1. ANALISA KEGIATAN
Dari jenis proyek yang akan dibangun, arsitek mulai dapat mengidentifikasi pelaku/ pengguna bangunan serta kegiatan yang akan dilakukan dalam bangunan yang dimaksud. Misalnya untuk kegiatan belajar (edukasi), bangunan yang akan dibangun kemungkinan besar adalah bangunan sekolah. Pada bangunan sekolah, pelaku yang dapat diidentifikasi antara lain adalah murid-murid sebagai pengguna utama, guru-guru sebagai pemandu proses pembelajaran, pengelola administrasi, petugas kebersihan serta petugas keamanan. Sedangkan pelaku lain yang sewaktu-waktu datang, misalnya orang tua murid, atau tamu-tamu pengelola sekolah. Dari masingmasing pelaku tadi aktifitas yang dilakukan dapat berbeda-beda, misalnya muridmurid, selain belajar, mungkin juga bermain, berolah raga, berlatih seni seperti seni lukis, seni musik, seni tari dll. Kegiatan belajar juga terbagi dalam belajar teori maupun belajar praktek. Sedangkan Guru-Guru selain melakukan proses belajar mengajar bersama murid, mereka juga harus mengerjakan tugas-tugas guru seperti menyiapkan bahan ajar, membuat soal ulangan dan tugas-tugas, mengoreksi soal ulangan, melakukan koordinasi dengan antar guru maupun dengan kepala sekolah. Begitu pula dengan pelaku kegiatan lainnya. Dari hasil identifikasi tersebut maka arsitek dapat menganalisis kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh setiap pelaku kegiatan saat mereka melaksanakan aktifitasnya masing-masing. Di bawah ini akan disimulasikan bagaimana menganalisis kegiatan dalam sebuah sekolah musik.
Konser
Pamera n
Datang
LOBBY
Informasi
Rapat
Tunggu
Umum pengunjung
Guru Siswa
Sholat
Meminjam buku
Diagram diatas disebut sebagai Bubble Diagram Analisa Kegiatan menggambarkan Analisis Kegiatan pengguna bangunan serta sirkulasinya. ANALISA HUBUNGAN DAN ORGANISASI RUANG
yang
Setelah didapat kegiatan yang berlangsung dalam sebuah bangunan dengan fungsi tertentu (Sekolah Musik dalam kasus di atas), maka dapat diidentifikasi ruang-ruang yang dibutuhkan untuk menampung / mewadahi aktifitas tersebut. Buble Diagram kemudian muncul dengan nama-nama ruang, misalnya untuk menampung kegiatan proses belajar teori dan praktek dibutuhkan ruang kelas teori dan juga ruang kelas praktek seperti terlihat dalam Bubble Diagram Organisasi dan hubungan ruang, sebagai berikut:
Entrance Hall
Perpustakaan Area Parkir Kantin Guda ng
LOBBY
R. Administrasi
R. Teori
R. Prakte k
R. Guru
Musholla
Diagram di atas menggambarkan hubungan dan organisasi ruang pada sekolah musik yang dimaksud. Hubungan ruang juga dapat digambarkan melalui matriks hubungan ruang. Dalam Matriks Hubungan Ruang, dapat diidentifikasi ruang-ruang apa yang harus secara kegiatan berhubungan erat dan harus saling berhubungan secara langsung, atau yang tidak perlu terlalu dekat, berhubungan tetapi tidak langsung, ataupun ruang-ruang yang sama sekali tidak saling berhubungan. Sebagai contoh Matriks Hubungan Ruang, sebagai berikut:
MATRIKS HUBUNGAN RUANG NAMA RUANG Entrance Lobby R. Administrasi R. Teori R. Praktek R. Paduan Suara Perpustakaan Auditorium R. Guru JENIS HUBUNGAN xx xx xx xx xxx xxx xxx xx xx xxx x x x x x xxx xx xx x xxx xx xx x xx xx x x xx xx x x x x x x xx xx xx xx x R. Praktek R. Teori R. Paduan Suara Perpustakaan Auditorium
xxx xx xxx xxx xx xxx xx xxx x xx xxx x xx xx x xx xx x xxx xxx x xx xx xx Entrance Lobby R. Administrasi
xx xx xx xx xx xx xx x R. Guru
Legenda : xxx xx x
: Hubungan Erat dan ruang berdekatan : Hubungan sedang dan ruang tidak harus dekat : Hubungan jarang dan ruang dapat berjauhan.
Dari Matriks yang di atas dapat disimpulkan bagaimana intensitas kegiatan antar ruang sehingga dapat diidentifikasi hubungan dan jarak ruang-ruang tersebut. Misalnya Ruang Auditorium tidak memiliki Intensitas Hubungan yang tinggi dengan ruang-ruang lain kecuali Entrance dan Lobby. Sehingga dalam mengorganisir perletakan ruang, Auditorium harus berdekatan dengan Entrance dan Lobby, tetapi dapat berjauhan dengan ruang-ruang lain, bahkan mungkin sama sekali tidak berhubungan. ZONING Ruang-ruang juga dikelompokan berdasarkan kesamaan Zoningnya. Pengelompokan Zoning dapat dilihat berdasarkan jenis pengunjung (Publik, Semi Publik, Privat) maupun berdasarkan jenis kebisingan yang ditimbulkan maupun yang mempengaruhi ruangruang (disebut sebagai Zoning Kebisingan). Zona berdasarkan Jenis Pengunjung Pembagian Zona didasarkan atas Jenis Pengunjung yang boleh memasuki ruang-ruang yang ada. Zona yang bersifat Publik (Zona Publik/ Umum) adalah area dimana semua orang baik pengunjung, tamu, murid, guru, orang tua murid, pengantar, diizinkan untuk masuk dan menggunakannya. Dengan demikian Ruang-ruang yang terletak di dekat Pintu Masuk termasuk dalam Zona Publik. Apabila kita melihat Matriks Hubungan Ruang di atas, Ruang yang paling dekat dan memiliki intensitas Hubungan tinggi dengan Entrance adalah Lobby. Maka Ir. Primi Artiningrum M.Arch PERENCANAAN ARSITEKTUR 3
Entrance dan Lobby dapat dikategorikan dalam Zona Publik. Memang Lobby merupakan Ruang Penerima di dalam bangunan dimana semua orang yang berkunjung ke bangunan dimaksud diterima di Lobby. Sedangkan Ruang Kelas Teori dan Praktek hanya boleh dimasuki oleh murid dan guru yang melakukan proses belajar dan mengajar. Dalam matriks di atas juga terlihat bahwa Ruang kelas Teori dan Prkatek memiliki hubungan yang kurng intens dengan ruang-ruang lain, karena itu Ruang Kelas Teori dan Praktek dapat dikategorikan dalam Zona Privat. Di bawah ini adalah Bubble Diagram yang menggambarkan pembagian Zona menurut jenis pengunjung.
Semi Publik
Selasar Pameran Auditori um
Music Instrument Shop
Publik
Entrance Hall LOBBY
R. Administrasi
R. Perpustakaan Area Parkir Kantin R. Seminar Musholla Gudang R. Paduan Suara R. Teori R. Praktek Guru
R. Rapat
Privat
Hal yang dapat disimpulkan dari pembagian Zona tersebut adalah Ruang-Ruang yang berada dalam Zona yang sama diletakkan dalam posisi yang saling berdekatan. Area yang termasuk dalam Zona Privat sebiknya tidak dapat langsung diakses oleh public, sehingga diantara keduanya dapat diberikan ruang-ruang yang bersifat semi public. Pembagian Zona ini dapat dilakukan secara Horizontal ataupun secara Vertikal. Kata Kuncinya adalah semakin jauh dari area Entrance, maka sifat ruang semakin Privat. Maka apabila Bangunan menyebar secara horizontal, semakin ke dalam dan semakin menjauh dari entrance (tempat masuk), sifat ruang semakin privat. Sedangkan apabila bangunan berbentuk vertical ke atas, dimana tempat masuk berada di lantai bawah, Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Primi Artiningrum M.Arch PERENCANAAN ARSITEKTUR 3
maka semakin ke atas sifat ruang semakin privat. Sebaliknya pada bangunan yang berbentuk vertical ke bawah (biasanya pada tapak yang berkontur tajam kea rah bawah), entrance berada di lantai atas, maka semakin ke bawah, sifat ruang semakin privat. Zona Kebisingan Berdasarkan sifat aktifitas yang diwadahinya, ruang-ruang dapat diidentifikasi intensitas kebisingannya. Misalnya pada ruang-ruang yang mewadahi aktifitas belajar dibutuhkan ruang-ruang yang tenang, jauh dari kebisingan, sedangkan ruang-ruang seperti Kantin tidak memerlukan ketenangan, bahkan juga merupakan sumber kebisingan. Dengan demikian, ruang-ruang kelas sebaiknya tidak berdekatan dengan kantin, bahkan mungkin diberi buffer (mediator) berupa ruang-ruang yang aktifitasnya memiliki tingkat kebisingan sedang, seperti ruang Administrasi misalnya. Pada umumnya Ruang-Ruang yang termasuk dalam zona public identik dengan ruang-ruang yang tingkat kebisingannya tinggi, karena berkaitan dengan jumlah pengunjung yang beragam dan dalam jumlah banyak. Akan tetapi hal ini tidak selalu terjadi pada semua kasus. Berikut ini adalah contoh pembuatan analisa zona kebisingan:
Selasar Pameran
Bising
Entrance Hall
Auditoriu m
Sedang
LOBBY
R. Administrasi
Gudan g
R. Seminar
Musholla
tenang
PROGRAMMING Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Primi Artiningrum M.Arch PERENCANAAN ARSITEKTUR 3
Programming adalah pembuatan program yang kemudian akan menjadi acuan pembuatan rancangan. Dari hasil analisis untuk mengidentifikasi jenis ruang, hubungan dan organisasi ruang, pengguna, sifat ruang-ruang, maka dapat diambil kesimpulan yang disajikan dalam bentuk Tabel sebagai berikut:
Kelompok Zoning Kegiatan Jenis Ruang Standar Sumb Kapasit Luas Jenis Ukuran er as Ruan g Luas Total Keterangan
0.9 1 m2/org 2 1 m2/org Semi Informasi/recep. 2 1 public counter m2/org private R.Staff 6 2 R. Ke bag. R. rapat 6 2 2 2
5 m2 1 4 m2 1 6m2 1
5m2 4m2 6m2 50m2 9m2 36m2 1 MK, 1 MS,1 MR,4 KR 1 MR,KR,L 1 wc = 5 wanita / 8 pria 1 kompor,1 bak cuci Reception counter 1 MK,1 MS,1 KK
3 3 2
1 4 1 1 1 1
30 org 6m2 1 50org 50m2 1 2org 2org 2org 2org 12m2 10m2 8m2 12m2 2 1 1 2
6m2 50m2 24m2 10m2 8m2 24m2 Dapur kantin 30% luas kantin Piano,LB,1 KG,1 KS,1 MK KG,KS,1 MK,1S,1 LB KG,KS,1 MK,1S,1 LB KG,KS,1 MK,1S,1 LB
Semi R.Kelas piano 6 private R.Kelas alat 5.00 musik dawai 400 R.Kelas alat6 musik tiup R.Kelas pukul
R.Komputer R.Seminar
20m2 10m2
167buk 1 u 1 1,5m2/ Ass org Ass 3m2/b Ass uah 3m2/ru ang 4m2/ru ang 3m2/or Ass g Ass 0,6m2
1 1 2 1 1
1 rak buku 1 meja bacadgn tape baca. Meja kerja, kursi kerja, meja counter, mesin fotocopy.
3org 3org
9m2 1 1,8m2 2
9 m2 3,6m2
service toilet- : wc
2m2/or 3 g
3org
6m2 2
12m2
1 wc = 5 wanita / 8 pria
Semi public
150m2 Jumlah seat 10m2 200 Susunan formasi pemain Total Luas574,6m2
Dari Tabel Program Ruang di atas dapat diperoleh Jumlah luas bangunan sesuai dengan kebutuhan ruang, kapasitas, persyaratan, isi ruang (furniture) dsb. Perlu dicatat bahwa apabila perhitungan luas ruang belum terhitung ruang sirkulasi maka dapat ditambahakan sekitar 25-30% dari luas bangunan keseluruhan sebagai luas ruang sirkulasi dan service. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Primi Artiningrum M.Arch PERENCANAAN ARSITEKTUR 3
Untuk menghitung luas ruang, selain dapat diperoleh melalui buku-buku standar seperti Data Arsitek, Time Saver Standard dll, dapat juga dihitung sendiri berdasarkan susunan perabot yang ditampung oleh ruang tersebut. Contoh: Untuk membuat ruang rapat dengan kapasitas 12 orang maka dapat dihitung dengan sketsa sbb:
0.6
0.75
0.6
0.6
0.6
0.6
0.6
0.75
5.10
Dari sketsa di atas, terlihat perkiraan berapa luas ruang rapat untuk 12 orang, yaitu sekitar 5.10 x 2.35 = 11.85 m2 atau sekitar 12 m2. Seandainya bentuk ruang tidak dikehendaki dengan pengaturan seperti di atas, tidak menjadi masalah, karena perhitungan tersebut merupakan perkiraan, dengan lebih kurangnya sekitar 10%. PENUTUP Setelah Programming selesai, maka tahap selanjutnya adalah pembuatan TOR (Term of Refference) yang kelak diguanakan sebagai panduan perancangan. Dalam TOR, dapat dicantumkan juga gambaran spesifikasi teknisnya, misalnya material yang akan digunakan. Secara kasar, dengan adanya TOR ini perkiraan biaya bangunan sudah dapat dihitung. Hal ini juga membantu pemilik modal memperkirakan berapa investasi yang harus disiapkan.