Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan

pengalaman dengan orang lain (Susilawati, 2005). Manusia dapat diartikan sebagai sistem terbuka yang berespon terhadap stimulus (rangsangan) baik yang bersumber dari lingkungan internal (dalam tubuh) maupun eksternal (luar tubuh). Proses Interaksi ini dikenal sebagai adaptasi. lndividu selalu berada pada rentang sehat sakit yang berhubungan dengan erat keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi. Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalamannya dengan tubuhnya sendiri. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia di luar dirinya. Konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga usia tua. Pengalaman dalam

keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi dan meniru perilaku orang lain yang diinginkannya serta merupakan yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau pengharapan yang pantas. Dengan demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi memengaruhi konsep diri dan perkembangan kepribadian seseorang. Konsep diri terdiri dari citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran, dan identitas diri. Tetapi tidak semua orang dapat mengalami gambaran konsep diri yang sama. Hal ini dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang sangat mempengaruhi adalah faktor internal: operasi, kegagalan fungsi tubuh, perubuhan bentuk tubuh (seseorang yang mengalami fraktur), sedangkan ekstemal : Umur, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, dll. (Nursalam, 2001). Di Indonesia, jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun 2010 sebanyak 66.488 kasus dengan total korban 109.878 orang. Jumlah korban meninggal 19.873 orang (18,08%), luka berat 26.196 orang (23,84%), dan luka ringan 63.809 orang (58,07%), sedangkan data mengenai angka kejadian fraktur tidak teridentifikasi (Dephub., 2011). Di Provinsi NTB, jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun 2010 sebanyak 2.591 kasus dengan total korban 4.845 orang. Jumlah

korban meninggal 749 orang (15,45%), luka berat 1.879 orang (38,78%), dan luka ringan 2.217 orang(45,75%), sedangkan data mengenai angka kejadian fraktur tidak teridentifikasi (Kemenhub., 2011). Berdasarkan survey di lapangan, khususnya menurut buku register ruang Kemuning RSUP NTB pada tahun 2011 menunjukkan insiden fraktur ekstremitas yang dirawat inap di ruang Kemuning RSUP NTB cukup tinggi sebanyak 199 orang terdiri dari laki-laki 143 orang (71,86%) dan perempuan 56 orang (28,14%). Fraktur femur 68 orang (34,17%), fraktur cruris 66 orang (23,17%), fraktur humerus 20 orang (10,05%), fraktur radius 10 orang (5,02%), fraktur ulna 2 orang (1%), fraktur tibia 12 orang (6,03%), fraktur fibula 4 orang (2,01%), fraktur antebrachi 17 orang (8,54%). Kecelakaan lalu lintas sering sekali menyebabkan terjadinya patah tulang atau fraktur. Adapun pengertian fraktur adalah

terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer, 2001). Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur tertutup (Closed) dan fraktur terbuka (Open/Compound). Fraktur tertutup bila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit. Fraktur terbuka bila terdapat luka yang

menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit (Reksoprodjo, 2000).

Hampir semua klien fraktur dilakukan tindakan pembedahan atau sering dikenal dengan Open Reduction Internal/External Fixation (ORIF/ORIE) (Potter, 2006). Masalah yang sering muncul segera

setelah operasi, pasien telah sadar dan berada dalam ruang perawatan dengan keterbatasan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot, penurunan kemampuan untuk ambulasi, bengkak dan nyeri karena luka bekas operasi atau trauma (Smeltzer, 2001). Semua kerusakan selular yang disebabkan oleh stimulus termal, mekanik, kimia, atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri (Potter, 2006). Konsep diri yang berhubungan dengan kepribadian klien post op fraktur mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih nyaman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992). Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara langsung

yang peneliti lakukan pada tanggal 20 februari 2012 di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kepada 10 klien fraktur yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat 6 orang mengalami gangguan konsep diri, dengan tanda dan gejala yang pada awalnya tidak menerima perubahan

tubuh yang telah terjadi.

Tanda dan gejala gambaran konsep diri dari klien post op fraktur di atas adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda tersebut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptive sehingga terjadi gangguan konsep diri yaitu: Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah, tidak dapat menerima perubahan stuktur dan fungsi tubuh, mengurangi kontak sosial, perasaan negatif terhadap tubuh (Susilawati, 2005). Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti melakukan penelitian guna mengatahui tertarik untuk fenomena-

secara nyata

fenomena gambaran konsep diri pada klien post op fraktur yang terjadi di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mencegah dan mengurangi terjadinya gangguan konsep diri pada klien post op fraktur. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah gambaran konsep diri pada klien post op fraktur di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui gambaran konsep diri pada klien post op fraktur di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2. Tujuan Khusus: a. Mengidentifikasi gambaran citra tubuh pada klien post op fraktur di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. b. Mengidentifikasi gambaran ideal diri pada klien post op fraktur di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. c. Mengidentifikasi gambaran harga diri pada klien post op fraktur di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. d. Mengidentifikasi gambaran peran pada klien post op fraktur di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. e. Mengidentifikasi gambaran identitas diri pada klien post op fraktur di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.

f. Mengidentifikasi gambaran konsep diri pada klien post op fraktur di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman tentang gambaran konsep diri pada klien post op fraktur. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Umum Provinsi NTB Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi Rumah Sakit Umum Provinsi NTB dalam menetapkan kebijakan-kebijakan untuk klien post op fraktur dan meningkatkan pelayanan kesehatan, serta dapat membentuk citra rumah sakit di masyarakat karena pasien merasa diperhatikan dan kebutuhan rasa aman dan nyaman terpenuhi sehingga pada akhirnya klien merasa puas. b. Bagi Perawat Rumah Sakit Umum Provinsi NTB Memberikan masukan bagi organisasi profesi atau institusi dalam penyelenggaraan pendidikan dan peneliti tenaga

keperawatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. c. Bagi Klien Post Operasi Fraktur

Untuk mendapatkan gambaran dan informasi tentang gambaran konsep diri pada klien post op fraktur. Sehingga gangguan konsep diri tidak terjadi. d. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan dan dapat menjadi bahan masukan mengenai gambaran konsep diri pada klien post op fraktur serta dapat digunakan sebagai bahan masukan penelitian sejenis lainnya. e. Bagi Peneliti Menambah wawasan ilmu pengetahuan, pengalaman dan perkembangan pribadi terutama dari segi ilmiah menerapkan ilmu yang telah diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai