Anda di halaman 1dari 6

ANAK GINJAL DAN HORMON-HORMONYA Anak ginjal atau kelenjar kelenjar adrenal adalah organ kecil yang letaknya

berdampingan dengan ginjal pada bagian atas dari renal ( latin ad = dekat ren = ginjal ), organ ini terdiri dari bagian sum-sum dan korteks Medulla ( sum-sum) = adalah bagian dalam yang memebentuk neuro hormone adrenalin Korteks = kulit bagian luar yang menghasilkan tiga jenis hormone steroida yaitu,

Glukokortikoida = kortisol yang terutama berkhasiat metabolism kharbohidrat juga mempengaruhi efek lain termasuk pertukaran zat protein, pembagian lemak dan reaksi peradangan. Proses sekresi ACTH memperlihatkan ritme siang. Naik diwaktu pagi disususl dengan penurunan diwaktu malam hari. Mineralokortikoida = aldosteron hormone ini terutama mempengaruhi metabolism garam dan air Hormone kelamin = produksi rendah dari testosterone dan DHEA (dehidro epi androsteron ) juga estrogen dan progesterone

Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagiankorteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH)yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II. Hormon ini berperanpada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapansistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahanprotein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas aktivitas biologis yang menonjol darinya, yakni glukokortikoid (contohnya kortisol) yang berperanmengendalikan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat anti inflamasidengan cara menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerjaeosinofil. Kelompok lain dari kortikosteroid adalah mineralokortikoid (contohnyaaldosteron), yang berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanangaram di ginjal. Beberapa kortikosteroid menunjukkan kedua jenis aktivitas tersebutdalam beberapa derajat, dan lainnya hanya mengeluarkan satu jenis efek.Hormon kortikosteroid dihasilkan dari kolesterol di korteks kelenjar adrenal yangterletak di atas ginjal. Reaksi pembentukannya dikatalisis oleh enzim golongan sitokromP450.Dalam bidang farmasi, obat-obatan yang disintesis sehingga memiliki efek sepertihormon kortikosteroid alami memiliki manfaat yang cukup penting. Deksametason danturunannya tergolong glukokortikoid, sedangkan prednison dan turunannya memilikikerja mineralokortikoid disamping kerja glukokortikoid. Kortikosteroid merupakan derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memainkan peran penting pada tubuh termasuk mengontrol respon inflamasi. Kortikosteroid terbagi menjadi dua golongan utama yaitu glukokortikoid dan

mineralokortikoid. Golongan glukokortikoid adalah kortikosteroid yang efek utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar dan khasiat anti-inflamasinya nyata, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil atau tidak berarti. Prototip untuk golongan ini adalah kortisol dan kortison, yang merupakan glukokortikoid alam. Terdapat juga glukokortikoid sintetik, misalnya prednisolon, triamsinolon, dan betametason.Golongan mineralokortikoid adalah kortikosteroid yang efek utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat kecil. Prototip dari golongan ini adalah desoksikortikosteron. Umumnya golongan ini tidak mempunyai khasiat anti-inflamasi yang berarti, kecuali 9 -fluorokortisol, meskipun demikian sediaan ini tidak pernah digunakan sebagai obat anti-inflamasi karena efeknya pada keseimbangan air dan elektrolit terlalu besar. Berdasarkan cara penggunaannya kortikosteroid dapat dibagi dua yaitu kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal. Tetapi pada pembahasan selanjutnya kami akan lebih banyak membahas tentang kortikosteroid topikal. Kortikosteroid topikal adalah obat yang digunakan di kulit pada tempat tertentu. Merupakan terapi topikal yang memberi pilihan untuk para ahli kulit dengan menyediakan banyak pilihan efek pengobatan yang diinginkan, diantaranya termasuk melembabkan kulit, melicinkan, atau mendinginkan area yang dirawat. Klasifikasi Kortikosteroid Topikal Kortikosteroid topical di klasifikasikan dalam 7 golongan berdasarkan potensi klinisnya, yaitu : Golongan I : Super Potent Clobetasol proprionate ointment dan cream 0,5% Betamethasone diproprionate gel dan ointment 0,05% Diflorasone diacetate ointment 0,5% Halobetasol proprionate ointment 0,05% Golongan II : Potent Amcinonide ointment 0,1% Betamethasone diproprionate AF cream 0,05% Mometasone fuorate ointment 0,1% Diflorasone diacetate ointment 0,05% Halcinonide cream 0,1% Flucinonide gel, ointment, dan cream 0,05% Desoximetasone gel, ointment, dan cream 0,25% Golongan III : Potent, upper mid-strength Triamcinolone acetonide ointment 0,1% Fluticasone proprionate ointment 0,05% Amcinonide cream 0,1% Betamethasone diproprionate cream 0,05% Betamethasone valerate ointment 0,1% Diflorasone diacetate cream 0,05% Triamcinolone acetonide cream 0,5% Golongan IV : Mid-strength Fluocinolone acetonide ointment 0,025% Flurandrenolide ointment 0,05% Fluticasone proprionate cream 0,05% Hydrocortisone valerate cream 0,2% Mometasone fuorate cream 0,1% Triamcinolone acetonide cream 0,1%

Golongan V : Lower mid-strength Alclometasone diproprionate ointment 0,05% Betamethasone diproprionate lotion 0,05% Betamethasone valerate cream 0,1% Fluocinolone acetonide cream 0,025% Flurandrenolide cream 0,05% Hydrocortisone butyrate cream 0,1% Hydrocortisone valerate cream 0,2% Triamcinolone acetonide lotion 0,1% Golongan VI : Mild strength Alclometasone diproprionate cream 0,05% Betamethasone diproprionate lotion 0,05% Desonide cream 0,05% Fluocinolone acetonide cream 0,01% Fluocinolone acetonide solution 0,05% Triamcinolone acetonide cream 0,1% Golongan VII : Least potent Obat topikal dengan hydrocortisone, dexamethasone, dan prednisole Farmakologi Semua hormon steroid sama-sama mempunyai rumus bangun siklopentanoperhidrofenantren 17-karbon dengan 4 buah cincin yang diberi label A D. Modifikasi dari struktur cincin dan struktur luar akan mengakibatkan perubahan pada efektivitas dari steroid tersebut. Semua steroid termasuk glukokortikosteroid mempunyai struktur dasar 4 cincin kolestrol dengan 3 cincin heksana dan 1 cincin pentana. Hormon steroid adrenal disintesis dari kolestrol yang terutama berasal dari plasma. Korteks adrenal mengubah asetat menjadi kolestrol, yang kemudian dengan bantuan enzim diubah lebih lanjut menjadi kortikosteroid dengan 21 atom karbon dan androgen lemah dengan 19 atom karbon. Mekanisme kerja Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor steroid. Khasiat glukokortikoid adalah sebagai anti radang setempat, anti- proliferatif, dan imunosupresif. Melalui proses penetrasi, glukokortikoid masuk ke dalam inti sel-sel lesi, berikatan dengan kromatin gen tertentu, sehingga aktivitas sel-sel tersebut mengalami perubahan. Sel-sel ini dapat menghasilkan protein baru yang dapat membentuk atau menggantikan sel-sel yang tidak berfungsi, menghambat mitosis (anti- proliferatif), bergantung pada jenis dan stadium proses radang. Glukokotikoid juga dapat mengadakan stabilisasi membran lisosom, sehingga enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak dikeluarkan. Glukokortikoid topikal adalah obat yang paling banyak dan tersering dipakai. Glukokortikoid dapat menekan limfosit-limfosit tertentu yang merangsang proses radang.

Ada beberapa faktor yang menguntungkan pemakaiannya yaitu : 1. Dalam konsentrasi relatif rendah dapat tercapai efek anti radang yang cukup memadai. 2. Bila pilihan glukokortikoid tepat, pemakaiannya dapat dikatakan aman. 3. Jarang terjadi dermatitis kontak alergik maupun toksik. 4. Banyak kemasan yang dapat dipilih : krem, salep, semprot (spray), gel, losion, salep berlemak (fatty ointment)

Kortikosteroid mengurangi akses dari sejumlah limfosit ke daerah inflamasi di daerah yang menghasilkan vasokontriksi. Fagositosis dan stabilisasi membran lisosom yang menurun diakibatkan ketidakmampuan dari sel-sel efektor untuk degranulasi dan melepaskan sejumlah mediator inflamasi dan juga faktor yang berhubungan dengan efek anti-inflamasi kortikosteroid. Meskipun demikian, harus digaris bawahi di sini bahwa khasiat utama anti radang bersifat menghambat : tanda-tanda radang untuk sementara diredakan. Perlu diingat bahwa penyebabnya tidak diberantas, maka bila pengobatan dihentikan, penyakit akan kambuh. Efektifitas kortikosteroid topikal bergantung pada jenis kortikosteroid dan penetrasi. Potensi kortikosteroid ditentukan berdasarkan kemampuan menyebabkan vasokontriksi Secara keseluruhan, kortikosteroid topikal berhubungan dengan empat hal yaitu : 1. Vasokontriksi Steroid topikal menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah di bagian superfisial dermis, yang akan mengurangi eritema. Kemampuan untuk menyebabkan vasokontriksi ini biasanya berhubungan dengan potensi anti-inflamasi, dan biasanya vasokontriksi ini digunakan sebagai suatu tanda untuk mengetahui aktivitas klinik dari suatu agen. 2. efek anti-proliferasi Efek anti-proliferatif kortikosteroid topikal diperantarai dengan inhibisi dari sintesis dan mitosis DNA. Kontrol dan proliferasi seluler merupakan suatu proses kompleks yang terdiri dari penurunan dari pengaruh stimulasi yang telah dinetralisir oleh berbagai faktor inhibitor. Proses-proses ini mungkin dipengaruhi oleh kortikosteroid. Glukokortikoid juga dapat mengadakan stabilisasi membran lisosom, sehingga enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak dikeluarkan.

3. Immunosupresan Efektivitas kortisteroid bisa akibat dari sifat immunosupresifnya. Mekanisme yang terlibat dalam efek ini kurang diketahui. Beberapa studi menunjukkan bahwa kortikosteroid bisa menyebabkan pengurangan sel mast pada kulit. Hal ini bisa menjelaskan penggunaan kortikosteroid topikal pada terapi urtikaria pigmentosa

4. efek anti-inflamasi. Mekanisme sebenarnya dari efek anti-inflamasi sangat kompleks dan kurang dimengerti. Dipercayai bahwa kortikosteroid menggunakan efek anti-inflamasinya dengan menghibisi pembentukan prostaglandin dan derivat lain pada jalur asam arakidonik. Mekanisme lain yang turut memberikan efek anti-inflamasi kortikosteroid adalah menghibisi proses fagositosis dan menstabilisasi membran lisosom dari sel-sel fagosit.
Katzung, B.G. (1997). Farmakologi Dasar dan Klinik. EGC, Jakarta.3. Goodman & Gilman. (2006) The Pharmacological Basis Of Therapeutics 11th ed.McGraw-Hill, New York

Efek samping jangka lama dapat menimbulkan perkembangan katarak subkapsular posterior. Hal ini ditunjukkan dengan pemeriksaan slitlamp periodik padapenderita ini. Biasa terjadi peningkatan tekanan intraokular, dan mungkin menyebabkanglaukoma. Juga terjadi hipertensi intrakranial jinak. Pada dosis 45 mg/m2/hari atau lebih,dapat terjadi retardasi pertumbuhan pada anakanak.Jika diberikan dalam jumlah lebih besar dari jumlah fisiologi, steroid seperti kortison dan hidrokortison yang mempunyai efek mineralokortikoid selain efek glukokortikoid, dapat menyebabkan retensi natrium dan cairan serta hilangnya kalium. Pada penderita dengan fungsi kardiovaskular dan ginjal normal, hal ini dapatmenimbulkan alkalosis hipokloremik hipokalemik, dan akhirnya peningkatan tekanandarah. Pada penderita hiponatremia, penyakit ginjal, atau penyakit hati, dapat terjadiedema. Pada penderita penyakit jantung, tingkat retensi natrium yang sedikit saja dapat menyebabkan gagal jantung kongestif.

Epidemiologi Terjadinya glaucoma akibat penggunaan obat-obat steroid bisa bervariasi, tergantung masingmasing individu. Periode terjadinya glaucoma bisa dimulai beberapa minggu, bulan bahkan tahun sejak penggunaan steroid pertama kali. Pada suatu studi dilaporkan bahwa penggunaan topical obat steroid Deksametason dan Betametason selama 4-6 minggu dapat menginduksi terjadinya peningkatan tekanan intraokuler pada 5-6% populasi sehat. Sihota et al meneliti bahwa rata-rata penggunaan steroid dalam jangka waktu lebih dari 2 tahun mengakibatkan peningkatan tekanan intraokuler. Dari 34 pasien yang mengalami glaucoma akibat penggunaan steroid, sebanyak 25 pasien sebelumnya menggunakan steroid topical, dan sisanya 9 pasien menggunakan steroid oral, inhalasi, dan subtenon. Penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada satupun dari pasien tersebut yang memiliki riwayat glaucoma. Studi lain menyebutkan bahwa penggunaan steroid sistemik lebih dari 14 hari dapat meningkatkan tekanan intraokuler. Rata-rata kejadiannya 43 kasus per 10.000 orang pertahun (0,43%). Resiko akan meningkat menjadi 0,93% pada penggunaan obat steroid prednisone 20mg atau lebih perhari.

Anda mungkin juga menyukai