Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN Masa-masa gencarnya pembangunan di Indonesia yang dulu biasa disebut jaman pembangunan, telah lama lewat.

Tetapi hal ini tidak akan pernah menyurutkan kebutuhan material-material bahan bangunan seperti baja, kayu, dan tentu saja beton. Kebutuhan akan beton tentu saja tidak terlepas dari berbagai kelebihan yang dimilikinya sehingga beton seringkali menjadi pilihan utama untuk struktur bangunan. Sebagai seorang calon insinyur teknik sipil, kebutuhan pengetahuan teknologi beton mutlak diperlukan karena hampir seluruh bangunan yang didirikan memilih beton (baik beton bertulang maupun beton tidak bertulang) sebagai material utama untuk strukturnya. Contoh bangunan yang memakai beton sebagai material utamanya adalah rumah tinggal (baik bertingkat ataupun tidak), gedung-gedung perkantoran, jembatan, bendungan, dermaga, bandara, jalan raya, bangunan industri, dan lain-lain. I.1. Definisi bahan beton Beton didefinisikan sebagai sebuah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil / batu pecah), semen, air, dan bahan tambahan lain (admixtures) bila diperlukan dan telah mengeras. Bila campuran beton belum mengeras (plastis), bahan tersebut disebut spesi beton. Agar beton dapat menahan gaya tarik, maka di dalam beton diberi besi tulangan dan biasa disebut beton bertulang. Definisi beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan, dengan atau tanpa pratekanan dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material (beton dan besi tulangan) bekerja bersama-sama dalam menahan beban yang diterima. Agregat sebagai salah satu komposisi bahan beton (baik agregat halus atau agregat kasar) bisa didapat dari alam (alami: kerikil, pasir sungai), atau dari industri (buatan: batu pecah, pasir giling). Keduanya harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti kebersihan yang terjaga, gradasi yang baik, dan kadar organik yang rendah

Bab II : Penyelidikan Bahan Semen

sebelum digunakan sebagai campuran. Begitu pula semen dan air. Harus disesuaikan dengan kebutuhan bahan beton yang akan dipakai. I.2. Keunggulan dan Kelemahan Bahan Beton Seringnya bahan beton menjadi pilihan material utama dalam pembangunan, tidak terlepas dari berbagai kelebihan yang dimilikinya. Dari sisi ekonomis, selain mudah dibuat dan mudah dibentuk, bahan beton juga memiliki keunggulan lain yaitu agregat pengisi (pasir dan kerikil/batu pecah) sangat berlimpah di alam sehingga mudah didapat. Dari segi kekuatan, bahan beton memiliki kekuatan tekan (strength) yang sangat tinggi, artinya beton sangat ideal untuk menerima beban tekan. Sebaliknya, selain memiliki kelebihan, beton juga memiliki keterbatasanketerbatasan tertentu seperti menentukan keseragaman dan ke-homogen-an bahan beton di lapangan yang sulit sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya seperti keadaan cuaca yang tidak terduga, kelalaian pekerja, kualitas material lapangan yang tidak seragam, dan sebagainya. Semua hal diatas akan mempengaruhi sifat dan mutu beton, sehingga diperlukan pengawasan yang ketat baik saat di lab maupun saat di lapangan. Jadi, dapat disimpulkan beberapa keunggulan bahan beton adalah: a. Material pengisi (agregat) mudah diperoleh. b. Dapat dibentuk di tempat dan mudah pembuatannya. c. Mempunyai kuat tekan (compressive strength) yang tinggi. d. Awet dan relatif murah biaya operasionalnya. e. Tahan pada suhu ekstrim. Sedangkan keterbatasan bahan beton adalah: a. Memiliki kuat tarik yang rendah, dengan kata lain beton sangat rapuh. b. Memiliki BJ yang besar, artinya beton sangat berat. c. Memiliki sifat susut (creep).

Bab II : Penyelidikan Bahan Semen

I.3. Macam dan Pengaruh Bahan-Bahan Pengisi pada Beton Bahan beton dibuat dari beberapa bahan yang dicampur menjadi satu. Oleh karena itu, mutu beton akan sangat dipengaruhi oleh mutu bahan-bahan itu sendiri. Bila mutu agregat, semen, dan airnya bagus, disertai perhitungan yang tepat sesuai kebutuhan dan pelaksanaan mix design yang teliti dapat dilaksanakan dengan baik, beton yang dihasilkan akan sangat berkualitas. Tetapi bila salah satu komponen penyusun beton mempunyai mutu yang kurang baik, maka akan mempengaruhi mutu beton itu sendiri dan bila dibuat suatu struktur, akan dapat membahayakan. Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku besi yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk sebuah beton hidrolik atau adukan. Cara menilai agregat yang akan digunakan untuk bahan campuran beton tergantung pada : a. Ukuran serta gradasinya b. Kebersihannya c. Kekerasannya d. Bentuk butirannya e. Bentuk permukaannya f. Berat jenisnya. Macam macam agregat dalam pembuatan beton : a. Agregat halus. Agregat halus dalam hal ini adalah pasir. Agregat halus didefinisikan sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau hasil industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. Bila digunakan untuk campuran beton, pasir harus memenuhi syarat-syarat diantaranya, tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat kering, serta harus terdiri dari butiran yang beraneka ragam (well grading). b. Agregat kasar. Agregat kasar terbagi menjadi kerikil (alami) dan batu pecah (industri). Agregat kasar didefinisikan sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah hasil industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5,0 mm sampai dengan .

Bab II : Penyelidikan Bahan Semen

40,0 mm. Bila digunakan untuk campuran beton, agregat kasar harus memenuhi syarat-syarat diantaranya, tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat kering, serta harus terdiri dari butiran yang beraneka ragam (well grading). Selain agregat, terdapat pula bahan semen. Semen atau juga sering disebut PC (Portland Cement) merupakan bahan pengikat antar agregat, sehingga beton dapat homogen. Sesuai kebutuhannya, terdapat beberapa tipe semen (menurut SNI 15-20491994), antara lain : a. Tipe I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada jenis-jenis lain. b. Tipe II, yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang. c. Tipe III, yaitu semen Portland yang dalam penggunaanya memerlukan kekuatan tinggi paada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. d. Tipe IV, yanitu semen Portland yang dalam penggunaanya memerlukan kalor hidrasi rendah. e. Tipe V, yaitu semen portland yang dalam penggunaanya menggunakan sulfat tinggi.

Bab II : Penyelidikan Bahan Semen

Anda mungkin juga menyukai