Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Karakteristik (Pendidikan, Pekerjaan), Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Kabupaten Tuban

Nurhuda Firmansyah dan Mahmudah Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat Iniversitas Airlangga Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115 Alamat korespondensi : Nurhuda Firmansyah E-mail: syahnyster_gates@yahoo.com

Abstract Breastfeeding improvement program, especially exclusive breastfeeding is one way to obtain good growth and development of infants, because breast milk contains all the essential nutrients required for growth of infants and immune antibodies for the baby. In 2011 the scope of exclusive breastfeeding in Tuban district of 48,8%, still lower when compared with the target on the Minimum Service Standards (MSS) in the Regency/City in 2010 is 80%. This study was an analytical research and included cross sectional study. The sampling technique in this study used random cluster sampling to determine the cluster unit. The population in this study was the breast-feeding mothers in Tuban health center and Wire Health center working area. The samples are breast-feeding mothers Tuban health center and Wire health center working area with infants aged 6-8 months. The variables investigated in this study are the characteristics of respondents (education, occupation), knowledge, and attitudes towards breastfeeding mothers breastfeed exclusively. Data were analyzed using Logistic Regeression test. Based on the results of the study conclude that exclusive breastfeeding in Tuban district is 51,3%. Variables that influence exclusive breastfeeding in Tuban is an attitude (p = 0,009) with OR or Exp (B) = 10,000, while the variable that does not affect to exclusive breastfeeding in Tuban is variables of education, employment and knowledge.There for, it is hoped that governments and relevant agencies to review existing programs with more emphasis on the importance of mothers breastfeeding have a good attitude/support of exclusive breastfeeding. Key words: Characteristics, Knowledge and Attitude, Exclusive Breastfeeding

PENDAHULUAN ASI merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia sudah melakukan

kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO). Dahulu pemberian ASI ekslusif berlangsung sampai bayi berusia 4 bulan, namun belakangan 62

sangat dianjurkan agar ASI eksklusif diberikan sampai anak berusia 6 bulan (Tedjasaputra, 2007). Bahkan ASI dapat diberikan hingga usia 2 tahun selama produksi ASI masih banyak atau ketika anak sudah tidak mau lagi minum ASI. Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur (2008), ASI ekslusif adalah pemberian ASI pada bayi mulai 0 6 bulan dalam rangka mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari sisi/aspek gizi (kolostrum yang mengandung IgA, whei-casein, DHA dan AA dengan komposisi sesuai), aspek imunologik (selain IgA, terdapat laktoferin, lysosim dan 3 jenis leukosit yaitu BALT, GALT, MALT serta faktor bifidus), aspek psikologik (interaksi dan kasih sayang antara anak dan ibu), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktivitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan (metode amenorea laktasi/MAL). Selain Aspek-aspek tersebut, dengan ASI juga dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara mendadak (sudden infant death syndrome/SIDS). Salfina (2003) dalam penelitiannya mengatakan bahwa 75,6% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus sebagai pekerja lepas (buruh). Selain itu 13,33% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif masih mengemukakan ASI tidak bermanfaat terhadap bayinya serta 23,02% masih membuang kolostrumnya. Masih rendahnya angka pencapaian ASI eksklusif tentu saja perlu mendapat perhatian karena berkontribusi terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia di masa mendatang serta berdampak pula terhadap tingginya angka kesakitan maupun angka kematian. Pada tahun 2011, cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Tuban sebesar

48,8%. Rendahnya pencapaian ASI eksklusif di Kabupaten Tuban tersebut tidak terlepas dari rendahnya pencapaian di setiap Puskesmas di Kabupaten Tuban. Dari 33 puskesmas yang ada di Kabupaten Tuban, ternyata pencapaian di Puskesmas Wire menduduki peringkat terendah dibanding dengan puskesmas lainnya. Tingkat pencapaian ASI eksklusif di Puskesmas Wire tersebut sebesar 7,2%. Namun ada juga puskesmas yang mampu mencapai target pencapaian ASI eksklusif. Puskesmas Tuban Kota salah satunya. Tingkat pencapaiannya sebesar 82,8 %. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode analitik karena bertujuan menganalisa, menjelaskan suatu hubungan, menguji berdasarkan teori yang ada dan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat dan tidak ada tindak lanjut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui di Kabupaten Tuban, dalam hal ini dipilih ibu menyusui yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tuban dan Puskesmas Wire dan sampelnya adalah ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Tuban dan Puskesmas Wire dengan bayi usia 6-8 bulan. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik cluster random sampling dengan unit cluster adalah Rukun Warga (RW) pada masing-masing desa/kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Tuban dan Puskesmas Wire. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tuban dan Puskesmas Wire dan waktu penelitian mulai bulan Maret-Mei 2012. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Wilayah kerja Puskesmas Tuban melingkupi 9 desa/kelurahan yaitu 63

Doromukti, Sidorejo, Latsari, Ronggomulyo, Perbon, Mondokan, Sumurgung, Sugiharjo, dan Kembangbilo. Sedangkan wilayah kerja Puskesmas Wire mencakup 8 desa/kelurahan yaitu Gedongombo, Tunah, Gesing, Kowang, Genaharjo, Sambongrejo, Ngino, dan Karang. Pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif merupakan suatu upaya pemberian ASI yang dilakukan secara eksklusif sampai dengan 6 bulan oleh ibu menyusui. Penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil responden yang memberikan ASI eksklusif dan yang tidak memberikan ASI eksklusif. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 1. Tabel1.Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Tuban April 2012 ASI Eksklusif Total Puskesmas Ya Tidak (%) (%) (%) Tuban 13 5 18 (72,2) (27,8) (100) Wire 7 14 21 (33,3) (66,7) (100) Total 20 19 39 (51,3) (48,7) (100) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Tuban adalah 51,3%. Responden yang memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tuban sebanyak 72,2 % (13 orang). Sedangkan responden yang memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Wire sebanyak 33,3 % (7 orang). Karakteristik Responden Untuk pendidikan responden, secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Distribusi Pendidikan Responden di Kabupaten Tuban April 2012 ASI Eksklusif Total Pendidikan Ya Tidak (%) (%) (%) SD 1 (20,0) 4 (80,0) 5 (100) SMP 5 (41,7) 7 (58,3) 12 (100) SMA 5 (38,5) 8 (61,5) 13 (100) PT 9 (100) 0 ( 0,0) 9 (100) Total 20 19 39 (51,3) (48,7) (100) Responden dengan pendidikan SD/Sederajat sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif (80%). Responden dengan pendidikan SMP/Sederajat sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 58,33%. Kemudian responden dengan pendidikan SMA/Sederajat sebagian besar juga tidak memberikan ASI eksklusif (61,54%). Sedangkan responden dengan pendidikan Akademi/PT seluruhnya (100%) memberikan ASI eksklusif. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu bekerja dan tidak bekerja. Secara lebih rinci terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Pekerjaan Responden di Kabupaten Tuban April 2012 ASI Eksklusif Total Pekerjaan Tidak (%) Ya (%) (%) Bekerja 9 5 14 (64,3) (35,7) (100) Tidak 11 14 25 Bekerja (44,0) (56,0) (100) Total 20 19 39 (51,3) (48,7) (100) Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 64% responden tidak bekerja. Sebanyak 64,3% responden yang bekerja memberikan ASI eksklusif, dan hanya 44% responden yang tidak bekrja yang memberikan ASI ekslusif. 64

Pengetahuan Dan Sikap Responden Pengetahuan Responden dikategorikan menjadi 3 yaitu responden dengan pengetahuan baik, responden dengan pengetahuan cukup, dan responden dengan pengetahuan kurang. Dapat pengetahuan adalah sebagai berikut. Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif di Kabupaten Tuban April 2012 ASI Eksklusif Total Pengetahuan Ya Tidak (%) (%) (%) Baik 4 1 5 (80,0) (20,0) (100) Cukup 16 16 32 (50,0) (50,0) (100) Kurang 0 2 2 (0,0) (100) (100) 20 19 39 Total (51,3) (48,7) (100) Responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik sebagian besar (80%) memberikan ASI eksklusif. Separuh (50%) dari responden dengan pengetahuan cukup memberikan ASI eksklusif dan separuhnya lagi (50%) tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang 100% tidak memberikan ASI eksklusif. Untuk sikap responden dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 3 yaitu responden dengan sikap baik, responden dengan sikap cukup, dan responden dengan sikap kurang. Tetapi, tidak ada responden

penelitian yang mempunyai sikap kurang, secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Tuban April 2012 ASI Eksklusif Total Sikap Ya Tidak (%) (%) (%) Baik 18 (66,7) 9 (33,3) 27 (100) Cukup 2 (16,7) 10 (83,3) 12 (100) Total 20 (51,3) 19 (48,7) 39 (100) Responden yang memiliki sikap dalam kategori baik sebagian besar ( 66,7%) memberikan ASI eksklusif. Sedangkan responden yang memiliki sikap dalam kategori cukup sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 83,3%. Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel independen yaitu karakteristik (pendidikan dan pekerjaan), pengetahuan, dan sikap ibu menyusui dengan variabel dependen yaitu pemberian ASI eksklusif maka dilakukan teknik analisis Regresi Logistik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa variabel pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Sedangkan variabel sikap berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif, dengan nilai statistik uji seperti yang ada pada tabel 6.

Tabel 6 Hasil Analisis Regresi Logistik Untuk Variabel yang Berpengaruh Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Variabel Sikap Baik Cukup (pembanding) B 2,303 Wald 6,916 Sig. 0,009 Exp (B) 10,000 95% CI 1,798-55,630

65

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,009 dan nilai Exp(B) = 10,0 yang artinya bahwa responden dengan sikap baik kemungkinan memberikan ASI eksklusif 10 kali lebih besar jika dibandingkan responden dengan sikap cukup.

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Tuban adalah 51,3%. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa perilaku ibu terhadap pemberian ASI eksklusif cenderung baik, namun jika dibandingkan dengan indikator Indonesia Sehat 2010, masih sangat jauh. Cakupan pemberian ASI eksklusif ditetapkan adalah 80%, didasarkan pada perbandingan jumlah ibu yang memberikan ASI secara eksklusif sampai pada 0-6 bulan, dengan jumlah ibu yang mempunyai bayi umur 0-1 tahun di suatu daerah. Program pemberian ASI eksklusif adalah suatu program yang diperuntukkan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang menyusui. Secara regulasi ketentuan tersebut tertuang dalam Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi. Pencapaian program ASI eksklusif tidak dapat terlaksana dengan sendirinya, namun didasarkan pada perilaku pemberian ASI eksklusif oleh ibu itu sendiri. Pemberian ASI eksklusif yang masih rendah ternyata disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi bayi dan ibu. Selain itu, kurangnya kepedulian dan dukungan suami, keluarga dan masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyusui

secara eksklusif (Supari, 2006; Kuntari dan Rachmawati, 2006). Beberapa penelitian mengemukakan bahwa ada pengaruh karakteristik ibu terhadap pemberian ASI eksklusif, misalnya penelitian Salfina (2003) bahwa 75,6% ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus sebagai pekerja lepas (buruh). Selain itu 13,33% masih mengemukakan ASI tidak bermanfaat terhadap bayinya, dan 23,02% masih membuang kolostrumnya. Pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh ibu yang mempunyai bayi sampai memperoleh ijazah yang sah. Setelah dilakukan analisis statistik dengan uji regresi logistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pendidikan terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Kabupaten Tuban (p>0,05), artinya bahwa pendidikan formal ibu tidak berpengaruh terhadap tindakan nyata ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya sampai usia 6 bulan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Salfina (2003) dalam penelitiannya mengatakan bahwa 75,6% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD. Karena dalam penelitian ini responden yang tidak memberikan ASI eksklusif justru paling banyak adalah responden dengan pendidikan SMA/sederajat (8 orang). Menurut Hidayat (2005) bahwa pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Juga menurut Notoadmodjo (2010) sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang. Namun dalam penelitian ini secara statistik pendidikan responden tidak 66

berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Hal ini dimungkinkan karena meskipun sebagian besar responden memiliki pendidikan SMA/sederajat (13 orang), bukan berarti responden juga mempunyai pengetahuan yang baik. Karena pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang spesifik, yaitu pengetahuan tentang ASI eksklusif. Bukan pengetahuan secara umum. Sehingga belum tentu responden dengan pendidikan tinggi mempunyai pengetahuan yang baik juga tentang ASI eksklusif, yang dapat berpengaruh terhadap perilaku responden untuk memberikan ASI eksklusif. Pekerjaan dalam penelitian ini adalah aktivitas rutin yang dilakukan ibu yang mempunyai bayi guna memperoleh pendapatan. Berdasarkan hasil analisis dengan uji regresi logistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pekerjaan responden terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian Salfina (2003), bahwa 59,7% ibu yang bekerja hanya memberi ASI 4 kali dalam sehari, sementara jika pada waktu siang hari diberikan susu formula oleh keluarga atau pengasuhnya. Demikian juga dengan penelitian Mardeyanti (2007), bahwa 60% ibu yang bekerja tidak patuh memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan kedua hasil penelitian tersebut karena secara proporsi responden yang bekerja hanya 36% sedangkan responden yang tidak bekerja sebesar 64%. Hal ini berarti tidak ada perbedaan dalam pemberian ASI eksklusif antara responden yang bekerja dan responden yang tidak bekerja, karena responden yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu untuk memberikan ASI eksklusif sedangkan responden yang bekerja dapat menyediakan ASI eksklusif cadangan di rumah. Hal ini sesuai dengan pendapat Roesli (2005) bahwa bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI

eksklusif. Pemberian ASI eksklusif merupakan hal yang terbaik bagi bayi. Hal ini didukung oleh bukti secara alamiah bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat. Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif akan 3 kali lebih sering dirawat daripada bayi yang diberi ASI eksklusif. Ini berarti bayi yang diberi ASI eksklusif lebih jarang dibawa ke dokter sehingga ibu lebih jarang meninggalkan perkerjaan. Pasal 83 UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyatakan bahwa buruh/pekerja perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja. Kesempatan yang patut yang dimaksud adalah waktu yang diberikan kepada pekerja untuk menyusui bayinya, serta ketersediaan tempat yang sesuai untuk melakukan kegiatan tersebut. Undang-undang tersebut belum didukung oleh adanya peraturan daerah tentang pelaksanaan PP-ASI. Program ini baru sampai pada tahap sosialisasi Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang ibu ketahui tentang ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif dan cara pemberian ASI eksklusif. Setelah dilakukan analisis dengan uji regresi logistik didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh antara pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Kabupaten Tuban. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup (32 orang), 50% diantaranya (16 orang) memberikan ASI eksklusif sedangkan 50% (16 orang) tidak memberikan ASI eksklusif. Kondisi ini secara konsep berarti masyarakat cukup memahami pengertian dan maksud dari program ASI eksklusif. Akan tetapi dalam penelitian ini secara statistik pengetahuan responden tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Hal ini mungkin 67

terjadi karena tidak semua responden yang memiliki pengetahuan akan diwujudkan ke dalam suatu tindakan. Karena suatu tindakan akan terwujud jika responden memiliki keinginan untuk melakukan tindakan tersebut. Misalnya saja, jika responden telah sejak sebelum melahirkan tidak ingin memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dengan alasan takut payudara kendur, maka responden tersebut akan tetap tidak memberikan ASI eksklusif walaupun responden tersebut tahu resiko apa yang terjadi pada bayinya jika tidak diberikan ASI eksklusif. Sikap dalam penelitian ini adalah tanggapan responden terhadap cara dan manfaat pemberian ASI secara eksklusif. Setelah dilakukan analisis dengan uji regresi logistik menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Tuban dengan nilai OR atau Exp (B) = 10,000 yang artinya bahwa responden dengan sikap baik kemungkinan memberikan ASI eksklusif 10 kali lebih besar dibandingkan responden dengan sikap cukup. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki sikap baik (27 orang), sebanyak 66,7% (18 orang) memberikan ASI eksklusif dan 33,3% (9 orang) tidak memberikan ASI eksklusif. Kondisi ini akan memberikan kontribusi terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui, artinya dilihat dari aspek sikap menunjukkan sikap yang baik, sehingga akan berdampak terhadap keinginan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) yang artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Proporsi pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui di Kabupaten Tuban sebesar 51,3%. 2. Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan SMA (13 orang), namun sebanyak 61,5% diantaranya (8 orang) tidak memberikan ASI eksklusif. Responden yang tidak bekerja lebih banyak (64%) dibandingkan responden yang bekerja (34%), namun jumlah responden yang tidak bekerja yang memberikan ASI eksklusif lebih sedikit dibandingkan jumlah responden yang bekerja yang memberikan ASI eksklusif. Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup (32 orang), 50% diantaranya (16 orang) memberikan ASI eksklusif sedangkan 50% (16 orang) tidak memberikan ASI eksklusif. Responden dengan sikap baik 66,7% memberikan ASI eksklusif. 3. Variabel yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif adalah variabel sikap dengan OR atau Exp(B) = 10,000 sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah variabel pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan. Saran 1. Diharapkan agar pemerintah dan instansi terkait meninjau kembali program yang telah ada dengan lebih menekankan pada pentingnya ibu menyusui memiliki sikap baik/mendukung pemberian ASI eksklusif. Karena berdasarkan penelitian di lapangan sikap ibu menyusui mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI eksklusifpemberian ASI eksklusif. 2. Diharapkan kader-kader yang ada lebih aktif melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan PP-ASI. 68

3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui variabel lain (budaya, kebiasaan, petugas kesehatan, dan lain-lain) yang diduga berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. DAFTAR PUSTAKA Amiruddin R. dan Rostia, 2006. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 6-11 Bulan Di Kelurahan Pabaeng-Baeng. Makassar; Bagian Epidemiologi FKM Universitas Hassanuddin. Anonymous, http://www.depkes.go.id/ tanggal 9 Januari 2012) 2006. (Sitasi

Jakarta: Pusat Data dan Informasi Depkes. Depkes. R.I., 2004. Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Pekerja Wanita. Jakarta: Pusat Kesehatan Kerja Depkes. Depkes. R.I., 2005. Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat. Dinkes Tuban, 2011. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban Tahun 2011. Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban. Dinkes Jatim, 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2008. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. http://www.dinkesjatim.go.id/ (Sitasi tanggal 7 Januari 2012). Dirjen Binkesmas, 2002. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes. RI. Green, L.W., and Judith M.O., 1980. From Efficacy to Effectiveness to Community. http://www.cdc.gov (Sitasi tanggal 9 Januari 2012) Hamzah, Sukri, Hariani., 2007. Perilaku Menyusui Pada Etnis Bugis di Pekkae. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1 No. 5 Tahun 2007.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S., 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar Depkes. R.I., 1997. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI Eksklusif Bagi Petugas Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Binkesmas. Depkes. R.I., 2001. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI). Jakarta: Depkes RI.

Depkes. R.I., 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Kepmenkes Nomor: 1202/MENKES/SK/VIII/2003.

Haksama, S., 2002. Analisis Perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK) dalam Upaya Mendapatkan Pelayanan Kesehatan di Klinik 69

Sexual Transmitted Disease (STD) Putat Jaya Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol. 3 No. 1 Tahun 2002. Kemalasari, Samirah., 2008. Pengaruh Karakteristik Istri dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kota Pematangsiatar. Tesis. Medan; Universitas Sumatera Utara. http://www.digilib.usu.ac.id (Sitasi tanggal 8 Januari 2012). Kepmenkes., 2004. Rancangan Keputusan Menteri Kesehatan RI., Nomor 1091/MENKES/SK/X/2004, Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Jakarta: Setjen Depkes RI. Kuntari, R. dan Rachmawati, E., 2006. ASI eksklusif. http://www.linkagesproject.org (Sitasi tanggal 10 Januari 2012. Linkages, 2002. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI Saja: SatuSatunya Sumber Cairan yang dibutuhkan Bayi Usia Dini. http://www.linkagesproject.org/med ia/publications/ ENAReferences/Indonesia/Ref4.7%20.pd f (Sitasi tanggal 10 Januari 2012). Mardeyanti, 2007. Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Kepatuhan Ibu Memberikan ASI Eksklusif di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta; Universitas Gadjah Mada. http://www.ugm.ac.id/files/Abst_(38 90-H-2007).pdf (Sitasi tanggal 8 Januari 2012).

Murti, Bhisma. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Penerbit UGM Press. Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nuraeni, 2008. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sossa Kabupaten Padang Lawas. Skripsi. Medan; Universitas Sumatera Utara. Rahayuningsih, Tri., 2005. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI dengan Pemberian Kolostrum dan ASI Eksklusif di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan. Skripsi. Semarang; Universitas Semarang. Roesli, Utami. 2005. Eksklusif Seri 1. Agriwidya. Mengenal ASI Jakarta: Trubus

Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Rohani, 2007. Pengaruh Karakteristik Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang. Skripsi. Medan; Universitas Sumatera Utara. Salfina, Elmida. 2003. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di 70

Kecamatan Tebet. Jurnal Kesehatan Masayarakat Universitas Indonesia Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC. Supari, F., 2006. 5 Juta Balita Terancam Gizi Buruk. http://www.gizi.net. (Sitasi tanggal 11 Januari 2012). Tedjasaputra, M.S., 2007. Pemberian ASI Eksklusif: Suatu Tinjauan dari Sudut Psikologi. http://www.pontianakpost.com (Sitasi tanggal 9 Januari 2012) WHO., 2000. Nutrition Profile of the WHO South-East Asia Region. New Delhi: World Health Organization, Regional Office for South-East Asia. WHO., 2003. Community-based Strategies for Breastfeeding Promotion and Support in Developing Countries. Geneva: World Health Organization.

Yuliarti, Hurheti. 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta: Andi Offse.

71

Anda mungkin juga menyukai