Anda di halaman 1dari 3

PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DM Oleh : Nugraheni Angger U., S.

Farm 078115023 Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Pada pengobatan tuberkulosis paru ketepatan pengobatan suatu hal yang penting dalam proses penyembuhan, yang meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan pemberian, tepat dosis serta waspada efek samping. Hal tersebut berperan dalam mencegah resistensi bakteri tuberkulosis, menghambat penularan, dan mengurangi angka kematian. Gejala tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum (dahak), malaise (berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan semakin kurus, sakit kepala , nyeri otot, dan keringat malam), demam derajat rendah, nyeri dada dan batuk darah. Sasaran, Tujuan dan Strategi Terapi Sasaran pengobatan tuberkulosis paru adalah meringankan tanda dan gejala tuberkulosis paru serta membunuh dan membersihkan Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan tuberkulosis paru ini mempunyai tujuan antara lain mengidentifikasi secara cepat kasus baru tuberkulosis paru, mengisolasi pasien yang positif menderita tuberkulosis paru untuk mencegah penyebaran penyakit, mengatasi secara cepat tanda dan gejala yang muncul, meningkatkan kepatuhan pasien selama pengobatan, serta menyembuhkan pasien secepat mungkin (umumnya setelah 6 bulan pengobatan) dengan tidak mempengaruhi penggunaan obat oral anti diabetes. Pasien tuberkulosis paru dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu kategori 1, kategori 2, kategori 3, dan sisipian. Kategori 1 adalah penderita baru tuberkulosis paru dengan hasil test Bakteri Tahan Asam (BTA) positif, penderita tuberkulosis paru BTA negatif rontgen positif sakit berat, dan penderita tuberkulosis ekstra paru berat. Kategori 2 adalah pasien tuberkulosis paru kambuh, penderita gagal, dan penderita dengan pengobatan setelah lalai. Kategori 3 adalah penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan, serta pada penderita ekstra paru ringan. Pasien yang tergolong kategori sisipan apabila pada akhir tahap intensif pengobatan baik pada penderita kategori 1 atau kategori 2, dimana hasil pemeriksaan BTA masih positif. Agar pengobatan tuberkulosis menjadi optimal maka strategi pengobatan meliputi pengobatan non farmakologis dan pengobatan farmakologis (dengan pemberian kombinasi Obat Anti Tuberkulosis). Pengobatan non farmakologis meliputi minum susu kambing ataupun susu sapi, olah raga secara teratur, menghindari kontak langsung dengan pasien tuberkulosis, istirahat yang cukup, pola makan yang benar, dan rajin mengontrol kadar gula darah. Sedangkan pengobatan farmakologisnya dengan menggunakan kombinasi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol dan streptomisin. Pengobatan tuberkulosis paru diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Pada tahap intensif penderita mendapat OAT selama 2 bulan, apabila hasil pemeriksaan BTA pada akhir tahap ini negatif, maka dapat dilanjutkan dengan pengobatan tahap lanjutan tetapi jika hasil pemeriksaan BTA masih positif maka diberikan tahap sisipan terlebih dahulu sebelum masuk ke tahap lanjutan. Pasien dengan kategori 1, pada tahap intensif akan mendapat kombinasi Obat Anti Tuberkulosis yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol selama 2 bulan diberikan setiap hari, pada tahap lanjutan yaitu isoniazid, rifampisin diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4

bulan. Pasien dengan kategori 2, pada tahap intensif mendapat OAT selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan suntikan streptomisin diberikan setiap hari, serta 1 bulan dengan isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol diberikan setiap hari. Setelah tahap intensif, diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan kombinasi OAT isoniazid, rifampisin, dan etambutol diberikan 3 kali dalam seminggu. Pasien tuberkulosis paru dengan kategori 3 pada tahap intensif mendapat kombinasi OAT isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid diberikan setiap hari selama 2 bulan. Setelah tahap intensif, diteruskan tahap lanjutan dengan kombinasi OAT isoniazid dan rifampisin diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan. Pada tahap sisipan akan mendapat kombinasi OAT isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol diberikan setiap hari selama 1 bulan. Pengobatan tuberkulosis paru pada pasien yang menderita Diabetes Mellitus (DM), selama menjalani pengobatan tuberkulosis harus rajin mengontrol kadar gula darahnya karena penggunaan rifampisin sebagai Obat Ant Tuberkulosis (OAT) akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (Sulfonil urea) sehingga dosis obat oral anti diabetes perlu ditingkatkan. Pada pasien yang menderita DM dalam penggunaan etambutol harus hati-hati karena penggunaan etambutol mempunyai komplikasi terhadap mata, dimana penglihatan menjadi berkurang. Gangguan penglihatan ini akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah OAT dihentikan. Pemeriksaan jasmani. Pemeriksaan jasmani pada paru hanya memberi keterangan tentang kelainan struktural pada tempat tersebut. Pemeriksaan ini sama sekali tidak memberi keterangan tentang etiologinya. Namun demikan, ada beberapa pegangan untuk menduga kemungkinan etiologi penyakit. Misalnya ada kelainan pemeriksaan jasmani di bagian atas paru, maka kita akan menduga suatu tuberkulosis paru, sebab penyakit ini sering bersarang di puncak paru. Tergantung dari luasnya dan kelainan struktural jaringan paru yang diakibatkan oleh penyakitnya, maka tanda-tanda kelainan pemeriksaan jasmani dapat berupa infiltrat (redup, bronkial, ronki basah dan sebagainya), fibrosis (penarikan trakea, paru dan sebagainya), adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan saluran bronkus (hipersonor/timpani, amforik). Tanda dan gejala tuberkulosis paru didapatkan pada 90% penderita dengan BTA positif. Penderita dengan BTA negatif hanya 50% menunjukkan gejala. Kadang-kadang demam yang tidak diketahui sebabnya, merupakan satu-satunya tanda atau gejala tuberkulosis paru. WHO menyebutkan empat gejala kardinal, yaitu batuk-batuk lebih dad 4 minggu, batuk darah, nyeri dada dan panas. Pemeriksaan radiologik. 7 12 Foto toraks PA (postero anterior) dengan atau tanpa foto lateral, merupakan pemeriksaan radiologik standar. Tidak semua kelainan yang terlihat pada foto toraks me-

nandakan tuberkulosis, walaupun sesungguhnya tuberkulosis dapat memberikan segala macam bentuk gambaran. Ada gambaran yang khas pada penderita tuberkulosis, gambaran tertentu ini didapatkan berdasarkan pengalaman para ahli yang disesuaikan dengan pemeriksaan otopsi atau operasi, bahwa tempat-tempat predileksi untuk tuberkulosis paru pada orang dewasa adalah di segmen apikal dan posterior dari lobus atas serta segmen apikal dari lobus bawah. Bila ada lesi bilateral pada kedua puncak paru, maka kemungkinan tuberkulosis sangat besar. Penemuan laboratorium. 78 9 11 Laju endap darah (LED). Meningkat dalam keadaan aktif/eksaserbasi, kemudian menurun dalam keadaan regresi/menyembuh. Mantoux test. Kurang berarti pada orang Indonesia dewasa, mengingat indeks tuberkulin yang tinggi. Sputum BTA. Merupakan pemeriksaan yang penting, bukan saja untuk memastikan diagnosis tuberkulosis paru, tetapi lebih penting lagi untuk mengidentifikasi sumber penularan atau bukan, karena hanya penderita dengan BTA dalam sputum yang mempunyai potensi menular. Pemeriksaan ini sangat spesifik, namun tidak sensitif. Hanya 30?70% saja dari penderita tuberkulosis paru yang dapat didiagnosis secara bakteriologik. Hal ini disebabkan oleh karena untuk mendapatkan hasil yang positif, dibutuhkan sekurangkurangnya 5000 batang/ml dahak. Kuman BTA baru dapat ditemukan dalam sputum setelah bronkus terlibat dalam penyakitnya. Untuk memperkecil kemungkinan kesalahan diagnosis dan mempermudah pengobatan, diagnosis tuberkulosis paru sebaiknya diklasifikasikan sesuai dengan riwayat penyakit/pengobatan, klinis, radiologis dan bakteriologis menjadi 3 klas/golongan. 4 1. Tuberkulosis paru. 2. Tuberkulosis paru tersangka. 3. Bekas tuberkulosis paru. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/03_DiagnosisdanPengobatanTBCParu.pdf/03_Diag nosisdanPengobatanTBCParu.html

Anda mungkin juga menyukai