Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN ILEUS PARALITIK

ASUHAN KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN A. Identitas klien Nama, Usia, Jenis Kelamin, Alamat, Nama Orang Tua, Pekerjaan,

Pendidikan, Agama, Suku, sumber informasi.

B. Status kesehatan sekarang 1. Keluhan utama 2. Lama keluhan 3. Kualitas keluhan 4. Factor pencetus 5. Factor pemberat : perut kembung, tidak BAB dan tidak bisa kentut. ::::-

6. Upaya yang telah dilakukan: 7. Diagnose medis : Ileus Paralitik

C. Riwayat kesehatan saat ini Pasien mengeluh perut terasa kembung dan tidak bisa buang angin/kentut, disertai mual, muntah, anoreksia dan nyeri ringan/rasa tdk enak pada area perut. Bisa juga di sertai gejala : Demam, Anoreksia, Diaphoresis, Pucat, Leukositosis, Distensi abdomen, Mual, muntah, Asidosis

D. Riwayat kesehatan sehat terdahulu *pada pengkajian ini perawat perlu mengkaji riwayat pembedahan abdomen, penyakit sistemik yang memperberat seperti adanya sepsis, gangguan metabolic, penyakit jantung, dan trauma abdomen berat yg pernah dialami

E. Riwayat kehamilan dan persalinan F. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan G. Riwayat keluarga

H. Lingkungan rumah I. Pola aktivitas J. Pola nutrisi Pemenuhan nutrisi dengan diit rendah serat.

K. Pola eleminasi 1. Kegagalan mengeluarkan feses 2. Tidak ada flatus pada awal peningkatan bising usus, penurunan peristaltik usus 3. Tidak ada flatus jika obstruksi total 4. Tidak BAB atau BAB cair bila illeus partial 5. Darah pada feses atau perubahan pola BAB (pada CA colon) 6. Kaji total output waspada terhadap syok dan dehidrasi 7. Kaji jumlah urine tanda- tanda retensi urine

L. Pola istirahat tidur Tidur dan istirahat terganggu akibat nyeri pada abdomen dan sering muntah M. Pola kebersihan diri N. Pola koping keluarga O. Konsep diri P. Pola peran dan hubungan Q. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum Kesadaran Tanda-tanda vital : sadar : *mungkin ada perubahan

2. Kepala dan leher

3. Thorak dan dada 4. Payudara dan ketiak 5. Punggung dan tulang belakang 6. Abdomen Inspeksi : secara umum akan terlihat kembung dan di dapatkan adanya distensi abdomina Palpasi Perkusi : nyeri tekan local/ tanapa nyeri pada abdominal : timpani akibat abdominal mengalami kembung

Auskultasi : bising usus atau tidak ada.

7. Genetelia dan anus 8. Ekstremitas 9. System neurologi 10. Kulit dan kuku

R. Hasil pemeriksaan penunjang Pada foto polos abdomen : dilatasi usus kecil dan usus besar, elevasi diafragma,

II. No 1

ANALISA DATA Data Etiologi Predisposisi pascaoperatif bedah abdomen dan predisposisi sistemik (sepsis, gang. Elektrolit metabolic, IMA, pneumonia, prosedur bedah saraf,inflamasi abdominal dll) Konstipasi Masalah keperawatan

Ds : Do :

Ileus

Hipomotilitas usus (kelumpuhan intestinal)

Hilangnya kemampuan intestinal

dalam pasase material feses

Konstipasi 2. Ds : Do : Predisposisi pascaoperatif bedah abdomen dan predisposisi sistemik (sepsis, gang. Elektrolit metabolic, IMA, pneumonia, prosedur bedah saraf,inflamasi abdominal dll) Resiko Ketidakseimbangan Cairan Tubuh

Ileus

1. Ketidakmampuan absorbs air 2. Gangguan gastrointestinal

1. Penurunan intake cairan 2. mual, muntah, kembung, anoreksia

kehilangan cairan dan elektrolit

Resiko Ketidakseimbangan cairan tubuh

Penurunan volume cairan tubuh

Resiko tinggi untuk terjadi syok hipovolemik 3. Ds : Do : Predisposisi pascaoperatif bedah abdomen dan predisposisi sistemik (sepsis, gang. Elektrolit metabolic, IMA, pneumonia, prosedur bedah saraf,inflamasi abdominal dll) Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Ileus

Gangguan gastrointestinal

Mual, muntah, distensi abdomen, anoreksia, kembung

Asupan nutrisi tidak adekuat

Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

4.

Ds : Do :

Predisposisi pascaoperatif bedah abdomen dan predisposisi sistemik (sepsis, gang. Elektrolit metabolic, IMA, pneumonia, prosedur bedah saraf,inflamasi abdominal dll) Kecemasan

Ileus

Respon psikologis, misinterpretasi perawatan dan pengobatan

kecemasan

III.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Konstipasi b.d. hipomotilitas/ kelumpuhan intestinal 2. Resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal. 3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kurangnya intake makanan yang adekuat. 4. Kecemasan b.d perubahan status kesehatan

IV.

RENCANA KEPERAWATAN

1. Konstipasi b.d. hipomotilitas/ kelumpuhan intestinal Tujuan : Dalam waktu 5 x 24 jam setelah di berikan tindakan keperawatan terjadi perbaikan pola eliminasi (konstipasi) Kriteria Hasil : a. Laporan pasien sudah mampu flatus dan keinginan untuk BAB. b. Bising usus terdengar normal , frekuensi 5 25 x / menit c. Gambaran foto polos abdomen tidak terdapat adanya akumulasi gas di dalam intestinal d. Pada pemeriksaan perkusi hiper timpani berkurang/tdk ada

Intervensi

Rasional

a. Kaji faktor predisposisi terjadinya Walaupun predisposisi ileus biasanya ileus. terjadi akibat pasca bedah abdomen, tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan resiko terjadinya ileus. b. Auskultasi adanya bising usus Untuk mengetahui normal tidaknya

pergerakan motilitas usus. c. Evaluasi berkala dan laporkan Adanya apakah pasien flatus d. Kaji adanya distensi abdomen flatus menunjukan adanya

perbaikan pada usus. Gangguan motilitas usus dapat

menyebabkan akumulasi gas di dalam lumen usus sehingga terjadi distensi abdomen. e. Pasang selang nasogatrik Pemasangan selang nasigastrik

dilakukan untuk menurunkan keluhan kembung dan distensi abdomen. Perawat melakukan pemantauan setiap 4 jam dari pengeuaran pada selang nasogastrik. f. Kolaborasi Alvimoen ini ditujukan untuk membantu

Opioid antagonis selektif

mencegah ileus postoperative reseksi usus

2. Resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal. Tujuan : Dakam waktu 5 x 24 jam setelah dilakukan intervensi ketidakseimbangan cairan tidak terjadi. Kriteria Hasil : a. Tidak ada keluhan pusing, membrane mukosa tetap lembab, turgor kuit normal b. TTV normal, c. CRT < 3 dtk, urin > 600ml/hari d. Laboratorium : nilai elektrolit normal

Intervensi

Rasional

a. Monitoring status cairan (turgor Jumlah dan tipe pengganti ditentukan dari kulit, output) membrane mukosa, urin keadaan volume status cairan cairan. Penurunan

mengakibakan

menurunnya produksi urin, monitoring yang ketat pada produksi haluaran urin. (uri < 600ml/hari merupakan tnada syok hipovolemik) b. Kaji sumber kehilangan cairan Kehilangan cairan dari muntah dapat diserti dengan keluarnya natrium oral yang juga akan meningkatkan resiko gangguan elektrolit. c. Dokumentasikan input dan output Sebagai data dasar dalam perbaikan cairan terapi cairan dan pemenuhan hidrasi tubuh secara umum d. Monitor TTV secara berkala Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemi yang memberikan manifestasi suah

terlibatnya system kardiovaskular untuk melakukan kompensasi mempertahankan

tekanan darah. e. Kolaborasi Pertahankan pemberian cairan intravena Jalur yang paten untuk pemberian cairan perawat cepat dalam dan memudahkan kontrol

melakukan

input dan output cairan Evaluasi kadar elektrolit Sebagai deteksi awal menghindari gangguan elektrolit sekunder dari

muntah pada pasien peritonitis.

3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kurangnya intake makanan yang adekuat. Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jam asupan nutrisi dapat optimal dilaksanakan Kriteria Hasil : a. Bising usus kembai normal dengan frekuensi 5 25 x / menit b. Pasien dapat menunjukkan metode menelan yang tepat c. Terjadi penurunan gejala kembung dan distensi abdomen d. Berat badan dapat dipertahankan

Intervensi

Rasional

a. Evaluasi secara berkala kondisi Sebagai data dasar teknik pemberian motilitas usus b. Hindari intake apapun secara oral asupan nutrisi Umumya menunda intake makan oral sampai tanda klinis ileus berakhir. Namun kondisi ileus tidak menghalangi

pemberian nutrisi enternal c. Berikan nutrisi parenteral Pemberian nutrisi enternal secara hati hati dan dilakukan secara bertahap

sesuai tingkatan toleransi dari pasien. d. Pantau input dan output, anjurkan Berguna dalam mengukur kefektifan

untuk timbang berat badan secara nutrisi dan dukungan cairan

periodic e. Kolaborasi dengan ahli gizi Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan

mengenai jenis nutrisi yang akan komposisi dan jenis makann yang akan di gunakan pasien dberikan idividu. sesuai dengan kebutuhan

4. Kecemasan b.d perubahan status kesehatan. Tujuan : kecemasan teratasi

Kriteria Hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan mendemonstrasikan keterampilan koping positif.

Intervensi a. Observasi adanya

Rasional peningkatan Rasa cemas yang dirasakan pasien dapat terlihat dalam ekspresi wajah dan tingkah laku.

kecemasan: wajah tegang, gelisah

b. Kaji adanya rasa cemas yang Untuk mengetahui tingkat kecemasan dirasakan pasien pasien

c. Berikan penjelasan kepada pasien Dengan mengetahui tindakan yang akan dan keluarga terhadap tindakan dilakukan akan mengurangi tingkat

yang akan dilakukan sehubungan kecemasan pasien dan meningkatkan dengan keadaan penyakit pasien kerjasama. mengungkapkan kecemasan

d. Berikan kesempatan pada psien Dengan

untuk mengungkapkan rasa takut akan mengurangi rasa takut/ cemas atau kecemasan yang dirasakan e. Pertahankan lingkungan pasien.

yang Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mengurangi stress pasien terhadap penyakitnya.

tenang tanpa stress

f. Dorong dukungan keluarga dan Support system dapat mengurangi rasa orang terdeakat untuk cemas dan menguatkan pasien dalam menerima keadaan sakitnya.

memberikan support kepada psien

V.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,ed.3 jilid 2. Jakarta.: Media Ausculapius Muttaqin arief. 2011. Ganggguan gastrointestinal. Jakatra: Salmeba medika NANDA Internasional 2009-2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai