Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH AKTUALISASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Pancasila Yang dibina oleh Ibu Nofi Sri Utami

Oleh: Kelompok 8 David Candra . K Dwi Panglipuringtias Indri Widyarti Shofiana Fitri Sulis Setiowati (110533406983) (110533406984) (110533406971) (110533406987) (110533406980) PTI 2011 Offering A

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG

Pebruari 2013

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah, kiranya tiada kata yang dapat diucapkan kecuali puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melindungi, mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul Aktualisasi

Pancasila

Dalam

Kehidupan

Bermasyarakat dapat diselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan hormat setinggitingginya dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Ucapan ini ditujukan kepada yang terhormat: 1. Bapak Nofi Sri Utami selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan masukan terhadap penyusunan makalah ini 2. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk masalah-masalah sejenis. Amien.

Malang, 17 Pebruari 2013

Penyusun
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... i DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii BAB I ............................................................................................................................................... - 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................................. - 1 A. B. C. Latar Belakang Masalah ..................................................................................................... - 1 Rumusan Masalah .............................................................................................................. - 3 Tujuan................................................................................................................................. - 3 -

BAB II .............................................................................................................................................. - 4 PEMBAHASAN ................................................................................................................................ - 4 A. Definisi ................................................................................................................................ - 4 a. b. B. Definisi Pancasila ........................................................................................................ - 4 Definisi Aktualisasi Pancasila .................................................................................. - 5 -

Tujuan Aktualisasi Pancasila ............................................................................................... - 6 1. 2. 3. 4. BIDANG POLITIK ....................................................................................................... - 11 BIDANG EKONOMI.................................................................................................... - 12 BIDANG SOSIAL BUDAYA .......................................................................................... - 14 BIDANG HUKUM ....................................................................................................... - 15 -

C. D.

Hambatan Dalam Melakukan Aktualisasi Pancasila ......................................................... - 17 Cara mengaktualisasi pancasila dalam kehidupan masyarakat ....................................... - 19 -

BAB III ........................................................................................................................................... - 23 PENUTUP ...................................................................................................................................... - 23 A. KESIMPULAN .................................................................................................................... - 23 -

DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................................................ - 24 -

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa dan secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Hal ini tertuang dalam alinea keempat Undang Undang Dasar tahun 1945. Nilai- nilai dari Pancasila berasal dari akar budaya bangsa Indonesia yang luhur. Sebagai suatu dasar Negara maka Pancasila senantiasa dijadikan landasan dalam pengaturan kehidupan bernegara, yang berarti bahwa segala macam peraturan perundangundangan dan kebijakan yang diambil oleh para penyelenggara Negara tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Hal ini menegaskan bahwa Pancasila merupakan suatu acuan yang dijadikan dasar dalam bertindak oleh segenap bangsa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia, maka kita diwajibkan untuk mengaktualisasi berbagai nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa Negara pada saat itu. Dampak yang paling serius atas manipulasi pancasila adalah terjadinya kasus kasus sosial yang terjadi beberapa tahun belakangan. Mulai dari ringan, sedang hingga sampai yang berat, dalam bentuk tindak pelanggaan, perilaku menyimpang dan tindak kriminal. Antara lain seks bebas, penggunaan narkoba, terorisme, dan berbagai aktifitas yang menyimpang lainnya. Kegelisahan pun muncul di kalangan para orang tua, masyarakat, pemuka agama, apalagi para pendidik. Namun sayangnya tidak semua pihak yang mengambil sikap, peran serta kontibusi yang jelas dan nyata untuk mencari jalan keluar mengenai masalah masalah sosial yang sedang terjadi saat ini. Yang bisa dilakukan adalah pengarahan, penyuluhan, dan penyuluhan dan himbauan kepada seluruh warga masyarakat.
-1-

Terdapat norma norma yang tidak berfungsi lagi atau bahkan hilang akibat era globalisasi, yang semestinya harus diketahui dan dipahami untuk dimanifestasikan dalam kehidupan sosial. Di dalam realitasnya, kehidupan mengalami disfungsi nilai nilai. Pancasila bukan berpaham komunisme dan bukan berpaham kapitalisme. Pancasila tidak berpaham individualisme dan tidak berpaham kolektivisme. Bahkan bukan berpaham teokrasi dan bukan perpaham sekuler. Posisi Pancasila inilah yang merepotkan penerapan nilai-nilainya ke dalam kehidupan praktis berbangsa dan bernegara. Sedangkan mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban moral seluruh warga negara Indonesia. Pancasila yang benar dan sah (otentik) adalah yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal itu ditegaskan melalui Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968, tanggal 13 April 1968. Penegasan tersebut diperlukan untuk menghindari tata urutan atau rumusan sistematik yang berbeda, yang dapat menimbulkan kerancuan pendapat tentang isi Pancasila yang benar dan sesungguhnya. Masyarakat Indonesia yang terbiasa santun dalam berprilaku, melaksanakan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, mempunyai kearifan local yang kaya dan pluralis, serta bersikap toleran dan gotong royong mulai cenderung berubah menjadi hagemoni hagemoni kelompok yang saling mengalahkan dan berprilaku tidak jujur. Semua ini menegaskan bahwa terjadi ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa yang bermuara pada disorientasi dan belum dihayatinya nilai nilai Pancasila sebagi filosofi dan ideologi bangsa ini, memudarnya kesadaran terhadap nilai nilai budaya bangsa, serta bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan alasan serta kenyataan objektif tersebut maka seluruh bagian dari masyarakat Indonesia harus bertanggungjawab bersama untuk mengaktualisasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Makalah ini dibuat agar kita senantiasa mencintai, menghayati, dan mengaktualisasi nilai nilai Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari.. Sehingga kelak apabila kita terjun ke masyarakat kita akan menjadi manusia Pancasila, yakni manusia yang selalu berpedoman teguh pada Pancasila.

-2-

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara khusus membahas permasalahan sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan pancasila? 2. Apa yang dimaksud dengan aktualisasi pancasila? 3. Apakah tujuana danya aktualisasi pancasila? 4. Seberapa penting aktualisasi pancasila dalam era globalisasi? 5. Bagaimana aktualisasi pancasila dalam aspek sosial, hokum, budaya dan ekonomi? 6. Apa sajakah hambatan dalam melakukan aktualisasi pancasila? 7. Bagaimana cara mengaktualisasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengetian dari pancasila dan aktualisasi pancasila 2. Untuk mengetahui tujuan adanya aktualisasi pancasila 3. Untuk mengetahui pentingnya aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat di era grobalisasi. 4. Untuk mengetahui bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 dalam aspek sosial, hokum, budaya dan ekonomi. 5. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang memperngaruhi aktualisasi pancasila. 6. Untuk mengetahui bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia mengaktualisasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat

-3-

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
a. Definisi Pancasila 1.Secara Etimologi Pancasila berasal dari bahasa India yaitu bahasa sansekerta. panca berarti "lima" syila (dengan huruf i pendek) berarti "batu sendi", "alas" atau "dasar". syiila (dengan huruf i panjang ) berarti "peraturan","tingkah laku yang baik atau penting".syiila itu sendiri dalam bahasa Indonesia menjadi susila artinya tingkah laku yang baik. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pancasyila berarti lima dasar sedangkan pancasyiila 2.Secara histories Istilah pancasila pertama kali digunakan oleh masyarakat India yang beragama budha, dan pancasila itu sendiri berarti lima aturan atu five moral principles. Istilah pancasila juga terdapat dalam kitab sutasoma karangan empu tantular didalam kitab ini pancasila berarti berbatu sendi yang lima selain itu juga mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima yaitu a.tidak boleh melakukan kekerasan b.tidak boleh mencuri c.tidak boleh berjiwa dengki d.tidak boleh berbohong e.tidak boleh mabuk minuman keras Dalam istilah jawa pancasila disebut dengan istilah molimo yang terdiri dari lima golongan yaitu mateni (membunuh), maling (mencuri), madhon (berzina), madat (menghisap candu), main (berjudi). .dari keima larangan tersebut masih menjadi pegangan moral orang-orang jawa sampai sekarang. berarti lima aturan tingkah laku yang penting.

3.Secara terminologis Dimulai sejak sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1945, istilah pancasila digunakan oleh Bung karno untuk memeberi nama pada lima dasar atau lima prinsip Negara

-4-

Indonesia merdeka.menurut beliau sendiri pancasila diperolehnya dari temanya yang seorang ahli bahasa. Selain hal itu sebagian pakar seperti moh yamin notonogoro, driyakarya, berpendapat pancasila adalah filsafat oleh karena itu pancasila sebagai ratio dari pada kehidupan Negara dan bangsa itu yang sesuai dengan akal yang merupakan sumber kekuasaan jiwa bagi peningkatan martabat kehidupan manusia yang tidak ada taranya serta pandangan hidup dalam bernegara dan ideology Negara dalam arti cita-cita Negara yana menjadi basis bagi system kenegaraan.

b. Definisi Aktualisasi Pancasila Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara pemahaman akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan aktualisasi pancasila, berarti penjabaran nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam kehidupan berBangsa dan berNegara. Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan realisasinya dikaitkan dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, berBangsa dan berNegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara. Aktualisasi Pancasila, dapat dibedakan ke dalam 2 jenis : 1. Aktualisasi Pancasila secara Obyektif Aktualisasi Pancasila secara Obyektif artinya, realisasi penjabaran nilainilai Pancasila dalam bentuk norma-norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik dalam bidang Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif, maupun semua bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi Obyektif ini terutama berkaitan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia Contohnya : dalam penyelenggaraan kenegaraan maupun tertib hukum Indonesia, asas politik dan tujuan negara, serta pelaksanaan konkretnya didasarkan pada dasar falsafah negara (Pancasila)

-5-

Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia didasarkan atas serta diliputi oleh dasar filsafat negara, asas politik dan tujuan negara, yakninya Pancasila, diantaranya: - Garis-garis Besar Haluan Negara. - Hukum, perundang-undangan dan peradilan. - Pemerintahan. - Politik dalam negeri dan luar negeri. - Keselamatan, keamanan dan pertahanan. - Kesejahteraan - Kebudayaan. - Pendidikan dan lain sebagainya. 2. Aktualisasi Pancasila secara Subyektif Aktualisasi Subyektif, artinya realisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma ke dalam diri setiap pribadi, perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia. aktualisasi ini berkaitan dengan kesadaran , ketaatan serta kesiapan individu untuk mengamalkan Pancasila (norma-norma moral). Aktualisasi

Pancasila subyektif ini diharapkan dapat tercapai agar nilai-nilai pancasila tetap melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia, dan demikian itu disebut dengan Kepribadian Bangsa Indonesia (Kepribadian Pancasila). Maka dengan hal inilah bangsa Indonesia memiliki ciri karakteristik yang menunjukkan perbedaannya dengan bangsa lain. Aktualisasi Subyektif ini lebih penting dari Aktualisasi Obyektif, karena Aktualisasi Pancasila yang subyektif merupakan kunci keberhasilan Aktualisasi Pancasila secara Obyektif.

B. Tujuan Aktualisasi Pancasila


Tujuan aktualisasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara antara lain; 1. Masyarakat memahami secara mendalam konsep, prinsip, dan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
-6-

2. Masyarakat memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan, dan kebenaran pancasila sebagai ideologi nasional, pandangan, nilai bangsa dan negara dalam NKRI. 3. Masyarakat memiliki pemahaman, kemauan, dan kemampuan

mengimplementasikan pancasila dalam berbagai bidang kehidupan. Sasaran aktualisasi pancasila : a) Elite politik, b) Insan pers, c) Anggota legislatif, eksekutif, yudikatif pusat dan daerah, d) Tokoh agama, pendidikan, cendekiawan, pemuda, wanita, adat dan masyarakat, e) Pengusaha, f) Masyarakat luas. Meskipun kita sebagai bangsa pernah beberapakali terluka karena ada pertikaian antar agama, suku, budaya dan bahasa, namun masih ada harapan di masa mendatang untuk sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman, tenteram, adil, makmur dan sejahtera. A. Pentingnya aktualisasi pancasila dalam era globalisasi Kehadiran era globalisasi membawa dampak positif maupun negatif. Globalisasi membuka peluang-peluang baru untuk peningkatan kesejahteraan manusia melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi globalisasi juga memberikan tantangan kepada suatu bangsa akan kekuatannya menghadapi pengaruh global pada semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dapatkah ia menjaga eksistensinya atau justru menjadi korban atas semua pengaruh global tersebut. Oleh karena itu globalisasi dapat menjadi berkah apabila suatu bangsa dapat memanfaatkan peluang dengan tepat, tetapi akan menjadi musibah atau mendatangkan masalah bagi bangsa yang tidak mempunyai kesiapan untuk memasukinya. Sebagai bangsa kita tidak mungkin menutup diri dari pergaulan dengan bangsa asing. Keterbukaan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada eraglobalisasi ini tidak mungkin kita abaikan begitu saja. Proses akulturasi budaya sebagai akibat frekuensi hubungan antar bangsa yang semakin intensif merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan lagi.
-7-

Akibatnya nilai-nilai sosial budaya negara lain yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa kita pun akan masuk dan berkembang di dalam masyarakat. Oleh karena itu diperlukan sikap yang tepat dalam merespon masuknya arus globalisasi supaya kita tidak sekedar menjadi obyek dari segala perubahan tersebut tetapi menjadi subyek yang mampu memilih pengaruh budaya luar dan tata nilai yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa. Kehidupan politik rakyat Indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai

Pancasila. Pancasila merupakan landasan dan tujuan kehidupan politikbangsa kita. Berkaitan dengan hal tersebut, proses pembangunan politik yang sedang berlangsung di negara kita sekarang ini harus diarahkan

pada proses implementasi sistem politik demokrasi Pancasila yang handal, yaitu sistem kualitas politik yang tidak hanya kuat, tetapi juga memiliki

kemandirian tinggi yang

memungkinkannya

untuk membangun atau

mengembangkan dirinya secara terus-menerus sesuai dengan tuntutan aspirasi masyarakatnya demikian, bersamaan sistem dengan dan politik perubahan demokrasi Pancasila jati zaman. akan terus sehingga Dengan berkembang senantiasa

perkembangan

dirinya,

mempertahankan, memelihara dan memperkuat relevansinya dalam kehidupan politik. Nilai-nilanya bukan saja dihayati dan dibudayakan, tetapi diamalkan dalam kehidupan politik bangsa dan negara kita yang terus berkembang. Oleh karena, secara langsung Pancasila telah dijadikan etika politik seluruh seluruh komponen bangsa dan negara Indonesia. Proses reformasi yang sedang berjalan di Indonesia merupakan bukti kedinamisan kehidupan politik masyarakat Indonesia. Akan tetapi,

kedinamisan itu jangan sampai menanggalkan nilai-nilai Pancasila. Kehidupan politik yang semakin demokratis dengan ditandai olehnya terbukanya saluran aspirasi politik masyarakat, seperti adanya kebebasan mendirikan partai politik, kebebasan berpendapat, pemilihan presiden, wakil presiden, anggota legislatif serta kepala nilai daerah secara langsung, harus selalu didasari oleh nilai-

Pancasila.

Sehingga

pelaksanaan

kegiatan-

kegiatan tersebut selalu mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia yang berPancasila. Apabila dikaitkan dengan pendidikan politik, pemahaman terhadap Pancasila sebagai etika politik merupakan salah satu bagian dari tujuan diberikannya
-8-

pendidikan politik,

sebagaimana dikemukakan oleh Pojman (2003:1) yang

memandang kajian dan pemikiran tentang falsafah negara menjadi keharusan dalam rangka memahami pertanyaan besar why I should be obey the state? (mengapa kita mesti menaati negara?). Oleh karena Pendidikan Politik yang diberikan kepada warga negara harus mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara sekaligus sebagai etika politik, sehingga nilai-nilai Pancasila akan selalu hidup dalam berbagai dimensi kehidupan setiap warga negara. Fenomena globalisasi berpengaruh kepada pergeseran atau perubahan tata nilai,sikap dan perilaku pada semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa da n bernegara. Perubahan yang positif dapat memantapkan nilai-

nilai Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan mengembangkan kehidupan nasional yang lebih berkualitas.

Tuntutan dan aspirasi masyarakat terakomodasi secara positif disertai upaya-upaya pengembangan, peningkatan pemahaman, penjabaran, pemasyarakatan, dan

implementasi Pancasila dalam semua aspek kehidupan. Adapun perubahan yang negatif harus dideteksi dan diwaspadai sejak dini serta melakukan aksi pencegahan berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang dapat dilakukan, antara lain: a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi barat atau globalisasi. Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan barat semua negatif. b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat sebagai akibat atau asal model. c. Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat begitu saja, akan tetapi disesuaikan dengan dasar norma-norma dan kepribadian suatu bangsa. Berdasarkan beberapa alternatif sikap dalam menghadapi pengaruh globalisasi tersebut di atas, bangsa Indonesia menentukan sikap untuk selektif terhadap segala kemajuan yang datang. Artinya kita tidak mungkin menutup diri dari segala perubahan tetapi kita harus tetap waspada bahkan menolak terhadap pengaruh negatif dari perubahan tersebut. Dengan demikian kita akan menerima segala pengaruh yang bersifat positif demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat, tetapi menolak tegas
-9-

segala pengaruh yang akan membawa akibat kesensaraan rakyat dan hilangnya kepribadian atau jati diri kita sebagai bangsa. Adapun dasar atau ukuran nilai-nilai tersebut sesuai dengan kepribadian kita tentu saja adalah ideologi nasional yaitu Pancasila. Sikap yang harus ditunjukan dalam pengaruh globalisasi terhadap kehidupan bangsa dan Negara adalah sebagai berikut : 1) Bangsa Indonesia harus mempunyai sikap dan tindakan riil terhadap bentukbentuk kekerasan yang berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia dan mengecam pihak-pihak yang melakukannya tanpa adanya tekanan dari berbagai pihak. 2) Pemerintah ikut serta dalam misi perdamaian dunia dibwah komando PBB di daerah-daerah konflik. 3) Bangsa Indonesia harus bertindak tegas terhadap berbagai bentuk intervensi dari negara-negara lain atau lembaga Internasional. 4) Bangsa Indonesia harus mempunyai sikap dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang bermartabat.Sejalan dengan banyaknya saluran komunikasi dan informasi yang banyak bertentangan dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia, seperti aksi kekerasan , pornografi, penistaan agama, dan lain-lain. 5) Bangsa Indonesia harus meningkatkan perannya dalam pergaulan Internasional yang menyangkut masalah isu sentral yang berkaitan dengan demokrasi, HAM, lingkungan hidup, dan keamanan karena Indonesia sebagai salah satu bangsa yang besar mempunyai kepentingan pula dalam masalah-masalah tersebut.

Jadi adanya kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Dampak-dampak pengaruh globalisasi tersebut kita kembalikan kepada diri kita sendiri sebagai generasi muda Indonesia agar tetap menjaga etika dan budaya, agar kita tidak terkena dampak negatif dari globalisasi. B. Aktualisasi pancasila dalam aspek sosial, hukum dan ekonomi Untuk dapat berfungsi penuh sebagai perekat bangsa. Pancasila harus

diimplementasikan dalam segala tingkat kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi,

- 10 -

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pancasila), dan dalam segala aspek meliputi politik, ekonomi, sosial budaya, dan hukum sebagai berikut : 1. BIDANG POLITIK Landasan aksiologis (sumber nilai) system politik Indonesia adalah dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV .. maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemasusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Sehingga system politik Indonesia adalah Demokrasi pancasila. Globalisasi merupakan sekutu masyarakat dan bukan lawan seperti terkesan selama ini. Tetapi perlu diingat pula bahwa setiap agenda politik Indonesia di era global harus sejalan dengan apa yang menjadi aspirasi dan kepentingan rakyat Indonesia. Selama ini, sedang gencar-gencarnya Negara maju dalam melakukan politik luar negeriny yang selalu mengintervensi Negara lain dengan tujuan tertentu. Misalnya, menyangkut ekspolitasi sumber daya alam di Freeport, pertambangan Blok Cepu, dan tempat-tempat yang melalui agenda politiknya. Selain itu, terjadi intervensi politik berkaitan dengan isu demokrasi, hak asasi manusia, terorisme, lingkungan hidup yang justru merugikan negara kuat. Oleh karena itu, sebagai pengamalan dari Pancasila Indonesia perlu memosisikan diri dalam mengambil sikap politik yang berorientasi pada kepentingan nasionalnya, bukan pada kepentingan Negara lain. Dimana demokrasi pancasila itu merupakan system pemerintahan dari rakyat dalam arti rakyat adalah awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita-cita. Organisasi sosial politik adalah wadah pemimpin-pemimpin bangsa dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi sosial politik seperti para pegawai Republik Indonesia harus mengikuti pedoman pengamalan Pancasial agar berkepribadian Pancasila karena mereka selain warga negara Indonesia, juga sebagai abdi masyarakat, dengan begitu maka segala

- 11 -

kendala akan mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan terwujud. Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme selalu muncul ke permukaan. Bermacam-macam usaha dan program telah dilakukan oleh setiap pemerintahan yang berkuasa dalam memberantas korupsi tetapi secara umum hukuman bagi mereka tidak sebanding dengan kesalahannya, sehingga gagal untuk membuat mereka kapok atau gentar. Mengapa tidak diterapkan, misalnya hukuman mati atau penjara 150 tahun bagi yang terbukti. Para elit politik dan golongan atas seharusnya konsisten memegang dan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan. Dalam era globalisasi saat ini , pemerintah tidak punya banyak pilihan. Karena globalisasi adalah sebuah kepastian sejarah, maka pemerintah perlu bersikap. Take it or Die atau lebih dikenal dengan istilah The Death of Government. Kalau kedepan pemerintah masih ingin bertahan hidup dan berperan dalam paradigma baru ini maka orientasi birokrasi pemerintahan seharusnya segera diubah menjadi public services management. 2. BIDANG EKONOMI Seiring dengan kemajuan teknologi Informasi yang menghadirkan kemudahan dalam melakukan akses informasi, aktifitas perekonomian berkembang pesat melampaui batas Negara. Kemajuan tersebut telah mendorong globalisasi ekonomi yang membentuk pasar bebas. Regionalisme dan aliansi ekonomi berkembang pesat dengan adanya aliansi-aliansi ekonomi seperti Asia-Pasific Economic Cooperation ( APEC ), ASEAN Free Trade Agreement ( AFTA ), North American Free Trade Agreement ( NAFTA ), dan European Union ( EU). Pemberlakuan pasar bebas dan perdagangan bebas menciptakan iklim kompetisi yang ketat, mendorong setiap negara mendorong mengembangkan produk-produk unggulan yang kompetitif. Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan. Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.
- 12 -

Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi : 1. ekonomika etik dan ekonomika humanistik 2. nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi 3. ekonomi berkeadilan sosial. Namun pada kenyataannya, sejak pertengahan 1997 krisis ekonomi yang menimpa Indonesia masih terasa hingga hari ini. Di tingkat Asia, Indonesia yang oleh sebuah studi dari The World Bank (1993) disebut sebagai bagian dari Asia miracle economics, the unbelieveble progress of development, ternyata perekonomiannya tidak lebih dari sekedar economic bubble, yang mudah sirna begitu diterpa badai krisis (World Bank, 1993). Seorang pengamat Ekonomi Indonesia, Prof. Laurence A. Manullang, mengatakan bahwa selama bertahun-tahun berbagai resep telah dibuat untuk menyembuhkan penyakit utang Internasional, tetapi hampir disepakati bahwa langkah pengobatan yang diterapkan pada krisis utang telah gagal. Fakta yang menyedihkan adalah Indonesia sudah mencapai tingkat ketergantungan (kecanduan) yang sangat tinggi terhadap utang luar negeri. Sampai sejauh ini belum ada resep yang manjur untuk bisa keluar dari belitan utang. Penyebabnya adalah berbagai hambatan yang melekat pada praktik yang dijalankan dalam sistem pinjaman internasional, tepatnya negara-negara donor (Bogdanowicz-Bindert, 1993). Keputusan pemerintah yang terkesan tergesa-gesa dalam mengambil kebijakan untuk segera memasuki industrialisasi dengan meninggalkan agraris, telah menciptakan masalah baru bagi national economic development. Bahkan menurut sebagian pakar langkah Orde baru dinilai sebagai langkah spekulatif seperti mengundi nasib, pasalnya, masyarakat Indonesia yang sejak dahulu berbasis agraris Sebagai konsekuensinya, hasil yang didapat, setelah 30 tahun dicekoki ideologi ekonomisme itu justru kualitas hidup masyarakat Indonesia semakin merosot tajam (dekadensia). Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan perubahan yang signifikan, tidak menutup kemungkinan, akan mendapat pukulan mahadasyat dari arus globalisasi. Kekhawatiran ini muncul, karena pemerintah dalam proses pemberdayaan masyarakat lemah masih parsial dan cenderung dualisme, antara kemanjaan (ketergantungan) pemerintah kepada IMF, sementara keterbatasan akomodasi bentuk perekonomian masyarakat yang tersebar (diversity of economy style) di seluruh pelosok negeri tidak tersentuh. Hal ini juga terlihat jelas pada kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak proporsional, tidak mencerminkan model perekonomian yang
- 13 -

telah dibangun oleh para Founding Father terdahulu. Hal ini dapat dilihat pada beberapa kasus, misalnya, pencabutan subsidi di tengah masyarakat yang sedang sulit mencari sesuap nasi, mengelabuhi masyarakat dengan raskin (beras untuk rakyat miskin), atau jaring pengaman sosial (JPS) lain yang selalu salah alamat. 3. BIDANG SOSIAL BUDAYA Perkembangan dunia yang tanpa batas dapat menimbukan dampak positif maupun dampak negativ. Dari setiap dampak yang ditimbulkan, dalam bidang sosial budaya tampak nyata berpengaruh dalam setiap aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat ditunjukan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan konsumtif, bahkan menggeser nilai-nilai lokal yang selama ini diprtahankan. Sikap yang harus ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pengamalan dari Pancasila dalam menghadapi nilai-nilai globalisasi, terutama dalam kehidupan sosial budaya. Berikut sikap pengamalan dari pancasila dalam menghadapi kehidupan sosial saat ini, yaitu : a. Gaya hidup masyarakat harus diselaraskan dengan nilai, norma, estetika, terutama yang berkaitan dengan mode pakaian, pergaulan dan kebiasaan hidup, serta adat istiadat. Sikap yang harus ditunjukkan terhadap pengaruh tersebut , adalah dengan adanya himbauan, pendidikan, bahkan aturan yang tegas terhadap fenomena tersebut dalam menjaga nilai-nilai yang selama ini dijaga oleh bangsa Indonesia. Cara efektif dalam menangkalnya adalah dengan melalui pendidikan formal maupun nonformal, baik disekolah, pendidikan keagamaan dan acara-acara lain yang memberikan perhatian terhadap etika dan moral bangsa Indonesia. b. Sikap individualisme yang memengaruhi budaya masyarakat Indonesia yang biasa bergotong-royong dan kekeluargaan. Hal tersebut perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. c. pengaruh sikap materialistis dan sekularisme, yaitu sikap yang lebih

mementingkan nilai materi daripada yang lainnya sehingga dapat merusak sendisendi kehidupan yang menjunjung keadilan dan moralitas. Selain itu, sekularisme perlu juga diwaspadai karena Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan. Perubahan sosial berikutnya bahwa pluralitas tidak terfocus hanya pada aspek SARA, tetapi dimasa yang akan datang kemajemukan masyarakt Indonesia yang sangat
- 14 -

heterogen ditandai dengan adanya sinergi dari peran, fungsi dan profesionalisme individu atau kelompok. Sehingga kontribusi profesi individu/kelompok itulah yang akan mendapat tempat dimanapun mereka berprestasi. Ini menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi karena pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasila. Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya hanya pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi sampai pada tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia. 4. BIDANG HUKUM Pancasila bukan mendadak terlahir pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tetapi melalui proses panjang sejalan dengan panjangnya perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pancasila terlahir dalam nuansa perjuangan dengan melihat pengalaman dan gagasan-gagasan bangsa lain, tetapi tetap berakar pada kepribadian dan gagasan-gagasan bangsa Indonesia sendiri. Oleh sebab itu, Pancasila bisa diterima sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Sejarah telah mencatat, kendati bangsa Indonesia pernah memiliki tiga kali pergantian UUD,tetapi rumusan Pancasila tetap berlaku didalamnya. Kini, yang terpenting adalah bagaimana rakyat, terutama kalangan elite nasional, melaksanakan Pancasila dalam segala sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan lagi menjadikan Pancasila sekadar rangkaian kata-kata indah tanpa makna. Jika begitu, maka Pancasila tak lebih dari rumusan beku yang tercantum dalam Pembukaan UUD 45. Pancasila akan kehilangan makna bila para elite tidak mau bersikap atau bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bila Pancasila tidak tersentuh dengan kehidupan nyata, Pancasila tidak akan bergema. Maka, lambat-laun pengertian dan kesetiaan rakyat terhadap Pancasila akan kabur dan secara perlahanlahan menghilang. Di depan Sidang Umum PBB, 30 September 1960, Presiden Soekarno menegaskan bahwa ideologi Pancasila tidak berdasarkan faham liberalisme ala dunia Barat dan faham sosialis ala dunia Timur. Juga bukan merupakan hasil kawinan keduanya. Tetapi, ideologi Pancasila lahir dan digali dari dalam bumi Indonesia sendiri. Secara singkat Pancasila berintikan Ketuhanan Yang Maha Esa (sila pertama), nasionalisme
- 15 -

(sila kedua), internasionalisme (sila ketiga), demokrasi (sila keempat), dan keadilan sosial (sila kelima). Dan dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar adalah rumusan Pancasila yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 sesuai dengan Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPRNo.III/MPR/2000. Dalam kehidupan kebersamaan antar bangsa di dunia, dalam era globalisasi yang harus diperhatikan, pertama, pemantapan jati diri bangsa. Kedua, pengembangan prinsip-prinsip yang berbasis pada filosofi kemanusiaan dalam nilai-nilai Pancasila, antara lain: 1. Perdamaianbukan perang. 2. Demokrasibukan penindasan. 3. Dialogbukan konfrontasi. 4. Kerjasamabukan eksploitasi. 5. Keadilanbukan standar ganda. Namun saat ini betapa rapuhnya sistem dan penegakkan hukum (law enforcement) di negeri ini dan karena itu merupakan salah satu kendala utama yang menghambat kemajuan bangsa, sistem hukum yang masih banyak mengacu pada sistem hukum kolonial, penegakkan hukum yang masih terkesan tebang pilih, belum konsisten merupakan mega pekerjaan rumah serta jalan panjang yang harus ditempuh dalam bidang hukum, Kepercayaan masyarakat terhadap supremasi hukum, termasuk lembaga-lembaga penegak hukum, kian terpuruk . contohnya setelah putusan Kasasi Akbar Tanjung, sebagian besar masyarakat menganggap putusan Mahkamah Agung itu mengusik keadilan masyarakat sehingga menimbulkan rasa kekecewaan yang sangat besar. Akibatnya, kini ada kecenderungan munculnya sinisme masyarakat terhadap setiap gagasan dan upaya pembaharuan hukum yang dimunculkan oleh negara maupun civil society. Sesungguhnya, Pancasila bukan hanya sekadar fondasi nasional negara Indonesia, tetapi berlaku universal bagi semua komunitas dunia internasional. Kelima sila dalam Pancasila telah memberikan arah bagi setiap perjalanan bangsa-bangsa di dunia dengan nilai-nilai yang berlaku universal. Tanpa membedakan ras, warna kulit, atau agama, setiap negara selaku warga dunia dapat menjalankan Pancasila dengan teramat mudah. Jika demikian, maka cita-cita dunia mencapai keadaan aman, damai, dan sejahtera, bukan lagi sebagai sebuah keniscayaan, tetapi sebuah kenyataan. Karena cita-cita Pancasila sangat sesuai dengan dambaan dan cita-cita masyarakat dunia.

- 16 -

C. Hambatan Dalam Melakukan Aktualisasi Pancasila


Kencangnya hembusan angin globalisasi dengan segala macam dampak yang ditimbulkan telah menerjang bangsa ini dengan intensitas begitu tinggi, sedikit banyak telah mempengaruhi perilaku masyarakat negeri ini ke arah tumbuhnya masyarakat kapitalis. Dampak dari itu semua menyebabkan melencengnya perilaku dari masyarakat terhadap ideologi bangsa Pancasila yang seharusnya sebagai pandangan dan pegangan hidup bangsa Indonesia itu. Eksisnya budaya impor yang mengusung beragam faham-faham ideologi dari luar itu, sedikit banyak telah mencuci otak penghuni bangsa ini, hingga membuat lunturnya semangat kebangsaan dan pemahaman ideologi bangsanya sendiri dan tanpa sadar telah merubah pola pikir dan gaya hidup kearah kebarat-baratan yang notabene sebagai bagian dari masyarakat lebih modern. Bangsa ini sebenarnya tidak menutup mata atas datangnya kebudayaan luar hadir dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat, namun dalam implementasinya itu perlu adanya pengkajian secara mendalam tentang baik dan buruknya, hal tersebut bertujuan sebagai filter terhadap budaya yang datang tidak mematikan budaya lokal, hal tersebut dikarenakan penerapan ideologi negara yang membedakannya. Hadirnya Budaya Populer yang telah menguasai perilaku insan bangsa ini merupakan jilmaan atas berkuasanya budaya luar mempengaruhi dan menguasai serta mempermainkan jiwa-jiwa republik ini yang tak dibentengi dengan kuatnya penanaman ideologi Pancasila di dalam dirinya, membuat terciptanya perilaku masyarakat yang meleceng dari seharusnya seperti yang telah digariskan oleh ideologi Pancasila. Berbagai macam ketimpangan yang berkembang di tengah masyarakat hingga menimbulkan lunturnya jatidiri bangsa itu berdampak pada keterpurukan bangsa ini ke dalam krisis multi dimensi, bahkan sudah mengarah ke krisis ideologi bangsa. Kenyataan ini disebabkan apa yang namanya ideologi Pancasila selama ini hanya diperlakukan sebagai tema, slogan dalam setiap kesempatan bahkan tak luput dari hiasan semata tanpa memperdulikan lagi pengimplementasian pengamalannya. Keberadaan ideologi Pancasila pada

kenyataannya telah kalah pamornya dengan ideologi-ideologi lain yang telah terserap oleh warganya, bersamaan dengan arus globalisasi yang berkembang, dan ini akan terus bergolak menggerogoti Pancasila lebih dalam lagi hingga akhirnya tumbang dan lenyap ditelan derasnya modernisasi. Jika hal ini tidak diantisipasi

- 17 -

secara serius oleh seluruh komponen negeri ini, bukan tidak mungkin Negara Kesatuan Republik Indonesia akan rontok Ideologinya oleh masyarakatnya sendiri. Penyelenggaraan suatu kegiatan semacam Penataran P4 yang dilakukan kepada berjuta-juta masyarakat negeri ini dengan berbagai macam pola pendukung itu, ternyata tidak mampu menghasilkan manusia Indonesia seutuhnya seperti yang diharapkan sebagai mana mestinya. Dampak dari kegiatan ini berimbas pada munculnya persepsi masyarakat bahwa kegiatan penataran P4 adalah pekerjaan yang sia-sia dan tidak ada gunanya, hanya membuang waktu dan tenaga saja, sehingga lontaran pendapat yang ada ditengah masyarakat menganggapnya kegiatan penataran P4 itu gagal total dan akibatnya kefatalan persepsi yang dilahirkan dalam pikiran masyarakat terhadap Ideologi Pancasila selalu dengan sikap yang sinis dan mala menjadi bahan tertawaan oleh masyarakat terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan Pancasila. Padahal tujuan awal diadakannya penataran P4 adalah sangat baik, karena hasilnya nanti diharapkan terlahir insan-insan negeri ini sejiwa dengan isi yang ada di dalam ke lima sila dari Pancasila itu sendiri. Dikarena dalam pengelolaan penyelengaraan Penataran P4 tidak benar dan terarah serta penerimaannya dengan suatu hal keterpaksaan dari para pesertanya itu, maka hasilnya tidak dapat diharapkan sebagaimana mestinya. Dampak dari hal ini maka lahirlah sikap-sikap yang melenceng dari garis besar yang ada dalam kelima sila dari Pancasila itu sendiri, hingga negeri ini memunculkan manusia-manusia yang berjiwa korup, beringas, individualistik, materialis, kapitalis, hedonis serta faham-faham melenceng dari makna-makna Pancasila hingga menimbulkan suatu krisis budaya. Dari keadaan yang demikian itu, maka secara tidak langsung akan tercipta suatu pembudayaan sikap yang memperburuk keadaan peradaban bangsa ini pada taraf yang sangat memprihatinkan hingga melahirkan pembiadaban budaya. Ketika terjadi krisis tentang jatidiri bangsa, maka masyarakat tidak peduli lagi tentang ideologi bangsanya, karena dianggap tidak berpihak kepadanya dan mencoba mencari-cari ideologi lain termasuk memuja-muja bangsa lain dari berbagai aspek yang mereka pahami dan dengan serta merta caranya sendiri, mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari (Naya Sujana, 2008). Dalam situasi semacam ini masyarakat rawan denga tindakantindakan ke arah negatif, hal tersebut disebabkan tidak adanya pegang hidup yang kuat dalam dirinya, dan bukan tidak mungkin dapat kehilangan kendali diri hingga berdampak pada lunturnya jatidiri bangsa. Seiring dengan kencangnya arus globalisasi yang mengusung beragam ideologi dari dunia barat dengan intensitas tingginya
- 18 -

penyebaran dalam situs virtual digital, dimana keberadaannya sulit dibendung lagi pergerakannya, secara berkala sedikit banyak mempengaruhi perilaku masyarakat negeri ini lebih banyak ke arah negatifnya daripda ke arah positifnya. Dampak dari itu semua telah terekam dalam realitas kehidupan di tengah masyarakat, atas melencengnya perilaku dari masyarakat akibat pengaruh eksisnya budaya impor yang telah mencuci otak penghuni bangsa ini hingga membuat lunturnya semangat kebangsaan dan pemahaman ideologi bangsanya sendiri. Masyarakat negeri ini telah termakan oleh beragam ideologi yang terbawa oleh kencangnya arus globalisasi melanda negeri ini, dan tanpa sadar telah merubah pola pikir dan gaya hidup kearah kebarat-baratan yang notabene sebagai bagian dari masyarakat lebih modern. Berapa banyak negeri ini yang perilakunya jelas-jelas mengingkari dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, dalam pikirannya seolah-olah Pancasila sebagai penghambat modernisasi sehingga kalau diajak ngomong tentang Pancasila kupingnya menjadi panas, matanya merah melotot menndakan sikap berontak dan pikirannya bercampur baur penuh dengan ketidak jelasan hingga melahirkan sikap sinis terhadapnya. Pancasila dihadapannya seolah-olah merupakan barang bekas, produk gagal dan aliran rezim orde baru, sehingga masyarakat tak mau menanggapinya bahkan timbul suatu kecenderungan untuk menjauhinya gilaorang-orang yang sudah termakan oleh provokasi atas eksisnya budaya impor!. Keadaan ini disebabkan oleh kenyataan tidak dimaknainya secara benar tentang sistem nilai, wawasan hidup dan sikap yang berlaku di masyarakat selama ini dan tidak dibatinkannya pilar-pilar kebudayaan itu dalam diri setiap anggota masyarakat negeri ini (Kunjana Rahardi, 2000).

D. Cara mengaktualisasi pancasila dalam kehidupan masyarakat


Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur Negara sampai kepada rakyat biasa. Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal, tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma-norma, baik norma hukum,

- 19 -

kenegaraan, maupun norma-norma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia. Sehingga dengan mengaktualisasikan Pancasila, ini bisa membangun nilai moral bangsa kita dan masyarakat Indonesia menjadi kuat dan tidak kalah pada era Globalisai.Dan negara kita menjadi makmur dan menjadi negara yang terpandang Aktualisasi Pancasila juga akan membuat tercapainya tujuan nasional,yang terdapat dalam UUD 45 alinea ke 4.Walaupun sulit untuk mencapainya tetapi harus terus untuk teap mengusahakannya. Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat terimplementasi kedalam tingkah laku semua mayarakata Indonesia. Proses kehidupan yang tercermin dari nilai nilai pancasila pada hakikatnya adalah konteks aktualisasi pancasila yang sebenarnya. Dari kelima sila yang terkandung dalam pancasila teraktualisasi dalam kehidupan bermasyarakat seperti : Sila I Ketuhanan yang maha esa Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai sila I tercermin dalam kehidupan religious atau kehidupan beragama. Indonesia mengakui perbedaan agama dan tradisi yang berbeda. Dengan berpedoman pada sila ke I,cerminan sikap saling toleransi,menghargai antar umat beragama hidup rukun berdampingan. Sila II Kemanusiaan yang adil dan beradab Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai sila ke II tercermin dari cara memanusiakan manusia dalam hidup bermasyarakat. Masyarakat Indonesia menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan, tidak membeda bedakan antar golongan,suku dan ras. Konteks aktualisasi pada sila ke II tercermin dalam tingkah laku masyarakat yang hidup rukun dengan berbagai suku dan budaya yang berbeda seperti lingkungan perumahan yang terdiri dari beberapa suku, lingkungan kampus, lingkungan pemerintahan dengan perwakilan anggota dewan dari seluruh suku di Indonesia Sila III Persatuan Indonesia Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai sila ke III tercermin dari sikap persatuan antar golongan untuk satu tujuan membangun Negara menjadi lebih baik lagi.
- 20 -

Hal ini terbukti dari pembuktian masyarakat untuk memfilter budaya, merebut hak bangsa yang terjajah oleh Negara lain dan saling melindungi antar msyarakat Sila IV Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan sila ke IV tercermin dari sikap pengambilan keputusan yang dilakukan secara mufakat. Senagai bangsa Indonesia, tradisi adanya musyawarah untuk pengambilan keputusan sudah ada sedah dahulu, sehingga semua masalah yang menyangkut kepentingan bersama hendaknya dimusyawarah. Hal ini terbukti dari sikap masyarakat yang sering mengadakan musyawarah mulai dari lingkup kecil hingga lingkup pemerintahan yaitu pesta demokrasi. Sila V Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan sila ke V

tercermin dari pemerataan dalam konteks keadilan bersama.

Dari aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat tentu tidak semua perilaku masyarakat sesuai dengan nilai nilai pancasila. Dalam implementasinya terjadi degradasi nilai nilai pancasila. Masyarakat merukan elemen terpenting sebuah Negara untuk mewujudkan tujuan Negara. Jika masyrakat tidak menggunakan pedomannya dengan benar maka tujuan yang seharusnya bias dicapai akan sulit untuk di capai. Permasalah pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah bagaimana wujud realisasinya itu, yaitu bagaimanna nilai nilai pancasila yang universal itu dijabarkan dalam bentuk bentuk norma yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah laku semua warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam kaitannya dengan segala aspek penyelenggaraan negara. Berdasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah sebagai individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Kesepakatan kita sebagai suatu kesepakatan yang luhur untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila mengandung konsekuensi bahwa kita harus merealisasikan Pancasila itu dalam setiap aspek penyelenggaraan negara dan tingkah laku dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- 21 -

Berbagi permasalahan pokok negara terus menerus muncul dan tantangan yang dihadapi untuk mengatasinya pun tak kalah sulitnya. Upaya mengembangkan masyarakat untuk memiliki perilaku dan sikap bertannggung jawab secara etis, mengarahkan masyarakat menjadi masyarakat yang cerdas dan mandiri, menciptakan system kehidupan yang tertib, aman, adil dan dinamis, serta system pendidikan nasiaonal yang menunjang sosialisasi nilai nilai Pancasila dan menginternalisasikan ke dalam diri insan Indonesia

- 22 -

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut, dapat kita ambil beberapa kesimpulan dalam penulisan makalah ini, yaitu; 1. Aktualisasi pancasila, berarti penjabaran nilai-nilai pancasila dalam bentuk normanorma, serta merealisasikannya dalam kehidupan berBangsa dan berNegara 2. Pentingnya aktualisasi pancasila adalah karena kehadiran globalisasi yang dapat membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara. 3. Agar nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat diaktualisasikan oleh segenap warga masyarakat yang majemuk maka beberapa pedoman

pengimplementasian nilai-nilai Pancasila tersebut diatas, harusnya menjadi sebuah kesepakatan mutlak yang harus ditaati oleh seluruh warga masyarakat yang majemuk. 4. Strategi untuk menerapakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat majemuk, melalui; a) Tahap artikulasi: pemberian penjelasan yang mantap tentang isi kandungan, kebenaran rasional, struktur dan tujuan implementasi Pancasila, b) Tahap internalisasi: usaha memasukkan gagasan tersebut dalam hati sanubari setiap warga negara sehingga benar-benar memahami dan bersedia menerimanya sebagai suatu kebenaran, c) Tahap aktualisasi: aplikasi gagasan tersebut dalam berbagai bidang kehidupan secara nyata, baik dalam pemikiran maupun perbuatan. 5. Tujuan dari aktualisasi nilai-nilai Pancasila adalah; a) Masyarakat memahami secara mendalam konsep, prinsip, dan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, b) Masyarakat memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan, dan kebenaran pancasila sebagai ideologi nasional, pandangan, nilai bangsa dan negara dalam NKRI, c) Masyarakat memiliki pemahaman, kemauan, dan kemampuan mengimplementasikan pancasila dalam berbagai bidang kehidupan. 6. Sasaran aktualisasi nilai-nilai Pancasila: a) elite politik, b) insan pers, c) anggota legislatif, eksekutif, yudikatif pusat dan daerah, d) tokoh agama, pendidikan, cendekiawan, pemuda, wanita, adat dan masyarakat, e) pengusaha, f) masyarakat luas.

- 23 -

DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2011. Aktualisasi Pancasila.
http://oneberbagimateri.blogspot.com

/2011/12/aktualisasi-pancasila.html (online) diakses pada tanggal 16 Pebruari 2013.

Pukul 17.50 Husni, Jumrida. 2011. Aktualisasi Pancasila Dalam berbagai aspek.

http://jumridahusni.blogspot.com/2011/07/aktualisasi-pancasila-dalam-berbagai.html

(Online) diakses pada tanggal 14 Februari 2013 pukul 17.00 WIB Dewa, Pepra. 2012. Aktualisasi/Implementasi Pancasila.

http://pepradewa.blogspot.com/2012/10/aktualisasi-implementasi-pancasila.html

(Online) diakses pada tanggal 14 Februari 2013 pukul 17.00 WIB Indah Utami, Dwi. 2010. Aktualisasi Pancasila Dalam Era Globalisasi. (Online)

http://chumyelith.blogspot.com/2010/01/aktualisasi-pancasila-di-era.html

diakses pada tanggal 14 Februari 2013 pukul 17.00 WIB Deni, Anggara. 2012. Pengertian dan Pengaruh globalisasi.
http://deni-

anggara.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-pengaruh-globalisasi.html

(Online)

diakses pada tanggal 14 Februari 2013 pukul 17.00 WIB Mulyono. Makalah: Dinamika Aktualisasi nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Riyanto, Astim.Makalah :Revitalisasi Penerapan Pancasil dalam Kehidupan Bangsa yang Multi Kultur dan Multi Religi. DRS. Kaelan, M.S, 1998, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta. Aryakamara, 2008, Pengamalan pancasila, Jakarta. Bambang sumadio, 1997, Sejarah Nasional Indonesia, dapartemen pendidikan dan kebudayaan, Jakarta. Hatta Muhammad, Panitia Lima,1984, Uraian Pancasila, Mutiara , Jakarta. Wikipedia. 2012 Korupsi. http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi. Diakses pada tanggal 17 Pebruari 2013.
- 24 -

Anda mungkin juga menyukai