BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keratitits adalah peradangan pada kornea, membran transparan yang menyelimuti bagian berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Contohnya, luka atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat diikuti ulserasi dan infeksi sekunder. Pemajanan kornea dapat disebabakan oleh karena keadaan eksoptalmus, paresis saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma atau yang dianastesi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan kornea.
A. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan Status : Ahmad musonif : 20 Tahun : Laki-Laki : Menggala : Mahasiswa : Belum menikah
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Pasien mengeluhkan ada bintik-bintik di mata kanan dan penglihatannya kabur. Keluhan Tambahan: Pusing dan silau jika melihat cahaya Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke Poliklinik Mata RSAY Metro dengan keluhan merasa ada bintikbintik di mata kanannya dan merasa kabur penglihatannya sejak seminggu yang lalu. Disertai pasien merasa pusing dan silau jika melihat cahaya. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis disangkal oleh pasien. Riwayat Penyakit Keluarga: Bapaknya pasien mengalami hal yang serupa.
Vital sign TD Nadi : 120/80 mmHg : 64x/menit Respirasi rate : 20x/menit Suhu :36,7 C
Status Generalis Kepala Leher Tidak terdapat benjolan Dada (Thoraks) Simetris Bentuk Rambut Mata Hidung Telinga Mulut : Normocephal : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut : Lihat status opthalmikus : Bentuk normal, simetris : Simetris : Bibir tidak sianosis, basah, tidak pecah pecah.
Ekstremitas Superior Inferior : Oedem (-/-), sianosis (-) : Oedem (-/-), sianosis (-)
Status ophthalmikus:
Ocular Dextra
Ocular Sinistra
6/7,5 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Orthoforia Eksoftalmus (-) Endoftalmus (-) Dalam batas normal Nistagmus (-) Strasbismus (-) Edem(-) Edem(-) Hiperemi (-) Hiperemi (-) Hiperemi (-) Putih Infiltrate (+) Tidak dilakukan Warna : Coklat Refleks cahaya (+)
6/6 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Orthoforia Eksoftalmus (-) Endoftalmus (-)
Supersilia Parese/Paralise
Palpebra Superior Palpebra Inferior Conjungtiva Palpebra Conjungtiva Fornices Conjungtiva Bulbi Sclera Cornea Camera Oculi Anterior Iris Pupil
Edem(-) Edem(-) Hiperemi (-) Hiperemi (-) Hiperemi (-) Putih Infiltrate ( -) Tidak dilakukan Warna : Coklat Refleks cahaya (+)
Bulat Jernih Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Lensa Fundus Refleks Corpus vitreum Tensio Oculi Sistem Canalis,Lakrimalis
D. DIAGNOSIS BANDING: Keratitis Uveitis anterior Konjungtivitis E. DIAGNOSIS KERJA: Keratitis F. PENATALAKSANAAN: Cendo xitrol eyes drop 5x sehari 1 tetes Asam mefenamat 3x sehari G. PROGNOSIS: Quo ad Vitam Quo ad functionam Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam : Dubia ad Bonam : Dubia ad Bonam
A. KORNEA
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang merupakan bagian dari media refraksi. Kornea juga berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, dan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Kornea merupakan salah satu media media refrakta dengan diameter 11,5 mm, tebal + 1mm (0,54 0,65 mm) dan dengan kekuatan bias 43 dioptri. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Kornea terdiri atas lima lapis yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descemet, dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi. Kornea terdiri dari 5 lapisan yaitu:
1.
Epitel Epitel kornea berasal dari ektoderm permukaan dan memiliki ketebalaan50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel bertanduk yang saling tumpang tindih satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng. Sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya
melalui desmosom dan makula okluden dan ikatan ini menghambat pengaliran air,elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
2.
Membran Bowman Membran bowman terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi
3.
Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedangkan di bagian perifer serat kolagen ini bercabang dan terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan..Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4.
Membran Descement Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma.Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.
5.
Endotel Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm. Endotel melekat spada membran descement melalui hemidesmosomdan zonula okluden.
B. KERATITIS Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena; yaitu keratitis superfisi alis apabila mengenal lapisan e p i t e l a t a u Bowman d a n k e r a t i t i s p r o f u n d a a t a u i n t e r s t i s i a l i s ( a t a u d i s e b u t j u g a keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma. Keratitis superfisialis
Bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah: 1. Keratitis punctata superfisialis Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkanoleh berbagai penyakit infeksi virus antara lain virus herpes simpleks, herpeszoster dan vaksinia. 2. Keratitis flikten Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan untuk menyerang kornea. 3. Keratitis sika Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi k e l e n j a r lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva. 4. Keratitis lepra Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut juga keratitis neuroparalitik . 5. Keratitis nummularis Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple dan banyak didapatkan pada petani. Keratitis profunda Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain: Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital Keratitis sklerotikan
BAB IV PEMBAHASAN
Pada penderita dari anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan k e l u h a n merasa ada bintik-bintik di mata kananya dan merasa kabur penglihatnnya sejak agustus tahun 2011. Disertai pasien merasa pusing dan silau jika melihat cahaya. Pasien mengaku tidak ada riwayat trauma pada mata. Dari anamnesis menunjukkan bahwa pasien mengalami suatu infeksi didaerah mata bagian kanan dengan keluhan silau (fotofobia), dan penurunan visus (kabur).Dari gejala yang timbul tersebut menunjukkan diagnosis mengarah ke diagnosis keratitis. Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea,superfisisalis maupun dalam (benda asing kornea, abrasi kornea, phlyctenule,keratitis interstisisal), menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan cahaya, lesi kornea umunya agak mengaburkan penglihatan,terutama kalau letaknya di pusat.
Fotofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh iris adalah fenomena reflek yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea. Fotofobia, yang berat pada kebanyakan penyakit kornea,minimal. Meskipun mata berarir dan fotofobia pada umumnya menyertai penyakit kornea, akan tetapi tidak terdapat kotoran pada kecuali pada ulkus bakteri purulen.
Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD = 6/7,5 , VOS = 6/6, pemeriksaan mata sebelah kanan hiperemi pada perikorneal tidak ditemukan, hal ini mungkin saja disebabkan karena pasien sebelumnya sudah mengobati keluhan tersebut. Pada kornea didapatkan adanya infiltrat berwarna putih keruh yang menyebabkan penglihatan pasien menjadi terganggu dan merasa silau. Dari hasil pemeriksaan status lokalis ini menunjukkan bahwa infeksi pada kornea mengakibatkan penurunan visus pada mata sebelah kanan.
Terapi yang diberikan yaitu Cendo xytrol eyes drop . Obat ini memiliki kandungan dexamethason 0,1 %, neomysin 3,5 mg dan polymiksin 6000 IU. Cendo
xytrol penggunaannya diindikasikan untuk Pengobatan infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri yang peka terhadap neomisin dan polimiksin, Blefaritis(radang kelopak mata) yang tak bernanah, meradangseperti: Konjungtivitis yang tak bernanah, skleritis,tukak kornea dan keratitis.
Asam mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi nonstreoid (NSAID) yang bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesic, antiinflamasi dan antipiretik. Asam mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2002.Ilmu Penyakit Mata edisi2.Jakarta : Balai Penerbit FKUI. www.arisclinic.comdiakses 4 april 2012.