Anda di halaman 1dari 18

JENIS KELAMIN

Istilah gender seringkali dikacaukan dengan konsep jenis kelamin, padahal keduanya berbeda JENIS KELAMIN (sex) adalah pembagian lakilaki dan perempuan yang ditentukan secara biologis, terutama terkait dengan fungsi reproduksi laki-laki dan perempuan bersifat permanen, tidak dapat dipertukarkan, kodrati (divine creation) CONTOH: laki-laki memiliki penis, kala menjing, menghasilkan sperma; perempuan memiliki payudara, vagina, ovum, dapat menstruasi, hamil, melahirkan...

GENDER
GENDER (gender) adalah sifat yang dilekatkan kepada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial dan kultural bisa dipertukarkan, tidak bersifat universal, berbeda antartempat, antarwaktu, antarkelas (social construction) CONTOH: laki-laki aktif, agresif, independen, rasional, kasar, dsb, sementara perempuan halus, lembut, pasif, dependen, cengeng, dsb.

MANIFESTASI KETIDAKADILAN GENDER


...laki-laki dan perempuan memang berbeda, tapi tidak boleh dibeda-bedakan... Ada beberapa manifestasi ketidakadilan gender, namun semuanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Manifestasi ketidakadilan gender ini meliputi:

MARGINALISASI
MARGINALIZATION (proses peminggiran ekonomi/pemiskinan) karena dia perempuan. Sumbernya antara lain kebijakan pemerintah, tafsir agama, tradisi, bahkan asumsi ilmu pengetahuan CONTOH: Revolusi Hijau, hukum waris, UU Perkawinan (perempuan sebagai pengelola rumah tangga sehingga kalau bekerja dia rawan PHK, diupah rendah,...) feminization of poverty

SUBORDINASI
SUBORDINATION (anggapan tidak penting/penomorduaan): adanya anggapan bahwa perempuan emosional dan tidak rasional menyebabkan mereka dianggap tidak layak memimpin CONTOH: rendahnya proporsi anggota dewan perempuan perlu affirmative action

STEREOTIP
STEREOTYPING (pelabelan negatif) CONTOH: adanya anggapan perempuan dandan untuk menarik perhatian laki-laki, jika terjadi perkosaan misalnya, korban disalahkan (blaming the victim)

BEBAN GANDA
DOUBLE BURDEN (beban ganda): perbedaan gender melahirkan pembagian kerja: laki-laki di sektor publik, perempuan di sektor domestik. Ketika perempuan masuk ke sektor publik, dia tetap bertanggung jawab atas tugas rumah tangga

KEKERASAN
VIOLENCE (kekerasan): kekerasan yang disebabkan bias gender disebut genderrelated violence CONTOH: perkosaan (termasuk marital rape), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), sunat perempuan (genital mutilation), pelacuran, pornografi, pemaksaan sterilisasi KB (enforced sterilization), menyentuh bagian tubuh perempuan tanpa kerelaan yang bersangkutan (molestation), pelecehan seksual (sexual harassment)

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)


Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Indonesia cenderung meningkat. Data dari Komisi Nasional Perempuan menyebutkan bahwa kasus KDRT selalu mengalami kenaikan rata-rata 60 persen setiap tahunnya.
Padahal data itu merupakan fenomena puncak gunung es, di mana jumlah sebenarnya jauh melebihi data temuan di lapangan.

Data Kasus KDRT


Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 : 3.169 kasus : 5.163 kasus (naik 60 %) : 7.787 kasus (naik 66 %) : 14.020 kasus (naik 97 %) : 20.391 kasus (naik 69 %) : 34.000 kasus (naik 72 %)

Dari jumlah tersebut, kasus KDRT yang sampai dibawa ke pengadilan tidak lebih dari 3 (tiga) persen. Sisanya tidak tersentuh hukum sama sekali karena banyak faktor yang Menghalanginya: budaya, birokrasi, psikologi,dll.

Definisi KDRT menurut UU KDRT:


Undang-undang No.23 tahun 2004 tentang penghapusan KDRT, mendefinisikan KDRT sebagai suatu bentuk penganiayaan (abuse), baik secara fisik maupun emosional, sebagai cara pengontrolan pasangan dalam kehidupan rumah tangga. Pada umumnya, pelaku KDRT adalah suami, dan korbannya istri dan atau anak-anaknya, meskipun dalam kasus-kasus tertentu, ada pula suami yang jadi korban KDRT.

Lanjutan definisi KDRT

Secara tegas, undang-undang tersebut menjelaskan bahwa yang termasuk dalam lingkup rumah tangga ini (pasal 2 ayat 1) meliputi: 1. Suami, istri dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri). 2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud dalam hurup a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian yang menetap dalam rumah tangga (mertua, menantu, ipar dan besan), dll. 3. Pembantu rumah tangga yang menetap dalam rumah tangga tersebut.

Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga Kekerasan fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Ex: menampar, memukul, menendang, menyundut dengan rokok, sampai pembunuhan. Kekerasan psikis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang.Ex: menghina/berkomentar negatif tentang pasangan, melarang istri mengunjungi saudara/teman-temannya, suami yang mengancam akan menceraikan istrinya, dll.

Lanjutan bentuk KDRT

Kekerasan seksual, yaitu setiap perbuatan berupa pemaksaan hubungan seksual, dengan cara tidak wajar/tidak disukai, atau pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersil atau tujuan tertentu. Kekerasan ekonomi atau penelantaran rumah tangga, yaitu perbuatan seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangga, baik berupa tidak menafkahi atau membatasi ruang gerak lingkup rumah tangga lainnya.

Faktor Penyebab KDRT


Budaya dan ideologi Patriarkhi Komunikasi tidak efektif dalam rumah tangga Interpretasi keliru atas ajaran agama Pengaruh role model (pembagian peran) Faktor ekonomi.

Meski telah ada UU tentang penghapusan KDRT, kasus demi kasus terus terjadi. KDRT sepertinya dianggap hal wajar dan kurang mendapat respon dari masyarakat kebanyakan. Hal ini dikarenakan: Terjadi di arena keluarga, sehingga relatif tertutup dan terjaga privasinya. Apalagi di Jawa misalnya ada falsafah jaga praja. KDRT dianggap wajar, karena menjadi hak suami sebagai kepala keluarga Terjadi di lembaga yang legal, yakni lembaga perkawinan.

Mitos Keliru Seputar KDRT


1. Istri dipukul karena kesalahannya sendiri. Faktanya Istri dipukul karena kesalahannya sendiri menurut standar suami 2. KDRT terjadi pada perkawinan yang tidak dilandasi cinta. Faktanya banyak KDRT terjadi dalam perkawinan berdasarkan cinta. 3. KDRT terjadi pada suami yang sakit jiwa. Faktanya Sebagian besar suami pelaku KDRT sehat. 4. KDRT terjadi pada keluarga yang tingkat sos-eko lemah. Faktanya KDRT terjadi pada semua kelas. 5. KDRT terjadi karena suami frustasi. Faktanya KDRT juga terjadi pada suami yang sukses. 6. KDRT hanya dilakukan suami yang kasar pada semua orang. Faktanya KDRT bisa dilakukan oleh suami yang lembut pada semua orang. 7. KDRT terjadi pada keluarga dengan tingkat pendidikan rendah. Faktanya KDRT justru paling banyak terjadi pada keluarga dengan jenjang pendidikan menengah ke atas.

Lanjutan fakta.

Fakta temuan Komnas perempuan menyebutkan, korban KDRT telah mengenyam pendidikan menengah bahkan pendidikan tinggi. Delapan (8 %) lulusan SLTP, 44 % lulusan SLTA, bahkan 37 % lulusan universitas. Hanya 4 % lulusan SD. Disamping mitos dan fakta tersebut, ada nilai dalam masyarakat yang mendukung lestarinya KDRT, yaitu: 1.Suami adalah pemimpin, maka...... 2.Tak seorang pun berhak mencampuri urusan rumah tangga orang 3.Membuka aib suami sama halnya mempermalukan diri sendiri

Anda mungkin juga menyukai