Ahmadiyyah
Ahmadiyyah
Sejak Zaman Kemerdekaan indonesia hingga sekarang, konflik tentang ahmadiyyah ini tidak kunjung selesai. Pemerintah kurang tegas terhadap ahmadiyyah. Sehingga memunculkan tindakan kekerasan dibeberapa daerah. Banyak Organisasi islam yang menentang ahmadiyyah ini, diantaranya adalah Muhammadiya, NU, SI. Salah satu kejadian penyerbuan kaum ahmadiyyah adalah pada tanggal 1 Oktober 2010, tepatnya di daerah bogor.
Salah satu Organisasi islam yang sangat gencar ingin membubarkan ahmadiyyah adalah Muhammdiyah. Muhammadiyah menganggap Ahmadiyyah telah melakukan penodaan agama. Mereka telah melanggar prinsip-prinsip ajaran Islam, terutama konsep kenabian dan kitab suci.
Masuk Indonesia pada tahun 1925 Dibawa oleh Maulana Rahmat Ali dari Qadian, India, atas perintah Khalifatul Masih II Hadhrat Alhaj Mirza Bashir ud-Din Mahmood Ahmad (alm) datang dari London ke Indonesia Ahmadiyyah pecah menjadi 2, yaitu Ahmadiyyah Qadian (Bogor) dan Ahmadiyyah Lahore (Yogyakarta). Ahmadiyyah resmi berdiri pada tanggal 4 April 1930
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal Nopember 1912 Pendirinya adalah Muhammad Darwis A.K.A Kh. Ahmad Dahlan Muhammadiyah meletakkan strategi dasar penyebarannya yaitu melalui dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar maruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Proses penyebaranya : dibawa oleh kaum pedagang, guru , pegawai pemerintah dan muncul pada komunitas perkotaan.
Pertama,
Ahmadiyah menganggap dirinya adalah salah satu sekte atau aliran dalam Islam. Sebaliknya Muhammadiyah bukan merupakan sebuah aliran (sekte) dalam Islam, tetapi ia hanyalah sebuah organisasi sosial keagamaan.
Kedua,
kelompok Ahmadiyah percaya dan mengakui bahwa terdapat nabi setelah Nabi Muhammad SAW, yaitu mereka percaya kepada kenabian Mirza Ghulam Ahmad, pendiri kelompok Ahmadiyah. Sedangkan Muhammadiyah tidak mengakui kenabian setelah Nabi Muhammad SAW, dengan kata lain, Nabi Muhammad SAW ialah nabi terakhir.
penganut Ahmadiyah juga memiliki kitab suci yang lain selain Alquran yaitu kitab Tadzkirah, sebaliknya Muhammadiyah hanya berpegang teguh kepada Alquran dan hadis.
Ketiga,
Menurut Pancasila, Indonesia adalah Negara monoteisme. Konsekuensi sebagai negara monotheisme adalah hanya agama-agama (yang dianggap) monotheisme saja yang dapat diakui. Sejauh ini pemerinah hanya mengakui 5 agama saja, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha. Agama - agama yang telah diakui ini mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Hal ini diatur dalam pasal 156a Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Dengan berlakunya pasal tersebut, setiap orang dilarang melakukan penafsiran atau kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama yang diakui. Melakukannya dapat dianggap menodai agama, di mana pelakunya diancam pidana 5 tahun penjara. Dan jika pelanggaran dilakukan oleh organisasi, maka pemerintah berhak membubarkannya. Dengan begitu keberadaan aliran-aliran (yang dianggap sesat) memang (seharusnya) tidak ditolerir.
Kesimpulan