Anda di halaman 1dari 34

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat berinteraksi dipandu oleh nilainilai dan dibatasi oleh norma-norma dalam kehidupan sosial.Apalagi masyarakat indonesia secara khusus mayoritasnya agama islam, sudah sewajarnya untuk membekali diri dengan memahami arti pentingnya nilainilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, lebih-lebih dalam pergaulan sehari-hari. Terutama pada anak-anak remaja yang sangat mudah terpengaruhi oleh perkembangan teknologi canggih, secara tanpa disadari dengna kemajuan tehknologi tersebut kita bisa mendengar, melihat melalui tayangan-tayangan televisi, itu akan membuka jalan untuk kita masuk kedalam pergaulan bebas. Seperti yang sering kita lihat tayangan televisi yang di gemari hususnya para anak-anak, remaja bahkan orang dewasa yaitu film SinetronPutih Abu-Abu didalam film tersebut menggambarkan bagaimana para remaja berkompetisi dalam segala hal sehingga apapun yang dilakukan sah-sah saja demi mendapatkan apa yang di inginkan. Melalui tayangan tersebut anak-anak dan para remaja akan meniru dan memperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti gaya bergaul, gaya berpakayan, gaya bahasa, semua di rubah-rubah contohnya Saya, Kamu berubah menjadi Guwe, Low katanya itu bahasaGaulbahasa yangngetren saat ini dikalangan anak remaja. Bahkan sebagian besar dari para anak-anak remaja melakukan hal-hal yang keluar dari ketentuan nilai dan norma sosial,

akibat dari lemahnya kontrol sosial, sehingga mereka bebas bergaul dengan siapa saja yang disukainya, karna tidak ada penekanan dari orang tua, atau dari penegakan nilai dan norma tersebut di dalam kehidupan masyarakat. Dari penomena diatas kita melihat bahwa lemahnya peroses penegakan kontrol sosial yang dilakukan oleh aparat penegak hukum seperti: Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan beserta peran para orang tua dalam mengawasi gerak-gerik anak-anaknya, yang diharapkan sebagai generasi penerus bangsa. Tetapi apa yang terjadi pada saat ini, seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman sangat jarang sekali kita jumpai anggota masyarakat konsisten dalam mematuhi aturan atau niali dan norma yang berlaku. Sepanjang semua anggota masyarakat bersedia menaati aturan yang berlaku, hampir bisa dipastikan dalam kehidupan bermasyarakat akan bisa berlangsung dengan lancar dan tertib. Tetapi berharap semua anggota masyarakat bisa berperilaku taat, tentu merupakan hal yang mahal.Didalam kenyataan, tentu tidak semua orang yang selalu bersedia dan bisa memenuhi ketentuan atau aturan yang berlaku, bahkan tidak jarang ada orang-orang tertentu yang sengaja melanggar aturan yang berlaku untuk kepentingan peribadinya, seperti seorang yang bernekat menjadi pencuri dan sebagainya. Untuk mencegah agar kecendrungan warga masyarakat yang ingin dan yang telah melanggar agar tidak terus merebak berkembang lebih parah, maka masyarakat perlu menjalankan pengendalian sosial atau kontrol sosial terhadap individu-individu, dan anggota masyarakat. Namun bagaimanapun anggota masyarakat mencoba untuk mentaati aturan-aturan dan nilai sosial

yang masih ada yang melakukan berbagai bentuk pelanggaran-pelanggaran yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, baik itu pelanggaran yang sifatnya terbuka maupun yang tersembunyi. Sebagaimana fakta kongkrit yang telah terjadi disebagian kost- kostan yang ada lingkungan pancor sanggeng, banyak telah ditemukan pelanggaranpelanggaran seperti: Pencurian, Perampokan, dan Perzinahan atau mesum, yang dilakukan oleh anggota masyarakat hususnya anak kost- kostan yang tidak sewajarnya dilakukan, sehingga banyak yang kita temukan anak-anak kost-kostan tidak bisa melanjutkan pendidikannya, akibat lemahnya kontrol dari wali kostnya, mereka hamil diluarnikah, dan ada yang ditemukan berduaan akhirnya dikawin. Apakah seperti itu yang dilakukan sebagai seorang penuntut ilmu yang di harapkan sebagai generasi penerus oleh orang tuanya dan oleh masyarakat, semua itu terjadi karna mereka merasa terlepas dari kontrol orang tunya, atau mereka jauh dari orang tuanya,dalam keadaan seperti inilah sangat dibutuhkan peranan wali kost, tokoh masyarakat, tokoh agama, dalam menjaga nilai dan norma yang seharusnya di tegakkan dalam menciptakan tertib sosial. Akan tetapi sebagian besar dari wali kost yang ada dilingkungan pancor sanggeng kurang memperhatikan bagaimana perilaku anak kost-kostan sehari-harinya, ini merupakan tanggungjawab sebagai wali kost, yang demikian itu yang harus dihadapi oleh beberapa individu yang menjadi wali kost merupakan salah satu beban yang harus di tanggung agar bagaimana

peran seorang wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial yang ada di lingkungan masyarakat sekitar khususnya di lingkungan kost-kostan agar tetap terjaga sesuai dengan harapan masyarakat. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti melihat berbagai pelanggaran yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat hususnya dilingkungan kostkostan, oleh karnaitu peneliti menganggap masalah ini sangat penting untuk diteliti.Dengan banyaknya fakta kongkrit yang peneliti temukan khususnya di lingkungan kost-kostan dan dilingkungan masyarakat secara umum, Maka peneliti mengangkat masalah, Peran Wali Kost Dalam Menjaga Nilai Dan Norma Sosial (Studi Kasus Dipancor Sanggeng, Selong Lombok Timur). B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka pokus peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti dapat mengetahui masalah- masalah yang akan diteliti sehingga nampak jelas dan terarah, mengenai bentuk kontrol sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai dan norma sosial yang berlaku. C. Rumusan Masalah Dari fokus penelitian diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial dilingkungan masyarakat dan dilingkungan kost-kostan yang ada di Pancor Sanggeng?

2. Bagaimanakah bentuk sanksi bagi pelanggar nilai dan norma sosial terhadap anak kost yang melanggar nilai dan norma yang telah ditetapkan oleh wali kost diPancor Sanggeng? D. Tujuan Penelitian Untuk member arahan yang lebih sistematik baik dan teratut maka perlu ditetapkan tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejauh mana peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial dilingkungan masyarakat dan kost-kostan. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah bentuk sangsi bagi pelanggar nilai dan norma sosisl yang telah ditetapkan oleh wali kost, studi kasus di Pancor Sanggeng. E. Manfaat Penelitian A. Manfaat Teoritis Penelitian ini dan hasilnya kiranya akan memberikan sumbangan positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama bagi mahasiswa. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan wali kost dan terutama anak kost-kostan dan secara umumnya bagi semua manusia, untuk bisa menjadi masyarakat yang lebih baik. B. Manfaat Praktis. Manfaat praktis dari penelitian ini dapat penulis kelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat praktis bagi individu (Perorangan) dan manfaat praktis bagi anggota masyarakat secara keseluruhan.

1.

Bagi peneliti bermanfaat untuk: a. Menambah pengetahuan tentang bagaimana peran-peran wali kost dalam menjaga nilai dan noram sosial didalam lingkungan kost-kostan dan lingkungan masyarakat secara umum. b. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kontrol sosial didalam kehidupan bermasyarakat. c. Dapat memberikan informasi tentang bagaimana peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam lingkungan kost-kostan dan lingkunan masyarakat setempat.

2.

Bagi pembaca dapat bermanfaat untuk : a. Menambah pemahaman terhadap bagaimana peranan wali kost yang bertanggung jawab dalam menjaga nilai dan norma sosial di dalam masyarakat umumnya. b. Menambah pengetahuan tentang pentingnya penerapan nilai dan norma didalam lingkungan kost-kostan dan lingkungan masyarakat. c. Memberikan memotifasi untuk menjadi anggota masyarakan yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Wali Kost 1. Pengertian Peran Dalam kamus besar bahasa indonesia peran adalah suatu yang mewujudkan bagian yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa, (Poer Madarmita:1985;735). Menurut soekanto menyatakan peran adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat yang meliputi nilai dan norma yang di kembangkan dalam dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Sedangkan konsep tentang peran (Role) menurut (kamarudin: 1994;766) menganggap bahwa peran merupakan dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen, pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status yang bagian dari suatu fungsi seseorang di dalam kelompok peranata fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya, dan fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat. (Skripsi, Lia eka sutaria: 2011;07). Dapat dikatakan peran seseorang berkaitan dengan setatus yang melekat padanya nampak dari perilaku sebab dalam berinteraksi dengan individu lain dalam berbagai kegiatan dalam masyarakat. Disamping itu pula peran seseorang itu di tentukan oleh situasi yang di hadapi dalam arti sesuai dengan situasi dimana dan dengan siapa individu tersebut mengadakan interaksi.

Sedangkan dalam pengertian sosialogi peran adalah perilaku atau tugas yang diharapkan untuk di laksanakan seseorang berdasarkan kedudukan atau setatus yang dimiliki. Dengan kata lain peran adalah penanggungjawab, jabatan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusiadalam suatu masyarakat atau organisasi. (Skripsi Radiah: 2003;6) Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (Status).Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. (Soekanto:1990;268). Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lainterhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhioleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Barbara:2008). 2. Pengertian Wali Kost Wali kost merupakan orang tua kedua yang di beri tanggung jawab oleh orang tua pertama dalam janngka waktu tertentu, mereka diserahkan kepada wali kost, guna untuk dikontrol selama mereka berada dilingkungan kost-kostan yang dipimpinnya tersemut, kemudian memiliki peranan penting dalm menjaga keteraturan atau nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, karna dia sudah diserahkan oleh orangtua mereka untuk di awasi, dijaga, dan dididik untuk menjadi masyarakat yang memiliki pekerti yang baik. (Skripsi, hiryani radiah: 2010;11). Wali kost juga bisa di setarakan dengan peranannya sebgai orang tua atau keluarga, sama-sama memiliki peranan penting dalam memberikan bimbingan kepada anggota keluarga. Keluarga adalah unit satuan masyarakat

yang terkecil sekaligus merupakan kelompok kecil dalam masyarakat. Klompok ini dalam hubungannya dengn perkembangan individu, sering dikenal dengan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk keperibadiannya dalam masyarakat. Tidak dapat di pungkiri, bahwa keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. (Singgih: 1981; 9). Menurut oqburn, fungsi keluarga adalah kasih sayang, ekonomi, pendidikan, perlindungan, status keluarga, dan agama. Sedangkan fungsi keluarga menurut bierstatt adalah menggantikan keluarga, mengatur, bersipat membantu, menggerakkan, nilai-nilai kebudayaan, dan menunjukkan status. (Suprianto: 2010;117) B. Nilai Sosial 1. Pengertian Nilai Sosial Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan. Dalam sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi kasalehan beribadah, maka apabila ada orang yang malas beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan, cercaan, celaan, cemoohan, atau bahkan makian. Sebaliknya, kepada orang-orang yang rajin beribadah, dermawan, dan seterusnya, akan dinilai sebagai orang yang pantas, layak, atau bahkan harus dihormati dan diteladani. Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan bahwa nilai (Value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,

mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan Hunt: (1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, penting atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda, orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya. 2. Macam-Macam Nilai Sosial Prof. Notonegor, Membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu: (1) Nilai Material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia, (2) Nilai Vital, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas, dan (3) Nilai Kerohanian, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (Cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber pada unsur perasaan (Estetika), nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (Karsa), dan nilai keagamaan (Religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi (Wahyu) dari Tuhan. 3. Nilai Individual Seorang individu mungkin memiliki nilai-nilai yang berbeda, bahkan bertentangan dengan individu-individu lain dalam masyarakatnya. Nilai yang dianut oleh seorang individu dan berbeda dengan nilai yang dianut oleh sebagaian besar anggota masyarakat dapat disebut sebagai nilai individual.

10

Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat disebut nilai sosial. Beberapa pandangan tentang nilai: 1. Nilai bersifat Objektif Pandangan ini menganggap bahwa nilai suatu objek itu melekat pada objeknya dan tidak tergantung pada subjek yang menilai maksudnya, setiap objek itu memiliki nilai sendiri, meskipun tidak diberi nilai oleh seseorang atau subjek. 2. Nilai bersifat Subjektif. Pandangan ini beranggapan bahwa nilai dari sesuatu itu tergantung pada orang/subjek yang menilainya suatu objek yang sama dapat mempunyai nilai yang berbeda bahkan bertentangan bagi orang yang satu dengan orang lain, suatu objek yang sama dapat dinilai baik atau buruk, benar atau salah, serta berguna atau tidak berguna tergantung pada subjek yang menilainya. Nilai dibagi menjadi empat antara lain: a. Nilai Etika merupakan nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalnya kejujuran, nilai tersebut saling berhubungan dengan akhlak, nilai ini juga berkaitan dengan benar atau salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat. Nilai etik atau etis sering disebut sebagai nilai, moral, akhlak, atau budi pekerti, selain kejujuran, perilaku suka menolong, adil, pengasih, penyayang, ramah dan sopan termasuk juga ke dalam nilai ini. sanksinya berupa teguran, cacimaki, pengucilan, atau pengusiran dari masyarakat.

11

b. Nilai Estetika atau nilai keindahan sering dikaitkan dengan benda, orang, dan peristiwa yang dapat menyenangkan hati (Perasaan) nilai estetika juga dikaitkan dengan karya seni. Meskipun sebenarnya semua ciptaan tuhan juga memiliki keindahan alami yang tak tertandingi. c. Nilai Agama berhubungan antara manusia dengan Tuhan kaitannya dengan pelaksanaan perintah dan larangannya. Nilai agama

diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang bermanfaat baik didunia maupun di akhirat, seperti rajin beribadah, berbakti kepada orangtua, menjaga kebersihan, tidak berjudi dan tidak meminumminuman keras, dan sebagainnya. bila seseorang melanggar norma/kaidah agama, ia akan mendapatkan sanksi dari Tuhan sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Oleh karena itu, tujuan norma agama adalah menciptakan insan-insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam pengertian mampu melaksanakan apa yang menjadi perintah dan meninggalkan apa yang dilarangannya. mengendalikan adapun sikap kegunaan norma dan perilaku agama, yaitu untuk dalam

setiap

manusia

kehidupannya agar selamat di dunia dan di akhirat. d. Nilai sosial berkaitan dengan perhatian dan perlakuan kita terhadap sesama manusia di lingkungan kita. nilai ini tercipta karena manusia sebagai mahkluk sosial. Manusia harus menjaga hubungan diantara sesamannya, hubungan ini akan menciptakan sebuah keharmonisan

12

dan

sikap

saling

membantu,

kepedulian

terhadap

persoalan

lingkungan, seperti kegiatan gotong-royong dan menjaga keserasian hidup bertetangga, merupakan contoh nilai sosial. C. Norma Sosial 1. Pengertian Norma Sosial Norma adalah harapan perilaku yang pantas dan berfugsi sebagai pedoman. Umum untuk tindakan sosial perilaku manusia menampilkan keteraturan tertentu. Yang merupakan hasil kepatuhan terhadap norma- norma bersama dalam pengertian ini tindakan manusia di tata oleh aturansebuah norma sosial tidak selalu perilaku aktual dan perilaku normatif tidak hanya merupakan pola yang paling sering terjadi karna istilah ini muncul pada harapan masyarakat tentang perilaku yang Benar atau Pantaas, norma menyiratkan adanya legitimasi, persetujuan dan preskripsi. Walaupun penyimpangan terhadap norma-norma didapat melalui internalisasi atau sosialisasi. Konsep ini adalah konsep sentral, dalam teori ketertiban. (Kamus Sosiologi: 2010; 384) Kalau nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat.

13

2. Macam-Macam Norma Sosial Secara umum kita dapat membedakan norma menjadi dua yaitu: 1. Norma khusus adalah aturan yang berlaku dalam kegiatan atau kehidupan khusus misalnya aturan olahraga,aturan pendidikan,atau aturan sekolah, dan sebagainnya. 2. Norma umum adalah Norma yang bersifat umum atau universal. Didalam kehidupan masyarakat terdapat norma-norma (Aturan-

Aturan)yang mengatur perilaku anggota masyarakatyaitu sebagai berikut: a. Norma Agama Norma agama merupakan atuaran-aturan yang mutlak kebenarannya karena aturan-aturan tersebut berasal dari Tuhan Yang Mahakuasa. Kebenaran norma adalah mutlak.hal ini disebabkan oleh aturan dan sanksinya diciptakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Norma agama berisi petunjuk

Tuhan yang berupa perintah (kewajiban dan anjuran), larangan dan sanksinya bagi yang melanngar adalah di akhirat. b. Norma Kesusilaan Norma kesusilaan merupakan aturan-aturan yang bersumber dari suara hati nurani manusia berupa perintah dan larangan hati nurani manusaia. Contohnya kita harus jujur, mencintai sesama manusia, tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyakiti hati orang lain. Seorang yang melanggar norma ini akan menerima sanksi berupa perasaan tidak tentram, resah, gelisah dan sebagainya.

14

c.

Norma Kesopanan Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang mengatur sikap dan

tingkah laku manusia dalam masyarakat, norma ini berisi perintah masyarakat yang harus dilaksanakan dan larangan masyarakat tidak boleh dilakukan, contohnya antara lain:Jangan meludah sembarang tempat, berbicara dengan orangtua berbahasa halus dan sopan, mengucapkan salam bila bertemu orang lain. Pelanggarannya terhadap norma kesopanan akan menimbulkan sanksi dari masyarakat yang terwujud dalam bentuk teguran, caci maki, cemooh, diasingkan dari pergaulan, dan sebagainnya. d. Norma Hukum Norma hukum adalah seperangkat peraturan yang dibuat oleh negara atau badan yang berwenang, norma hukum berisi perintah negara yang dilaksanakan dan larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh warga Negara, sifat dari norma ini adalah tegas dan memaksa. Sifat Memaksa dengan sanksinya yang tegas inilah yang merupakan kelebihan dari norma hokum, jika dibandingkan dengan norma-norma yang lainnya, demi tegaknya hukum, negara mempunyai lembaga beserta aparat-apratnya di bidang penegakan hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim, bila seseorang melanggar hukum, ia akan menerima sanksinya berupa hukuman misalnya hukuman mati, penjara, kurungan, dan denda.

15

D. Kontrol Sosial 1. Pengertian Kontrol Sosial Menurut (Roucek: 1965;146), Kontrol sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada peroses terencana atau tidak untuk mengajar individu agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai kelompok tempat mereka tinggal. Menurut (Soekanto: 1981;146 ), yang dimaksud pengendalian sosial adalah suatu peroses baik yang direncanakan atau yang tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku. Salah satu paktor yang mempertimbangkan alasan mengapa warga msyarakat perlu dikontrol atau diberi rambu-rambu didalam perperilaku sehari-hari ada kaitan dengan efektivitas tidaknya proses sosialisasi. Peroses sosialisasi, secara normatif, tidak hanya mendatangkan manfaatbagi masyarakat dalam arti memungkunkan terwujutnya tertib sosiaal, akan tetapi juga akan mendatang kan manfaat bagi warga masyarakat secara individual. Melalui peroses sosialisai ialah warga-warga masyarakat dapat belajar bagaimana bertingkah pekerti dan menyusuaikan diri didalam masyarakat tanpa menemui kesulitan apa pun juga. Ide utama dibelakang teori kontrol adalah penyimpangan merupakan dari hasil kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini dibangun atas dasar pandangan bahwa setiap manusia senderung untuk tidak patuh pada hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan pelenggaran hukum. Oleh

16

sebabitu para ahli teori kontrol sosial menilai perilaku menyimpang adalah konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk menati hukum. Sebagaimakhluk sosial, manusia hidup bersama orang lain, dalam hidup bersama, tentu seorang manusia tidak dapat bertindak seenaknya. Norma meletakkan pedoman dasar bagaimana manusia memainkan perannya dan bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya.Akan tetapi sering terjadi norma-norma itu tidak diindahkan.Terjadi berbagai penyimpangan socialAkibatnya, timbul kekacauan dalam masyarakat. Kontrol sosial didalam arti mengendalikan tingkah pekerti masyarakat agar selalu tetap komfrom dengan keharusan-keharusan norma. Adapun yang dimaksud dengan sanksi didalam pembicaraan disini adalah suatu bentuk penderitaan yang secara sengaja dibebankan oleh masyarakat kepada seorang warga yang terbukti melanggar keharusan norma sosial. Dengan tujuan agar warga masyarakat ini kelak tidak lagi melakukan pelanggaran dan penyimpangan terhadap nilai dan norma tersebut Norma-norma merupakan petunjuk dan pedoman mengenai bagaimana caranya dan bagai mana sebaiknya, menyelesaikan urusan-urusan hidup didalam masyarakat. Demikian lah karna peroses sosialisasi itu pada akhirnya bersifat rewarding- artinya mendatangkan reward, manfaat atau mendatang kan keuntungan tertentubagi individu-individu warga masyarakat normaliter para warga masyarakat tidak seorang pun yang menentang (secara total) berbagai sosialisasi yang diselenggarakan terhadapnya, baik sosialisasi secara otoriter maupun yang bersifa ekualitas. Bahkan apa yang sering kali terjadi

17

adalah para warga masyarakat itu justru sukarela menyerahkan dirinya untuk disosialisasi norma-norma dan pola-pola disosialisasikan terhadapnya itu.Secara rinci, beberapa paktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku menyimpang dari norma yang berlaku adalah sebagai berikut menurut, (Soekanto: 1981;134): 1. Karna kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau tidak memenuhi kebutuhan dasarnya. 2. Karna kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan. 3. Karna didalam masyaraakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang warga masyarakat. 4. Karna memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat secara merata. 2. Bentuk Kontrol Sosial Kontrol sosial mengacu kepada berbagai alat yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk mengembalikan anggota-anggota yang kepala batu kedalam relnya. Tidak ada masyarakat tanpa adanya kontrol sosial. Bentuk kontrol sosial atau cara-cara pemaksaan komformitas relatif beragam. Cara pengendalian masyarakat dapat dijalankan dengan cara fersuasif dan dengan cara koersif. Cara fersuasif terjadi apabila pengendalian sosial ditekankan pada usaha untuk mengajak atua membimbing, sedang koersif tekanan diletakkan pada kekerasan atau ancaman dengan mempergunakan atau

mengandalkan kekuatan fisik.

18

Menurut (Soekanto: 1981; 146), cara mana yang lebih baik senantiasa tergantung pada situasi yang di hadapi dan tujan yang hendak dicapai, maupun jangka waktu yang dikehendaki.Metode kontrol sosial bervareasi menurut tujuan dan sifat kelompok yang bersangkuatan, disamping berbagai mekanisme seperti desas- desus, mengolok-olok mengucilkan, menyakiti, bentuk pengendalian sosial juga bisa dilakukan melalui ideologi, bahasa, seni, rekreasi, organisasi rahasia, cara-cara tanpa kekerasan. Pengendalian sosial pada dasarnya bisa dijalankan melalui institusi atau tidak, ada yang dilakukan secara lisan dan secara simbolis, ada yang dilakukan secara kekeerasan, ada yang menggunakan hukuman, dan adayang menggunakan imbalan, serta ada yang bersifat informal dan ada pula yang formal. Didalam kelompok perimer atau komunitas yang relatif akrab dimana satu samalain saling kenal secara personal, mekanisme kontrol umumnya dilakukan secara langsung oleh anggota komunitas itu secara keseluruhan. Tentang bentuknya bisa berupa mekanisme persuasi, menertawakan, pergunjingan, atau penghinaan. Berbeda dengan daerah perkotaan dimana antar anggota masyarakat saling acuh, individualistis, dan rata-rata bersikap tidak mau mencampuri urusan orang lain, di daerah pedesaan yang masih tradisional,nyaris apa pun tindakan dantingkah pola anggota warga masyarakat mana pun akan diketahui oleh semua warga yang ada. (Roucek:1965;146), Ditegaskan (Peter L. Berger), bahwa olok-olok dan pergunjingan adalah alat kontrol sosial yang kuat didalam kelompok primer dalam segala jenis.

19

Disamping itu, mekanisme yang tak kalah efektif untuk menegakkan tertib sosial didalam komunitas primer adalah moralitas, adat- istiadat, dan tata sopan-santun. Seseorang yang dinilai sering bersikap tidak sopan, biasanya akan jarang atau bahkan tidak pernah diundang ke dalam beerbagai pertemuan warga desa. Disini lain, jika ada seorang bertindak moral, seperti berzina, misalnya dia tidak hanya dikucilkan, tetapi tidak jarang juga akan diberi sanksi yang betul-betul memalukan sehingga membuat orang lain yang ingin berbuat serupa bakal berfikir seribu kalisebelum benar- benar melanggarnya. Kita pernah membaca dimedia massa, bahwa dibeberapa tempat orang yang disangka melakukan hubungan seks diluar nikah akan diarak bugil dan bahkan dipaksa mengulangi perbuatannya di depan umum. Cara terakhir, dan tak layak lagi, yang tertua dalam kontrol sosial adalah kekerasan fisik. Diberbagai komunitas cara-cara kekerasan dapat di gunakan secara resmi dan sah mana kala semua cara paksaan gagal. Kerusuhan yang telah berkembang menjadi gerakan anarki, misalnya sering kali secara terpaksa dibubarkan dan diatasi oleh aparat petugas dengan cara kekerasan, misalnya, dengan cara melemparkan gas air mata atau membubarkan massa yang berkerumun dengan pukulan pentungan. Kalangan masyarakat umum cukulp sering terpaksa menggunakan kekerasan untuk menegakkan norma sosial yang berlaku. Kita berkali-kali membaca dalam media massa bahwa seorang tersangka pelaku kejahatan seperti pencopetan, penodong meninggal dunia setelah secara berramai-ramai dianiaya massa yang marah. Menurut (Barger: 1985;147).

20

3.

Aparat Penegak Kontrol Sosial Upaya penegakan kaidah-kaidah sosial di dalam masyarakat yang

semakin moderen, tak pelak harus dilakukan dan dibantu olek kehadiran aparat petudgas kontrol sosial lainnya. Didalam berbagai masyarakat, beberapa aparat petugas kontrol sosial yang lazim dikenal adalah aparat kepolisian, pengadilan, sekolah, lembaga keagamaan, adat, tokoh masyarakat, seperti kiai, pendeta, tokoh yang dituakan dan sebagainya. Dikehidupan masyarakat yang moderen, pihak yang paling utama diharapkan didalam usaha menegakkan kaidah sosial sekaligus melindungi warga masyarakat lain dari gangguan orang- orang yang dengan sengaja maupun tidak sengaja melanggar aturan atau hukum yang berlaku adalah aparat kepolisian. Kepolisian disini memiliki otoritas sesuai dengan mandat yang diterima untuk mengatur ketertiban, keamanan dan keselamatan masyarakat diberbagai tempat dan waktu. 4. Bentuk Sanksi Terhadap Planggaran Nilai dan Norma Sosial dalam Upaya Penegakan Peraturan Dalam upaya penegakan kontrol sosial agar dapat berjalan dengan tertib maka harus di tentukan sanksi-sanksi, dengan tujuan agar warga masyarakat ini kelak tidak lagi melakukan pelanggaran dan penyimpangan terhadap nilai dan norma tersebut. Dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya terdapatlima cara yaitu: 1. Tata cara atau Usage.Tata cara (Usage); merupakan norma dengan sanksi yang sangat ringat terhadap pelanggarnya, misalnya aturan memegang

21

garpu atau sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika minum. Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan. 2. Kebiasaan (Folkways). Kebiasaan (Folkways); merupakan cara-cara bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulangulang oleh banyak orang. Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua. 3. Tata kelakuan (Mores). Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya disebut jahat. Contoh: larangan berzina, berjudi, minum minuman keras, penggunaan napza, mencuri, dst. 4. Adat (Customs). Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun sangat kuat mengikat, apabila adat menjadi tertulis ia menjadi hukum adat. 5. Hukum (Law). Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis, ketentuan sanksi terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara tegas. Berbeda dengan norma-norma yang lain, pelaksanaan norma hukum didukung oleh adanya aparat, sehingga memungkinkan pelaksanaan yang tegas. Ada tiga jenis sanksi yang digunakan didalam usaha-usaha pelaksanaan kontrol sosial ini yaitu:

22

a.

Sanksi yang bersifat fisik Sanksi fisik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan fisik

pada mereka yang dibebeni sanksi tersebut, misalnya didera, dipenjara, diikat, dijemur dibawah matahari dan tidak diberimakan dan sebagainya. b. Sanksi yang bersifat sikologik Sanksi sikologik adalah menanggung beban penderitaan yang dikenakan padasi pelanggar norma itubersifat kejiwaan, dan mengenai perasaan, misalnya hukuman dipermalukan dimuka umum, diumumkan segala kejahatan yang telah diperbuat, dicopot tanda kepangkatan didalam suatu upacara, dan lain sebagainya. c. Sanksi yang bersifat ekonomik Sanksi ekonomik adalah beban pendritaan yang di kenakan kepada pelanggar norma, berupa pengurangan kekayaan atau potensi

ekonomiknya, misalnya dikenakan denda, penyitaan harta kekayaan, dipaksa membayar gantirugi dan sebagainya. (James: 2008). E. Kerangka Berfikir Wali kost memiliki peranan penting dalam menjaga nilai dan norma sosial, karna wali kost memiliki wewenang atau kedudukan tertinggi terhadap anggota kost yang di pimpinnya, Karnadidalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan ataupun tata kelakuan yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian wali kost memkiliki peran penting dalam menjaga nilai dan norma sosial, dengan memberikan

23

pengawasan, perhatian, dan memberikan aturan-aturan terhadap anak kostkostan yang menjadi tanggungjawabnya sebagai wali kost, yang di percayakan oleh orang tua mereka. Dengan epektifnya kontrol sosial yang di lakukan oleh wali kost, maka dapat dipastikan bahwa, pergaulan yang terjadi terhadap anak-anak kostkostan akan terkontrol sesuai dengan nilai-nilai yang sudah ada, meskipun dari anak-anak kost tersebut sudah dewasa, sudah memiliki kesadaran namun tanpa pengawasan yang dilakukan wali kost pelanggaran bisa saja menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku. Dengan demikian kontrol sosial didalam arti mengendalikan tingkah pekerti masyarakat agar selalu tetap komfrom dengan keharusan-keharusan norma, nilai dan norma dapat terjaga secara epektif apabila diiringi dengan sanksi-sanksi yang harus dijalani sesuai dengan pelanggaran yang di lakukan oleh individu didalam masyarakat. Dengan berfungsinya peranan kontrol sosial yang di lakukan oleh aparat penegak kontrol sosial, hususnya wali kost maka dapat di pastikan nilai dan norma sosial menjadi kontrol yang utama dalm masyarakat kususnya anak kostkostan didalam pergaulan sehari-hari.

24

2.1 Bagan Krangka Berfikir

WALI KOST

NILAI DAN NORMA SOSIAL

PENGAWASAN

PERHATIAN

PERATURAN

ANAK KOST-KOSTAN

TERCIPTANYA SUASANA KONDUSIF

25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif sebagai mana yang di kemukakan oleh lexy j. Moleong mendefinisikan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang dapat di amati, menurutnya, pendekatan ini di arahkan pada latar individu tersebut secara holistik (Utuh). (Moleong.J. Lexy). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif, ini karna beberapa pertimbangan sebagai mana yang di kemukakan oleh moleong sebagai, pertama, menyusuaikan metode kulitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden.Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyusuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola yang di hadapi. Selain dari pertimbangan di atas peneliti menggunaka metode kualitatif ini juga di sebabkan kerna penelitian ini ingin mengungkapkan dengan apa adanya mengenai, Peran Wali Kost Dalam Menjaga Nilai Dan Norma Sosial (Studi Kasus Di Pancor Sanggeng, Selong Lombok Timur).

26

B. Lokasi Penelitian Dalam Penelitian ini dilaksanakan diPancor Sanggeng Lombok Timur. Pemilihan wilayah ini didasarkan pada alasan bahwa: Pancor Sanggeng

merupakan tempat yang cocok karna banyak penomena yang terjadi sesuai dengan pengalaman dan observasi yang peneliti temukan sebagai anak kostkostan. Dan tidak terlalu banyak menghabiskan biaya dalam melakukan penelitian. C. Subjek Penelitian Untuk menentukan subjek penelitian ini di perlukan tehnik pengambilan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut. (Sugiono:2003;91). Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek yang diteliti adalah Peran Wali Kost dalam Menjaga Nilai dan Norma Sosial (Studi Kasus Di Lingkungan Pancor Sanggeng), Subjek Penelitian ini antara lain adalah: a. Subjek dalam penelitian ini disesuikan dengan judul penelitian dimana sasarannya beberapaWali Kost- Kostan yang ada di Pancor Sanggeng. b. Informant Penguat Data Untuk penguat data peneliti mengambil impormasi dan informantinformant yaitu sebagai berikut: 1. 2. Tokoh Masyarakat Tokoh Agama

27

D. Objek Penelitian Sedangkan objek penelitian ini Peran Wali Kost Dalam Menjaga Nilai Dan Norma Sosial( Studi Kasus Di Lingkungan Pancor Sanggeng ). E. Jenis Dan Sumber Data Lofland dan Lofland (Meleong:2004;157), menyatakan bahwa sumber dan data utama dalam kualitatif ialah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lai-lain. Dengan demikian, sumber data penelitian yang bersifat kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari informan dilapangan yaitu dari hasil observasi dan wawancara. Oleh sebab itu, sumber data utama penelitian ini adalah para wali kost itu sendiri denganinforman yang diwawancarai bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial dalam lingkungan kostkostan dan lingkungan masyarakat . 2. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung dari informan dilapangan, seperti dokumentasi dan sebagainya. F. Teknik Pengumpulan Data Adapun tehnik yang di gunakan untuk mengumpulkan data dari lapangan adalah:

28

1.

Metode Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu wawancara yang mengajak pertanyaan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong:2002;135).Wawancara merupakan data informasi dengan

caramengajukan sejumlah pertanyaan lisan, untuk dijawab secara lisan pula. (Rachman:1999;83). Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa pedoman atau instrumen wawancara yaitu berbentuk pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian. Sedangkan wawancara yang diterapkan adalah wawancara berstruktur. Wawancara berstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check list (Arikunto:2002;20). Selain itu wawancara dilakukan melalui wawancara tak berstruktur yaitu wawancara dilakukan secara informal, dimana pertanyaan tentang pandangan sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya yang berkaitan dengan peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial, yang diajukan secara bebas kepada subjek penelitian. Di samping itu wawancara ini dapat dikembangkan apabila diperlukan untuk melengkapi data-data yang masih kurang. Kelebihan tersebut wawancara tak berstruktur antara lain: a. Memungkinkan peneliti untuk mendapatkan keterangan dengan lebih cepat. b. Ada keyakinan bahwa penafsiran responden terhadap pertanyaan yang diajukan adalah tepat.

29

c. d.

Sifatnya lebih luas. Pembatasan-pembatasan dapat dilakukan secara langsung, apabila jawaban yang diberikan melewati batas ruang lingkup masalah yang diteliti.

e.

Kebenaran

jawaban

dapat

diperiksa

secara

langsung.

(Soekanto: 1984;25) Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa wawancara adalah untuk mendapatkan gambaran yang sejelas-jelasnya dan informasi yang selengkaplengkapnya. Melalui wawancara ini diharapkan peneliti mendapatkan gambaran mengenai, peran wali kost dalam menjaga nilai dan norma sosial. 2. Metode Observasi. Dalam penelitian ini, observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistemik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga peneliti berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide atau rangkaian foto (Rachman:1999;77). Berkaitan dengan jenis observasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi secara langsung dan tidak langsung yaitu di Pancor Sanggeng Lombok Timur.

30

3.

Metode Dokumentasi Dokumentasi menurut, Schatzman dan Strauss: (prof. Dedimulyanan:

2001;195), menegaskan bahwa metode dokumentasi historis merupakan bahan penting dalam penelitian kualitatif. Menurut mereka, sebagai bagian metode lapangan. Peneliti dapat menelaah dokumen historis dan sumber- sumber sekunderkainnya karna kebanyakan situasi yang dikaji mempunyai sejarah dan dokumen- dokumen ini sering menjelaskan sebagian aspek situasi tersebut. Dalam kaitan ini, otobiografi, cetakan harian, surat-surat pribadi biasanya yang terpenting. G. Uji Keabsahan Data Sebelum menafsirkan data terlebih dilakukan pemerikasaan (Check) keabsahan data. Ada beberapa teknik pemerikasaan keabsahan data, antaranya memperpanjang Keikutsertaan, ketekunan pengamatan,

trianggulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, kecukupan referensi, pengecekan anggota, uraian rinci, dan Auditing (Moleong:1990;178). Dalam penelitian ini ditetapkan dua teknik utama yaitu memperpanjang keikutsertaan dan trianggulasi.Memperpanjang waktu penelitiaan memang relatif tergantung dari masalah yang diteliti, juga sebelumnya dilaksanakan Pra-survey. Sedangkan tringgulasi merupakan proses menemukan

kesimpulan dengan mengadakan Check dan recheck dari berbagai sudut pandang atau strategi. Mengenai trianggulasi dalam penelitian ini, bukan sekedar menguji kebenaran data dan bukan untuk mengumpulkan berbagai

31

ragam data, melainkan juga suatu usaha untuk melihat dengan lebih tajam hubungan antara berbagai data untuk mencegah kekeliruan dan kesalahan dalam analisis data. H. Teknik Analisis Data Patton (Hasan: 2002;97) Mengemukakan analisis data adalah proses mengatur urutan data mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan Bogdan dan Taylor (Hasan: 2002; 97) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumusakan hipotesis (Ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. ( Moleong: 2002;_ ) menyatakan bahwa yang dimaksud analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumusakan hipotesis kerja seperti yang dirumuskan data. Bentuk dan Cara Melakukan Analisis Data Pada prinsipnya analisis data ada dua cara yaitu analisis statistic dan analisis non statistik, hal ini tergantung pada datanya. Adapun analisis data non statistik, yang disebut juga sebagai analisis kualitatif deskriptif yaitu analisis yang tidak menggunakan model matematik, model statistik dan ekonometrik atau model-model tertentu lainnya. Analisis data dilakukan terbatas pada teknik pengolahan datanya, seperti pada dinding-dingding aturan, mading serta media tatatertib yang tersedia kemudian melakukan uraian dan penafsiran (Hasan: 2002;98).

32

Toha Anggoro: (2002;6.18) Langkah- langkah analissi yang biasa dilakukan oleh para peneliti kualitatif yang dapat dijadikan acuan dalam upaya untuk memhami dan meninterpretasikan data yang diperoleh. Analisis data kualitatif pada umumnya merupakan suatu proses interatif yang berkesinambungan yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut ini; 1. Analisis temuan yang terus menerus di lapangan, khususnya dalam masalah yang diteliti dan juga dalam keseluruhan fenomena yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian, dengan tujuan untuk

mendapatkan tema-tema besar dan untuk mengembangkan konsepkonsep 2. Pengelompokkan dan pengorganisasian data, sesegera mungkin setelah data diperoleh sehingga dapat membantu peneliti dalam memahami pole permasalahan dan atau fenomena yang diteliti. 3. evaluasi kualitatif tentang validitas atau kepercayaan data yang terus menerus Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif non statistik, dimana komponen reduksi data, dan sajian data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data setelah data terkumpul maka, tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan) berinteraksi. Ini untuk menjawab permasalahan pertama dari penelitian. Langkah- langkah analisis kualitatif deskriptif adalah sebagai berikut:

33

a.

Pengumpulan data Pengumpulan data ialah mencari, mencatat dan mengumpulkan semua

data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan yaitu pencatatan data yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan berbagai bentuk data yang ada di lapangan yang diturunkan peneliti serta melakukan pencatatan di lapangan. b. Reduksi data Data yang telah terkumpul dipilih dan dikelompokkan berdasarkan data yang mirip atau sama. Kemudian data ini diorganisasikan untuk mendapatkan kesimpulan data sebagai bahan penyajian data. Penyusunan data dilakukan dengan pertimbangan penyusunan data sebagai berikut: 1) Hanya memasukan data yang penting dan benar benar dibutuhkan. 2) Hanya memasukan data yang benar benar objektif. 3) Hanya memasukan data yang autentik. 4) Membedakan antara data informasi dengan pesan pribadi responden (Rachman: 1999;103). c. Penyajian data Setelah diorganisasikan, selanjutnya data disajikan dalam uraian uraian naratif disertai dengan bagan atau tabel untuk memperjelas penyajian data. d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

34

Anda mungkin juga menyukai