Anda di halaman 1dari 4

ESSAI LATIHAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN MAHASISWA FARMASI II ISMAFARSI

NAMA JUDUL ESSAI

: TIARA VISTA RAMADHANI : I, YOU, WE ARE PHARMACIST LEADER

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012

I, YOU, WE ARE PHARMACIST LEADER


How committed you are as a pharmacist leader menjadi topik dalam pembicaraan kali ini. Sebelum melangkah lebih jauh mengenai komitmen saya sebagai seorang pharmacist leader, ada baiknya saya menyatakan arti komitmen dalam hidup saya. Komitmen adalah suatu kesungguhan sikap untuk mencapai suatu tujuan dengan sebuah perencanaan yang tidak dapat diganggu gugat hingga tujuan tersebut dicapai. Kesungguhan dalam menjaga komitmen terhadap diri sendiri sangat dibutuhkan untuk membuat komitmen yang terkait dengan orang banyak. Komitmen terhadap diri sendiri sangat mudah untuk diingkari sebab tidak ada yang tahu melainkan kita dan Tuhan. Kesalahan kecil inilah yang membuat kita gagal dalam mencapai sebuah tujuan, kita meremehkan sesuatu yang kecil padahal tanpa sepengetahuan kita, sesuatu yang kecil itu adalah dasar untuk mencapai sesuatu yang lebih besar. Oleh karena itu, dapat saya simpulkan, jika seseorang bisa menjaga komitmen dengan dirinya sendiri dan berhasil mencapai tujuannya, bukan hal yang tidak mungkin untuk orang tersebut membawa orang lain meraih sukses dengan menjaga komitmen bersama. Komitmen adalah dasar dimana kita dapat menilai seseorang, apakah dia seorang leader atau bukan. Leader memiliki dua arti, yakni pemimpin dan pimpinan. Keduanya sama-sama baik dan saling terikat satu sama lain. Pemimpin adalah orang yang mampu memimpin yang lain dengan berjalan beriringan dalam mencapai sebuah tujuan, sedangkan pimpinan adalah orang yang mampu mengatur suatu sistem untuk bekerja sesuai dengan aturannya. Sebagai seorang farmasis, kita dituntut untuk menjadi seorang pemimpin sekaligus pimpinan, baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Seorang leader tidak hanya yang mahir dalam mata pelajaran tetapi juga mereka yang mampu mendapatkan perhatian dari orang lain. Seorang farmasis tidak boleh melupakan soft skill saat mengasah hard skill. Sebagai tenaga kesehatan, diperlukan sebuah skill agar pasien mau berbicara tentang sakit atau keluhan yang mereka rasakan dan kemampuan untuk memahami alur pembicaraan yang terjadi. Kita sebagai farmasis harus mampu mendapatkan kepercayaan dari pasien untuk memberikan obat yang terbaik untuk mereka. Pemberian obat haruslah sesuai dosis, tidak boleh berlebih ataupun kurang. Pelajaran yang kita dapatkan di bangku perkuliahan mengenai obat-obatan harus mampu memimpin atau membimbing pasien yang kurang memahami akan obat-obatan agar lebih peduli terhadap konsumsi obat mereka. Seorang pemimpin, dalam hal ini, mengajak pasien untuk berdiskusi mengenai obat terbaik yang akan didapatkan, baik dalam sediaan obat maupun dosisnya. Farmasis harus bisa memahami dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan bijaksana. Seorang pimpinan, mengontrol pasien akan penggunaan obat yang diberikan, apakah sudah sesuai atau belum. Kontrol terhadap pasien diperlukan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pasien sebagai bentuk tanggung jawab kita sebagai pemberi obat dan tenaga kesehatan yang dipercaya oleh mereka. Sebagai seorang pharmacist leader, segala hal yang dikerjakan harus menggunakan hati dan perasaan tetapi tidak melupakan keilmuan dan kode etik dari seorang farmasis. Karena bekerja sebagai tenaga kesehatan adalah bekerja dengan makhluk hidup yang memiliki perasaan. Sikap yang dimunculkan seseorang merupakan cerminan hati orang tersebut. Seorang farmasis diharapkan memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi agar dalam memberikan pelayanan kesehatan kefarmasian (pharmaceutical care) terhadap pasien, sikap tersebut datang dari hati. Segala hal yang berasal dari hati adalah hal yang baik. Diharapkan, pasien merasa aman dan nyaman saat meminum obat serta lekas sembuh dari penyakitnya. Karena sebagai tenaga kesehatan, tugas kita adalah untuk menjamin kesehatan masyarakat sesuai bidang ilmu masing-masing. Jiwa kepemimpinan dari seorang farmasis diaplikasikan pada kegiatan-kegiatan mengenai pemberian info obat terhadap pasien hingga mengontrol penggunaan obat oleh pasien. Jiwa ini harus diasah mulai sekarang agar terbentuk sikap yang sesuai dengan tugas farmasis sebagai tenaga kesehatan dan menjadi sebuah kebiasaan yang bermanfaat untuk orang lain. Pharmacist leader tidak hanya boleh ingin didengar tetapi juga harus mau mendengarkan, terutama untuk hal-hal yang positif. Dalam sebuah diskusi mengenai isu-isu kefarmasian,

farmasis harus mampu memimpin diri masing-masing untuk mengesampingkan ego dan menerima masukan-masukan atau ide-ide baru yang mungkin lebih bermanfaat untuk masyarakat kedepannya. Menguasai diri sendiri sangatlah penting untuk mengetahui apa yang kita inginkan sebenarnya. Farmasis harus memiliki kepekaan akan hal-hal yang terjadi di sekelilingnya. Dalam konsep pharmacist leader, seorang farmasis harus bisa memahami situasi dan kondisi yang ada serta mengambil solusi terbaik karena keputusan yang diambil akan berdampak pada orang banyak. Disinilah, sisi kepemimpinan farmasis akan diuji, apakah dia mampu menjadi seorang leader atau tidak. Sebagai seorang leader, farmasis diharapkan bisa berpikir kreatif dan memiliki sudut pandang yang berbeda dari masyarakat pada umumnya. Memiliki orientasi jauh kedepan dengan perencanaan yang matang adalah sikap yang harus dimiliki seorang farmasis. Seperti yang kita tahu, peran farmasis dalam dunia kesehatan tidak begitu tampak di masyarakat. Inilah tugas kita untuk memperkenalkan farmasis, tidak hanya penjual obat tetapi juga pelayan kesehatan. Di bangku perkuliahan, kita mendapat bekal ilmu-ilmu kedokteran agar bisa memperkirakan alur obat dalam tubuh pasien, ilmu-ilmu falsafah kefarmasian sebagai dasar pengenalan terhadap dunia farmasi, ilmu-ilmu kimia dan hitungan untuk peracikan obat, dan sebagainya. Saya ingin mengenalkan kepada masayarakat bahwa farmasis bukan hanya penjual obat dan penunggu apotek seperti yang mereka ketahui sebelumnya, tetapi juga melayani pasien dalam pemilihan obat dan mengontrol obat-obatan yang digunakan. Memang bukan hal yang mudah untuk mengubah pandangan masyarakat yang telah mengakar, tetapi masih ada harapan untuk memperbaikinya asal kita sebagai farmasis memiliki kemauan untuk melakukannya. Tidak perlu menunggu untuk teman kita memulainya lebih dulu, karena seorang pemimpin adalah seseorang yang membuat peluang dan menjadi panutan untuk yang lain. Pharmacist leader harus mendarahdaging pada diri setiap farmasis yang telah menjalani pendidikan profesi agar siap untuk hadir di tengah masyarakat yang beragam. Perbedaan bukanlah hal yang dapat dijadikan alasan untuk menyerah atau terpecahbelah, melainkan perbedaan adalah alasan untuk mengeratkan persaudaraan dan menambah pengalaman karena menghadapi orang-orang dengan tipe berbeda. Seorang pharmacist leader haruslah orang yang berjiwa besar dan bertanggung jawab. Mengambil sebuah keputusan dengan bijak dan berani untuk menerima risiko yang akan diterima merupakan hal yang tidak mudah untuk setiap orang. Sebagai seorang pemimpin, kita akan memimpin orang banyak (misal : kita adalah pemilik apotek), kita bertanggung jawab atas mereka. Keputusan yang kita buat akan berakibat pada kehidupan mereka. Kita harus memiliki pikiran jauh kedepan untuk kesuksesan apotek yang kita bangun, kesejahteraan asisten apoteker dan pegawai lainnya yang bekerja pada kita, serta menjamin kesehatan dari pasien-pasien yang membeli obat di apotek kita. Seorang pharmacist leader haruslah orang yang mampu memimpin anggotanya agar menyetujui sebuah perencanaan yang disepakati bersama untuk mencapai sebuah tujuan yang bermanfaat. Mereka haruslah orang yang jujur dan bijaksana agar dalam pengambilan setiap keputusan, yang diambil adalah keputusan yang memiliki risiko paling kecil. Jujur dalam hal ini diartikan sebagai jujur terhadap diri sendiri akan kemampuan kita dalam memimpin kelompok dan jujur terhadap orang lain akan kesungguhan kita dalam menjalankan keputusan yang telah disepakati bersama. Seorang pharmacist leader harus bisa berjalan seirama serta mendengarkan semua usulan dari anggotanya, dan haruslah seorang yang bijaksana dalam mengambil usulan, tidak melihat dari usia, paras, maupun penampilan melainkan dari usulan yang disampaikan agar bisa mendapat hasil yang terbaik. Namun, di balik itu semua pharmacist leader tidak boleh memiliki sifat kaku, sebaliknya mereka haruslah seorang yang memiliki rasa humor dan pengertian yang tinggi agar anggotanya tidak takut atau merasa rendah diri saat diskusi. Hal ini menjadi penting karena rasa takut dan kurang percaya diri akan memengaruhi keterbukaan dari anggota dalam menyampaikan pendapat. Seorang pemimpin harus bisa berjalan di samping anggotanya bukan di depan anggotanya, hal ini

karena pada hakikatnya setiap dari kita adalah seorang pemimpin, kita memiliki hak yang sama dalam berpendapat dan memilih. Hanya saja, dalam pemilihan seorang leader, mereka memiliki kemampuan memimpin yang lebih baik dari yang lain. Sebagai sesama manusia, hendaknya kita menyadari bahwa kita semua saling membutuhkan. Farmasis tidak bisa bekerja sendiri tanpa dokter, begitu pula sebaliknya dengan tenaga kesehatan yang lain. Aplikasi pharmacist leader juga diterapkan dengan mengetahui batas maksimal kemampuan kita dalam melakukan kegiatan kefarmasian. Yang bisa kita lakukan adalah melakukan yang terbaik sesuai keilmuan yang kita pegang saat ini. Seorang pharmacist leader adalah seseorang yang bisa menempatkan dirinya di waktu, tempat, dan situasi yang tepat. Komitmen saya sebagai pharmacist leader adalah mengenalkan profesi apoteker yang sebenarnya kepada masyarakat dan memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien baik dalam konsultasi obat maupun kontrol kinerja obat pada tubuh pasien. Farmasis harus menampakkan dirinya di ruang publik agar semakin dikenal bahwa farmasis itu memiliki fungsi khusus sebagai seorang tenaga kesehatan dan berbeda dengan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai