Anda di halaman 1dari 16

Pelayanan Kesehatan Kerja di RS B

Bhrian Shintania Nizhenifa Falenshina Widi Sovianty

Fasilitas
Unit gawat darurat 24 jam Poliklinik dokter umum dan spesialis Laboratorium Radiologi Fisiotherapy Unit Pelayanan Gizi Rawat Inap Unit keperawan khusus OK (ruang operasi) Intensif Care Unit (ICU) Apotik Unit kebidanan bayi dan balita Kasir Instalasi Gizi Medrek IT (Informasi dan teknologi) Office

Yankes Karyawan
A. Orientation and Planning (Orientasi dan Perencanaan)
Analysis of the types of Production Analisis tindakan medis/non medis Review of problem identified Tiap bulan Review of the workforce characteristic Tinggi perawat perempuan & laki-laki Available data on WRD & Accident Komputerisasi MCU - HRD Kecelakaan kerja tidak ada laporan/penyimpanan data khusus. Data on working methods, chemical substance, etc SOP, pemberian obat dan pelabel obat. The knowledge by employer and employee of OH problems Training 2 minggu Plans of changes in production systems SOP

B. Surveillance of the work environment


1. Assessment of ergonomic factors peralatan standar pengukuran antropolagi karyawan baru 2. Assessment of ocupational hygiene (physic, chemist, biology) Pihak rumah sakit telah melakukan penilaian tentang hazardhazard yang ada disetiap unit, baik itu hazard biologik, fisik dan kimia. 3. Assessment of psychological & organization factors Tidak ada progaram khusus berkala dalam pengukuran psikologis karyawan namun sebelum kerja calon karyawan baru melakukan test psikotes terlebih dahulu. 4. Assessment of occupational accident Perusahaan membuat penilaian terhadap tingkat kecelakaan tiap unit, biasanya yang paling banyak dilaporkan tentang kecelakaan tenaga medis dalam menggunakan alatalat kesehatan yang bersifat tanjam seperti jarum suntik, pisau operasi, dll. Pihak menajemen telah melakukan kebijakan pencegahan dan penanganan kecelakaan. Untuk investigasi biasanya dilakukan dengan cara tidak terlalu formil dan dilakukan oleh komite medik. 5. Assessment of collective & PPE Penggunaan alat pelindung diri sangatlah penting digunakan terlebih lagi unitunit khusus seperti di ruang operasi (OK), ruang ICU (intensif care unit), dan ruang UGD (unit gawat darurat). Untuk unitunit khusus tersebut disediakan baju khusus dan wajib menggunakan masker. Sedangkan, unit UGD wajib mengggunakan masker dan sarung tangan setiap akan dilakukan tindakan. Pada unit ICU wajib menggunakan baju khusus, sarung tangan dan masker pada saat setiap akan melakukan tindakan. Begitu pula unit ruang operasi dan kamar bersalin, dengan tambahan barascoat dan sepatu boat. Sarung tangan pun dibedakan setiap akan melakukan tindakan. Unit radiografipun menggunakan baju khusus yang berflat besi untuk mencegah pekerja terpapar oleh radiasi. 6. Assessment of exposure control system Pihak rumah sakit melakukan penilaian terhadap pengendalian pajananan pada saat melakukan identifikasi. Audit internalnya dilakukan tiap 3 bulan sekali. 7. Assessment of general & sanitary facilities Untuk progaram sanitasi, pihak manajemen rumah sakit mulai mengelola limbah dari pembuangan sampah per unit kerja. Pengelompokan sampah dibedakan atas sampah medis, non medis, sampah bekas spuit dan benda tajam. Untuk pengelolaan kebersihan housekeeping sendiri pihak luar rumah sakit bekerja sama dengan perusahan yang bergerak dalam bidang office boy. Dan untuk penataan letak kamar pasien terdapat unit khusus yang disediakan rumah sakit atau yang disebut dengan housemad

C. Surveillance of workers health

1. Pre-employment health examination Karyawan baru yang akan bekerja sebelumnya melakukan test MCU. Yang meliputi test antropologi, test darah, test jantung paru dan psikotes. Test antrpologi meliputi test BB, TB, lingkar badan, lingkar lengan. 2. Periodic health examination Tidak ada program khusus untuk pemeriksaan secara berkala. 3. Return to work health examination Biasanya karyawan yang telah dirawat inap, setelah 3 hari pulang ke rumah maka dianjuran untuk kontrol ke dokter yanng merawatnya, dan bisa melanjutkan bekerja apabila dokter telah menyarankan siap bekerja. 4. General health examination General cek up hanya dilakukan oleh perusahaan pada saat penerimaan karyawan sebelum bekerja. 5. Health examination at termination/ending of service Tidak ada pemeriksaan yang dilakukan apabila kayawan akan melakukan pemutusan hubungan kerja

D. Assessment of health and safety risks


Penilaian resiko terhadap bahaya kesehatan dan keselamatan pekerja telah di jalankan oleh pihak RS B dan hasil dari penilaian tersebut selalu di evaluasi berkala oleh pihak manajemen rumah sakit tiap 3 bulan sekali. 1. Identification of occupational health hazard. Identifikasi dari hazard yang menimbulkan bahaya kesehatan dilakukan jauh sebelum perencanaan pembangunan dilaksanakan. Identifikasi bahaya-bahaya kesehatan pada pekerja biasanya dilakukan secara berkala dan rutin oleh kepala ruangan tiap-tiap unit dan diikuti oleh anggota tiap unit per tiga bulan sekali. 2. Identification of workers/groups exposed to specific hazards Pihak Rumah sakit mengidentifikasi grup pekerja berdasarkan spesifik hazard seperti pada bagian radiologi memiliki bahaya yang spesifik seperti radiasi, pada bidang keperawatan hazard spesifik yaitu hazard biologik. Untuk tiap pekerja yang mengalami keluhan atau sakit baik karena bekerja atau bukan karena bekerja, pihak RS dapat menjamin biaya perawatan sesuai dengan batasan limitnya. 3. Analysis of how the hazard may affect the worker Perusahaan sebelumnya telah mengidentifikasi bahaya-bahaya kesehatan dan keselamatan yang muncul pada tiap-tiap unit kerja, dan perusahaan mengetahui sejauh mana bahayabahaya tersebut dapat memberikan efek bagi pekerjanya. Oleh karena itu, perusahaan memberikan training bagi karyawan baru dan dari segi preventif dan promotif perusahaan memberikan perlindungan bagi pekerja dan poster-poster, leaflet dan majalah-majalah kesehatan. 4. Determination of frequency & severity of risk Penulis tidak menemukan bagaimana cara Rumah sakit melakukan penilaian terhadap tingkat resiko bahaya. 5. Identification of vulnerabilities individuals/groups Perusahaan belum melakukan identifikasi terhadap individu ataupun kelompok pekerja yang rentan terhadap bahaya tertentu.

6. Evaluation of hazard prevention & control measures Perusahaan telah melakukan penilaian mengenai sistem pengendalian pajanan dalam identifikasi bahaya dan penilaian risiko. Penilaian tersebut biasanya dievaluasi minimal tiap tiga bulan sekali 7. Making conclusions & recommendations for the risk manajemen & control Pembuatan kesimpulan dan rekomendasi untuk manajemen pengendalian risiko dilaksanakan saat seluruh hasil evaluasi penilaian tehadap bahaya telah selesai dan biasanya pihak RS melakukan minimal satu tahun sekali. Hal tersebut berguna untuk mengendalikan unit-unit kerja yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 8. Documenting the findings of the assessment Seluruh hasil penilaian dan evaluasi didokumentasikan dan disimpan oleh pihak manajemen atau HRD rumah sakit. 9. Periodic review and or re-assessment of risks Peninjauan ulang dan pengevaluasian berkala dilakukan minimal tiga bulan sekali oleh kepala ruangan tiap-tiap unit dan diikuti oleh anggota ditiap-tiap unit ruangan. dan hasilnya dilaporkan oleh pihak manajemen rumah sakit. 10. The result of risk assessment must be documented Hasil akhir penilaian yang telah dilakukan ditiap-tiap unit kerja harus dilaporkan oleh pihak manajemen minimal pertiga bulannya yang kemudian akan didokumentasikan oleh pihak manajemen sebagai data bahaya-bahaya dan kondisi lingkungan kerja di tiap-tiap unit ruangan

E. Risk communication & promotion


1. The employer or the self-employed know the hazards
Pemberi kerja maupun pekerja harus dan telah mengetahui bahaya-bahaya apa saja yang muncul pada tiap-tiap unit kerja dan unit kerja mereka sendiri. Hal tersebut berguna untuk memproteksi diri sendiri terhadap bahaya yang akan menjadi resiko terhadap pekerja. Pihak perusahaan telah banyak memberikan pengetahuan melalui training, seminar-seminar dan dari media-media lain seperti poster, leaflet dan majalah-majalah kesehatan. 2. The workers have the right to know the hazards Pekerja mengetahui hazard dengan cara melihat pelabelan yang dipasang disetiap unit kerja. Begitu juga cara pengendaliannya, pekerja dapat melihat SOP yang ada di setiap unit kerja. 3. The employer is responsible for work practices training Perusahaan memberikan training pada karyawan baru selama dua minggu. Hal tersebut berguna agar karyawan mampu mengetahui bahaya-bahaya apa saja pada area kerjanya dan bagaimana cara mengendalikan bahaya tersebut. Pada saat training pun tiap karyawan baru didampingi oleh satu senior di tiap unitnya yang dapat memberikan bimbingan pada saat menjalani prosedur kerja. Biasanya satu senior pada satu shift. Sebelum melakukan training, karyawan baru biasanya harus mempelajari telebih dahulu prosedur-prosedur kerja yang ada pada tiap-tiap ruangan. 4. The workers have to follow safe & work practices Perusahaan telah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) pada tiap-tiap tindakan di ruang kerja. Dan standar tesebut harus diikuti oleh tiap-tiap pekerja. Biasanya kepala ruangan dan kepala regu tiap shift di tiap-tiap unit mengecek apakah SOP tersebut diikuti oleh anggota nya di unit tersebut, dan hasilnya akan diberikan pada pihak manajemen RS B. Disamping itu, perusahaan telah banyak memberikan pengetahuan tentang bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja pada seluruh pekerja, sehingga pekerja tahu efek yang timbul dari bahaya tersebut bila tidak bekerja sesuai dengan prosedur. 5. Confidentiality & informed consent of individual health Sebelumnya seluruh pekerja telah menyetujui untuk dilaksanakannya pemeriksaan kesehatan, dan hasil dari pemeriksaan tersebut didokumentasikan. Hasil tersebut merupakan rahasia bagi karyawan itu sendiri dan pihak-pihak terkait (pemeriksa). Begitu pula bagi karyawan yang jatuh sakit, hasil status laporan kesehatannya dijamin kerahasiaannya dari pihak-pihak yang tidak terkait. dan seluruh tindakan pemeriksaan dilakukan atas persetujuan karyawan yang bersangkutan. 6. The easily understood advice provided by OHS personnel Tidak adanya OHS personel di Rumah Sakit tersebut, maka evaluasi disetiap tahunnya dilakukan oleh kepala ruangan di setiap unit beserta pihak manajemen Rumah Sakit sesuai dengan data

F. Risk of control
1. Control of hazards at the source Perusahaan telah memlaksanakan program pengendalian terhadap bahaya-bahaya yang timbul ditempat kerja, dan diterapkan oleh seluruh karyawan pada tiap-tiap unit area kerja. Salah satu contohnya adalah penggunaan baju, sarung tangan dan masker pada karyawan ICU dan design ruang kerja bagi unit area radiaologi. 2. Ventilation or control technology Pengendalian dari segi teknis atau ventilasi dapat dilihat penerapannya pada ruang-ruang operasi yang menggunakan tekanan yang lebih tinggi dari pada luar ruangan. Dan ruang radiologi yang menggunakan tekanan lebih rendah dari luar ruangan, begitu pula ruang isolasi. Ventilasi yang baik sangat menunjang kualitas tiap-tiap rumah sakit karena dari segi ventilasi dapat telihat baik atau buruknya kenyaman dan kebersihan area rumah sakit tersebut. Ventilasi juga diterapkan pada area dapur rumah sakit yang biasanya memiliki suhu udara yang tinggi, karena adanya panas. sistem ventilasi tersebut sudah berjalan cukup baik. Dan pada waktu produksi tinggi misalnya, yaitu pada saat-saat mendekati jam makan pasien atau biasanya dari jam 06.00-17.00, exhaust fan pada dapur selalu berjalan (tidak pernah mati) karena berguna untuk membuang udara yang panas dan menggantikannya dengan udara baru yang lebih segar untuk pekerja. 3. Dust control Pengendalian terhadap debu di Rumah sakit biasanya dilakukan oleh bagian cleaning service. Pengendalian tersebut dilakukan selama jam kerja tersebut berlangsung. 4. Ergonomic measures Tidak ada penilaian khusus untuk masalah ergonomi, namun peralatan yang digunakan sebelumnya dinilai untuk distandarkan, maka oleh sebab itu pengukuran antropologi saat penerimaan karyawan baru sangatlah penting. 5. Use of PPE Penggunaan PPE atau APD (Alat Pelindung Diri) di area kerja sudah terlaksana dengan baik. Terutama bagi pekerja - pekerja dengan area pajanan yang tinggi, mereka telah melaksanakan penggunan alat pelindung diri dengan sangat baik. Area-area tersebut dapat terlihat di unit gawat darurat, ICU, ruang operasi, radiologi, dll 6. Regulation of thermal condition Peraturan yang mengenai proses kerja yang berhubungan dengan bahaya thermal, seperti di CSSD (pensterilan alat-alat medis)tidak di bahas secara khusus, namun Rumah Sakit telah mendesain khusus ruang kerja yang berhubungan dengan panas menggunakan tekhnik engineering seperti penggunaan ventilasi

G. Prevention Of Accident

1. Safe planning of facilities, machinery, etc. Sejauh ini perusahaan telah merencanakan dengan baik sistem keselamatan darifasilitas dan alat-alat kesehatan yang digunakan. seperti pendesainan ruangan perawatan, ruang radiologi, laboratorium, dan sebagainya. Untuk ruang perawatan, selain menjaga keselamatan pekerja, Rumah Sakit juga memperhatikan keselamatan pasien, contohnya seperti penggunaan fasilitas tempat tidur yang memiliki bedplang yang berguna sebagai penjaga pasien saat tidur agar tidak terjatuh. 2.Good housekeeping, order and cleanliness Perusahaan telah melaksanakan good housekeeping dengan baik di seluruh area kerja, taman, dll. Good housekeeping pada Rumah Sakit dilaksanakan oleh tim cleaning service dari outsorce yang berkompeten dalam menangani kebersihan lingkungan Rumah sakit.dan sedangkan penataan ruangan, khususnya ruangan pasien dilaksakan oleh tim housemad yang berkompeten dari akademi kepariwisataan. Pada sistem pembuangan limbah pihak manajemen rumah sakit mulai mengelola limbah dari pembuangan sampah per unit kerja, penge lompokan sampah dibedakan atas sampah medis, non medis, sampah bekas spuit dan benda tajam. Untuk limbah dari laundry dan dapur, telah dilakukan desain oleh engineering kontrol dalam hal aliran limbah yang akan dibuang. Pada tahap penyimpanan bahan-bahan kimia ditempatkan diruang khusus yang aman di sesuaikan dengan MSDS nya. 3. Making walkway, scaffolds, fences etc. Pihak Rumah Sakit telah membuat jalan-jalan di seluruh area dengan baik. seperti lantai dari keramik yang tidak licin, dan untuk transportasi atau pemoindahan pasien dari lantai atas kebawah menggunakan fasilitas elevator. Pada tangga pihak rumah sakit juga memberikan pegangan dari kayu yang tidak licin. Untuk keamanan pihak Rumah sakit telah memberikan pengamanan yang cukup ketat seperti adanya tiap-tiap personel security yang telah mendapatkan pelatihan training first aid pada seluruh unit area selama 24 jam. 4. Guarding dangerous machine Setiap mesin yang berbahaya sebelumnya telah diidentifikasi oleh pihak Rumah Sakit efek-efek apa saja yang ditimbulkan beserta pengendaliannya. Pihak RS telah melakukan berbagai upaya pengendalian seperti teknik pengendalian dan penggunaan alat pelindung diri, seperti yang terlihat pada ruangan radiologi. Pengendalian juga dilakukan dengan cara mengisolasi mesin yang menghasilkan radiasi dan menempatkan monito r dibalik sekat sebagai pemantau jalannya mesin melakukan pemeriksaan penunjang, seperti pada saat pengambilan foto rontgen dan ct scan. 5. Technical aids for moving and lifting heavy loads Dalam memindahkan atau mengangkut pasien berat misalnya, tiap-tiap karyawan sudah mendapati pelatihan tentang prosedur pemindahan dan pengangkatan pasien dengan baik, agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dalam memindahakan dan mengangkat pasien biasanya dilakukan karyawan secara berkelompok dan juga dibantu dengan alat seperti kursi roda dan tempat tidur dorong yang didesain khusus untuk dapat memindahkan pasien secara langsung, tanpa harus ada proses pengangkatan pasien terlebih dahulu. Hal ini lebih memudahkan kerj a karyawan. Pada pekerja cleaning service dalam mengangkat benda-benda berat biasanya sudah disediakan trolley untuk mengangkut benda-benda berat tersebut agar lebih memudahkan pekrja dalam melakukan pekerjaannya. 6. Safe tools and safety equipment for workers Pihak manajemen rumah sakit telah memberikan alat pelindung diri dan semuanya telah disesuaikan berdasarkan unit kerja masingmasing. Poliklinik: handscone, masker, alat pemotong jarum.contohnya UGD : hand scone, masker, dan bila ada tindakan khusus misalnya kecelakaan dimana pasien mengeluaraka banyak darah dan perlu tindakan infansif maka apd yang digunakan adalah barascoat.dan peralatan yang digunakan t elah menggunakan safe tool. 7. Analysis of major hazard risk & provision of redundant safety Pihak manajemen Rumah Sakit sudah melakukan analisis terhadap hazard risiko sebelumnya. Seperti hazard yang paling besar biologik pada area kerja ruang operasi, perawatan dan laboratorium dan hazard fisik pada ruang radiologi

H. Diagnosis of occupational & WRD

.
1. Identification of exposure which may cause the disease Idenifikasi terhadap paparan hazard yang muncul baik fisik, kimia, biologi, ergonomi, dll sampai mengakibatkan terjadinya penyakit telah dilakukan dengan cukup baik. Hal ini terlihat pada tiap-tiap unit kerja seperti ruang rawat inap, apotik, radiologi, operasi, ICU, isolasi, dapur, laundry, dll yang telah sampai pada pelaksanakan sistem pengendalian baik dari segi engineering control, administrative control dan APD. Hasil dari identifikasi hazard yang telah dikendalikan tetap dievaluasi setiap tiga bulannya oleh kepala ruangan beserta staf anggotanya, yang kemudian hasilnya dilaporkan dan dibahas secara paripurna oleh pihak manajemen beserta seluruh kepala ruangan di tiap-tiap unit, sampai pada tahap pendokumentasian. 2. Examination of clinical findings related to exposure Beberapa pemeriksaan Medical Check Up (MCU) yang dilakukan oleh perusahaan saat penerimaan karyawan baru: Pemeriksaan Laboratorium : Darah Rutin Urin Lengkap Fungsi Liver (SGPT/ALAT, SGOT/ASAT) Fungsi Ginjal (Ureum, Creatinin, Uric Acid) Fungsi Lemak (Trigliserida, Cholesterol, HDL, LDL) Glukosa Puasa Imunologi (Hbs Ag, Anti Hbs) Photo Toraks 3. Exclusion of non occupational factors Perusahaan juga memberikan kebijakan terhadap penyakit selain penyakit akibat kerja, seperti untuk pekerja wanita pihak Rumah Sakit menanggung biaya untuk persalinan. 4. Conclusion of diagnosis on WRD WRD (work reralted disease) adalah penyakit yang diderita oleh pekerja akibat berhubungan langsung dengan lingkungan kerja ataupun beban kerja. Untuk penyakit akibat kerja, pihak Rumah Sakit menanggung biaya pengobatan sama seperti penyakit yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya. Pihak Rumah Sakit juga melakukan identifikasi lebih lanjut pengendalian dan perlindungan apa saja yang masih belum terlaksana dalam proses kerja di tiap-tiap unit RS B. 5. Statement on WRD for workmens compensation Perusahaan juga memberikan kompensi untuk WRD sesuai dengan diagnosa dokter atau surat keterangan sakit yang dikeluarkan oleh dokter yang bersangkutan. 6. Proposal for the preventive action Penulis tidak mengetahui ada atau tidaknya proposal for the prevention action. 7. Notification of WRD to authorities Penulis tidak mengetahui ada atau tidaknya notification of WRD to authorities

I. First aid and Emergency Preparedness

.
1. Providing first aid services at the workplace Pada penganganan darurat dilakukan oleh perawat dan dokter umum yang bertugas. Jika parah, diberikan rujukan kepada dokter spesialis. 2. Introducing & training first aid practices to workers Seluruh pekerja di Rumah Sakit sebelumnya sudah mendapati pengetahuan mengenai first aid. Oleh karena itu, perusahaan tidak wajib memberikan training ulang bagi seluruh pekerja baru di Rumah Sakit. Hanya saja pihak Rumah Sakit memberikan seminar-seminar tentang hal - hal baru yang ter up date dari materi - materi tentang first aid kepada seluruh pekerja. Biasanya materi-materi yang dimiliki oleh karyawan-karyawan tersebut adalah : -Medical Emergency Response System -Airway and Breathing -Basic Life Support -Cardio Pulmonary Resucitation (CPR) -Woud And Fracture -Splinting And Bandaging -Lifting And Moving -Extrication, Stabilization And Transportation -Triage And Disaster (START) -Training P3K 3. Maintaining & periodically inspecting the readiness Pihak Rumah Sakit melakukan inspeksi terhadap peralatan emergency seperti APAR, Hydrant, emergency light, kotak P3K dan ambulance hal ini dilakukan seminggu sekali. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah memastikan peralatan emergency tersebut dapat bekerja dengan baik saat terjadi keadaan gawat darurat. 4. Participating health emergency response planning & organizing Partisipasi dalam perencanaan siaga darurat dan organisasi telah dilaksanakan. Namun tidak terlalu spesifik, hanya saja perusahaan telah melakukan sejauh dari segi promotif dan training kepada seluruh karyawan terhadap kondisi emergency response tersebut

J. General health care, curative & rehabilitative services

1. Immunizations and other preventive measures Perusahahaan memberikan vaksinasi pada kayawan dalam hal usaha pencegahan. Seperti vaksin hepatitis. 2. Participation in public health action & programs Pihak rumah sakit juga berparisipasi dalam meningkatakan kesehatan masyarakat seketar seperti layanan sunatan masal dan pengobatan gratis. Pada setiap hari Rabu selalu dilaksanakan senam aerobic dan setiap hari jum'at senam osteoporosis yang bertempat di area parkir Rumah Sakit. Program ini juga terbuka untuk umum, tanpa dipungut biaya. 3. GP level general health services Perusahaan memberikan pelayanan kesehatan kepada pekerja dari mulai promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pada tahap promotif perusahaan memasang poster dan leftlet yang berhubungan dengan kesehatan, pada tahap preventif perusahaan menyediaka APD dan pemberian vaksinasi. Pada tahap kuratif, perusahaan mula mula memberikan pengobatan yang ditujukan kepada dokter umum, dan apabila diperlukan dapat dikonsultasikan kepada dokter spesialis yang ada di rumah sakit tersebut. RS B Memberikan pengobatan pada kayawan berdasarkan jenjang karir karyawan. Untuk pelayanan rawat jalan, RS menjamin karyawan sebesar 1 bulan gaji/tahun, karyawan bebas menentukan dokter yang diinginkan baik itu dokter umum atau dokter spesialis. Namun, jika flafonnya habis maka biaya pengobatan akan ditanggung oleh karyawan yang bersangkutan, dipotong dari gaji karyawan tiap bulannya. Sedangkan, untuk program rehabilitatif rumah sakit memberikan dispensasi waktu istirahat untuk karyawan yang telah mengalami sakit. 4. Inspection & advice on canteens, sanitary facilitiesi Tidak ada fasilitas kantin dalam rumah sakit, namaun ada fasilitas lestoran yang dikelola oleh perusahaan luar. Untuk catering pemasakan makanan dilakukan di dapur rumah sakit. Untuk karyawan tidak disediakan makan namun diganti dengan uang makan. Dan untuk gizi pasien diserahkan kepada ahli gizi yang berkompeten dan dimasak di dapur rumah sakit agar hygiene lebih tejaga dan terhindar dari keracunan makanan. Untuk penyajian makanan dilakukan oleh house maid yang percayakan pada lulusan akademi pariwisata, tujuanny agar dapat menarik nafsu makan pasien. 5. Advice & education in general hygiene (personal & community) Tidak ada pelatihan khusus dalam general hygien namun pihak rumah sakit menempelkan posterposter dan penyedian majalah kesehatan di area rumah sakit. 6. General health promotion (healthy lifestyles) Perusahaan sudah melakukan promosi kesehatan secara umum, dan juga pengenalan mengenai gaya hidup sehat. Beberapa promosi kesehatan yang dilakukan perusahaan adalah EHSNET, Seminar Kesehatan, Supervisi Layanan Kesehatan Karyawan, Ngamen Hasil MCU, dll. Pada program seminar kesehatan, perusahaan banyak memberikan materi mengenai cara hidup sehat, makanan apa saja yang sehat, dan mengenai penyakit baik secara umum maupun akibat gaya hidup. Terdapat pula larangan merokok dalam lingkungan perusahaan kecuali pada tempat yang telah disediakan. Promosi kesehatan merupakan cara yang cukup efektif untuk meningkatkan kesadaran dalam diri pekerja agar tidak terkena penyakit tertentu

K. Record keeping by BOHS

1. General health record (as patient/health service client) Pelaporan kesehatan karyawan atau pasien dicatat pada medical cord secara manual dan disimpan secara kompuetrisasi dengan akses internet sehingga dapat on line dan sharing dengan bagian terkait lainnya. Begitu juga dengan data base karyawan. 2. Data on surveyed, detected, measured occ. Exposure Tidak ada data survey tentang pajanan bahaya. 3. Statistics on WRD and injuries Perusahaan memiliki statistik baik di bidang kesehatan maupun keselamatan. Dari hasil statistik tersebut terutama untuk statistik penyakit, dapat terlihat apakah program preventif dan promotif berjalan secara efektif apakah terjadi penurunan atau malah ada kenaikan, tren penyakit yang sedang terjadi, begitu pula dengan statistik kecelakaan. 4. Data on health examinations Data pemeriksaan kesehatan karyawan tersimpan dalam status kesehatan (medical record) dan secara komputerisasi (teramedik) 5. Documents on proposal for preventive & control Proposal dan pendokumentasian untuk pengendalian dan pencegahan disimpan oleh pihak manajemen Rumah Sakit atau HRD, sebagai data untuk pengevaluasian program

L. Evaluation

1. Annual self-evaluation on activities & effectiveness Pengevaluasian hasil identifikasi dan penilaian dilakukan oleh pihak manajemen Rumah Sakit dan kepala ruangan di tiap-tiap unit kerja. pengevaluasian ini dilaksanakan di tiap tahunnya. Dan bila sampai pada tahap pengendalian dan perlindungan masih ditemukan adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, hal ini akan diidentifikasi ulang lagi dan ditinjau ulang lagi apakah sistem pengendalian yang ada sudah berjalan baik. Sampai hasil akhir ditemukannya apa penyebab dari kegagalan tersebut. 2. The evaluation result documented & presented to the employers & workerss representatives Hasil evaluasi akhir kemudian di laporkan kepada direktur utama Rumah sakit dan dibahas kedalam rapat direksi yang dihadiri oleh beberapa divisi ditiap-tiap unit kerja

Kesimpulan
Pelayanan kesehatan kerja karyawan pada Tingkat II yaitu Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar (BOHS). Dimana pada tingkat itu dibuat untuk perusahaan informal

Anda mungkin juga menyukai