Oleh Hairunnisa Try Kartika Rizka Ramadhani R. Nurul Qalby Willies Vriswan Jumat, 8 Februari 2013 Pembimbing : Dr. Tantowi Supervisor : Dr. Jufri Latief, Sp. OT
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Djannati M. Umur : 30 thn Jenis Kelamin: Perempuan No. Rekam Medis: 075632 Masuk RS : 01/02/2013 Ruangan : ICU
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Bengkak pada lutut kanan Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu, setelah operasi pemasangan sekrup. Awalnya pasien mengalami patah tulang terbuka pada lutut kanan, setelah jatuh dari motor. Pasien sedang mengendarai motor, tiba-tiba ada motor yang mencoba mendahului motor pasien dari arah kanan belakang. Pasien jatuh ke jalan, kemudian kakinya dilindas oleh sebuah mobil. Saat ini keluhan disertai dengan keluar nanah, nyeri, dan lutut tidak bisa ditekuk. Demam (-), riwayat demam (+), keluar 2 buah tulang dari luka di paha kanan sekitar 5 bulan yang lalu. Buang air besar: kuning,biasa Buang air kecil: kuning, lancar Pasien dirujuk dari Rumah Sakit Ambon
PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalis: sakit sedang/gizi baik/sadar Status Vitalis: T : 110/60mmHg N : 82 x/menit, P : 22 x/menit, S axilla : 36,7oC
PEMERIKSAAN FISIS
Regio Patella Dextra I : Tampak scar post operasi, darah (+), pus (+), edema (+), hematom (-)
P : Nyeri tekan (+) ROM : Gerak aktif dan pasif knee joint terbatas karena nyeri NVD : Sensibilitas baik, a. dorsalis pedis teraba, CRT < 2
APTT INR
44.3 1.59
Foto Klinis
Foto AP/Lateral
DIAGNOSA
Fraktur supracondilus femur dextra non union + osteomielitis kronik
RENCANA TINDAKAN
Debridement ORIF
Pembahasan
Pendahuluan
Proses inflamatorik akut atau kronis Karakteristik
Destruksi tulang Nekrotik neotransformasi
Pendahuluan
Dapat terjadi pada anak dan dewasa Faktor resiko
Trauma Tindakan bedah Kondisi imunosupresi
Anatomi
Struktur tulang
Tulang kortikal Tulang trabekular
Anatomi
Sistem havers
Berbentuk slindris 400 nm x 50-200 nm Kapiler dan nervus di kanalis havers
Periosteum
Lapisan periosteal dan endosteal Vaskularisasi dan nosisepsi
Anatomi
Epidemiologi
Lebih sering pada negara berkembang. Prevalensi osteomielitis setelah tusukan kaki sebesar 16% (30-40% pada pasien dengan diabetes). Insiden osteomielitis setelah fraktur terbuka dilaporkan menjadi 2% - 16% Tidak ada ras yang predominan Pria berada pada resiko yang relatif meningkat Mortalitas rendah
Etiologi
Hematogen Infeksi lokal Kontaminasi langsung
Patofisiologi
Diagnosis
Anamnesis - Gejala sistemik : lesu, malaise, demam, nyeri punggung atau ekstremitas - Faktor predisposisi : diabetes, penyakit pembuluh darah perifer, riwayat trauma
Pem. Fisis - Mencari kemungkinan fokus infeksi - Menilai pembuluh darah perifer dan fungsi sensorik
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Leukositosis Peningkatan LED Peningkatan C-RP
Diagnostik imaging
Foto Polos
Modalitas pencitraan yang dipilih, berguna untuk menyingkirkan patologi lain Sensitivitas 14-54%, spesifisitas 68-70%
MRI
Berguna untuk membedakan antara jaringan lunak dan infeksi tulang, dan untuk menentukan sejauh mana infeksi Sensitivitas 78-90%, spesifisitas 60-90%
Spesifisitas rendah, terutama jika pasien telah memiliki trauma baru atau operasi, berguna untuk membedakan osteomyelitis dari selulitis, Sensitivitas 82%, spesifisitas 25%
Diagnostik imaging
CT-Scan
Umumnya tidak dapat digunakan dalam evaluasi osteomielitis Sensitivitas 67%, spesifisitas 50%
Menggabungkan dengan technetium-99 skintigrafi tulang dapat meningkatkan spesifisitas Sensitivitas 61-84%, spesifisitas 60-68%
Foto polos
Foto polos ini menunjukkan osteomielitis pada distal metatarsal keempat dan pada distal falang ketiga dan keempat.
MRI
MRI ini menunjukkan abnormal T1-weighted signal dalam calcaneus (panah panjang), konsisten dengan osteomielitis. Juga terdapat gangguan korteks inferior dan cairan jaringan lunak berdekatan dan edema (panah pendek).
Skintigrafi tulang
Skintigrafi tulang ini menunjukkan peningkatan serapan lokal tracer radioaktif dalam kalkaneus kiri, konsisten dengan osteomielitis.
Imaging studies (e.g., plain radiography, magnetic resonance imaging, bone scintigraphy) demonstrating contiguous soft tissue infection or bony destruction Clinical signs Exposed bone Persistent sinus tract Tissue necrosis overlying bone Chronic wound overlying surgical hardware Chronic wound overlying fracture Laboratory evaluation Positive blood cultures Elevated C-reactive protein level Elevated erythrocyte sedimentation rate
PENANGANAN
Osteomielitis kronik tidak dapat sembuh sempurna sebelum semua jaringan yang mati disingkirkan. Terapi umum meliputi pemberian antibiotik dan debridemen. Antibiotika dapat diberikan secara sistemik atau lokal.
Indikasi untuk melakukan pembedahan ialah: Adanya sequester Adanya abses Rasa sakit yang hebat Bila mencurigakan adanya perubahan ke arah keganasan
KOMPLIKASI
Komplikasi tersering adalah terus berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut. Infeksi yang terus-menerus akan menyebabkan anemia, penurunan berat badan, kelemahan dan amiloidosis. Eksaserbasi akut dapat dipersulit oleh efusi hebat ke dalam sendi di dekatnya atau oleh arhtritis purulenta.
PROGNOSIS
Prognosisnya bermacam-macam tetapi secara nyata diperbaiki dengan diagnosis dini dan terapi yang agresif. Pada osteomyelitis kronis kemungkinan kekambuhan infeksi masih besar. Ini biasanya disebabkan oleh tidak komplitnya pengeluaran semua daerah parut jaringan lunak yang terinfeksi atau tulang nekrotik yang tidak terpisah.
Terima kasih