kecemasan, kepatuhan minum obat, kepatuhan dalam program diet (Niven, Neil 2002, h.197). Adanya dukungan terhadap anggota keluarga yang sakit ataupun anggota keluarga yang memerlukan peningkatan kesehatannya, bukan berarti memberikan suatu kondisi ketergantungan total dengan anggota keluarga yang lain, namun dukungan keluarga diberikan pada beberapa aktivitas yang tidak dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan harapan aktivitas secara bertahap dapat dilakuka. Kurangnya dukungan keluarga terhadap anggota keluarganya, memberikan dampak terhadap motivasi atau dorongan untuk sembuh dari penyakit

Vol V No 2 September 2012 kurang dirasakan. Motivasi untuk sembuh dari suatu penyakit dapat berasal dari diri sendiri dan dapat pula dorongan atau motivasi untuk sembuh berasal dari luar individu tersebut. Kedua sumber motivasi tersebut saling mendukung, mengingat motivasi yang hanya berasal dari diri sendiri menjadi lemah apabila tidak didukung oleh motivasi dari luar seperti motivasi atau dorongan dukungan dari keluarga. Seseorang yang kurang mendapat dukungan dapat mengalami depresi bahkan adanya upaya untuk bunuh diri, karena merasa kurang diperhatikan, merasa sendiri dalam hidup, merasa tidak dibutuhkan dan sebagainya. Bagaimana gambaran dukungan keluarga terhadap anggota keluarganya agar penyembuhan penyakit cepat tercapai dan kesehatan dapat ditingkatkan, hal inilah yang perlu dikaji melalui suatu pendekatan ilmiah penelitian. Dengan melihat ada tidaknya dukungan diberikan menjadi dasar untuk perbaikan pengelolaan asuhan kesehatan pada pasien yang berasal suatu keluarga, melibatkan keluarga dalam pemberian asuhan walaupun sudah ada petugas kesehatan yang merawat. Memperbaiki persepsi yang salah mengenai bila dukungan diberikan maka tidak adanya upaya mandiri yang dilakukan oleh keluarga yang sakit. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam mempercepat peningkatan kesehatan anggota keluarganya. Penelitian ini menjadi dasar bagi tenaga kesehatan untuk tetap melibatkan keluarga dalam pengelolaan asuhan, keterlibatan keluarga pada didasarkan bukan untuk melepaskan tugas dan tanggung jawab petugas kesehatan namun menitik beratkan pada dukungan emosional, penghargaan, informasional, dan instrumental dalam mempercepat peningkatan kesehatan anggota keluarganya.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012 susu untuk meningkatkan produksi air susu ibu. Hasil penelitian terkait dengan dukungan keluarga terhadap wanita menopause menunjukkan bahwa 50 % wanita mendapat dukungan emosional, 30 % wanita mendapat dukungan penghargaan, 50 % wanita mendapat dukungan informasional, 46 % wanita mendapat dukungan instrumental. Keluarga selalu tidak memberikan pinjaman atas usaha yang dilakukan dalam pengobatan 8 %, sedangkan 20% keluarga tidak pernah. Keluarga selalu tidak berusaha mencarikan biaya pengobatan anggota keluarga 10 %, sedangkan 30 % tidak pernah. Keluarga yang menyatakan cukup membawa anggota keluarganya ke Puskesmas sebagai tempat pelayanan dasar selalu 6 %, 44 % keluarga tidak pernah. Keluarga selalu menyediakan fasilitas untuk keperluan pengobatan 4 %, 32 % tidak pernah. Keluarga selalu bersedia mengantarkan ke tempat pelayanan kesehatan 6 %, sedangkan keluarga yang tidak pernah mengantarkan ke tempat pelayanan kesehatan 34 %. Keluarga tidak memberikan pujian atas usaha yang dilakukan dalam pengobatan, 8 % selalu, tidak pernah 20%. Keluarga tidak mengingatkan untuk menghindarkan kebiasaan buruk 12 %, dan keluarga yang tidak pernah 26 %. Keluarga selalu mengingatkan untuk melakukan tindakan yang bertujuan mengurangi keluhan 18 %, keluarga tidak pernah 24 %. Keluarga selalu memperhatikan tanga gejala dari masalah atau penyimpangan kesehatan yang dirasakan 22 %, keluarga tidak pernah memperhatikan tanda gejala penyimpangan 38 %. Keluarga menyatakan selalu mau membantu anggota keluarganya dalam mengatasi keluhan 20 % dan keluarga yang tidak pernah melakukannya 16 %. Keluarga selalu tidak malas mendengarkan keluhan 12 % dan keluarga tidak pernah melakukannya 34 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih banyak keluarga yang belum mendapatkan STIKES Muhammadiyah Pekajangan

METODE
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan data dalam penelitian yaitu dengan kuesioner dan studi dokument. Sampel penelitian ini adalah keluarga dengan berbagai masalah kesehatan diantaranya masalah pemberian air susu ibu secara eksklusif, keluarga dengan masalah kemandirian lansia, keluarga dengan masalah reproduksi wanita berupa menopause. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang. Penelitian telah dilaksanakan di Kabupaten Pekalongan pada bulan Januari.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian terkait dengan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif berupa dukungan informasional dan dukungan instrumental. Dukungan instrumental berupa membelikan jamu atau susu untuk memperlancar air susu ibu. Sedangkan dukungan informasional berupa informasi mengenai makanan yang baik untuk memperlancar air susu ibu. Informasi mengenai cara mengatasi masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan menyusui bayinya seperti puting susu lecet, payudara bengkak. Hasil penelitian tersebut keluarga yang mendapat dukungan keluarga informasional sebanyak 60 %, dimana anggota keluarga yang memberikan dukungan berlatar belakang pendidikan kesehatan, 20 % keluarga mempunyai anggota keluarga yang masih sekolah di kesehatan dan 40 % sebagai tenaga kesehatan. Hasil penelitian terkait pemberian ASI eksklusif tidak ada yang murni mendapat dukungan informasional dari anggota keluarga yang bukan berlatar belakang pendidikan kesehatan. Sedangkan dukungan instrumental dari lima partisipan yang mendapat mendapat dukungan dari suami sebanyak dua orang partisipan yaitu dengan membelikan jamu dan membelikan

Jurnal Ilmiah Kesehatan dukungan dari keluarga, berbagai faktor yang mungkin menjadi penyebab kurangnya dukungan keluarga diantaranya keluarga mempunyai persepsi tidak perlunya suatu dukungan diberikan, keluarga dengan kesibukan pekerjaan sehingga kurang bisa memberikan dukungan.

Vol V No 2 September 2012

DAFTAR PUSTAKA
Buku Sumber Achjar, Komang Ayu Henny (2010) Asuhan Keperawatan Keluarga. Cetakan I. CV Sagung Seto. Jakarta Sudarto, Asuhan Keperawatan Keluarga, dengan pendekatan keperawatan Transkultural , cetakan I, EGC, Jakarta Niven, Neil (2002), Psikologi Kesehatan, Pengantar untuk Perawat & Profesional Kesehatan lain , Cetakan I, EGC, Jakarta Journal Penelitian Roustit, Christelle. Campoy, Eric. Renahy, Emilie. King, Gary. Parizot, Isabelle. Chuvin, Pierre. (2011). Family Social Environment In Childhood and Self-Rate Health In Young Adulthhood. Andersen, Montgomery. Borup, I. 2012. Family Support and The Child as Health Promoting Agent in Arctic. Croezen, Simone. Picaver, Susan. Nies, Haveman Annemien. (2011). Do Positive or Negative Experiences of Social Support Relate to Current and Future Helath? Resulths from the Doentinchem Cohort Study Jackson, Erin S. Tucker, Carolyn M, Herman, Keith. (2007). Health value, Perceived Social Support and Health Self-Efficacy as Factors in a HealthPromoting lifestyle

SIMPULAN
Pengelolaan asuhan pasien memerlukan keterlibatan keluarga. Keluarga dapat dilibatkan dalam mendukung upaya pemenuhan ASI eksklusif. Untuk mencegah kecemasan pada Wanita Menopause dan meningkatkan Kemandirian lansia memerlukan juga dukungan dari keluarga. Keikutsertaan atau keterlibatan keluarga dalam pengelolaan asuhan pasien jangan dijadikan suatu upaya untuk melepaskan tugas dan tanggung jawab pengelolaan. Identifikasi terhadap intoleransi aktivitas pasien diperlukan untuk memastikan aktivitas yang memerlukan bantuan pertolongan oleh keluarga maupun tenaga kesehatan

ACKNOWLEDGEMENT (PERSANTUNAN)
Persantunan kami ucapkan terhadap beberapa orang diantaranya adalah : Sugiarti, Fina (2010) Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia (Elderly) Dalam Aktivitas Dasar Seharihari Di Kelurahan Jenggot Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan ; Afriani, Nur Iza (2011) Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Wanita Usia 45-50 tahun Menghadapi Menopause di Desa Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan; Marlia, Eka (2011) Pengalaman Ibu memberikan ASI Eksklusif Di wilayah Kabupaten Pekalongan

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Rawat Inap dengan Permainan Hospital Story di RSUD Kraton Pekalongan Yuni Sandra Pratiwi STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Prodi DIII Keperawatan, Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan Indonesia Telepon +6281390099917 Email: pratiwi_yuni84@yahoo.co.id Abstract: Sick and hospitalisation were stressors that could caused anxiety of child. One of treatment to reduce the anxiety of child was play therapy, especially hospital story, i.e., told story to child used pictured book about hospital schedules and its routinities, care givers, and answered childs questions about hospital. This study was animed to know the effect of hospital story toward anxiety of the 68 years old child. This study experimental quasi. A questionnaire was used to collect the data. The sample taken with purposive sampling approach. Wilcoxon statistic analysis was used to know the effect of hospital story toward anxiety of the 6-8 years oldd child. The result of Wilcoxon statistic analysis got Z scores was 4,596 and p-value was 0,000 (p<0,05); it could be concluded that hospital story had a significant effect toward anxiety of the 6-8 years old child. Keyword: anxiety, child, hospital story Abstrak: Kondisi sakit dan hospitalisasi merupakan stressor yang dapat menyebabkan kecemasan pada anak. Salah satu tindakan untuk menurunkan kecemasan tersebut adalah terapi bermain, khususnya hospital story, yaitu bercerita kepada anak menggunakan buku bergambar tentang rutinitas dan jadwal rumah sakit, pemberi pelayanan (tim kesehatan), dan menjawab pertanyaan yang diajukan anak tentang rumah sakit. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh hospital story terhadap kecemasan anak usia 6-8 tahun. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Penentuan sampel dengan purposive sampling. Uji statistik wilcoxon digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain hospital story terhadap kecemasan anak usia 6-8 tahun. Hasil uji statistik wilcoxon diperoleh skor Z = - 4,596 dan nilai p = 0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara terapi bermain hospital story terhadap penurunan kecemasan anak usia 6-8 tahun. Kata kunci : kecemasan, anak, hospital story PENDAHULUAN Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah menunjukan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. (Yupi Supartini, 2004) Kondisi ini merupakan sumber stress (stressor) yang dapat

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

mempengaruhi kondisi psikologis seorang anak, yang pada tingkat tertentu dapat menyebabkan seorang anak jatuh pada kondisi kecemasan, baik cemas sedang, berat maupun panik. (Budi Ana Keliat, 2006) Respon kecemasan anak usia 6-8 tahun terkait hospitalisasi umumnya sudah muncul ketika anak baru pertama kali datang untuk dirawat di rumah sakit, menjerit-jerit saat sedang menangis dan tidak mau didekati, mencari-cari orang tua, menangis ketika orang tua meningalkan ruangan untuk suatu keperluan, menolak dan bahkan menyuruh pergi orang lain yang di anggapnya asing, selalu ingin ditemani dan menolak ditemani orang lain, tidak mau beraktivitas dan cenderung tidur-tiduran saja, tidak menunjukan minat atau rasa antusias, terlihat murung tidak acuh terhadap lingkungan, dan menunjukan perilaku yang tidak biasa dilakukannya misalnya: mengompol, menghisap ibu jari, mengeluarkan air liur. (3) Hal ini tidak hanya disebabkan oleh kondisi sakit yang dideritanya, namun juga dikarenakan persepsi negatif anak terhadap rumah sakit. Sehingga perlu suatu aktivitas bermain yang dapat mengurangi persepsi negatif tersebut. (Hart, 1999) Hasil observasi yang dilakukan di RSUD Kraton Pekalongan selama tahun 2007, jumlah anak yang dirawat di Ruang Anak rata- rata perhari 30 orang dari 33 kapasitas tempat tidur yang tersedia. Jumlah tersebut hampir 50 % (15 orang) menunjukkan respon gelisah, cengeng, regresi, sulit makan, sulit tidur, dan tidak

kooperatif, terutama pada kelompok usia 6-8 tahun. Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang dijadikan sarana untuk menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif dalam program pengobatan serta perawatan. Aktivitas bermain yang diberikan meliputi admission activities, aktivitas mengenal citra tubuh, interaksi kelompok, ekspresi seni, stimulasi harga diri, ekspresi diri, penurunan ketegangan, aktivitas untuk isolasi dan imobilisasi, aktivitas perawatan kesehatan dan kegiatan hidup sehari-hari, permainan pernafasan, persepsimotor, dan manajemen nyeri. ( Hart, 1999) Terapi bermain merupakan salah satu teknik yang akan membantu penurunan ketegangan emosional yang dirasakan anak. Secara bertahap respon psikis maupun fisiologis kecemasan akan berkurang dan kepercayaan diri anak akan berkembang optimal pula.(Hart, 1999) Hospital Story adalah suatu aktivitas bermain dengan menceritakan semua hal yang berkaitan dengan rumah sakit, khususnya tentang rutinitas kegiatan, mengenal tim kesehatan, dan prosedur pengobatan, melalui media buku cerita bergambar. Hospital Story termasuk aktivitas bermain admission activities, yaitu aktivitas bermain yang dilakukan segera setelah anak datang ke rumah sakit. (Hart, 1999) Namun terapi bermain hospital story belum pernah dilakukan di RSUD Kraton

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Pekalongan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh terapi bermain hospital story terhadap kecemasan anak usia 6-8 tahun yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Kraton Pekalongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi bermain hospital story terhadap kecemasan anak usia 6-8 tahun yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Kraton Pekalongan.

METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen karena mengukur kecemasan anak usia 6-8 tahun (menggunakan kuesioner) sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain hospital story terhadap orang tua dari anak yang akan diteliti sebanyak 28 orang. Kemudian dilakukan perlakuan terapi bermain hospital story terhadap anak yang diteliti. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari, variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini sebagai variabel independen adalah Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak Sebelum Terapi Bermain Hospital Story Di Ruang Anak RSUD Kraton Pekalongan Tahun 2009 No Tingkat Frekuensi Persentase Kecemasan (%) 1 Ringan 0 0,00 2 Sedang 17 60,7 3 Berat 11 39,3 Total 28 100 mengalami kecemasan sedang, 42,9% (12 anak ) mengalami 2. Kecemasan Anak Sesudah kecemasan ringan dan tidak ada Terapi Bermain Hospital Story Sesudah dilakukan terapi anak yang mengalami bermain hospital story sebagian kecemasan berat seperti tampak besar anak atau 57,1% (16 anak) pada tabel (tabel 2).

Terapi Bermain Hospital Story dan variabel dependen adalah Kecemasan Anak Usia 6-8 Tahun. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner. Istrumen yang digunakan adalah kuesioner, buku cerita rumah sakit bergambar, kertas, krayon / pensil warna dan pensil. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah menggunakan uji statistik wilcoxon yang digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain hospital story terhadap kecemasan anak. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kecemasan Anak 1. Kecemasan Anak Sebelum Terapi Bermain Hospital Story Sebelum dilakukan terapi bermain hospital story sebagian besar anak atau 60,7% (17 anak) mengalami kecemasan sedang, 39,3% (11 anak) mengalami kecemasan berat dan tidak ada anak yang mengalami kecemasan ringan seperti tampak pada tabel (tabel 1).

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak Sesudah Terapi Bermain Hospital Story Di Ruang Anak RSUD Kraton Pekalongan No Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%) 1 Ringan 12 42,9 2 Sedang 16 57,1 3 Berat 0 0,0 Total 28 100 dilakukan terapi bermain Perubahan Kecemasan Anak hospital story. Sebelum dan Sesudah Terapi Sebagian besar anak atau 82,2% Bermain Hospital Story (23 anak) mengalami 1. Perubahan Kecemasan Anak penurunan tingkat kecemasan, Sebelum dan Sesudah Terapi dan 17,8% (5 anak) tidak Terjadi perubahan respon menunjukan penurunan tingkat kecemasan anak sesudah kecemasan seperti pada tabel (tabel 3). Tabel 3. Perubahan Respon Kecemasan Anak Sebelum Dan Sesudah Terapi Bermain Hospital Story Di Ruang Anak RSUD Kraton Pekalongan No Perubahan Respon Frekuensi Persentase (%) Kecemasan Anak 1 Tetap 5 17,8 2 Turun 23 82,2 Total 28 100 artinya terdapat perbedaan yang 2. Perubahan Rerata (mean) bermakna antara pengukuran Kecemasan Anak Sebelum Dan sebelum dan sesudah terapi Sesudah Terapi bermain hospital story atau Uji statistik Wilcoxon pada dengan kata lain terdapat data responden kecemasan anak pengaruh terapi bermain hospital sebelum dan sesudah terapi story terhadap penurunan bermain hospital story, kecemasan anak seperti pada diperoleh skor Z = - 4,596 tabel (tabel 4). dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) Tabel 4. Perubahan Rerata (mean) Kecemasan Anak Sebelum dan Sesudah Terapi Bermain Hospital Story Di Ruang Anak RSUD Kraton Pekalongan

No

Nilai Rerata (mean) Z Sebelum Sesudah Selisih 1 9,96 6,46 3,5 -4,596

p 0,000

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

PEMBAHASAN A. Tingkat Kecemasan Anak Sebelum Terapi Bermain Hospital Story Hasil penelitian sebelum dilakukan terapi bermain hospital story 17 anak (60,7%) mengalami kecemasan sedang, dan 11 anak (39,3%) mengalami kecemasan berat. Namun tidak ada satupun anak yang menunjukan kecemasan ringan. Hal ini menggambarkan bahwa responden mengalami kecemasan akibat hospitalisasi yang dibuktikan dengan menunjukan minimal 5 respon kecemasan yang diobservasi dalam kuesioner, seperti : 24 orang tua dari anak yang diteliti mengatakan anaknya menangis, 17 orang tua dari anak yang diteliti mengatakan anaknya menjerit-jerit, 15 orang tua dari anak yang diteliti mengatakan anaknya murung, 20 orang tua dari anak yang diteliti mengatakan anaknya tidak acuh terhadap lingkungan, 20 orang tua dari anak yang diteliti mengatakan anaknya tidak mau didekati orang asing, dan menolak tindakan pengobatan atau perawatan. Keadaan tersebut sejalan dengan pendapat Wong bahwa respon kecemasan anak akibat hospitalisasi lebih didominasi oleh respon kecemasan perpisahan (separation anxiety). Respon ini terjadi akibat anak harus berpisah dengan teman dan orang terdekatnya. Perilaku yang muncul diantaranya anak menangis ketika pertama kali dirawat di rumah sakit, menjerit-

jerit saat sedang menangis dan tidak mau didekati, mencari-cari orang tua, menangis ketika orang tua meninggalkan ruangan untuk suatu keperluan, menolak dan bahkan menyuruh pergi orang lain yang dianggapnya asing, selalu ingin ditemani dan menolak ditemani orang lain, tidak mau beraktivitas dan cenderung tidur-tiduran saja, tidak menunjukan minat atau rasa antusias, terlihat murung, tidak acuh terhadap lingkungan, dan menunjukan perilaku yang tidak biasa dilakukannya (misalnya: mengompol, menghisap ibu jari, dan mengeluarkan air liur). (Donna L Wong, 2003) Ekspresi kecemasan anak juga dapat dimanifestasikan dalam penolakan terhadap tindakan pengobatan atau perawatan. Perilaku yang muncul diantaranya anak menolak, menangis, berteriak-teriak, atau menarik-narik segala sesuatu yang ada didekatnya ketika perawat atau dokter melakukan tindakakan perawatan atau pengobatan. Beberapa anak bahkan biasa menunjukan respon kecemasan berupa kekerasan fisik. Respon ini timbul akibat anak tidak lagi mampu mengontrol dirinya. Perilaku yang muncul diantaranya anak menyerang dengan cara fisik seperti menendang, memukul, mencubit, atau menggigit bila didekati orang asing, memakimaki jika ada keinginan yang tidak terpenuhi, dan jika diminta berhenti menangis, bertindak sebaliknya (menangis

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

lebih keras). (Donna L Wong, 2003) B. Tingkat Kecemasan Anak Sesudah Terapi Bermain Hospital Story Setelah dilakukan terapi bermain hospital story responden penelitian tidak ada yang menunjukan kecemasan berat, 16 anak menunjukan kecemasan sedang dan 11 anak menunjukan kecemasan ringan. Secara keseluruhan terjadi kecenderungan penurunan respon kecemasan anak antara sebelum dan sesudah terapi bermain hospital story. Namun masih ada 5 anak yang tidak menunjukan penurunan respon kecemasan. Ini terjadi karena kecemasan dipengaruhi pula oleh kondisi penyakit yang diderita anak. Anak usia 6-8 tahun dalam perkembangan psikologis menurut Jean Peaget masuk di dalam kongkrit operasional dimana anak sudah mulai dapat berfikir logis, terarah, dapat memilih, menggolongkan, mampu berfikir dari sudut pandang orang lain dan dapat mengatasi persoalan dengan konkret, dengan sistematis, menurut persepsinya. Sehingga, secara bertahap respon pesikis maupun fisiologis kecemasan akan berkurang dan kepercayaan diri anak akan berkembang optimal pula. Anak tidak lagi menjerit-jerit saat sedang menangis, mau ditemani oleh orang lain, mau beraktivitas, tidak acuh terhadap lingkungan, tidak menunjukan perilaku yang tidak biasa dilakukanya

(misalnya : mengompol, menghisap ibu jari, mengeluarkan air liur), tidak menolak ketika perawat atau dokter melakukan tindakan keperawatan pada dirinya, dan tidak menangis ketika ada keinginanya yang tidak terpenuhi. (Utaminingsih,2006) Menurut Suliswati, terdapat beberapa faktor yang dapat mencetuskan kecemasan pada anak, diantaranya hospitalisasi yang diakibatkan perubahan status kesehatan anak, dimana kondisi sakit tertentu mengharuskan anak untuk dirawat di rumah sakit. Hal ini selalu menimbulkan respon cemas pada anak, karena anak harus menghadapi kondisi sakitnya, perubahan lingkungan, dan perpisahan dengan teman serta orang-orang terdekatnya. Kecemasan anak yang yang dirawat di rumah sakit ditanggulangi secara lintas disiplin dengan melibatkan berbagai modalitas terapi meliputi: terapi lingkungan, terapi relaksasi, dan terapi bermain, khususnya hospital story. (Hart, 1999) C. Pengaruh Terapi Bermain Hospital Story Terhadap Kecemasan Anak. Hasil analisa data menggunakan uji statistic Wilcoxon diperoleh skor Z sebesar 4,596 dengan nilai p sebesar 0,000 dimana p<0,05. Selisih rerata (mean) kecemasan anak sebelum dan sesudah terapi bermain hospital story diperoleh perbedaan sebesar 3,5. Hal ini

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran kecemasan anak sebelum dilakukan terapi bermain hospital story dengan hasil sesudah diberikan terapi bermain hospital story. Sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi bermain hospital story terhadap kecemasan anak. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa terapi bermain, khususnya hospital story, juga membantu anak beradaptasi dengan lingkungan dan rutinitas rumah sakit, sehingga anak yang awalnya stress dan cemas menjadi lebih rileks dan kooperatif. (Hart, 1999) Hospital story adalah suatu aktivitas bermain yang bertujuan memberikan informasi tentang rumah sakit kepada anak dengan mengorientasikan anak terhadap rutinitas dan jadwal rumah sakit, mengidentifikasi pemberi layanan (tim kesehatan) diruang anak, menjawab pertanyaan yang diajukan anak tentang rumah sakit. Aktivitas tersebut bertujuan mengorientasikan anak terhadap lingkungan rumah sakit, terutama orientasi personal dan tempat, sehingga anak lebih mengenal lingkungan rumah sakit, kegiatan, rutinitas dan orangorang yang terlibat dalam mengobati dan merawat dirinya. Perkenalan anak terhadap lingkungan rumah sakit dapat memperluas lapang persepsi anak bahwa rumah sakit bukan lingkungan yang mengancam dan

membahayakan dirinya. Anak merasa lebih aman, sehingga menunjukan penurunan respon kecemasan. (Hart,1999) Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terapi bermain hospital story memiliki pengaruh yang signifikan untuk menurunkan respon kecemasan anak akibat hospitalisasi. Hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian sejenis tentang terapi bermain. Menurut penelitian Gariapy yang dilakukan di Quebec Canada dengan 22 responden menggunakan case control study, diperoleh hasil bahwa terapi bermain sangat efektif mengurangi stress pada anak akibat hospitalisasi dan mampu meningkatkan mood anak. Menurut penelitian Veja terapi bermain juga efektif untuk dipergunakan sebagai terapi modalitas untuk mempertahankan perkembangan anak yang menjalani hospitalisasi. Penelitian Utaminingsih di RSU Gresik dengan 24 responden, diperoleh hasil bahwa terapi bermain (games) sangat efektif untuk meningkatkan tingkat adaptasi psikologis anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit tersebut. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut : Sebelum dilakukan terapi bermain hospital story, sebagian besar anak atau 60,7% (17 anak) mengalami kecemasan sedang, setelah dilakukan terapi bermain hospital story, sebagian besar anak atau 57,1% (16 anak) mengalami kecemasan sedang, ada pengaruh yang signifikan antara terapi bermain hospital story

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

terhadap penurunan kecemasan anak yang dirawat di Ruang Anak RSUD Kraton Pekalongan. DAFTAR PUSTAKA Budi Anna Keliat, (2006), Modul Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta: EGC. Hart, (1999), Therapeutic Play Activities For Hospital Children, St. Louis : MosbyYear Book Inc. Setiadi, (2007), Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta : Graha Ilmu. Utaminingsih, (2006), Pengaruh Terapi Bermain:Games Terhadap Tingkat Adaptasi Psikologis Anak Usia Sekolah di Ruang Anggrek RSU Kabupaten Gresik, http : / www.jiptunair.lib.ac.ad/gdl-s12006-utaminingsih. Yupi Supartini, (2004), Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta : EGC.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan Firman Faradisi STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Prodi DIII Keperawatan, Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan Indonesia Telepon +6285742320556 Email: firman_pkj@yahoo.co.id Abstrak: Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan dan kebanyakan diakibatkan kecelakaan lalulintas. Banyak pasien yang mengalami kecemasan sebelum operasi. Kini telah dikembangkan terapi untuk menangani kecemasan, diantaranya adalah terapi musik dan terapi murotal untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan efektivitas pada kedua terapi dalam menurunkan kecemasan. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment, tipe pre test and post test design. Sample penelitian adalah pasien fraktur ekstremitas di RSI Muhammadiyah Pekajangan. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Tehnik pengambilan data dengan cara observasi dan wawancara. Analisa data menggunakan uji t-dependent (paired sample t test). Hasil pengkajian sebelum diberikan terapi sebagian besar pasien mengalami cemas sedang. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik diperoleh nilai thitung sebesar 8,887 (p = 0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak. Artinya pemberian terapi musik efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi murotal diperoleh nilai thitung sebesar 10,920 (p = 0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak artinya pemberian terapi murotal efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik dan murotal diperoleh nilai thitung sebesar 2,946 (p = 0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak artinya pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik. Kata Kunci: Fraktur, operasi, kecemasan, terapi musik, terapi murotal PENDAHULUAN Kecelakaan lalulintas sering kali terjadi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Menurut data kepolisian Republik Indonesia tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kasus. Kasus itu menyebabkan kematian pada 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat dan 8.694 luka ringan dan diperkirakan tiap tahunya akan mengalami peningkatan. Adapun trauma yang sering terjadi pada kasus ini adalah trauma kepala, fraktur (patah tulang), dan trauma dada (Sujudi, 2008). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau ruda paksa. Pada pasien fraktur akan timbul nyeri dimana hal ini dapat menyebabkan kecemasan pada pasien. Nyeri yang timbul diakibatkan oleh terputusnya kontinuitas jaringan, spasme otot, gerakan fragmen tulang, dan cidera pada jaringan lunak (Doengoes,1999). Penanganan fraktur bisa berupa konservatif ataupun operasi.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Tindakan operasi terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi interna dan reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna, dimana didalamnya terdapat banyak prosedur yang harus dilaksanakan (Mansjoer, 2007). Tindakan pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan bisa membahayakan bagi pasien. Maka tidak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Beberapa orang kadang tidak mampu mengontrol kecemasan yang dihadapi, sehingga terjadi disharmoni dalam tubuh. Hal ini akan berakibat buruk, karena apabila tidak segera diatasi akan meningkatkan tekanan darah dan pernafasan yang dapat menyebabkan pendarahan baik pada saat pembedahan ataupun pasca operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis sebelum dilakukan operasi (Efendy, 2005). Kini telah banyak dikembangkan terapi-terapi keperawatan untuk menangani kecemasan ataupun nyeri, salah satunya adalah terapi musik yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien. Terapi musik ini terbukti berguna dalam proses penyembuhan karena dapat menurunkan rasa nyeri dan dapat membuat perasaan klien rileks (Kate and Mucci, 2002). Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian di tahun 1996, Journal of the American Medical Association melaporkan

tentang hasil-hasil suatu studi terapi musik di Austin, Texas yang menemukan bahwa setengah dari ibu-ibu hamil yang mendengarkan musik selama kelahiran anaknya tidak membutuhkan anestesi. Rangsangan musik meningkatkan pelepasan endofrin dan ini menurunkan kebutuhan akan obatobatan. Pelepasan tersebut memberikan pula suatu pengalihan perhatian dari rasa sakit dan dapat mengurangi kecemasan (Campbell, 2001). Terapi religi dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibukikan oleh berbagai ahli seperti yang telah dilakukan Ahmad al Khadi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research di Florida, Amerika Serikat. Dalam konferensi tahunan ke XVII Ikatan Dokter Amerika, wilayah missuori AS, Ahmad AlQadhi melakukan presentasi tentang hasil penelitianya dengan tema pengaruh Al-Quran pada manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Hasil penelitian tersebut menunjukan hasil positif bahwa mendengarkan ayat suci Al-Quran memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah alat berbasis komputer ( Remolda, 2009). Terapi murotal dan terapi musik dapat menurunkan kecemasan, tetapi apakah terapi murotal itu lebih cepat menurunkan kecemasan dibandingkan terapi musik belum diketahui, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang keefektivan antara pemberian terapi pembacaan Al-Quran dengan terapi musik

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre-operasi. Rencana penelitian akan dilakukan di RSI Muhammadiyah Pekajangan. Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Pekajangan adalah rumah sakit umum yang juga menangani bedah tulang. Peneliti memilih RSI Muhammadiyah PKJ karena terdapat kasus yang sesuai dengan kriteria penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan pengkajian yang meliputi gejala-gejala fisiologis ataupun psikologis dimana beberapa item penilaian kecemasan membutuhkan pengkajian yang tidak segera, akan tetapi pasien harus menginap di Rumah Sakit sehingga dapat dikaji apakah terjadi perubahan setelah diberikan terapi. Item-item yang dimaksud diantaranya adalah item gangguan tidur. METODE Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperiment, tipe pre test and post test design, karena sebelum diberikan perlakuan atau terapi, pasien dikaji terlebih dahulu tingkat kecemasanya kemudian setelah diberi perlakuan atau terapi maka dikaji kembali tingkat kecemasanya, apakah mengalami penurunan tingkat kecemasan atau tidak. Menurut Guy bahwa ukuran minimal sampel yang dapat diterima berdasarkan metode penelitian perbandingan kelompok statis minimal 30 subyek (Hasan, 2002). Sampel dari penelitian ini diambil 30 kasus pre operasi fraktur yang ada selama dua bulan penelitian. Pembagian Sampelnya adalah sebagai berikut: 15 pasien: diberikan terapi musik, 15 pasien: diberikan terapi murotal.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur kecemasan yang dalam penggunaannya menggunakan metode observasi dan wawancara. Alat ukur tingkat kecemasan HRS-A berisi rentang intensitas kecemasan yang dirasakan klien. Untuk mendukung jalanya penelitian, peneliti menggunakan MP3 atau tape recorder yang berisikan musik klasik dan murotal. Lembar observasi yang digunakan peneliti sebagai alat ukur dalam mengukur intensitas nyeri, pada penelitian ini merujuk pada kuisioner kecemasan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) dengan skala 0 sampai 4 untuk setiap item dan dari score <6->27 untuk penentuan tingkat kecemasan akhir. Pada tahun 1961 Hamilton melakukan penelitian dengan instrument HRS-A (1960). Alat ukur kecemasan ini sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas dan terbukti menjadi skala ukur kecemasan yang valid dan dapat diterima secara universal (Setyonegoro, 2009). Pengelolaan dan analisa data hasil penelitian dengan menggunakan software SPSS 10.0. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan Uji T (T-Test), karena uji ini dapat menguji dua sampel independen yang tidak berkolerasi

HASIL PENELITIAN Jenis Kelamin Berdasarkan distribusi jenis kelamin 30 pasien Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Pekajangan diperoleh hasil seperti pada gambar (gambar 1).

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

12 10
80% 70% 60%
Frekuensi

10

12

73,30% 66,70%

Frekuensi

6 4 2 0 Tidak Cemas Ringan Sedang Berat

50% 40%

3 2 0 2 1 0

Seb Ses

33,30% 26,70%

Musik Murotal

30% 20% 10% 0% Laki-laki

Tingkat Kecemasan dengan Terapi Musik


Jenis Kelamin Perempuan

Gambar 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Analisis Univariate 1. Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum dan Sesudah mendapatkan Terapi Musik Berdasarkan hasil distribusi tingkat kecemasan pasien sebelum dan sesudah mendapatkan terapi musik diperoleh hasil bahwa sebelum mendapatkan terapi musik diketahui Sebagian besar termasuk kategori sedang. Sedangkan hasil distribusi mengenai tingkat kecemasan pasien Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Pekajangan sesudah mendapatkan terapi musik diketahui sebagian besar termasuk kategori ringan seperti tampak pada gambar (gambar 2).

Gambar 2. Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum dan sesudah Mendapatkan Terapi Musik 2. Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum dan Sesudah mendapatkan Terapi Murotal Hasil distribusi mengenai tingkat kecemasan pasien Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Pekajangan sebelum mendapatkan terapi murotal sebagian besar termasuk kategori sedang. Sedangkan hasil distribusi mengenai tingkat kecemasan pasien Rumah Sakit Muhammadiyah Pekajangan sesudah mendapatkan terapi murotal sebagian besar tidak merasakan adanya kecemasan seperti tampak pada gambar (gambar 3).

10 9 8 7

10 8 7

Frekuensi

6 5 4 3 2 1 0 Tidak Cemas Ringan Sedang Berat

4
Sebelu m

1 0 0 0

Tingkat Kecemasan dengan Terapi Murotal

Gambar 3. Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum dan sesudah Mendapatkan Terapi Murottal

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Hasil Uji Normalitas Kolomogorov Smirnov Berdasarkan hasil pengujian normalitas dengan menggunakan metode kolmogorov smirnov diatas diketahui bahwa nilai probabilitas (p) untuk pasien yang diterapi dengan musik pada pre test adalah 0,970 > 0,05 dan pada saat post test adalah 0,985 > 0,05 sehingga Ho diterima, artinya data berdistribusi normal; sedangkan untuk pasien yang diterapi dengan murotal pada pre test diperoleh nilai probabilitas (p) adalah 0,957 > 0,05 dan pada saat post test adalah 0,613 > 0,05 sehingga Ho diterima, artinya data berdistribusi normal seperti tampak pada tabel (tabel 1).

Gambar 4. Grafik Perbandingan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Terapi Musik Selanjutnya berikut ini akan dibahas tentang perbedaan tingkat Keteran kecemasan pasien sebelum dan gan sesudah mendapatkan terapi murotal.
Normal Normal Tabel 2. Hasil Uji Beda Normal Kecemasan dengan Normal

Tabel 1. Tabel Hasil Uji Kolmogorof Sminorv


No Kelompok Variabel Kolmog orov Smirnov Z 0,490 0,458 0,510 0,758 p

1. 2.

Musik Murotal

Pre Test Post Test Pre Test Post Test

0,970 0,985 0,957 0,613

Tingkat Terapi

Murotal Adapun untuk lebih jelas mengenai perbedaan tingkat kecemasan antara sebelum dan sesudah pemberian terapi musik dapat dilihat pada gambar (gambar 4). Kelompok N Mean thitung Pre Test 15 19,33 10,920 Post Test 15 6,73 Sumber: data primer diolah, 2011 Tabel 2 di atas merupakan hasil uji beda tingkat kecemasan responden untuk kelompok yang dilakukan terapi dengan murotal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 15.0 for windows diperoleh nilai thitung sebesar 10,920 (p = 0,000 < 0,05) STIKES Muhammadiyah Pekajangan P 0,000

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

sehingga H0 ditolak, artinya tingkat kecemasan antara sebelum dan sesudah terapi murotal terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga pemberian terapi murotal efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Adapun untuk lebih jelas mengenai perbedaan tingkat kecemasan antara sebelum dan sesudah pemberian terapi murotal dapat dilihat pada gambar gambar (gambar 5).
25,00
Tingkat Kecemasan

20,00 15,00 10,00 5,00 0,00

19,33

6,73

Pre test Perlakuan

Post test

Gambar 5. Grafik Perbandingan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Terapi Murotal Selanjutnya berikut ini akan dibahas tentang perbedaan tingkat kecemasan pasien sesudah mendapatkan terapi musik dan murotal. Tabel 3.Hasil Uji Beda Tingkat Kecemasan dengan Terapi Musik dan Murotal Kelompok Musik Murotal Sumber: data 2011 N Mean 15 10,33 15 6,73 primer diolah,

Tabel 3 di atas merupakan hasil uji beda tingkat kecemasan responden untuk kelompok yang

dilakukan terapi dengan musik dan murotal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 15.0 for windows diperoleh nilai thitung sebesar 2,946 (p = 0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak, artinya tingkat kecemasan antara sesudah mendapatkan terapi musik dan murotal terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik. Ketika diperdengarkan musik klasik, maka harmonisasi dalam musik klasik yang indah akan masuk telinga dalam bentuk suara(audio), menggetarkan genderang telinga, mengguncangkan cairan diteling dalam serta menggetarkan sel-sel rambut di dalam koklea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju otak dan menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan dan otak kiri. Yang akan memberikan dampak berupa kenyamanan dan perubahan perasaan. Perubahan perasaan ini diakibatkan karena musik klasik dapat menjangkau wilayah kiri kortek cerebri (Mindlin, 2009). Dari korteks limbik, jaras pendengaran dilanjutkan ke hipokampus, dan meneruskan sinyal musik ke Amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran P yang bekerja thitung pada tingkat bawah sadar, sinyal 2,946 kemudian diteruskan0,011 ke hipotalamus. Hipotalamus merupakan area pengaturan sebagian fungsi vegetatif dan fungsi endokrin tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku emosional, jaras pendengaran diteruskan ke formatio retikularis

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

sebagai penyalur impuls menuju serat otonom. Serat saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu saraf simpatis dan para simpatis. Kedua saraf ini dapat mempengaruhi kontraksi dan relaksasi organ-organ. Relaksasi dapat merangsang pusat rasa ganjaran sehingga timbul ketenangan (Ganong, 2005). Namun dari data yang didapat ternyata lebih efektif menggunakan murotal dibandingkan terapi musik klasik, karena Terapi murotal memiliki aspek yang sangat diperlukan dalam mengatasi kecemasan, yakni kemampuanya dalam membentuk koping baru untuk mengatasi kecemasan sebelum operasi. Sehingga secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi murotal mempunyai dua poin penting, memiliki irama yang indah dan juga secara psikologis dapat memotivasi dan memberikan dorongan semangat dalam menghadapi problem yang sedang dihadapi. Sedangkan dalam terapi musik, hanya memiliki satu poin saja, yaitu memiliki nada yang indah. Terapi musik memang dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dapat terlihat dari menurunya ketegangan, pernafasan, tekanan darah, nadi (respon fisiologis). Akan tetapi setelah terapi musik selesai dilaksanakan, pasien kembali dihadapkan pada kenyataan akan operasi yang akan dihadapinya, sehingga rasa cemas kembali meningkat. Terbukti ketika malam hari pasien kembali merasakan kecemasan, hal ini dapat diketahui ketika peneliti mengkaji post test pada sebagian item yang harus dikaji di pagi hari maka pasien mengeluh tidur tidak pulas, sering kencing dan

lain sebagainya. Adapun pada terapi murotal maka kecemasan baik yang berupa gejala fisiologis ataupun psikologis mengalami penurunan yang signifikan. Bahkan terdapat 3 orang pasien setelah diberikan terapi murotal mengatakan bahwa mereka merasa lebih tenang dan siap untuk melakukan operasi. Terapi murotal memberikan dampak psikologis kearah positif, hal ini dikarenakan ketika murotal diperdengarkan dan sampai ke otak, maka murotal ini akan diterjemahkan oleh otak. Persepsi kita ditentukan oleh semua yang telah terakumulasi, keinginan, hasrat, kebutuhan dan pra anggapan (Oriordan, 2002). Keinginan dan harapan terbesar pasien yang akan menjalani operasi adalah agar operasi dapat berjalan lancar dan pasien dapat pulih seperti semula. Maka kebutuhan terbesar adalah kekuatan penyokong, yaitu realitas kesadaran terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa (Krishna, 2001). Dengan terapi murotal maka kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut tahu arti AlQuran atau tidak. Kesadaran ini akan menyebabkan totalitas kepasrahan kepada Allah SWT, dalam keadaan ini otak berada pada gelombang alpha, merupakan gelombang otak pada frekuensi 7-14HZ. Ini merupakan keadaan energi otak yang optimal dan dapat menyingkirkan stres dan menurunkan kecemasan(MacGregor, 2001). Dalam keadaan tenang otak dapat berpikir dengan jernih dan dapat melakukan perenungan tentang adanya Tuhan, akan terbentuk koping, atau harapan positif pada pasien (Khrisna, 2001).

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan tingkat efektivitas antara pemberian terapi musik dengan terapi pembacaan Al-Quran terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre-operasi di Rumah Sakit Islam Pekajangan dapat ditarik simpulan: tingkat kecemasan antara sebelum dan sesudah terapi musik terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga pemberian terapi musik efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien, tingkat kecemasan antara sebelum dan sesudah terapi murotal terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga pemberian terapi murotal efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien, tingkat kecemasan antara sesudah mendapatkan terapi musik dan murotal terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik. Perlu dipertimbangkan berbagai hal untuk pasien pra operasi sebagai berikut: bagi profesi keperawatan diharapkan untuk senantiasa melaksanakan dan meningkatkan peran mandirinya dalam upaya mengatasi masalah kecemasan pada pasien sebelum pembedahan melalui pemberian terapi musik atau terapi Al-Quran; bagi institusi pendidikan kesehatan diharapkan terus mengkaji berbagai terapi yang lebih efektif dalam penanganan cemas dan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan; bagi Rumah Sakit terkait, diharapkan setelah diperoleh hasil yang signifikan maka dapat diterapkan

sebagai terapi tetap dalam proses penyiapan pasien sebelum operasi; dalam pemberian terapi, sebaiknya musik yang diberikan sesuai dengan jenis musik yang disukai oleh pasien. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rinika Cipta. Brunner dan Suddart, 2002. Keperawatan Medikal Bedah penerjemah Panggabean. Jakarta: EGC. Butterton, Mary, 2008. Listening to Music in Psychotherapy. Oxford: Radcliffe Publishing. Campbell, D, (2001a). Efek Mozart bagi Anak, Meningkatkan Daya Pikir, Kesehatan dan Kreativitas Anak Melalui Musik penerjemah Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ________, D(2001b).Efek Mozart: Memanfaatkan kekuatan musik untuk mempertajam pikiran, mengaktifkan kreativitas dan menyehatkan tubuh penerjemah Hermaya. Jakarta: Gramedia. Crish, Y. 2008, Konsep Dasar Operasi. http:www.yenibeth.com, tanggal akses : 7-01-2008.. Doengoes, Marlyn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Efendy, 2005. Kiat Sukses Menghadapi Operasi. Yogyakarta: Sahabat Setia. Emmoto, 2005. The True of Water, Berbagai Keajaiban Pada Air. Jakarta: Serambi.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Ganong, WF, 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Gfeller and Thaut.1999. Music Therapy. http://www.peacfulmind.com/ music-therapy.htm Tanggal Akses : 10-7-2009. Grace, 2009. Musik dan Dampak Bagi Kehidupan.WYKN. http://www.in Christ.net. Tanggal Akses 18 februari 2009. Gusmian, 2005. Ruqyah Terapi Religi Sesuai Sunnah Rasulullah SWT. Jakarta: Pustaka Marwa. Hadi, A, 2008. Seni dan Religiusitas Spiritualitas Islam.http://baytal-hikmah.com Tanggal akses: 12-7-2009. Hawari, D, 2002. Dimensi Religi dalam Praktik Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: Balai Penerbit UI. Kate and Mucci, 2002. The Healing Sound of Musik penerjemah Prakoso. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Khrisna, A, 2001. Masnawi, Bersama Jalaluddin Rumi Menggapai Langit Biru Tak Berbingkai. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.. Long, B, 2008. Foundation In Nursing Theory and Practice. http://books.google.co.id. Tanggal akses 10-6-2009. MacGregor, S, 2001. Piece of Mind Menggunakan Kekuatan Pikiran Bawah Sadar untuk Mencapai Tujuan. Jakarta: Gramedia. Mansjoer, A dkk, 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:

Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. Massion, W, 1999. Pengertian Kecemasan. http://wangmuba.com Tanggal Akses: 2009/02/13. Merritt, S, 2003. Simfoni Otak: Aktifitas Musik yang Merangsang IQ, EQ, SQ, untuk Membangkitkan Kreatifitas dan Imajinas, penerjemah Dharma. KAIFA. Bandung. Mindlin, 2009. Brain Music. http: //www.editinternational.com Tanggal Akses: 13-7-2009. Mukhdam, 2008. Pengaruh Al-Quran terhadap Organ Tubuh. http.//www.mukhdam.com. Tanggal akses: 14-02-2009. Nancy, E, 2006. Introductory Medical Surgical Nursing. Edisi 9. E, Lippincott. Notoatmojo, S, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam, 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penenlitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Medika Salemba Oriordan, RNL (1a). 2002. Seni Penyembuhan Alami Seni Penyembuhan Menggunakan Energi Jiwa penerjemah Aristyawati. Bekasi: Gugus Press. _______, RNL (1b). 2002. Seni Penyembuhan Sufi dengan Pendekatan Kepada Tuhan penerjemah Aristyawati. Bekasi: Gugus Press. Psycho reseach team, 2008. Pengaruh pembacaan Al-Quran Terhadap Pembentukan AutoSugestif. http://psychologyupdate.com. Tanggal Akses: 12-7-2009.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Qadiy, A, 1984. Pengaruh Terapi Murotal Terhadap Organ Tubuh. http://www.mailarchive.com. Tanggal akses: 28-8-2009. Remolda, P, 2009. Pengaruh AlQuran pada Manusia dalam Perspektif Fisiologi dan Psikologi. http://www.the edc.com . Tanggal akses: 14-72009. Setyonegoro, K, 2009 ( adaptet 1982). Pusat Penelitian dan Pengembangan Kalbe Farma. Jakarta: Cermin dunia kedokteran. Smeltzer, S, 2001. Fraktur Tibia Fibula http://Wilkipedia.Org/Wiki/Fra ktur. Tanggal Akses:9 Maret 2009. _________, 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta. Stuart, Gail, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC, Jakarta. Sugiono, 2007. Statistika untuk Penelitian. ALVABETA. Bandung. Sujudi, A, 2008. Berita Kejadian Kecelakaan di Jalan. http:// Pusdiknakes.or.id. Tanggal Akses: 23 Agustus 2009. Syamsyuhidayat, R.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 2. EGC. Jakarta. Tomy, L, 2007. Terapi Musik dalam perspektif otak. http:// www.liveconnector.com. Tanggal Akses :14-7-2009. Tubalawoniy, F, 2007. Pengaruh Pemberian Terapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Nyeri pada Pasien Post

Operasi di Ambon. Skripsi, Semarang. UNDIP. Wijanarko, Nugroho, 2007. Evektivitas Pemberian Terapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan di ruang ICU-ICCU Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Skripsi, Semarang: UNDIP

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Peningkatan Hasil Belajar dengan Metode Problem Based Learning dan Ceramah Pada Mahasiswa Kebidanan di Surakarta Wahyu Ersila STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Prodi DIII Kebidanan Jl.Raya Pekajangan No.78 Kedungwuni Pekalongan Indonesia Telepon +6285640151178 Email: ersila.chila88@gmail.com
Abtract: Learning outcomes are changes that led to changes in human attitudes and behavior. This study aims to improve learning outcomes by methods of problem-based learning and lectures, and study the behavior of students through student feedback on problem-based learning method and lecture. Qualitative descriptive method. This study uses a model cycle. Each cycle consists of four stages: planning, action, observation, and reflection. Non-regular students study subjects DIII Midwifery polytechnic third semester Kemenkes Surakarta. Technique of taking the pre test and post test, observation and indepth interviews. Instruments used booklet, observation sheets and interview guides. Research shows the average value of the learning materials postpartum obstetric management in the first cycle with the PBL method pre test and post test 62.50 77.20 to 74.36% (29 students who completed the study) and the second cycle with pre test and post test 65.90 by 81.70 by 87.18% (34 students who completed their study). While the average value for a lecture on the first cycle of pre test and post test 61.90 68.30 to 65.64% (25 students who completed the second cycle of learning and the pre test and post test 64.40 at 70.90 with 76.32% (29 students who completed the study. the PBL method, students assume that the method of interest, cooperation and responsibility to train, train and enhance critical thinking in the learning activity. while lecturing students lack of interest, students are less active when learning. Keywords: learning outcomes, method of problem-based learning and lecture Abstrak: Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar melalui metode problem based learning dan ceramah, serta mengetahui perilaku mahasiswa melalui tanggapan mahasiswa tentang metode problem based learning dan ceramah. Metode diskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan model siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian mahasiswa Non reguler semester III DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surakarta. Teknik pengambilan pre tes dan post tes, observasi serta wawancara mendalam. Intrumen yang digunakan lembar soal, lembar observasi dan panduan wawancara. Hasil Penelitian menunjukan rata-rata nilai hasil belajar materi manajemen kebidanan ibu nifas pada siklus I dengan metode PBL pre tes 62,50 dan post tes 77,20 dengan 74,36% (29 mahasiswa yang tuntas dalam belajarnya) dengan dan pada siklus II pre test 65,90 dan pos tes sebesar 81,70 dengan 87,18% (34 mahasiswa yang tuntas belajarnya). Sedangkan rata-rata nilai untuk metode ceramah pada siklus I pre tes 61,90 dan post tes 68,30 dengan 65,64% (25 mahasiswa yang tuntas belajarnya dan pada siklus II hasil pre tes 64,40 dan post tes sebesar 70,90 dengan 76,32% (29 mahasiswa yang tuntas dalam belajarnya. Pada metode PBL, mahasiswa mengganggap bahwa metode yang menarik, melatih kerjasama dan tanggung jawab, melatih berfikir kritis dan meningkatkan keaktifan dalam belajar. Sedangkan metode ceramah mahasiswa kurang tertarik, mahasiswanya kurang aktif saat belajar. Kata kunci : Hasil belajar, Metode problem based learning dan ceramah

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

PENDAHULUAN Belajar merupakan proses yang aktif yang harus melibatkan siswa dalam kegiatan belajar sebagai respon siswa terhadap stimulus pengajar, yang diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki (Dalyono. M, 2005). Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel, dalam Purwanto, 2009). Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Salah satu metode yang menunjang pembelajaran yang memberdayakan mahasiswa adalah metode Problem Based Learning, yang merupakan metode belajar yang menantang mahasiswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi dari masalah dengan mengaitkan rasa keingintahuan serta analisis mahasiswa untuk berfikir kritis dan analitis dan mencari sumber pembelajaran yang sesuai (Amir T, 2009). Dari studi pendahuluan diperoleh keterangan bahwa Askeb nifas merupakan mata kuliah yang didapat mahasiswa kebidanan pada semester III, materi manajemen kebidanan pada ibu nifas adalah pokok bahasan ke delapan dari mata kuliah Askeb nifas. Poltekkes Surakarta merupakan Institusi kebidanan yang masih menerapkan metode ceramah dan belum menerapkan metode pembelajaran Problem Based Learning secara penuh pada setiap mata kuliah yang ada, untuk itu penerapan metode ini untuk meningkatkan hasil belajar berdasarkan pada masalah-masalah

yang nyata bisa dijadikan dasar untuk membuat suatu penelitian tindakan kelas ini. METODE Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan bagaimana meningkatkan hasil belajar dengan metode Problem Based Learning dan ceramah melalui pre tes dan post tes. Selain itu juga disertai dengan tanggapan mahasiswa tentang metode PBL dan ceramah melalui wawancara. Penelitian ini dilakukan di Politeknik Kesehatan Surakarta jurusan D III Kebidanan, di Jl. Ksatrian No. 2 Danguran, Klaten Selatan, yang dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2011. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kebidanan semester III Politeknik Kesehatan Surakarta tahun 2010/2011. Sampel yang digunakan pada penelitian ini dengan teknik cluster sampling, yakni pengambilan sampel dilakukan pada pada suatu wilayah tertentu yang dianggap mewalili populasi yang akan diteliti (Azwar.A, 2003). Penentuan yang menjadi sampel untuk metode PBL atau ceramah dengan cara di random antara kelas A dan kelas B, dan setelah diacak yang keluar adalah kelas A. Dengan demikian yang menjadi kelas PBL adalah kelas A dan yang menjadi kelas ceramah adalah kelas B. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua, yaitu instrumen tes dan non tes. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar sebelum dan setelah diberikan perlakuan (pre test dan post test) dalam bentuk soal tes dengan pilihan benar dan salah.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Teknik non tes yang digunakan pada penelitian ini ada 2 yaitu observasi dan wawancara. Teknik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif dengan penjelasan sebagai berikut: data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan deskripsi persentase. Nilai pre tes dan post tes yang diperoleh siswa dirata-rata untuk membandingkan adanya peningkatan hasil belajar sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Jika nilai post tes > dari pre tes maka hasil belajar mengalami peningkatan yang positif. Nilai persentase dihitung dengan ketentuan sebagai berikut: NK NP = ------ x 100% R Keterangan: NP = Nilai persentase NK = Nilai komulatif R = Jumlah responden Data kualitatif yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Miles and Huberman (dalam Sugiyono 2010), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kulitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data kualitatif yakni;Reduksi data dimana data reduksi merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara ditulis dalam bentuk rekaman data, dikumpulkan, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok. Langakh berikutnya adalah penyajian data yang merupakan gambaran keseluruhan

atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis dalam paparan data.. Berikutnya adalah penarikan simpulan atau verivikasi yaitu data yang diperoleh dicari pola, hubungan, atau hal-hal yang sering timbul dari data tersebut kemudian dihasilkan simpulan sementara yang disebut dengan temuan peneliti. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Nilai hasil pre tes dan post tes dengan metode PBL siklus I No Interval nilai Frekuensi Kriteria 1 2 3 4 5 Di bawah 55 55 - 64 65 - 79 80 - 89 90 - 100 Tabel 2. Nilai hasil pre tes dan post tes dengan metode Ceramah siklus I Interval Frekuensi Kriteria nilai Di bawah 55 55 - 64 6 Tidak tuntas Tidak tuntas 2 8 13 13 3 Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

No 1

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

3 4 5

65 - 79 80 - 89 90 100

21 4 0

Tuntas Tuntas Tuntas

Hasil pre tes dan post tes pada siklus pertama menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode problem based learning sebanyak 29 mahasiswa atau 74,36% dari seluruh mahasiswa kelas A telah berhasil menyelesaikan soal dengan nilai sama atau diatas Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM=65). Sedangkan pembelajaran dengan metode ceramah sebanyak 25 mahasiswa atau 65,79% dari seluruh mahasiswa kelas B telah berhasil menyelasaikan soal dengan nilai sama. Akan tetapi target penelitian yaitu minimal 75% dari seluruh mahasiswa kelas A dan kelas B tuntas KKM dalam mengerjakan soal pre dan post tes dengan materi manajemen kebidanan ibu nifas. Maka dari itu, perlu diadakan perencanaan ulang untuk melaksanakan siklus berikutnya.

Tabel 3. Nilai hasil pre tes dan post tes dengan metode PBL siklus II No Interval nilai Frekuensi Kriteria 1 2 3 4 5 Di bawah 55 55 - 64 65 - 79 80 - 89 90 - 100 0 5 13 14 7 Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

Tabel 4. Nilai hasil pre tes dan post tes dengan metode Ceramah siklus II No 1 2 3 4 5 Interval nilai Di bawah 55 55 - 64 65 - 79 80 - 89 90 - 100 Frekuensi 0 9 23 4 1 Kriteria Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas problem based learning sebanyak 34 mahasiswa (87,18% ) dari seluruh mahasiswa kelas A telah berhasil menyelasaikan soal dengan nilai

Hasil pre tes dan post tes pada siklus kedua menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

sama atau diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65). Sedangkan pembelajaran dengan metode ceramah sebanyak 29 mahasiswa atau 76,32% dari seluruh mahasiswa kelas B telah berhasil menyelasaikan soal dengan nilai sama. Dengan ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar diberikan dengan metode

problem based learning dan ceramah, karena target penelitian yaitu 75% siswa memperoleh nilai tuntas KKM telah tercapai. Akan tetapi peningkatan hasil belajar mahasiswa yang diajar menggunakan metode problem based learning mempunyai peningkatan nilai yang lebih baik dari metode ceramah.

Hasil observasi sikap dan perilaku mahasiswa dalam proses pembelajaran PBL dan ceramah dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan rata-rata skor pengamatan untuk mahasiswa dari siklus I ke siklus II. Namun dapat kita ketahui bahwa pada metode PBL pada siklus I mempunyai nilai yang lebih rendah dari ceramah, namun pada siklus II metode PBL mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan ini dapat diketahui bahwa setelah pertemuan pada siklus II mahasiswa mulai aktif dan hal tersebut dapat ditunjukkan dengan skor nilai pengamatan yang meningkat. Tanggapan mahasiswa tentang ketertarikan mahasiswa

terhadap metode PBL dan ceramah mempunyai pernyataan yang bervariasi. Untuk tanggapan mahasiswa yang diberikan dengan metode PBL mereka beranggapan bahwa metode ini awalnya membingungkan, namun pada pertemuan selanjutnya mereka menganggap pembelajaran lebih menarik karena mereka disugguhkan kasus-kasus yang harus dipecahkan. Sedangkan untuk mahasiswa yang diajarkan dengan metode ceramah mereka menganggap bahwa metode yang sudah sering disampaikan oleh pengajar dan membuat bosan saat diajar.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

SIMPULAN Prosentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dengan metode PBL sebesar 74,36% (29 mahasiswa dari 39 mahasiswa tuntas dalam belajarnya), sedangkan untuk metode ceramah sebesar 65,64% (25 mahasiswa dari 38 mahasiswa tuntas dalam belajarnya. Pada siklus II prosentase ketuntasan dengan metode PBL sebesar 87,18% (34 mahasiswa dari 39 mahasiswa tuntas dalam belajarnya) sedangkan untuk metode ceramah sebesar 76,32% (29 mahasiswa dari 38 mahasiswa tuntas dalam belajarnya). Dengan demikian terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II, dan dapat dilihat peningkatan prosentase ketuntasan untuk PBL lebih tinggi bila dibandingkan dengan ceramah. Ketertarikan mahasiswa yang diajarkan dengan metode PBL dan ceramah, sesuai pernyataan mahasiswa lebih banyak yang tertarik dengan metode pembelajaran PBL. Perbedaannya tampak pada pernyataan mahasiswa bahwa dalam metode ceramah saat pembelajaran menjemukan, dan membuat mengantuk saat belajar. Selain itu juga diperoleh pernyataan bahwa keaktifan mahasiswa saat belajar lebih tampak pada PBL. Untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa, maka metode PBL bisa dijadikan metode alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa karena terbukti dapat meningkatkan nilai pre tes dan post test saat pembelajaran. Metode PBL ini hendaknya dapat diterapkan untuk materi yang lain yang mempunyai karakteristik yang

sama dengan materi yang diteliti oleh peneliti guna meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. DAFTAR PUSTAKA Abdianto, Wahyu Candra. 2011. Peningkatan hasil belajar matematika melalui peningkatan motivasi belajar pada siswa kelas I SD NEGERI 4 Banjarejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011. Universitas Sebelas Maret : Surakarta. Ambarwati, dkk. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Mitra Cendekia: Yogyakarta. Amir M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Kencana Prenada Media Group : Jakarta. Anggraini Y. 2010. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Pustaka Rihama : Yogyakarta. Anonim. 2010. Problem Based Learning terhadap hasil belajar biologi. http://www.slideshare.net/guestf6 b63af/problem-based-learningterhadap-hasil-belajar-biologi. Diunduh tanggal 16 Mei 2011 jam 08.33 WIB Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta. Azwar A. 2003. Metodologi Penelitian. Binarupa Akara : Batam. Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta. Dimyati&Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Hastono. 2001. Analisa Data. FKMUI: Jakarta. Hidayat A.Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian kebidanan dan teknik Analisis Data. Salemba Medika : Jakarta. Kepmenkes RI. 2007. Standar Asuhan Kebidanan. Menkes RI : Jakarta Kusumawati. 2010. Nifas di rumah. http://6tyawibowo.blogspot.com. Di unduh tanggal 22 Agustus 2011 jam 06.09 WIB Notoatmodjo, S .2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di sekolah. Kanisus: Yogyakarta. Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Riyanto A. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta : Jakarta Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP: Jakarta. Saifuddin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP: Jakarta. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung. Sujiyatini,dkk. 2010. Catatan Kuliah Asuhan Ibu Nifas ASKEB III. Cyrillus Publisher: Yogyakarta. Sulistyawati A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi Offset: Yogyakarta. Suyanto. 2009. Riset Kebidanan. Mitra Cendikia: Yogyakarta.

Tim pusdiknakes. 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis Bagi Dosen Diploma III Kebidanan. Pusdiknakes: Jakarta. Triyani. 2008. Pendidikan Kebidanan dengan Problem based Learning. http://mbaktri.wordpress.com/20 08/06/27/pendidikan-kebidanandengan-problem-based-learning. Diunduh tanggal 16 Mei 2011 jam 08.44 WIB Wahyuni Asti. 2007. Pengaruh motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas 1 jurusan akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. http://scribd.com//Macammacam-Metode-Pembelajaran/. Diunduh tanggal 20 September 2011 jam 20.02 WIB Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta. Yuli. 2010. Pembelajaran Konvesional. http://forum.um.ac.id/index.php?t opic. Diunduh tanggal 20 September 2011 jam 19.40 WIB

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL

1. Artikel yang akan diterbitkan dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan STIKES Muhammadiyah Pekajangan diangkat dari penelitian dosen dan mahasiswa STIKES Muhammadiyah PekajAngan serta pihak lain yang memiliki bidang sejenis (Keperawatan dan Kebidanan) atau hasil pemikiran dari beberapa penelitian yang memiliki topik sama. 2. Artikel ditulis dengan kaidah tata bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baku, baik dan benar 3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan huruf Times New Romans (font 12) 4. Sistematika Penulisan. Sistematika penulisan hasil penelitian sebagai berikut: JUDUL Penulis 1 dan Penulis 2 Nama Instansi/ Lembaga Penulis1 Alamat Lengkap Instansi Penulis1 Nama Instansi/ Lembaga Penulis 2 Alamat Lengkap Instansi Penulis 2 Email Penulis 1 dan Penulis 2 Abstract Keywords Abstrak Kata Kunci PENDAHULUAN METODE PENELITIAN Sub bab ............ HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab ...........

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Sistematika artikel hasil pemikiran adalah sebagi berikut: JUDUL Penulis Nama Instansi/ Lembaga Penulis Alamat Abstract Keywords Abstrak Kata Kunci PENDAHULUAN PEMBAHASAN SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Ketentuan tambahan mencakup beberapa hal sebagai berikut: a) Judul dengan huruf kapital (singkat dan jelas) Judul dibuat dalam Bahasa Indonesia atau dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Judul artikel yang baik bersifat ringkas, informatif dan deskriptif, terdiri dari sejumlah kata yang seminimal mungkin, tepat menggambarkan isi tulisan yang mengandung konsep atau hubungan antar konsep; tepat dalam memilih dan menentukan urutan kata. Judul disusun tidak terlalu spesifik. Penggunaan singkatan atau formula kimia sebaiknya dihindari. Judul ditulis dengan huruf besar (kapital), istilah bahasa asing ditulis dengan huruf miring (italic). b) Nama penulis Ditulis di bawah judul (tanpa gelar) diikuti nama institusi. Penulisan nama penulis tidak dilengkapi dengan pangkat, kedudukan dan gelar akademik. Jika penulis lebih dari satu orang, maka semua penulis harus ditulis lengkap, tidak menggunakan nama singkatan seperti dkk, atau et al dan

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

lain-lain. Penulisan nama semua penulis penting berkaitan dengan tanggungjawabnya terhadap isi artikel. Karena itu, penulisan setiap nama harus sepengetahuan dan seijin penulis yang bersangkutan. Pencantuman nama penulis harus dilengkapi dengan keterangan asal institusi penulis c) Abstrak Ditulis dalam bahasa Inggris dan Indonesia (maksimum 250 kata). Abstrak merupakan suatu ringkasan yang lengkap dan menjelaskan keseluruhan isi artikel ilmiah. Abstrak umumnya disajikan dalam satu halaman dan satu paragraf. Sebaiknya isi dari abstrak tidak lebih dari 250 kata. Abstrak yang baik harus memiliki unsur IMRAD (Introduction, Methods, Result and Discussion), yaitu: 1) Argumentasi logis tentang perlunya dilakukan observasi atau penelitian untuk memecahkan masalah 2) 3) 4) Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah Hasil yang dicapai dalam penelitian Kesimpulan yang diperoleh

Setiap unsur hendaknya dituangkan dalam kalimat aktif yang singkat dan jelas. Dengan demikian keseluruhan abstrak tidak terlalu panjang. d) Kata kunci (keywords). Kata kunci merupakan kata-kata yang mengandung konsep pokok yang dibahas dalam artikel. Jumlah bervariasi (3-6 kata tunggal) dituliskan urut dari yang berifat spesifik ke umum.Sebagai catatan kaki (footnote) dituliskan Program Studi dan Bidang Kajian Utama, serta alamat korespondensi penulis, e) Pendahuluan Memberikan pengantar mengenai substansi artikel sesuai dengan topik dan masalahnya, terutama lasan-alasan baik teoritis maupun empiris yang melatarbelakangi kegiatan penulisan artikel. Pendahuluan memuat secara eksplisit dengan singkat dan jelas tentang arah, maksud dan tujuan serta kegunaan artikel. Dengan demikian tidak menimbulkan kerancuan pengertian, pemahaman dan penafsiran makna bagi pembacanya. Pada

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

pendahuluan juga tertuanh tinjauan pusataka yang disusun secara singkat untuk mendasari/memperkuat masalah penelitian. Pendahuluan disusun maksimal dalam 3-4 paragraf (2 halaman ketik) f) Metode Metode didiskripsikan secara rinci lengkah/cara penelitian dengan mengacu pada metode umum. Metode merupakan ringkasan dari metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian. g) Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian dan pembahasan tidak hanya sekedar menarasikan hasil penelitian saja tetapi menunjukkan hubungan yang erat tentang fakta dan kecendekiaan peneliti. Pembahasan hendaknya tidak berisi

spekulasi/argumrntasi yang berlebihan. h) Simpulan dan Saran Simpulan bukan pengulangan hasil penelitian tetapi merupakan

generalisasi dari temuan termasuk implikasinya. Saran harus disesuaikan dengan temuan/hasil penelitian. j) Acknowledgement dan Daftar pustaka Acknowledgement dan Daftar pustaka merupakan bagian jurnal atau artikel. Acknowledgement merupakan penghargaan terhadap pihak-pihak terkait yang telah memberikan kontribusi dalam pelaksanaan penelitian. Daftar Pustaka adalah sumber-sumber atau literatur yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian.Daftar Pustaka / rujukan dalam isi naskah disusun berdasarkan bidang ilmu masing-masing mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi intemasional yang menerbitkan publikasi berkala (lihat lampiran). 5. Abstrak ditulis dengan jarak 1 spasi. Isi naskah ditulis dengan spasi rangkap, jumlah halaman naskah keseluruhan tidak melebihi 15 halaman dengan , format atas dan kiri berjarak 4 cm, kanan dan bawah 3 cm dari tepi kertas kuarto.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

6. Penulisan numbering kalimat pendek diintegrasikan dalam paragraf. Contoh: Indikasi dilakukan episiotomi antara laim: (1) Adanya gawat janin, (2) Terdapat jaringan parut pada perineum, (3) Distochia bahu dalam persalinan Penulisan bullet juga diintegrasikan dalam paragraf dengan menggunaka tanda koma pada antar kata/ kalimat tanpa bullet 7. Tabel dan Ganbar Untuk tabel dan gambar (grafik sebagai lampiran dicantumkan pada halaman sesudah teks. Sedangkan tabel dan gambar baik di dalam naskah maupun bukan harus diberi nomor urut Tabel dan gambar harus diserati judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar Garis tabel yang dicantumkan hanya pada bagian header dan garis paling bawah bagian tabel sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan Tabel dan gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang representatif 8. cara penulisan rumus, persamaan-persamaan yang digunakan dituliskan dalam baris terpisah dan diberi nomor secara berurutan dalam parenthesis (justify) dan diletakkan pada margin kanan disesuaikan dengan baris tersebut. 9. keterangan rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunkan simbol sama dengan (=) masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh P adalah tekanan, COA adalah kardiak Out Put 10. perujukan acuan di dalam teks (body text) dengan menggunakan nama akhir, tahun dan halaman. Tahun dan halaman ditulis dalam tanda kurung dipisahkan dengan koma. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penngarang aslinya. 11. unsur yang ditulis dalam daftar pustaka secara berturut-turut meliputi: (1) nama akhir pengarang, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik. (2)

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

tahun penerbitan. (3) judul termasuk sub judul. (4) tempat penerbitan. (5) nama penerbit. Contoh cara penulisan Format rujukan dari buku: nama pengarang. Tahun. Judul buku. Edisi. Kota Terbit: nama penerbit. Jika penulis sebagai editor tunggal, ditulis (Ed). (tahun). Judul tulisan atau karangan. Judul buku. Hlm atau pp. Kota terbit: nama penerbit. Format rujukan artikel dalam jurnal/majalah/koran: nama pengarang (tahun). Judul tulisan/karanagan. Nama jurnal/majalah/koran. Volume (nomor): halaman. Jika rujukan koran tanpa penulis, nama koran ditulis diawal. Format rujukan dari internet, tanggal akses dicantumkan. 12. Referensi online yang dianjurkan dalam penggunaan bahasa Indonesia: Glossarium kata baku dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Indonesia: http://pustakabahasa.diknas.go.id/glossarium/ Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Indonesia: http://pustakabahasa.diknas.go.id/kbbi/ Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Indonesia: http://pustakabahasa.diknas.go.id/kbbi/ Pedomam umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD): http:// pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/sites/default/files/EJD-KKP-PBNBID.PENGEMBANGAN.pdf 13. Naskah artikel diserahkan dalam bentuk soft-copy dan file elektroniknya (disket atau CD) bersamaan, dengan berkas pendaftaran ujian tesis atau disertasi ke Sub Bagian Akademik. 14.) Naskah yang masuk akan diseleksi, diberi catatan dan dikirimkan kepada redaktur ahli (penyunting ahli) untuk dikoreksi dan diberi catatan. Selanjutnya penulis melakukan pembetulan naskah dan mengirimkan kembali naskah yang telah dibetulkan.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

15.)

Penulis yang naskahnya dimuat dalam jurnal akan menerima terbitan satu eksemplar.

SURAT PERMOHONAN PEMUATAN ARTIKEL Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :..................................................................................................... Program Studi :..................................................................................................... Alamat Korespondensi :.....................................................................................................

..................................................................................................... E-mail :..................................................................................................... Judul Naskah Artikel :.....................................................................................................

.....................................................................................................

..................................................................................................... Mengajukan permohonan pemuatan artikel dengan judul seperti tersebut di atas dan bersedia memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah dtetapkan oleh dewan redaksi Jurnal Ilmiah Kesehatan STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Pekalongan.

Pekajangan, ....................................... Pemohon

(....................................)

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Anda mungkin juga menyukai