Anda di halaman 1dari 8

konflik agama

Permasalahan Ajaran Sesat Ahmadiyyah


Anggota:
Saddam Habibie Hari Purnomo Latip Sutrisno Dwi Prasetya Ahmad Finza Adhytama M. Nazar Yudha Untung Sujarwo Erlangga Narendra 10.11.4067 10.11.4068 10.11.4073 10.11.4075 10.11.4093 10.11.4104 10.11.4107 10.11.4119

Sejak Zaman Kemerdekaan indonesia hingga sekarang, konflik tentang ahmadiyyah ini tidak kunjung selesai. Pemerintah kurang tegas terhadap ahmadiyyah. Sehingga memunculkan tindakan kekerasan dibeberapa daerah. Banyak Organisasi islam yang menentang ahmadiyyah ini, diantaranya adalah Muhammadiya, NU, SI. Salah satu kejadian penyerbuan kaum ahmadiyyah adalah pada tanggal 1 Oktober 2010, tepatnya di daerah bogor.

Konflik Agama: Ahmadiyyah

Salah satu Organisasi islam yang sangat gencar ingin membubarkan ahmadiyyah adalah Muhammdiyah. Muhammadiyah menganggap Ahmadiyyah telah melakukan penodaan agama. Mereka telah melanggar prinsip-prinsip ajaran Islam, terutama konsep kenabian dan kitab suci.

Muhammadiyah: Bubarkan Ahmadiyyah!

Masuk Indonesia pada tahun 1925 Dibawa oleh Maulana Rahmat Ali dari Qadian, India, atas perintah Khalifatul Masih II Hadhrat Alhaj Mirza Bashir ud-Din Mahmood Ahmad (alm) datang dari London ke Indonesia Ahmadiyyah pecah menjadi 2, yaitu Ahmadiyyah Qadian (Bogor) dan Ahmadiyyah Lahore (Yogyakarta). Ahmadiyyah resmi berdiri pada tanggal 4 April 1930

Sejarah Ahmadiyyah Masuk ke Indonesia

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal Nopember 1912 Pendirinya adalah Muhammad Darwis A.K.A Kh. Ahmad Dahlan Muhammadiyah meletakkan strategi dasar penyebarannya yaitu melalui dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar maruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Proses penyebaranya : dibawa oleh kaum pedagang, guru , pegawai pemerintah dan muncul pada komunitas perkotaan.

Sejarah Muhammadiyah Masuk ke Indonesia

Pertama,
Ahmadiyah menganggap dirinya adalah salah satu sekte atau aliran dalam Islam. Sebaliknya Muhammadiyah bukan merupakan sebuah aliran (sekte) dalam Islam, tetapi ia hanyalah sebuah organisasi sosial keagamaan.

Kedua,

kelompok Ahmadiyah percaya dan mengakui bahwa terdapat nabi setelah Nabi Muhammad SAW, yaitu mereka percaya kepada kenabian Mirza Ghulam Ahmad, pendiri kelompok Ahmadiyah. Sedangkan Muhammadiyah tidak mengakui kenabian setelah Nabi Muhammad SAW, dengan kata lain, Nabi Muhammad SAW ialah nabi terakhir.
penganut Ahmadiyah juga memiliki kitab suci yang lain selain Alquran yaitu kitab Tadzkirah, sebaliknya Muhammadiyah hanya berpegang teguh kepada Alquran dan hadis.

Ketiga,

Perbedaan Ahmadiyyah dan Muhammadiyah

Menurut Pancasila, Indonesia adalah Negara monoteisme. Konsekuensi sebagai negara monotheisme adalah hanya agama-agama (yang dianggap) monotheisme saja yang dapat diakui. Sejauh ini pemerinah hanya mengakui 5 agama saja, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha. Agama - agama yang telah diakui ini mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Hal ini diatur dalam pasal 156a Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Dengan berlakunya pasal tersebut, setiap orang dilarang melakukan penafsiran atau kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama yang diakui. Melakukannya dapat dianggap menodai agama, di mana pelakunya diancam pidana 5 tahun penjara. Dan jika pelanggaran dilakukan oleh organisasi, maka pemerintah berhak membubarkannya. Dengan begitu keberadaan aliran-aliran (yang dianggap sesat) memang (seharusnya) tidak ditolerir.

Pandangan Pancasila terhadap Ajaran Sesat

Menurut Kelompok Kami:


kebebasan beragama itu bukan berarti sebebas - bebasnya menciptakan keyakinan baru. Selama berdasarkan Al Quran dan Hadist itu adalah Islam yg sesungguhnya. Kalau sudah melenceng dari AlQuran dan Hadits maka bisa dianggap sebagai ajaran sesat. Seandainya Ahmadiyah ingin memiliki suatu keyakinan baru silahkan buat agama baru. Pokok permasalahannya adalah disini mereka (Ahmadiyyah) tetap mengatasnamakan Islam lalu mereka mengedit " ajaran Islam. Standard keyakinan umat Islam adalah yang berdasarkan AlQuran dan Hadits. Apabila semua orang masing - masing ingin di hargai standard keyakinannya yg berbeda - beda sesuai selera intelektualnya maka akan muncul Ahmadiyyah - Ahmadiyyah yang lain.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai