Anda di halaman 1dari 9

Learning Objective 1. Jelaskan infeksi organ reproduksi hewan betina ?

Pembahasan 1. Jelaskan infeksi organ reproduksi hewan betina ? Normalnya, uterus sapi terkontaminasi dari banyak organism selama dan segera setelah partus atau saat puerpurium. Kontaminasi juga dapat terjadi pada saat coitus atau inseminasi. Uterus mempunyai barriers untuk menghalau kontaminasi, pertama dengan barier fisik dari sfingter vulva dan cerviks. Kedua, dengan barier lokal dan sistemik, yang dipenaruhi oleh hormone steroid estrogen dan progesterone. Saluran reproduksi lebih resisten pada saat dibawah pengaruh estrogen, yang berkaitan dengan sirkulasi dengan peninhgkatan dari circulating white blood cells, dengan migrasi dari neutrofil ke dalam circulation ke lumen uterine, sebagai active phagocytosis dari bacteria dan sekresi mucus. Beberapa organism yang sering berada pada saluran reproduksi adalah Actinomyces pyogenes, Fusobaceterium necroporum, dan bacteriodes, coliforms, Pseudomonas aeruginosa, streptococci hemolytic, bacteria anaerobic gram positif dan negative. Actinomyces pyogenes dan Clostridium sering bersinergis dalam infeksi uteri, dan menghasilkan metritis gangrenous. Beberapa organism ada yang membentuk koloni dan menghasilkan penisilinase.

Puerperal metritis Etiologi : Puerperal metritis terjadi dalam beberapa hari postcalving, radang akut terjadi perubahan pada endometrial, myometrial dan lapisan peritoneal dari uterus dalam 10 hari setelah partus (Andrew, 2004). Kasus ini terjadi mengikuti fase abnormal pada saat partus, khususnya pada kasus distokia, uterine inertia, twin births, dan kerusakan dari vulva dan atau birth canal.. Organism yang paling sering menginfeksi adalah Actinomyces pyogenes, group C streptococci, haemolytic staphylococci, coliforms, and Gram-negative anaerobes,terutama Bacteroides spp. Actinomyces pyogenes, Gram-positive bacteria, yang akan tumbuh lambat dan menghasilkan filament bercabang. Karena formasi dari filament dan respon granulomatous pada invasi jaringan, organism ini sering disamakan dengan fungi. Non-motile, nonspore-forming, Grampositive bacteria. Arcanobacterium pyogenes mempunyai dua nama, yaitu sekarang disebut

Actinomyces pyogenes dan sebelum itu Corynebacterium pyogenes. Arcanobacterium pyogenes umumnya berada pada nasopharyngeal mucosa dari sapi, kambing dan babi. Diagnosa : Morphology dapat diketahui dengan pengecatan bahwa Arcanobacterium pyogenes dan Actinobaculum suis mempunyai coryneform morphology. Colonial morphology dan haemolytic activity, Arcanobacterium pyogenes menghasilkan characteristic haemolysis keruh sepanjang garis streak setelah aerobic incubation untuk 24 jam.

Pathogenesis : Bacteri kolonisasi pada non-involuted uterus, menghasilkan toxins yang akan diserap oleh kapiler dan akan mengakibatkan gejala yang parah. Arcanobacterium pyogenes menghasilkan haemolytic exotoxin yang mempunyai dermonecrotizing activity. Bakteri ini juga menghasilkan protease dan neuraminidase, sebagi salah satu faktor virulence. Reaksi purulent typical dari infeksi A. pyogenes pathogenic. Arcanobacterium pyogenes umumnya menyebabkan suppurative lesions pada banyak hewan domestic, Khususnya sapi, kambing, domba. Beberapa organ dapat terinfeksi, lymphadenitis, osteomyelitis, peritonitis , pyometra, metritis and mastitis. Gejala klinis : Pengejanan dari abdominal dan keluar leleran berwarna kemerahan sampai cokelat berbau busuk dari vulva. Sangat umum terjadi toksemia, septicaemia, pyrexia (4041C),

tachypnoea, tachycardia (100/menit), anorexia, rumen stasis and dehydration, toxaemia menginduksi diarrhoea dan shock. Infeksi juga dapat menyebar dari dinding uterus kedalam peritoneum, yang akan menyebabkan peritonitis. Uterus berisi toksin, eksudat busuk, kemerahan dan serous. Eksplorasi rectum meyebabkan rasa tidak nyaman dan disertai usaha expulsive persistent. Sering juga diikuti dengan mastitis, terutama pada saat rebah dan juga sering dibarengi dengan hipokalsemia. Vulva dan vagina membengkak. Diagnosa : Dilihat dari gejala klinis

Pengambilan sampel dari exudates, aspirates dan jaringan samples untuk culture dan histopathology. Blood dan MacConkey agars diinokulasi dengan specimen dan diinkubasi 37OC untuk 5 hari. Treatment : Perawatan sapi harus dibuatkan tempat yang nyaman dan hangat, misalnya pada ruang yang longgar dan alas yang baik. Pemberian 50 i.u. of oxytocin secara IV akan menyebabkan kontraksi uterus dan expulsive dari cairan dan debris sisa partus. Penyakit ini paling baik dengan pemberian systemic broad-spectrum antibiotics dan terapi supportive. Intrauterine antibiotics tidak dapat menghilangkan infeksi kecuali apabila hewan sudah menunjukakan peningkatan kesahatan dan temperature yang normal dan beberapa antibiotic seperti nitrofurazone, neomycin dan beberapa sulphonamides, akan menyebabkan kerusakan pada endometrium. Demikian juga dengan pemberian infuse dari iodine cair akan berbahaya pada endometrium. Infuse intrauterine dari tetracyclines mungkin efektif untuk kasus ringan dari endometritis, tapi tidak dapat penetrasi jauh ke dalam dinding uterus, harus diberikan pda dosis 10 - 15mg/kg. Systemic broadspectrum antimicrobials dan harus dipertahankan minimal 5 hari, terapi cairan secara IV menggunakan cairan isotonic dengan volume tinggi (2030 litres or more) untuk melewan efek dari toxaemia dan mengurangi efek dari shock, obat nonsteroidal antiinflammatory seperti flunixin meglumine sebagai analgesia and untuk mengurangi effects of endotoxins, tetapi obat ini mempunyai kontraindikasi karena menghambat involusi uterus dengan mengurangi biosintesis PGF2a. Penggunaan oestrogens masih menimbulkan perdebatan, karena mempunyai kontraindikasi, karena walaupun dapat meningkatkan resistensi dari saluran reproduksi, estrogen juga akan menigkatkan aliran darah ke dalam uterus, sehingga akan meningkatkan absorbs dari toksin bakteri. Pencegahan : Mengurangi uterine exploration untuk meminimalisasi radang.

Endometritis Etiologi : Adalah radang pada endometrium, berbeda dengan metritis, endometritis umumnya tidak mempengaruhi kesehatan cow secara umum walaupun endometritis berpengaruh besar terhadap infertilitas dari cow. Pathogens spesifik yang mempengaruhi fertilitas seperti Campylobacter

fetus dan Trichomonas fetus. Akan tetapi, penyebab paling penting dari endometritis adalah non spesifik, pathogen oportunis yang mengkontaminasi uterus. Pathogenesis : Pada kasus ini, mikroorganisme masuk kedalam uterus melalui vagina pada saat coitus, inseminasi, partus dan postpartus, walaupun kadang juga dapat disebabkan melalui sirkulasi. Endometritis paling banyak terjad post partus, yang kebanyakan pada kondisi normal, mikroorganisme tersebut akan dibuang, tetapi pada kasus abnormal, hal ini tidak terjadi. Bebrapa faktor yang mempengaruhi terjadinya endometritis adalah : Retained Fetal Membrane (RFM) Retained Fetal Membrane merupakan faktor yang paling utama dalam kejadian endometritis, oleh karena itu kondisi yang mengarah pada RFM juga mempenagruhi terjadinya endometriris, seperti lahir banyak, aborsi dan induksi calving. Distokia Sebagai penyebab endometritis dengan bebrapa alasan. Pertama, kejadian distokia berkaitan dengan retained membrane fetal, sehingga akan terpapar lebih lama. Kedua, ditokia berkaitan dengan kerusakan dari jaringan uterus maternal. Ketiga, penangana kasus distokia akan menyebabkan banyaknya mikroorganisme kontaminan masuk kedalam uterus. Kembalinya aktivitas sikuls ovarium Hali ini didasarkan pada adanya resistensi ketika uterus berada pada pengaruh estrogen. Tetapi kecepatan kembali siklus ovarium ini dapat menginduksi kasus pyometra, berhubungan dengan eliminasi dari mikroorganisme dalam uterus. Faktor manajemen meliputi kebersihan kandang, nutrisi. Faktor bakteri Pada kasus endometritis banyak ditemukan invasi dari A. pyogenes bakteri anaerob obligat yang lain. A. pyogenes Sering berkolaborasi dengan Fusobacterium necrophorum, organism terakhir ini menghasilkan leucocidal endotoxin yang akan mempengaruhi sel untuk meng-eliminasi A. pyogenes. Hampir sama, Bacteroides spp. Juga menghasilkan substansi yang meninterfensi phagocytosis dan

pembunuhan bacteria.

Gejala klinis

Ditemukan leleran putih sampai putih kekuningan dari vagina (leucorrhea). Banyaknya leleran ini bervariasi, akan meningkat pada saat siklus estrus. Gejala klinis sistemik jarang terjadi, namun pada beberapa kasus, penurunan produksi susu dan depresi nafsu makan. Pada saat perektal ditemukan tidak adanya involusi dan terasa seperti adanya adonan pada lumen uterus. Dapat dilakukan biopsy dengan alat khusus untuk menentukan adanya endometritis subklinis maupun klinis. Biasanya diamati antara 2 8 minggu setelah calving. Exsudat purulent dapat diamati dengan palpasi atau dengan pemeriksaan menggunakan speculum. Hewan masih terlihat sehat, tetapi selalu mengalami kegagalan untuk bunting. Pengobatan Penggunaan Nitrofurazone Sulphonamides dapat menimbulkan iritasi dan pengaruh merugiakn terhadap fertilitas. Penisilin mudah untuk didegredasi oleh penisilinase yang dihasilkan oleh bakteri. Antibiotik spetrum luas seperti oxytetracyclin dengan dosis 22 mg/kg akan menghasilkan efek MIC pada lumen dan jaringan uterus. Terapi penisilin intrauterina efektif untuk mengatasi penyakit yang disebabkan A. Pyogenes karena sensitif terhadap penisilin. Di dinding uterus konsentrasi penisilin akan terjaga selama 24 jam. Ketika teraba ada CLP pada ovarium maka terapi terbaik adalah dengan PGF 2 alpha. Dapat menyebabkan luteolisis dan pengurangan jumlah P4.

Metritis dicirikan dengan adanya cairan lochia dalam lumen uterus dan dapat di deteksi pada saat palpasi. Septic metritis dicirikan dengan depresi, demam, partial/complete anoreksia, dan laminitis, depress produksi susu, kadang diikuti dengan vaginitis, cervivitis, peritonitis. Cairan yang keluar bervariasi mulai mucus putih sampai cairan merah sampai merah hitam yang banyak, berair, dan cairan berbau busuk. Terapi Dengan pemberian antibiotic untuk organism penyebab utama (A. pyogenes dan bakteri gram negative anaerob). Pemberian antibiotic lokal pada saat fase puerpurium pertama, tidak akan menghasilkan hasil yang baik, karena pada saat itu banyak mikroorganisme yang menghasilkan penisilinase. Pada saat 30 hari postpartum, mikroorganisme penghasil penisilinase sudah dikeluarkan oleh aksi involusi uteri, sehingga pemberian pada saat itu akan menghasilkan hasil yang baik. Pemberian penisilin intrauterine harian dengan dosis 1 X 106 IU untuk A.

pyogenes. Pemberian beberapa preparat oxytetraciclin berdampak pada iritasi endometrium, cerviks dan vagina. Selain itu pemberian antibiotic intrauterine juga akan menimbulkan residu pada susu. Penisilin juga efektif pada pemberian sistemik, dosis harian dari penicillin untuk A. pyogenes adalah sekitar 10.000 20.000 IU. Perawatan untuk septic metritis adalah penanganan yang pertama pada septisemia. Dosis besar dari antibiotic broad-spektrum dibutuhkan. Pemberian iodine-povidone intrauterine juga efektif untuk kasus metritis. Terapi hormone dengan pemberian PGF. Pyometra Pyometra terjadi pada saat mikroorganisme pathogen yang ada pada uterus belum dikeluarkan pada saat involusi, sampai terjadi ovulasi yang berikutnya. CL berkembang setelah 15 18 post calving, hal ini dapat menghambat pelepasan PGF dari uterus, sehingga uterus berada pada pengaruh progesterone, yang akan mendepress aktifitas fagosit dari neutropil uterus dan menutup cerviks. Pyometra sering diakibatkan oleh Tritrichomonas foetus. Treatment dengan pemberian PGF.s

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, A, H. 2004. Bovine Medicine Disease and Husbandry of Cattle. Blackwell Science. Australia. Noekes, D, E., et al. 2001. Arthurs Veterinary Reproduction and Obstetetric. W.B Saunders Company. USA. Quinn, J, P., 2007, Veterinary Microbiology and Microbial Disease, Blackwell Publishing Company, Ames, Iowa.

LAPORAN INDIVIDUAL RUMINANSIA II UP 5 BLOK 16

PAMUNGKAS BAGUS SATRIYO 09/281711/KH/06172 KELOMPOK 2

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Anda mungkin juga menyukai

  • Sianida 1
    Sianida 1
    Dokumen6 halaman
    Sianida 1
    Hani Collect
    Belum ada peringkat
  • Laporan UP1
    Laporan UP1
    Dokumen11 halaman
    Laporan UP1
    Nilam Kusumastuti
    Belum ada peringkat
  • PP 1
    PP 1
    Dokumen2 halaman
    PP 1
    Deden van D'gazzpooll
    Belum ada peringkat
  • PP 2
    PP 2
    Dokumen2 halaman
    PP 2
    Yudha Yoga
    Belum ada peringkat
  • Laporan UP1
    Laporan UP1
    Dokumen11 halaman
    Laporan UP1
    Nilam Kusumastuti
    Belum ada peringkat
  • 2 Enterobakteria
    2 Enterobakteria
    Dokumen43 halaman
    2 Enterobakteria
    Hani Collect
    Belum ada peringkat
  • Blok15 - Up6
    Blok15 - Up6
    Dokumen8 halaman
    Blok15 - Up6
    Hani Collect
    Belum ada peringkat
  • Blok15 - Up5
    Blok15 - Up5
    Dokumen14 halaman
    Blok15 - Up5
    Hani Collect
    Belum ada peringkat